You are on page 1of 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sumber Daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal
utama dalam pembangunan kesehatan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2010-2014 Bidang Kesehatan, telah ditetapkan arah
kebijakan pembangunan kesehatan dimana kondisi pembangunan kesehatan
diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan
dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan Sumber Daya
Manusia, salah satunya upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
bidang kesehatan. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu (Pos Pelayanan
Kesehatan Terpadu).
1
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
1
Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar di
Posyandu adalah pelayanan

kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya
lima kegiatan,

yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana
(KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Sasaran Posyandu adalah
bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, pasangan usia subur.
1
Untuk mengoptimalkan fungsi Posyandu, diperlukan peran serta
masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu karena Posyandu
adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk
2

kepentingan masyarakat.

Namun tidak banyak masyarakat yang mau
berpartisipasi dalam mengelola maupun memanfaatkan Posyandu di
wilayahnya. Selain itu masalah, keterampilan kader Posyandu juga menjadi
kendala dalam optimalisasi fungsi Posyandu. Selama ini kader Posyandu
sebagian besar hanya menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola
Posyandu yang bertugas merencanakan kegiatan dan mengaturnya secara
mandiri. Kader Posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola Posyandu,
karena mereka yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat di
wilayahnya.

Seperti diuraikan di atas, dalam pelaksanaan Posyandu masih ditemui
beberapa masalah sehingga manfaat yang dirasakan belum optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memutuskan untuk menyusun
makalah mengenai Permasalahan dalam Pelaksanaan Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas IV KONI Kota Jambi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas IV KONI Kota Jambi.

1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas IV KONI
Kota Jambi.
2. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas IV KONI Kota Jambi.
3. Menentukan pemecahan masalah dalam pelaksanaan Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas IV KONI Kota Jambi.



3

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Penulis dapat memahami kegiatan pelayanan Posyandu dan
permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas IV KONI Kota Jambi.

1.3.2 Bagi Puskesmas
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk meningkatkan
mutu pelayanan Posyandu sehingga dapat berjalan secara optimal.















4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Posyandu
1,2

2.1.1 Definisi Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. UKBM adalah wahana
pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan), dari tahu menjadi mau (aspek sikap), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan).

2.1.2 Tujuan Posyandu
a. Tujuan umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.



5

a. Tujuan khusus
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penuruan AKI,
AKB dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan
Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan
AKABA
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan
AKABA.

2.1.3 Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama:
a. Bayi
b. Anak balita
c. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.1.4 Fungsi Posyandu
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.




6

2.1.5 Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
3. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar
terpadu dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
b. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
1. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya
kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
2. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
c. Bagi Puskesmas
1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.
2. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
3. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada
masyarakat.
d. Bagi sektor lain
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang
terkait dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA
sesuai kondisi setempat.
7

2. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi)
masing-masing sektor.

2.1.6 Lokasi
Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya
yang sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan
untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai.

2.1.7 Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah
masyarakat, minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta
kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota. Kemudian dari
beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (desa/kelurahan),
selayaknya dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola Posyandu
yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat.
Gambar 2.1 Contoh Kepengurusan Pengorganisasian Posyandu di desa atau
kelurahan

Sumber: Kemenkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
Kemenkes. 2011. 18

8

b. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih,
bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap
pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. Pengelola Posyandu
dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan
Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut:
1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
c. Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kader
Posyandu diharapkan:
a. Berasal dari anggota masyarakat setempat
b. Dapat membaca dan menulis huruf latin
c. Berminat dan bersedia menjadi kader
d. Bersedia bekerja secara sukarela
e. Memiliki kemampuan dan waktu luang

2.1.8 Langkah-langkah pembentukan Posyandu
Langkah-langkah dalam pembentukan Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan para petugas/aparat, sehingga bersedia dan memiliki
kemampuan mengelola serta membina Posyandu
b. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat, sehingga
bersedia mendukung penyelenggaraan Posyandu
9

c. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) untuk menimbulkan rasa memiliki
bagi masyarakat melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta
potensi yang dimiliki
d. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan
dukungan dari tokoh masyarakat sehingga pembentukan Posyandu dapat
diwujudkan.
e. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu melaui kegiatan :
a. Pemilihan pengurus dan kader Posyandu
b. Orientasi pengururs dan pelatihan kader Posyandu
c. Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu
d. Penyelenggaraan dan pemantauan kegiatan Posyandu

2.2 Kegiatan Posyandu
2.2.1 Kegiatan Utama
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh
kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
b. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka
10

Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
1. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi.
2. Perawatan payudara dan pemberian ASI
3. Peragaan pola makan ibu hamil
4. Peragaan perawatan bayi baru lahir
5. Senam ibu hamil
2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup:
1.Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2.Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama).
3.Perawatan payudara.
4.Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
3. Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu
menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak
digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan
pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu
disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk
balita mencakup:
11

1.Penimbangan berat badan
2.Penentuan status pertumbuhan
3.Penyuluhan dan konseling
4.Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan
pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh
kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
b. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
c. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
d. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila
ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
e. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan
penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
12


2.2.2 Kegiatan Pengembangan atau Tambahan
Masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu di samping lima
kegiatan utama yang telah ditetapkan. Posyandu yang seperti ini disebut
dengan nama Posyandu Terintegrasi. Penambahan kegiatan baru sebaiknya
dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam
arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung.
Beberapa kegiatan tambahan yang telah diselenggarakan antara lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar
Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak,
Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB PLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat
(Tabumas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.



13

2.3 Penyelenggaraan Posyandu
2.3.1 Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang
dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
2.3.2 Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada
pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat di salah satu rumah
warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah
satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus
yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
2.3.3 Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana
Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak.
Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut.
a. Kader
1. Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan
warga setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
c. Mempersiapkan sarana Posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.33
2. Pada hari buka Posyandu, antara lain:
a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang
berkunjung ke Posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan
mengisi buku register Posyandu.
d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
14

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan
dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan
PMT.
f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.
g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil
kegiatan serta tindak lanjut.
3. Di luar hari buka Posyandu, antara lain:
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil,
ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.
b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah
Semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju
Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada
hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat
badannya Naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang
dan sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung
ke Posyandu saat hari buka .
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau
organisasi keagamaan.
b. Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di
Posyandu satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran
tenaga kesehatan Puskesmas tidak pada setiap hari buka Posyandu
(untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran
petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain sebagai
berikut:
15

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga
Berencana di langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib
petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas
Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB
dan gizi kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya
kepada Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan
melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan
Posyandu.
e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu
Hamil, bayi dan anak balita serta melakukan rujukan ke
Puskesmas apabila dibutuhkan.
c. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)
1. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Posyandu kecamatan:
a. Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
kegiatan Posyandu.
b. Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan
kinerja Posyandu.
c. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan
Posyandu secara teratur.
2. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab
Pokja Posyandu desa/kelurahan:
a. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana
untuk penyelenggaraan Posyandu.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk
dapat hadir pada hari buka Posyandu.
16

c. Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus
Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan Posyandu.
d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu ersama
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga
Kemasyarakatan atau sebutan lainnya.
e. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan
Posyandu secara teratur.36
3. Instansi/Lembaga Terkait:
a. Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi
koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan
peran serta masyarakat, pengembangan jaringan
kemitraan, pengembangan metode pendampingan
masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan
sebagainya.
b. Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu
pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan
(pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA atau
KMS, obatn vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga
teknis kesehatan.
c. SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan
dalam penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat
melalui BKB dan BKL.
d. BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan
umum, dukungan program dan anggaran serta evaluasi.
e. Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas
Pertanian, Dinas Perindustrian dan UKM, Dinas
Perdagangan dan sebagainya, berperan dalam
mendukung teknis operasional Posyandu sesuai dengan
peran dan fungsinya masing-masing.
17

2.3.4 Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh
Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor
terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah
lima orang sesuai dengan sistem lima meja (langkah) dalam pelayanan di
Posyandu. Kegiatan yang dilakukan di masing-masing meja antara lain:
a. Meja I
Pendaftaran bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada
KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, pendaftaran ibu
hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register
ibu hamil dan wanita usia subur.
b. Meja II
Penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan pada
secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS dan penimbangan ibu
hamil serta pengukuran LLA ibu.
c. Meja III
Pengisian KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan
balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
d. Meja IV:
1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dan anak yang bersangkutan
2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah
yang dialami sasaran
3) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk
balita, ibu hamil dan menyusui dengan langkah yaitu dimana balita
yang apabila berat badannya dibawah garis merah (BGM) pada
KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan
sakit (lesu, kurus, busung lapar), ibu hamil atau menyusui apabila
18

keadaan kurus, pucat, bengkak kaki, pusing, perdarahan, sesak
nafas, gondokan, dan orang sakit
4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader
Posyandu misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil besi),
vitamin A, oralit.
e. Meja V
Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan
oleh petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga Berencana (PLKB),
Pusat Program Layanan (PPL). Pelayanan yang diberikan yaitu
pelayanan imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga
berencana (KB) berupa IUD dan suntikan, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan, pemberian tablet zat besi (Fe), vitamin A.
Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para
penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan dalam
gambar 2.2.












19

Gambar 2.2 Skema Langkah Pelayanan Posyandu























MEJA I
Pendaftaran oleh kader
Posyandu
MEJA II
Penimbangan dan
pemantauan tumbuh
kembang oleh kader
Posyandu MEJA III
Pengisian KMS atau buku
KIA oleh kader
Petugas kesehatan
Pelayanan dan konseling
kesehatan dan gizi oleh
petugas kesehatan
Imunisasi
KIA-KB termasuk
stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh
kembang balita
Gizi termasuk
penanggulangan gizi
kurang dan buruk serta
penyakit pada balita
Kader keluarga,
masyarakat
Penyuluhan KIA
termasuk tumbuh
kembang anak
menggunakan buku KIA
Penyuluhan gizi
termasuk pemberian
kapsul vitamin A, tablet
tambah darah dan PMT
(pemberian Makanan
Tambahan)
Merujuk balita ke meja
V
MEJA IV MEJA V
20

2.3.5 Kelengkapan pelayanan
1. Penimbangan bayi dan anak
2. Pemberian makanan tambahan
3. Pemberian oralit
4. Pelayanan imunisasi
5. Periksa hamil
6. Pemberian pil zat besi
7. Pengobatan pasien,
8. Tumbuh kembang anak
9. Kesehatan ibu dan anak.
Kelengkapan pelayanan Posyandu dikatakan lengkap apabila
Posyandu melakukan kegiatan > 5 dan dinyatakan tidak lengkap jika
kegiatan < 5. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan di Posyandu
didukung oleh manajemen pelaksanaan yang terorganisasi dengan
baik.

2.3.6 Kualitas Pelayanan Posyandu
Menurut Depdagri RI (2001), kegiatan posyandu dapat diukur dari aspek
asupan (input), proses, luaran (output), dan dampak (outcome) sebagai
berikut:
6

a. Indikator asupan (input):
1. Jumlah Posyandu yang telah lengkap sarana dan obat-obatnya.
2. Jumlah kader yang telah dilatih dan aktif bekerja.
3. Jumlah kader yang mendapat akses untuk meningkatkan
ekonominya.
21

4. Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat,
pemerintah dan lembaga donor untuk kegiatan Posyandu.

b. Indikator proses:
1. Meningkatnya frekuensi pelatihan kader Posyandu.
2. Meningkatnya frekuensi pendampingan dan pembinaan Posyandu.
3. Meningkatnya jenis pelayanan yang dapat diberikan.
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk Posyandu.
5. Menguatnya kapasitas pemantauan pertumbuhan anak.

c. Indikator luaran (output):
1. Meningkatkan cakupan bayi dan balita yang dilayani.
2. Pencapaian cakupan seluruh balita.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil dan ibu menyusui yang dilayani.
4. Meningkatnya cakupan kasus yang dipantau dalam kunjungan
rumah.

d. Indikator dampak (outcome):
1. Meningkatnya status gizi balita.
2. Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik.
3. Berkurangnya prevalensi penyakit anak (cacingan , diare, ISPA).
4. Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan ibu menyusui.
5. Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik di tingkat keluarga.
6. Mantapnya kesinambungan Posyandu.




22

2.3.7 Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama, pembinaan
yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode
Telaah kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui
tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4
tingkat sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin
serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum
siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah, yaitu kurang dari 50 %. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
memnggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50 %, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50 % KK di
wilayah kerja Posyandu.
23

4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader denayak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50 % mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 KK yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Posyandu.

2.3.8 Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan
dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format baku
sesuai dengan program kesehatan, Sistem Informasi Posyandu (SIP)
atau Sistem Informasi Manajemen (SIM) yakni:
1

1. Buku register kelahiran dan kematian bayi, ibu hamil, ibu
melahirkan, dan ibu nifas
2. Buku register Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur
(PUS)
3. Buku register bayi dan balita yang mencatat jumlah seluruh bayi
dan balita di wilayah Posyandu
4. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh
Posyandu
5. Buku catatan kegiatan usaha apabila Posyandu menyelenggarakan
kegiatan usaha
6. Buku pengelolaan keuangan
7. Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan
Posyandu yang bersangkutan.


24

b. Pelaporan
Pada dasarnya kader Posyandu tidak wajib melaporkan kegiatannya
kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya. Bila
Puskesmas atau sektor terkait membutuhkan data tertulis yang terkait
dengan pelbagai kegiatan Posyandu, Puskesmas atau sektor terkait
tersebut harus mengambilnya langsung ke Posyandu. Untuk itu setiap
Puskesmas harus menunjuk petugas yang bertanggungjawab untuk
pengambilan data hasil kegiatan Posyandu.
1


2.3.9 Pembiayaan Posyandu
1. Sumber Biaya
a. Masyarakat:
1. Iuran pengguna/pengunjung Posyandu.
2. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3. Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok
masyarakat.
4. Sumber dana sosial lainnya, misal dana sosial keagamaan,
zakat, infaq, sodaqoh (ZIS) dll.
b. Swasta/Dunia Usaha
Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana,
atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan Posyandu.
c. Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha yang
hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan Posyandu. Contoh
kegiatan usaha yang dilakukan antara lain:
1. Kelompok Usaha Bersama (KUB)
2. Hasil karya kader Posyandu, misalnya kerajinan, Taman Obat
Keluarga (TOGA)


25

d. Pemerintah
Bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

2.3.10 Pembinaan Posyandu
Pembinaan posyandu dilaksanakan secara terpadu melalui
kelompok kerja posyandu (pokja posyandu) yang ada di desa/kelurahan.
Tujuan dilakukannya pembinaan adalah agar posyandu dapat
menyelenggarakan berbagai kegiatannya sehingga tujuan didirikannya
posyandu dapat dicapai. Pembinaan yang dilakukan meliputi: peningkatan
pengetahuan, keterampilan pengurus dan kader posyandu serta pembinaan
administrasi yang mencakup penyelenggaraan dan keuangan.

Bantuan
pemerintah dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, pemenuhan
sarana/prasarana dasar. Oleh karena itu fungsi pembinaan dari pemerintah
itu perlu dikoordinasikan dan diorganisasikan.
1

Fungsi pembinaan meliputi 3 aspek manajemen, yaitu aspek
program, aspek kelembagaan dan aspek personil atau sumber daya
manusia pengelola posyandu. Pembinaan posyandu dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, antara lain:
1. Rapat koordinasi berkala pokja posyandu, yang bertujuan untuk
membahas kemajuan dan kendala penyelenggaraan posyandu.
2. Kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk
melihat operasionalisasi kegiatan posyandu, mengetahui
kendala yang dihadapi dan memberikan saran penyelesaian dan
perbaikannya, baik dalam aspek administratif maupun teknis
medis.
3. Menghadiri rapat/pertemuan yang diselenggarakan masyarakat,
khususnya yang membahas masalah posyandu dengan tujuan
26

untuk memberikan dukungan moril dalam penyelenggaraan
posyandu.
4. Memberikan penghargaan kepada pengurus dan kader
posyandu yang berpartisipasi dalam bentuk pemberian tanda
penghargaan, bantuan pelatihan, studi banding ke posyandu
lain atau pemberian seragam posyandu.

Dukungan Pendampingan dan Pembinaan oleh Tenaga Profesional
dan Tokoh Masyarakat.
Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga
profesional pada saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja
II, III, IV, dengan cara meningkatkan keterampilan kader dalam
menimbang, mencatat hasil penimbangan pada kartu KMS maupun
register dan memahami hasil penimbangan, serta melakukan penyuluhan
perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu baik untuk
dirinya maupun untuk anaknya.

Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu
di desa untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu,
pembinaan juga dilakukan oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait
dengan kegiatan program Posyandu, seperti Pokjanal Posyandu
Kecamatan, unsur Puskesmas (Bidan di Desa/Polindes), Dinas Pendidikan,
BKKBN, Kepala Desa/Lurah, Tim Penggerak PKK, dan organisasi
kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat
dilakukan secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk
pembinaan Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat.



27

2.3.11 Indikator Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
1. S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu.
2. K : Semua balita yang memiliki KMS.
3. D : Balita yang ditimbang.
4. N : Balita yang naik berat badannya.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
1) D / S : Baik/kurangnya peran serta masyarakat
2) N / D : Berhasil tidaknya program posyandu
Tumbuh dan berkembangnya Posyandu telah membawa dampak yang
amat luas, yang dapat digolongkan ke dalam 3 hal:
1. Berkembangnya Posyandu telah mendorong terbentuknya UKBM yang
lain seperti POD (Pos Obat Desa), Polindes, Pos UKK (upaya Kesehatan
Kerja, UKGMD (Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa), P2M-PKMD
(Pemberatasan Penyakit Menular dengan pendekatan PKMD), DPKL
(desa Percontohan Kesehatan), dana sehat dan lain-lain.
2. Di sisi lain, institusi Posyandu yang makin menguat membuat setiap
program bahkan dari sektor ;ain berramai-ramai memanfaatkan Posyandu
sebagai entry point pelaksanaan programnya.
3. Makin banyaknya jumlah Posyandu mendorong terjadinya variasi
tingkat perkembangan yang beragam.
Indikator lain yang digunakan:
1. Frekuensi penimbangan per tahun
Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi
bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap bulan. Dalam
kenyataanya, tidak semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan,
sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Untuk itu diambil
batasan 8 (delapan) kali. Posyandu yang frekuensi penimbangannya
28

kurang dari 8 kali pertahun, dianggap masih rawan, sedangkan bila
frekuensinya sudah 8 kali lebih, dianggap cukup mapan.
2. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan
indikator lancar tidaknya kegiatan Posyandu. Dari pengamatan selama
ini menunjukkan bahwa kegiatan posyandu bisa tertangani dengan baik
bila jumlah kader 5 orang atau lebih.
3. Cakupan D/S
Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakat dan
aktivitas kader/tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat
setempat untuk memanfaatkan Posyandu. D/S dianggap baik bila
melebihi 50% dan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa
posyandu ini belum mantap.
4. Cakupan imunisasi
Cakupan imunisasi dihitung secara komulatif selama satu tahun.
Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% ke atas,
sedangkan nilai kurang dari 50% dianggap Posyandunya belum
mantap.
5. Cakupan ibu hamil
Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secara kumulatif. Batas
mantapnya Posyandu digubakan angka serupa yaitu 50%.
6. Cakupan KB
Cakupan peserta KB dihitung juga secara kumulatif selama satu tahun.
Pencapaian 50% keatas dianggap mantap dan sebaliknya.
7. Program tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program utama yaitu: KB,
KIA, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Bila telah
mantap jalannya, wajar bila programnya ditambah. Program
tambahannya disini yang dimaksudkan adalah bentuk upaya kesehatan
bersumber daya manusia lain seperti:
- Pemberatasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut
29

- Pemberatasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD
- Penyehatan lingkungan pemukiman melalui pendekatan PKMD
- Pemantauan dan stimulasi perkembangan Balita atau bina keluarga
balita
- Pemberatasan DBD dalam bentuk PSN secara berkala
- Polindes
- Upaya kesehatan gigi masyarakat Desa (ukgmd)
- Pos obat desa
- Dana sehat
8. Dana sehat
Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan Posyandu. Oleh
karena itu keberadaan dan cakupan dana sehat dapat dijadikan
indikator kemandirian posyandu. Diharapkan bila Dana sehat telah
membiayai Posyandu, maka tingkat kemandirian telah cukup baik.
Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga yang ikut dana
sehat yaitu bila 50% ke atas dikatakan baik, sedangkan bila kurang dari
50% dikatakan masih kurang.












30

BAB III
MASALAH DALAM PELAYANAN POSYANDU

3.1 Profil Puskesmas IV KONI
Puskesmas KONI Kota Jambi berdiri tahun 1978, dengan
nama Puskesmas wilayah IV KONI berada di kecamatan Pasar Jambi.
Keberadaannya strategis dengan wilayah kerja yang luas dan jumlah
penduduk yang banyak. Puskesmas Wilayah IV KONI diklasifikasikan
Puskesmas rawat jalan, dengan membawahi satu Puskesmas pembantu
di Kelurahan Sungai Asam. Bagian wilayah kerja Puskesmas KONI
meliputi 4 Kelurahan:
1. Kelurahan Sungai Asam
2. Kelurahan Beringin
3. Kelurahan Orang kayo Hitam
4. Kelurahan Pasar
Puskesmas wilayah IV KONI memiliki luas 500 m
2
.
Puskesmas wilayah IV KONI terletak di kecamatan Pasar. Dengan
batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Sungai Asam
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telanai Pura
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batang Hari
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jelutung

Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas KONI berdasarkan data
akhir tahun 2013 adalah 13.514 jiwa, dengan perincian:
- Sungai Asam : 7.256 jiwa
- Beringin : 3.696 jiwa
- Orang Kayo Hitam : 1.986 jiwa
- Pasar : 572 jiwa
31

3.2 Posyandu di Wilyah Kerja Puskesmas IV KONI Kota Jambi
Tabel 3.1 Profil Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas KONI Kota
Jambi
No. Kelurahan
Nama
Posyandu
Jumlah
Petugas
Kesehatan
Jumlah
Kader
Kualifikasi
1.
Sungai
Asam
Rambutan 2 5 Madya
Durian 2 5 Madya
Pisang 2 5 Madya
Nangka 3 5 Madya
Mangga 2 5 Purnama
Sirsak 3 5 Purnama
Jeruk 2 5 Madya
2. Beringin
Gelatik 2 5 Madya
Cendrawasih 3 5 Madya
Merpati 2 5 Madya
Nuri 3 5 Madya
Camar 2 5 Madya
Kaswari 2 5 Madya
Kutilang 2 5 Madya
3. OKH Cemara 3 5 Madya
4. Pasar Putri Giok 3 5 Madya
Jumlah 38 80

Seperti yang terlihat pada tabel di atas, jumlah posyandu di
wilayah kerja Puskesmas KONI Kota Jambi tahun 2013 berjumlah 16
unit posyandu, 7 Posyandu di Kelurahan Sungai Asam, 7 posyandu di
Kelurahan Beringin, 1 Posyandu di Kelurahan Orang Kayo Hitam
(OKH), dan 1 posyandu di Kelurahan Pasar, dengan jumlah kader 80
orang dari seluruh posyandu.
32

3.3 Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas IV KONI
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan dan kader,
kegiatan yang dilakukan dan tidak dilakukan di Posyandu wilayah kerja
Puskesmas IV KONI meliputi:
1. Penimbangan bayi dan anak Ada
2. Pemberian makanan tambahan Ada
3. Pemberian oralit Tidak Ada
4. Pelayanan imunisasi Tidak Ada
5. Periksa kehamilan Tidak Ada
6. Pemberian pil zat besi Tidak Ada
7. Pengobatan pasien Tidak Ada
8. Tumbuh kembang anak Ada
9. Kesehatan ibu dan anak Tidak Ada
Kelengkapan pelayanan Posyandu dikatakan lengkap apabila
Posyandu melakukan kegiatan > 5 dan dinyatakan tidak lengkap jika
kegiatan < 5. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan Posyandu di
Puskesmas KONI masih belum lengkap. Informasi ini diperoleh dari
pengamatan langsung dan wawancara dengan kader Posyandu dan
Petugas kesehatan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan di Posyandu
didukung oleh manajemen pelaksanaan yang terorganisasi dengan
baik.





33






















34

Keterangan:
1. S = Jumlah balita yang ada
2. K = Jumlah balita yang memiliki KMS
3. D = Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu
4. N = Jumlah balita yang naik timbangan berat badannya
5. T = Jumlah balita yang tidak naik timbangannya
6. O = Jumlah balita yang tidak datang pada penimbangan bulan
sebelumnya
7. B = Jumlah balita yang baru pertama kali ditimbang
Berdasarkan tabel tersebut, cakupan bayi yang ditimbang dari jumlah bayi
dan balita yang ada di wilayah tersebut yaitu 70,7% serta timbangan berat badan
bayi dan balita yang naik dari semua bayi yang ditimbang pada bulan September
2013 hanya 75,9%.

3.4 Masalah dalam Pelayanan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
IV KONI
a. Kegiatan Posyandu
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas KONI pada umumnya
belum melakukan semua kegiatan utama Posyandu yang telah
ditetapkan seperti kegiatan imunisasi dan KB. Informasi ini diperoleh
dari hasil pengamatan langsung ke Posyandu dan wawancara dengan
petugas kesehatan Puskesmas.
.memang untuk kegiatan imunisasi dan kb tidak dilakukan di
Posyandu, karena kendala pada pengangkutan vaksin serta jika yang
ingin vaksin hanya 1 balita, vaksin akan mubazir.
selain itu, sebagian besar masyarakat kebanyakan memilih
untuk imunisasi dan kb langsung di RS atau di Puskesmas.
35

Dapat disimpulkan, kegiatan Posyandu terfokus hanya pada
penimbangan bayi dan balita, sedangkan kegiatan-kegiatan lain tidak
terlalu diperhatikan.
b. Pola Pelayanan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas KONI tidak menerapkan
sistem 5 meja dengan baik meski jumlah kader yang hadir sudah
mencukupi yaitu 5 orang. Hal ini dikarenakan belum jelasnya
pembagian tugas antar kader. Informasi ini diperoleh dari wawancara
dengan kader Posyandu ..jika ada bayi/balita yang datang,
dilayani oleh 1 atau 2 orang kader sekaligus, jadi sistemnya saling
membantu tidak ada tugas tersendiri. Tidak adanya pembagian tugas
ini menyebabkan ada kader yang memilih tidak datang sewaktu
kegiatan Posyandu sehingga pelayanan Posyandu menjadi kurang
optimal.
c. Petugas dan kader
Petugas kesehatan memiliki tugas dan tanggung jawab di
Puskesmas yang kadang tidak dapat ditinggalkan, sehingga petugas
kesehatan datang terlambat ataupun tidak hadir pada kegiatan
Posyandu. Kurangnya kerjasama dan keaktifan kader, pemahaman
yang kurang mengenai pembagian tugas masing-masing kader,
jumlah kader yang datang pada saat pelaksanaan Posyandu kadang
juga kurang dari 5 orang, hal ini disebabkan ada urusan lain di luar
kegiatan Posyandu, seperti mengurusi anak atau kegiatan ekonomi.
Adanya kader yang tidak hadir ini dapat menjadi kendala dalam
mewujudkan pelayanan Posyandu yang optimal.
d. Jumlah Kunjungan
Pembagian Posyandu yang masih belum proporsional dengan
jumlah balita, ada Posyandu yang dengan wilayah kerja memiliki
balita sedikit dan ada dengan jumlah balita yang banyak. Jumlah
balita yang sedikit menimbulkan kebosanan kader dan petugas untuk
36

menunggu balita datang. Informasi ini diperoleh dari wawancara
dengan petugas kesehatan pada Posyandu tersebut.
Masalah lain adalah kurangnya partisipasi dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya posyandu serta kesibukan ibu.
Kebanyakan ibu tidak membawa balita ke Posyandu secara rutin.
Banyak alasan ibu tidak datang ke Posyandu, antara lain; mayoritas
penduduk pada wilayah kerja Puskesmas KONI berprofesi sebagai
pedagang sehingga tidak punya waktu untuk ke posyandu, ibu telah
melakukan penimbangan di tempat lain khususnya dari golongan
menengah ke atas yang cenderung membawa bayi/balita ke tempat
praktek dokter ataupun RS untuk penimbangan dan imunisasi, ibu
malas ke Posyandu, ibu terlalu sibuk, ibu kurang perhatian terhadap
anak, serta dengan alasan karena selama penimbangan sebelumnya
tidak ada kenaikan berat badan anaknya. Informasi ini diperoleh dari
wawancara dengan kader Posyandu dan petugas Puskesmas. Jumlah
kunjungan yang sedikit ini menyebabkan petugas kesehatan dan
kader malas datang ke Posyandu. Hal ini berakibat pada pelayanan
Posyandu yang kurang optimal.
e. Sarana dan Prasarana
Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan Posyandu dan penyuluhan sehingga kegiatan yang
seharusnya dilakukan tidak bisa dilakukan akibat keterbatasan sarana
dan prasarana, seperti penyuluhan menggunakan lembar balik.
Pelayanan Posyandu biasanya diadakan di rumah ketua RT, rumah
kader, rumah warga, kantor lurah, dan sebagainya. Tempat
penyelenggaraan posyandu dirasakan masih belum maksimal dari
segi kapasitas dan kenyamanannya. Dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan Posyandu, pada umumnya balita merasa tidak nyaman dan
mengajak ibunya untuk segera pulang sementara kegiatan lain masih
belum dilaksanakan.

37

f. Kerjasama Lintas Sektor
Belum terlaksananya kerjasama lintas sektor dengan baik padahal
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan program Posyandu.

3.5 Pemecahan Masalah
1. Kegiatan utama Posyandu lebih ditingkatkan dengan cara:
a. Meningkatkan keaktifan kader dengan pelatihan mengenai kegiatan
utama yang wajib dilakukan di Posyandu
b. Adanya pengawasan dari pihak terkait
c. Adanya kerja sama antar masyarakat dan Puskesmas
2. Memperbaiki sistem pelayanan 5 meja dengan cara:
a. Pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap kader
b. Melakukan pelatihan pada kader mengenai hal-hal yang menjadi
kewajiban di tiap meja
c. Jumlah kursi dan meja harus mencukupi
3. Mengadakan kegiatan pembinaan kepada kader, misalnya dengan cara.
penyuluhan tentang pentingnya peran seorang kader dan kerjasama antar
kader untuk menunjang kegiatan posyandu di puskesmas dengan
mengundang semua kader dengan kerjasama lintas sektoral.
4. Semua petugas dan kader sebisa mungkin hadir pada saat kegiatan
Posyandu dilaksanakan, dengan cara:
a. Jadwal buka Posyandu disesuaikan terlebih dahulu dengan jadwal
masing-masing petugas dan kader sebelum hari buka untuk
mencari waktu yang paling tepat agar kegiatan Posyandu bisa
optimal
b. Adanya pengawasan berupa absen hadir kader dan petugas
kesehatan
c. Memberikan peringatan kepada kader yang tidak datang dalam 3
bulan berturut-turut dan memberikan penghargaan kepada kader
yang aktif.
38

5. Kader-kader yang bermasalah diajak berdiskusi mengenai penyebab
permasalahannya dan dicarikan solusi bersama.
6. Kader dan petugas kesehatan yang bertanggung jawab dengan posyandu
wajib melaporkan pertukaran kader
7. Pendataan ulang kader dan pengawasan kegiatan posyandu oleh petugas
kesehatan setiap bulan.
8. Pembagian wilayah kerja kegiatan Posyandu yang seimbang antara jumlah
bayi dan balitanya.
9. Tempat Pelayanan diusahakan agar senyaman mungkin dengan cara:
a. Memilih tempat yang nyaman dan aman bagi bayi/balita dan ibu
b. Bila memungkinkan menyediakan tempat bermain yang aman
untuk anak dan balita sehingga mereka tidak merasa bosan jika
harus menunggu ibu saat diberikan penyuluhan.
c. Mejaga kebersihan tempat pelayanan
10. Melakukan pendekatan dengan berbagai sektor.
11. Meningkatkan keaktifan dan keturutsertaan para tokoh masyarakat dalam
kegiatan pelaksanaan Posyandu. Tokoh masyarakat yang jarang datang
pada pelaksanaan Posyandu dapat diingatkan dan dilakukan pendekatan
agar bersedia hadir setiap pelaksanaan kegiatan.
12. Merencanakan waktu yang tepat kapan akan dilakukan pendekatan dengan
tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk membicarakan keterlibatan
mereka dalam pelaksanaan Posyandu serta mempersiapkan kader atau
tenaga kesehatan yang akan melakukan pendekatan dengan cara di undang
pada kegiatan Mini Loka Karya Triwulan.
13. Menghimbau masyarakat khususnya para ibu untuk rutin datang ke
Posyandu dan membawa balita ke Posyandu dengan menjelaskan
pentingnya pemantauan pertumbuhan pada balita dengan penimbangan
setiap bulan untuk mendeteksi penyimpangan pertumbuhan.


39

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kegiatan Pelayanan Posyandu di wilayah Kerja Puskesmas IV
KONI masih kurang lengkap. Kegiatan pelayananan hanya terfokus pada
penimbangan dan pengisian KMS bayi dan balita. Sistem 5 meja
pelayanan Posyandu tidak diterapkan dengan optimal padahal jumlah
kader sudah berjumlah 5 orang, keaktifan dan kerjasama antar kader
merupakan hal penting demi terwujudnya kegiatan Posyandu yang
optimal.
Terdapat banyak permasalahan dalam kegiatan pelayanan
Posyandu di Puskesmas KONI, masalah yang dikeluhkan kader adalah
petugas Puskesmas yang kadang terlambat, masih banyak ibu yang tidak
rutin datang ke Posyandu. Sedangkan masalah yang dikeluhkan petugas
kesehatan adalah beberapa kader masih belum memahami pembagian
tugas masing-masing, kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap
Posyandu yang masih rendah, serta kurang lengkapnya sarana dan
prasarana.

4.2 Saran
Agar kegiatan Posyandu optimal, beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Kegiatan utama Posyandu lebih ditingkatkan
2. Melaksanakan sistem pelayanan 5 meja dengan benar
3. Petugas dan kader hadir pada saat kegiatan Posyandu
4. Meningkatkan keaktifan dan keturutsertaan para tokoh masyarakat
dalam kegiatan pelaksanaan Posyandu
5. Pembagian wilayah kerja (RT) kegiatan Posyandu yang seimbang
jumlah bayi dan balitanya
6. Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
40

7. Menghimbau para ibu agar rutin membawa balita ke Posyandu dengan
penyuluhan atau pendekatan dengan tokoh masyarakat.
8. Melakukan evaluasi posyandu dan pelatihan kader secara rutin

You might also like