You are on page 1of 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas.Selain penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke
rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi
anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus segera dilakukan
secara serentak agar dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur
vital.
1
Cedera kepala menyumbangkan 5! kematian pada kasus"kasus trauma.
#rognosis dari cedera kepala tergantung dari derajat kerusakan otak primer dan
systemic insults yang menyebabkan kerusakan otak sekunder $proses
biomolekular%. Cedera otak primer adalah kerusakan fisik yang terjadi pada
parenkim otak sesaat setelah trauma, menyebabkan regangan dan kompresi.
Cedera otak sekunder adalah hasil suatu proses kompleks, yang merupakan
penyerta dan komplikasi cedera otak primer yang dapat terjadi dalam hitungan
jam dan hari setelah cedera kepala.
1
&pidural 'ematom $&('% merupakan akumulasi darah di ruang epidural
$antara tabula interna dan duramater% yang dapat terjadi di intrakranial ataupun di
medula spinalis $S&('%. &(' terjadi pada lebih kurang )! dari pasien dengan
cedera kepala, dan 5"15! &(' terjadi pada cedera kepala berat. &(' merupakan
komplikasi serius dari cedera kepala yang memerlukan diagnosis dan intervensi
bedah yang segera. *erdasarkan progresifitasnya, &(' terbagi menjadi akut
$5+!%, subakut $,1!%, dan kronik $11!%.
)
Tujuan penanganan dari cedera kepala baik dari sisi anastesi maupun
bedah adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. (erajat keparahan
cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan glasgow coma scale $-CS%. (ari
2
gambaran CT"Scan adanya midline shifting . 5 mm, kompresi ventrikel
merupakan indikator peningkatan angka morbiditas.
1
1.2. Rumusan Masalah
/aporan kasus ini bertujuan membahas mengenai epidural hematom dari
segi definisi, patosiologi, klinis, dan penanganan yang dipandang dari sudut
anestesi. (alam laporan kasus ini berfokus pada konsep anastesi pada cedera
kepala terutama kasus epidural hematom.
1.3. Tujuan Penulisan
1. 0emahami definisi, patosiologi, klinis, dan penanganan yang dipandang dari
sudut anastesi pada kasus epidural hematom.
). 0eningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
,. 0emenuhi salah satu persyaratan kelulusan 1epaniteraan 1linik Senior
$11S% di (epartemen 2nestesi dan Terapi 3ntensif 4akultas 1edokteran
5niversitas Sumatera 5tara 6S5# 'aji 2dam 0alik 0edan.
3
BAB 2
TN!AUAN PU"TA#A
2.1. Epidural Hematoma
2.1.1. De$inisi
Epidural Hematoma $&('% merupakan akumulasi darah yang potensial di
ruangan epidural $antara tabula interna dan duramater% yang dapat terjadi di
intrakranial atau di medula spinalis $S&('%. &(' terjadi lebih kurang )! dari
pasien dengan cedera kepala, dan 5"15! &(' terjadi pada cedera kepala berat.
&(' merupakan komplikasi serius dari cedera kepala yang memerlukan diagnosis
dan intervensi bedah yang segera. *erdasarkan progresifitas, &(' terbagi
menjadi akut $5+!%, subakut $,1!%, dan kronik $11!%.
)
).1.2. Pat%$isi%l%gi
1omposisi dari intracranial adalah pembuluh darah, otak, dan cairan
serebro"spinal $CSS%. 0enurut hukum 0onro"1ellie yang menyatakan bahwa
volume intracranial harus selalu konstan, hal ini jelas karena rongga cranium pada
dasarnya merupakan rongga yang rigid. Segera setelah trauma, massa seperti
gumpalan darah akan terus bertambah didalam intracranial sementara T31 harus
dipertahankan agar tidak meningkat dengan cara mengalirkan CSS dan
menurunkan volume vena $fase kompensasi%. 2pabila massa yang berupa
gumpalan darah tersebut terus bertambah sampai pada aliran CSS dan penurunan
volume mencapai titik tidak terkompensasi makan akan terjadi peningkatan T31
secara cepat.
,
2liran darah ke otak $2(7% pada orang dewasa antara 5 8 55 m/ per 1
gram jaringan otak per menit. #ada cedera otak berat dapat menurunkan 5! dari
2(7 dalam 9"1) jam pertama sejak trauma. 2(7 yang rendah tidak dapat
mencukupi kebutuhan metabolism otak segera trauma, sehingga akan
mengakibatkan iskemi otak fokal ataupun menyeluruh. 5ntuk mempertahankan
2(7 tetap konstan, pembuluh darah perkapiler memiliki kemampuan untuk
berkonstriksi ataupun dilatasi terhadap rangsang tekan, pembuluh darah ini juga
4
dapat berkonstriksi ataupun dilatasi terhadap perubahan kadar #7
)
atau #C7
)
$autoregulasi kimiawi%.
,
#enurunan 2(7 karena trauma akan mengakibatkan iskemi dan infark
otak. 3skemi yang terjadi dapat dengan mudah diperberat dengan adanya
hipotensi, hipoksia, atau hipokapnia karena hiperventilasi. 7leh karena itu semua
tindakan ditujukan untuk meningkatkan aliran darah dan perfusi otak dengan cara
menurunkan T31, mempertahankan volume intravaskuler, mempertahankan
02#, dan mengembalikan oksigenasi dan normakapnia.
,
2.1.3. Diagn%sis
2.1.3.1. #linis
*erdasarkan anamnesis dan gejala klinis ditemukan adanya :
;
a. 2danya riwayat trauma kepala yang mengakibatkan kehilangan kesadaran
b. 2danya lucid interval
c. #erdarahan epidural ada fossa posterior dapat mengakibatkan kematian
dalam hitungan menit
#erubahan klinis pada epidural hematom akibat cedera kepala berat dapat berupa:
a. <yeri kepala, penurunan -CS
b. 0untah proyektil
c. 1ejang
d. *radikardi dengan atau tanpa hipertensi menandakan peningkatan T31
e. 2danya fraktur pada cranium, hematom, atau laserasi.
f. #upil unisokor
g. 'emiparese
2.1.3.2.
Pemeriksaan
Penunjang
&
5
a. 4oto ="ray bisa menunjukkan adanya fraktur pada cranium
b. 4oto servical untuk menilai apakah ada fraktur pada bagian servikal
c. CT"Scan menunjukkan informasi untuk melihat hematoma dan edema otak
2.1.&. Penatalaksanaan
1. Survey #rimer
a. 2*C(&
b. 3mobilisasi dan stabilisasi servikal
c. 0elakukan pemeriksaan neurologis singkat
1%. 6espon pupil
)%. 0enentukan nilai -CS
). Survey Sekunder dan #enatalaksanaan
a. 3nspeksi keseluruhan kepala, termasuk wajah
- /aserasi
- 2danya /CS dari lubang hidung dan telinga
6
b. #alpasi keseluruhan kepala, termasuk wajah
- 4raktur
- /aserasi dengan fraktur dibawahnya
c. 3nspeksi semua laserasi kulit kepala
- >aringan otak
- 4raktur depresitulang tengkorak
- (ebris
- 1ebocoran /CS
d. 0enentukan nilai -CS dan respon pupil
- 6espon buka mata
- 6espon motorik terbaik anggota gerak
- 6espon verbal
- 6espon pupil
e. #emeriksaan vertebra servikal
- #alpasi untuk mencari adanya rasa nyeri dan pakaikan kolar
servikal semirigid bila perlu
- #emeriksaaan foto rontgen vertebra servikalis proyeksi cross"
table lateral bila perlu
f. #enilaian beratnya cedera
g. #emeriksaan ulang secara kontinyu"observasi tanda"tanda perburukan
- 4rekuensi
- #arameter yang dinilai
7
- 3ngat, pemeriksaan ulang 2*C(&
,. &valuasi CT Scan 1epala
(iagnosis abnormalitas pada CT Scan dapat sangat samar dan sulit.
1arena kompleksnya penilaian CT scan, maka penilaian awal singkat oleh
ahli bedah saraf atau radiologi sangatlah penting. Tahap"tahap cara
evaluasi CT scan kepala berikut ini bertujuan untuk memudahkan
mengenal kelaian patologi yang mengancam jiwa penderita dalam waktu
singkat. 'arus diingat, pemeriksaan CT scan kepala tidak boleh menunda
tindakan resusitasi atau rujukan ke pusat trauma.
2.1.&.1. Penatalaksanaan Trauma #e'ala Ringan
(
(efinisi: penderita sadar dan berorientasi $-CS 1;"15%
6iwayat:
<ama, umur, jenis kelamin, ras , pekerjaan
0ekanisme cedera
?aktu cedera
Tidak sadar segera setelah cedera
Tingkat kewaspadaan
2mnesia: retrograde, anterograde
Sakit kepala: ringan, sedang, berat
#emeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik
#emeriksaan neurologis terbatas
8
#emeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi
#emeriksaan kadar alkohol darah dan @at toksik dalam urine
#emeriksaan CT Scan kepala sangat ideal pada setiap penderita, kecuali
bila memang sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal
2.1.&.2. Penatalaksanaan Trauma #e'ala "e)ang
(
(efinisi: penderita biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun
masih mampu menuruti perintah
$-CS: A"1,%
#emeriksaan awal
Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darah
sederhana
#emeriksaan CT scan kepala pada semua kasus
(irawat untuk observasi
Setelah dirawat
#emeriksaan neurologis
#emeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila
penderita akan dipulangkan
2.1.&.3. Penatalaksanaan A*al Trauma #e'ala Berat
(
(efinisi: penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana karena
kesadaran yang menurun $-CS ,"+%
#emeriksaan dan penatalaksanaan
2*C(&
#rimary Survey dan resusitasi
Secondary Survey dan riwayat 20#/&
6awat pada fasilitas yang mampu melakukan tindakan perawatan
definitif bedah saraf
6evaluasi neurologis: -CS
9
- 6espon buka mata
- 6espon motorik
- 6espon verbal
- 6efleks cahaya pupil
7bat"7batan
- 0anitol
- 'iperventilasi sedang $#C7)B,5mm'g%
- 2ntikonvulsan
Tes (iagnostik $sesuai urutan%
CT scan
Centrikulografi udara
2ngiogram
2.2. Anestesia pada Trauma Kepala
1
Cedera kepala menyumbangkan 5! kematian pada kasus"kasus trauma.
#rognosis dari cedera kepala tergantung dari derajat kerusakan otak primer dan
systemic insults yang menyebabkan kerusakan otak sekunder $proses
biomolekular%. #enanganan secara bedah dan anestesi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan otak sekuder.
Tujuan penanganan dari cedera kepala baik dari sisi anastesi maupun
bedah adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. (erajat keparahan
cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan glasgow coma scale $-CS%. (ari
gambaran CT"Scan adanya midline shifting . 5 mm, kompresi ventrikel
merupakan indikator peningkatan angka morbiditas.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk depressed skull fractures,
evakuasi hematom pada epidural,subdural dan beberapa hematoma intraserebral
lainnya dan debridement untuk trauma tembus. #emantauan 3C# diindikasikan
pada pasien dengan lesi yang berhubungan dengan hipertensi interkranial :
contusion yang luas, lesi massa, perdarahan intraserebral atau terdapatnya edema
pada hasil radiologi.
10
2.2.1. Manajemen 're%'erati$
#enanganan anestesi pada trauma kepala sudah dimulai sejak awal di
instalasi gawat darurat $3-(%. (engan tetap memperhatikan 2"*"C , pastikan
airway pasien clear, ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dan support sistemik
dilakukan secara simultan dengan evaluasi neurologi dan pembedahan. #asien
dengan peningkatan T31 dapat dberikan diuretik osmotik dan hiperventilasi,
dengan menaikkan kepala $head up% ,
.
. Semua pasien harus dianggap
mengalami trauma servikal hingga hasil radiologi memastikan tidak ada trauma
servikal.
3ndikasi pemasangan intubasi pada trauma kepala diantaranya :
hipoventilasi, refleks muntah tidak ada, -CS dibawah + yang menetap. 2pabila
direncanakan tindakan intubasi pada seorang pasien, maka harus dipertimbangkan
bahwa lambung pasien dalam keadaan penuh, adanya fraktur servikal sehingga
dilakukan inline-stabilization, setelah itu dilakukan pre"oksigenasi, obat induksi
propofol dengan dosis 1,5", mgDkg, obat relaksan otot non"depolarisasi dengan
pilihan rocoronium.
1,5
1asus trauma kepala sering didapati bersamaan dengan trauma di tempat
lainya $multiple trauma% dengan sumber perdarahan yang banyak $terutama
intraabdomen%, laserasi kepala $pada anak"anak%, selain itu dapat terjadi cedera
medula spinalis sehingga terjadi simpatektomi. 1etiga hal ini akan menyebabkan
hipotensi $T(S B A mm'g%, yang harus diatasi dengan resusitasi cairan tidak
boleh mengandung glukosa atau hipotonis. #ilihan resusitasinya adalah kristaloid,
koloid, ataupun darah.
1
&valuasi diagnostik pada pasien trauma kepala harus dipastikan terlebih
dahulu bahwa pasien dalam kondisi stabil, dan harus dilakukan pendampingan
pada kondisi yang critically ill. Sedangkan pada pasien yang gelisah dapat
diberikan agen sedasi.
1
2.2.2. Manajemen ntra+%'erati$
11
#ada prinsipnya manajemen anastesi durante operasi tetap memegang
prinsip neuroanastesia secara umum, yaitu cegah peningkatan T31 dan cedera
otak sekunder. Setelah dilakukan penanganan airway $seperti intubasi di pre"
operatif%, monitoring harus dilakukan untuk memastikan tidak terdapat kondisi"
kondisi yang menyebabkan cedera otak sekunder. 'ipotensi dapat terjadi setelah
induksi akibat vasodilatasi dan hipovolemi dan hal ini harus segera diatasi dengan
pemberan agonist reseptor alfa dan resusitasi cairan. Sedangkan pada saat
pembedahan dapat terjadi respon berupa hipertensi dan takikardi, tetapi dapat pula
terjadi bradikardi akibat T31 yang meningkat $refleks cushing%.
1
'ipertensi dapat diatasi dengan penambahan dosis agen induksi $efek dari
vasodilatasi ataupun inhalasi%. Sediaan beta"blocker dapat pula digunakan pada
kondisi hipertensi yang disertai takikardi. C## yang diharapkan adalah E"11
mm'g. Casodilator sebaiknya dihindari sampai dengan pembukaan duramater.
'iperventilasi hingga #C7
)
B , mm'g juga dihindari pada pasien trauma karena
ditakutkan terjadi penurunan signifikan dari delivery oxygen.
1
12
BAB 3
LAP,RAN #A"U"
3.1. Anamnesis
)entitas Pri-a)i
<ama : 0etro Sitorus
>enis 1elamin : /aki"laki
5sia : 19 tahun
Suku *angsa : *atak
2gama : 1risten
2lamat : >l. -unung 0aria
Status : *elum 0enikah
#ekerjaan : #elajar
Tanggal 0asuk : 1+ 2pril )1; #ukul 1.55 ?3*
3.2. Ri*a.at Perjalanan Pen.akit
1eluhan 5tama : <yeri 1epala
Telaah : (ialami pasien sejak A jam sebelum masuk rumah sakit.
#asien mengalami kecelakaan lalu lintas jatuh dari sepeda
motor dan kepala sebelah kiri membentur aspal jalan.
6iwayat pingsan tidak ditemukan, riwayat muntah proyektil
ditemukan dan riwayat kejang tidak ditemukan.
6#7 : Tidak jelas
6#T : Tidak jelas
1ronologis ?aktu 1ejadian $Time Sequence%
1+ 2pril )1;
#ukul 5. ?3*
#%nsul Anastesi
1+ 2pril )1;
#ukul 1.55 ?3*
Masuk R"UP H. A)am Malik
1+ 2pril )1;
#ukul E. ?3*
,'erasi /rani%t%m.
13
3.3. Primar. "ur0e.
A 1Air*a.2 3 Clear, terpasang nasal kanul )/D3, gargling $"%, snooring $"%,
crowing $"%,
B 1Breathing2 3 Spontan, 66 ))
kali
D
menit
, S# : vesikuler, ST : tidak dijumpai,
pernafasan cuping hidung $"%, jejas pada thorak $"%
4 14ir/ulati%n2 3 terpasang 3C line. 4rekuensi <adi +) =Di, tDv kuat dan cukup,
Tekanan (arah 11DE mm'g, 2kral teraba hangat, merah, dan
kering.
D 1Disa-ilit.2 3 Sens: alert, #upil: isokor, diameter kanan: ,mm D kiri: ,mm, 6C
FDF, kejang $"%, muntah $F%, nyeri kepala $F%.
E 1E5'%sure2 3 oedem $"%
3.& "e/%n)ar. sur0e. 1'ukul 67.662
B
1
1Breath2
2irway: clear, terpasang nasal kanul ) lDi SD-DC:"D"D", S#: vesikuler, ST: $"%,
66: ) =Di, 6iw. asmaDalergiDbatuk : "D"D".
B
2
1Bl%%)2
2kral: 'D0D1, T(: 1)D+ mm'g, '6: +; =Di, tDv kuatDcukup.
B
3
1Brain2
Sens: compos mentis, 6C FDF lambat, pupil isokor GkaH,mm,kiH,mm.
B
&
1Bla))er2
5rine $F%
B
7
1B%*el2
Soepel, peristaltic $F%
B
(
1B%ne2
oedem $"%
14
3.7 Pemeriksaan La-%rat%rium 11896&9261&2
'bD 'tD/euDTr : 1,.;D,+.1DA.;5D1A
#TDa#TTDTTD3<6 : 1+.)$1,.)%D)+.9$,.%D19.A$19.+%D1.)E
4ibrinogenD("dimer : ).D)9
<aD1DCl : 1,AD;.9D1+
5rD Cr : 1E.);D ,95
1-( 2d 6 : 1)
3.( Pemeriksaan :%t% ;+ra. )an 4T+s/an
15
16
17
18
3.<. Diagn%sis $ungsi%nal : '3 -CS 15 F &(' oDt $/% T# vol I 5 cc
3.8. Ren/ana tin)akan : Craniotomy evakuasi &('
3.= Tin)akan )an :%ll%* U'
Pemeriksaan :isik )i BP
B
1
1Breath2
2irway: clear, SD-DC:"D"D", S#: vesikuler, ST: $"%, 66: *radipneu 2mbu
0anual3ntubasi. 0allampati 1,>0' .9 cm,6iw. asmaDalergiDbatuk : "D"D".
B
2
1Bl%%)2
2kral: 'D0D1, T(: 11DE mm'g, '6: + =Di, tDv kuatDcukup.
B
3
1Brain2
Sensorium : Compos mentis, -CS 15, 6C FDF , pupil isokor
GkaH,mm,kiH,mm.
B
&
1Bla))er2
5rine $F%
B
7
1B%*el2
2bdomen soepel, peristaltic $F%
B
(
1B%ne2
7edem pretibial $"%
Tin)akan Pre%'erati$ )an ntu-asi
Teknik ntu-asi
#reoksigenasi +/Dmenit
3C4( propofol 1 mgSelick manuver<istagmus $F%
3C4( 6ocuronium 5 mg2pneu 3ntubasi &TT <o E,5Cuff $F%S#
1aH1i4iksasi.
Tersambung dengan Centilator mesin anestesi, dilakukan pemberian 7
)
1 ! 9 liter.
19
Teknik Anestesi
'ead up ,J
Preme)ikasi : 3C4( 0ilo@ ),5 mg F 4entanyl 15 mcg F lidocain 9 mg
n)uksi : 3njeksi propofol 1 mg
Rela5an : 3njeksi 6ocuronium 1 mg
3nhalasi 2nestesi dengan Sevoflurane 1")!, 7) ) lDi, udara ) /Di
Maintenan/e fentanyl 5mcgD, menit, rocuronium 1mgD, menit
#ea)aan Durante ,'erasi
Tekanan darah : 1 8 1;D5 " + mm'g
(enyut nadi : +;"11 =Dmenit
6espiratory rate : 1;"19 =Dmenit
Cairan : " #re"7perasi 6sol 5 cc,
" (urante 7perasi 15 6sol, 5 cc '&S, 1E5 cc
#6C
#erdarahan : F 5 cc
#enguapan : F , ccDjam
57# : ,5 ccD jam
/ama operasi : F , jam 15 menit $E.15 8 1.,%
20
Pemeriksaan P%st ,'erasi
B
1
1Breath2
2irway: Clear, spontan S#: vesikular , ST: $"% , Sp7): AA!.
B
2
1Bl%%)2
2kral: 'D0D1, T(: 11DE mm'g, '6: +; =Dmnt, reg, tDv: kuatD cukup
B
3
1Brain2
Sens: (#7, pupil isokor G 1aH,mm,1iH,mm, 6C FDF
B
&
1Bla))er2
5rine $F%, Col: , ccD jam, warna: kuning jernih
B
7
1B%*el2
2bdomen soepel, peristaltik $F%
B
(
1B%ne2
7edem $"%
Tera'i P%st ,'erasi
3C4( 1etorolac , mgD + jam F 3C4(. Tramadol 1 mgD1) jam
*ila mualDmuntah, kepala miring kiri atau kanan, suction $kDp%
3C4( 6Sol , gttDi
(iet 0SS jika peristaltik $F% normal dan pasien sadar penuh
Terapi lain sesuai dengan bedah syaraf
Pemeriksaan Lanjutan P%st ,'erasi
#emantauan tensi, nadi dan nafas setiap 15 menit selama ) jam post
operasi
(arah lengkap #ost 7perasi
21
22
BAB &
PEMBAHA"AN
&.1 Pem-ahasan
#asien datang dengan kondisi -CS 15 dan jalan napas yang adekuat
sehingga tidak perlu dilakukan three airway manuver ataupun tindakan intubasi.
Selain itu, tekanan darah dalam batas normal dan denyut nadi dengan tekanan dan
volum yang cukup sehingga tidak perlu dilakukan resusitasi cairan.
E

#rinsip pemberian cairan adalah dapat diberikan cairan hiperosmolar untuk
mengatasi edema cerebral dengan membuat gradient osmolar antara ruang
intravaskular dengan jaringan cerebral. 'ipertonik saline dan manitol adalah
modalitas terapi hiperosmolar. Cairan salin hipertonik terbukti dapat menurunkan
3C#. Tujuan yang ingin dicapai dengan penggunaan salin hipertonik adalah
mempertahankan normovolemia dengan bantuan monitoring CC#, atau
pulmonary arterial catheter. #emberian ,! saline solution E5"15 mlDjam dengan
bolus )5 ml diberikan pada terapi yang agresif. <amun, pada pasien ini hanya
mendapatkan cairan normosalin berupa 6sol yang mempunyai osmolaritas sedikit
lebih tinggi dibanding dengan osmolaritas darah sehingga diharapkan tidak
memperberat oedem yang terjadi.
E
1ondisi hiperglikemia merupakan manifestasi respon stress akibat trauma
kepala yang berat. #asien dengan trauma kepala berat mempunyai kadar gula
darah yang lebih tinggi dibanding trauma ringan maupun sedang. Selain itu,
hiperglikemia juga menjadi indikator beratnya trauma yang terjadi dan prediktor
outcome pasien. #ada pasien ini, kadar gula darah sewaktu masih dalam batas
normal.
E
>enis anastesi yang dilakukan pada pasien ini adalah general anastesi
dikarenakan tindakan operasi dilakukan pada bagian kepala. eneral anestesi
$anestesi umum% adalah usaha untuk menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. #erbedaan
dengan anestesi lokal antara lain pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit setempat
sedangkan pada anestesi umum pada seluruh tubuh. #ada anestesi lokal yang
23
terpengaruh adalah saraf perifer sedangkan pada anestesi umum yang terpengaruh
saraf pusat dan pada anestesi lokal tidak terjadi kehilangan kesadaran.
E
Teknik -2 dapat dilakukan dengan inhalasi, parental, dan rektal. 7bat 8
obat yang digunakan melalui inhalasi antara lain : <
)
7, 'alothan, &nflurane,
&ther, 3soflurane, Sevoflurane, 0eto=iflurane, Trilene. 7bat 8 obat melalui
parenteral antara lain : #enthotal, 1etamin, #ropofol, &tomidat, dan golongan
*en@odia@epine. 7bat 8 obat yang diberikan secara intramuskuler antara lain
1etamin sedangkan obat yang diberikan melalui rektal adalah &tomidat
$dilakukan untuk induksi pada anak%.
E

#rinsip manajemen anestesi pada pasien dengan massa intrakranial yang
menyebar luas adalah memaksimalkan ketahanan intrakranial dengan
meminimalisasi volume di dalam kompartemen intrakranial. Semua agen induksi
secara intravena $thiopental, etiomidate dan propofol% kecuali ketamin, diketahui
memiliki efek vasokonstriksi dan pilihan yang sesuai untuk mempertahankan
stabilitas hemodinamik. 1etamin dinilai dapat menyebabkan peningkatan
cerebral metabolic rate! cerebral blood flow dan intracranial pressure. #ada
pasien ini induksi dilakukan dengan menggunakan agen propofol.
E
#rinsip pemberian cairan hiperosmolar pada pasien ini adalah mengatasi
edema cerebral dengan membuat gradient osmolar antara ruang intravaskular
dengan jaringan cerebral. 'ipertonik saline dan manitol adalah modalitas terapi
hiperosmolar. Cairan salin hipertonik terbukti dapat menurunkan 3C#. Tujuan
yang ingin dicapai dengan penggunaan salin hipertonik adalah mempertahankan
normovolemia dengan bantuan monitoring CC#, atau pulmonary arterial catheter.
#emberian ,! saline solution E5"15 mlDjam dengan bolus )5 ml diberikan pada
terapi yang agresif. #ada pasien ini hanya mendapatkan cairan normosalin berupa
6sol yang mempunyai osmolaritas sedikit lebih tinggi dibanding dengan
osmolaritas darah sehingga diharapkan tidak memperberat oedem yang terjadi.
E
Secara teori, hiperventilasi dapat mengontrol tekanan intrakranial dan
membalikkan kondisi asidosi. *agaimanapun juga, pada pasien dengan trauma
kepala aliran perfusi jaringan otak menjadi rendah dan juga terjadi vasokonstriksi
sehingga dapat berakibat iskemik jaringan. (ari beberapa penelitian kondisi
24
hiperventilasi berpotensi merusak sehingga harus dihindari. #ada pasien ini
selama operasi dikondisikan pernapasan sejumlah 1;"19 kaliDmenit.
E
25
BAB 7
#E"MPULAN DAN "ARAN
7.1. #esim'ulan
/aki"laki, 19 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala yang dialami
pasien sejak A jam sebelum masuk rumah sakit. #asien mengalami kecelakaan lalu
lintas jatuh dari sepeda motor dan kepala sebelah kiri membentur aspal jalan.
6iwayat pingsan tidak ditemukan, riwayat muntah proyektil ditemukan dan
riwayat kejang tidak ditemukan. (i 3-( dilakukan penilaian primary dan
secondary survey, kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium, ="ray dan CT"Scan. (ari hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang dapat ditegakkan diagnosa '3 -CS 15 F &(' oDt $/% T# vol I 5 cc.
Terapi definitif pada pasien ini yaitu dilakukan craniotomy dengan general
anestesi untuk mengevakuasi &(' tersebut.
7.2. "aran
Sebagai seorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang benar
dalam menghadapi pasien yang datang dengan keluhan nyeri kepala akibat trauma
kepala yang dialami untuk menghindari terjadinya secondary brain in"ury.
26
DA:TAR PU"TA#A
1. *utterworth >4, 0ackey (C, ?asnick >(. 0organ K 0ikhailLs Clinical
2nesthesiology. 5th &d. <ew Mork: /ange 0edical #ublishingN )1). 'h
5A,"9;
). /iebeskind (S. &pidural 'ematoma" *ackground, &pidemiology.
0edscape 6eference )1;. 2vailable from :
http:DDemedicine.medscape.comDarticleD
,. 2merican College of Surgeon Committee of Trauma,);. 2dvanced
Trauma /ife Support Seventh &dition. 3ndonesia: 3kabi *arret"<erin, ># K
'erndon, (<. Cedera 1epala. <ew Mork: 0arcel (ekker, );. 'h 19E"
1+9
;. 6ull -urvinder. &=tradural 'ematoma. #atient.co.uk. 2vailable from :
www.patient.co.ukDdoctorDe=tradural"haematoma
5. /iebeskind (S. &pidural 'ematoma Treatment and 0anagement. )1;.
2vailable from : http:DDemedicine.medscape.comDarticleD11,E95"
treatment
9. Komisi Trauma IKABI Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Advanced Trauma
Life Support for Doctor (ATLS) 8th edition. 2012.
E. Yao, F. Yao and Artusios Anesthesiology Problem Oriented Patient
Management. New York : ;2010. Hh 602-621.

You might also like