You are on page 1of 17

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

IKD III

Di Susun Oleh :
(Kelompok 3)
1.
2.
3.
4.

Yunike Wirahmaningrum HS
Jane Elisabeth
Feggi Giovanni Anggasta
Dewi Susanti Salampessy

(111 0711 018)


(111 0711 080)
(111 0711 005)
(111 0711 116)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A.

Konsep Komunikasi
1) Pengertian
Komunikasi
memungkinkan

adalah
seseorang

elemen
untuk

dasar

dari

menetapkan,

interaksi

manusia

yang

mempertahankan,

dan

meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena komunikasi dilakukan


seseorang setiap hari, orang seringkali salah berfikir bahwa komunikasi adalah
suatu yang mudah. Namun sebenarnya komunikasi adalah proses komplek yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non-verbal dari informasi dan ide. Komunikasi adalah sebuah faktor
yang paling penting , yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapetik
antara perawat dan klien
2) Tujuan Komunikasi

B.

Agar pesan yang disampaikan dimengerti oleh orang lain

Agar dapat memahami orang lain

Agar gagasan dapat diterima orang lain

Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

Konsep Komunikasi terapeutik


1) Pengertian
Komunikasi terpetik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien
namun direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesinal (kaltner, schwecke,
dan

bostrom

1991).

Komunikasi

terpetik

mengembangkan

hubungan

interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus,
karena perawat harus memperhatikan pada berbagai interaksi dan tingkahlaku
non-verbal. Komunikasi terapetik disampaikan secara rahasia dan tidak
disebarkan sebagai gosip, maka klien akan merasa nyaman untuk memaparkan

hal-hal yang berhubungan dengan data kesehatan, apa yang menjadi perhatian,
katakutan atau masalah keluarga. Dalam situasi ideal, perawat harus
mewaspadai keinginan untuk berbagi informasi yang didapat dari kienselama
pemaparan. Perawat dengan sengaja member informasi untuk kepentingan
pasien dan memaksimalkan rencana perawatan. Hanya tim keperawatan
kesehatan yang secara langsung terlibat pada rencana klien untuk perawatan
yang memiliki tanggung jawab pada informasi tersebut. Kerahasian selalu
dijaga setiap saat dalam berhadapan dengan status pemaparan.
Komunikasi terpetik akhirnya menentukan perawat untuk menetapkan
hubungan kerja dengan klien dan keluarganya. Perawat harus waspada tentang
perbedaan budaya karena kadang klien merasa enggan untuk berbagi informasi
secara terbuka dengan propesional. Proses komunikasi terapeutik seringkali
meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk
membantu klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.

2) Fungsi komunikasi Terapeutik


Menurut Engel dan Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk :2-3)
fungsi komunikasi terapeutik yaitu :

Membina hubungan saling percaya perawat-klien

Memudahkan untukmendapatkan data yang tepat dan akurat dari klien

Menetapkan peran dan tangguing jawab perawat-klien

Memecahkan tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien

3) Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri komunikasi terapeutik (arwani,
2003) yaitu :

Ikhlas

Semua perasaan negative yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengomunikasikan
kondisinya secara tepat

Empati
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien.

Hangat
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan , diharapkan pasien
dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut,
sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih dalam.

C.

Teknik Komunikasi Terapeutik


Tiap klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasi

yang

berbeda

pula.

Tehnik

komunikasi

berikut

ini,

menggunakan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan
Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1)

Mendengarkan dengan penuh perhatian


Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:

Pandang klien ketika sedang bicara

Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk


mendengarkan.

Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan


kaki atau tangan.

Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau


memerlukan umpan balik.

2)

Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

Menunjukan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien.
Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan
sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut
ini menunjukkan sikap perawat yang menunjukan penerimaan :

Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.

Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi


verbal.

Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau


mencoba untuk mengubah pikiran klien.
Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata ya, saya
mengikuti apa yang anda ucapkan. (cocok 1987)
3)

Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai berbicara


Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topic pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti
tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya
untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk
membuka pembicaraan.
Contoh :

- Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?


- Apakah yang sedang saudara pikirkan?

- Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?


4)

Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan
topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial
budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

5)

Mengulang ucapan dengan menggunakan kata-kata sendiri


Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati
ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika
pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh : - K : saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga
- P : Saudara mengalami kesulitan untuk tidur.

D.

Sikap komunikasi Terapeutik


Menurut Egan ada Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik
yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik , yaitu :
1)

Berhadapan
Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu untuk
klien.

2)

Mempertahankan kontak mata

Kontak mata berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk


tetap berkomunikasi.
3)

Membungkuk ke arah klien

Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar


sesuatu.
4)

Mempertahankan sikap terbuka

Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk


berkomunikasi, sebuah sikap menerima kehadiran orang lain dalam
komunikasi.
5)

Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon kepada klien.

E.

Strategis Acara Penyuluhan

1)

Fase orientasi
Fase orientasi dimulai ketika perawat dan klien bertemu untuk pertama
kalinya. Fase ini menentukan bagaimana hubungan perawat dengan klien
selanjutnya. Fase orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidakpastian dan eksplorasi.
Selama pertemuan pertama, kedua belah pihak secara akrab saling
mengkaji. Perawat dan klien membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah
laku masing-masing. Komunikasi terapetik akan menjadi lebih efektif jika
perawat tulus, penuh empati, dan perhatian.
Perawat dan klien bertemu dan saling mengenal nama. Sangat bijak untuk
menyebut klien secara formal dengan menggunakan nama keluarga; misalnya
perawat dapat mengatakan selamat pagi nona dewi. Saya Nona yunike . saya
perawat mahasiswi yang ditugaskan untuk merawat anda hari ini. Ketika
hubungan terapeutik dikembangkan, klien akan meminta perawat untuk
menjadi lebih santai.
Contoh :
Perawat : hari ini benar-benar menyenangkan nyonya dewi.

Klien : ya, memang. Jika saya ada di rumah dan merasa sehat, saya

akan

berkebun di taman saya.


Perawat : anda suka berkebun? Tanaman apa yang anda suka tanam?
Klien

: oh, apa saja. Saya suka tomat, selada, dan juga jeruk.

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:


a) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka.
b) Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali
kontrak yang telah disepakati bersama.
c) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang
umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan
terbuka.
d) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik
karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat
dan klien.
2)

Fase kerja
Tahap kerja ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuard , G. W; 1908) pada tahap ini prawat dan klien bekerja bersama-sama
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut
kemempuan perawat untuk mendorong klien mengungkapkan perasaan dan
pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat
analisis yang tinggi terhadap perubahan dalam respon verbal maupun non-verbal
klien. Pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanaakan konseling atau
komunikasi terpetik sangat menentukan keberhasilan perawat pada tahap ini.
Tahap kerja berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan perawatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini
perawat perlu melakukan aktif listening karena tugas perawat pada tahap ini

bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melali aktif listening, perawat


membantu klien untuk mendefinikasikan masalah yang dihadapi, bagai mana
cara mengatasi masalah dan mengevaluasi cara atau alternative pemecahan
masalah yang dipilih. Karenaitu, perawat dituntut untuk peka terhadap ucapan
verbal maupun respons non verbal klien sehingga ia dapat menentukan rencana.
Membuat tujuan dan melaksanakan tindakan sesuai tindakan dan kebutuhan
klien. Teknik komunikasi terapetik pada tahap ini antara lain ; eksplorasi,
refleksi, berbagi presepsi, memfokuskan, dan menyimpulkan. (Geldard , D;
1996).
Pada setiap tahap kerja ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik penyimpulan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan dan membantu
perawat klien memiliki pikiran dan ide yang sama. Tujuan teknik penyimpulan
adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema emosiaonal yang penting
(fontain dan Flectner, 1999). Oleh karena itu diharapkan klien merasa bahwa
perawat memahami pesan-pesan yang telah disampaikan. Tetapi jika perawat
tidak menyimpulkan permasalahan yang dihadapi klien, maka dapat
mengakibatkan adanya ketidak samaan presepsi terhadap masalah antara
perawat dank lien. Sehingga penyelesaan masalah tidak terarah dan tidak
relevan dengan hasil yang diharapkan dan masalah klien menjadi tidak
terselesaikan.
Tujuan tindakan keperawatan :

meningkatakan pengertian dan pengenalan pasien

mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien

meleksanakan terapi

melakukan/melaksanakan pendidikan kesehatan

melaksanakan kolaborasi

melaksanakan observasi

3) Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah

hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu
yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh
proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan
(evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak
lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja
dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak
lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.

Contoh Kasus :
Ny.Ani (23 tahun) melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 2,5 kg pada usia
kehamilan 38 minggu di RS Kasih. Ny. Ani adalah ibu rumah tangga sedangkan
suaminya bekerja sebagai karyawan di PT.maju-mundur. Persalinan normal. Ini
merupakan persalinan pertama dan anak pertama dari pasangan Ny. Ani dengan
Tn.Budi (26 tahun). Sehingga Ny. Ani belum mengerti dan belum memiliki
pengalaman mengenai tehnik perawatan tali pusat bayi serta cara memandikan bayi
yang benar. Perawat Nana bertugas untuk melakukan pelayanan terhadap klien Ny.
Ani.
Fase Komunikasi Terapeutik
A.

Fase Orientasi

Nana : Selamat pagi ibu (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan)
Nama saya Nana Mardiana, Saya senang dipanggil suster Nana.
Oya, Nama ibu siapa?
K

: Ibu Ani Suyarni

: Senangnya dipanggil apa bu?

: ibu Ani

: Oke ibu Ani, Saya adalah perawat yang bekerja di RS ini bu. Saya akan
membantu perawatan bayi ibu selama 4 hari kedepan ya bu dimulai dari
hari ini. Saya datang jam 7 pagi dan pulang jam 2 siang. Apabila ada
keperluan dengan saya dan saya tidak berada disini, Ibu dapat memanggil
saya dengan memencet bel ini ya bu (tunjuk kearah belnya). Bagaimana
perasaan ibu setelah melahirkan? (sambil duduk disamping klien)

: Saya bingung suster, saya merasa bahagia sekaligus sedih. Ini adalah
anak pertama saya, Saya ingin sekali membantu memandikannya tapi saya
takut suster, selain itu saya juga tidak mengerti merawat tali pusat bayi
saya suster nana.

: Oke ibu, Sebelumnya selamat ya bu atas kelahiran putri ibu yang cantik
ya bu. Baiklah ibu Saya akan membantu ibu mengajarkan bagaimana cara
perawatan tali pusat dan memandikan bayi ibu ya bu.Untuk tempatnya
cukup kita lakukan di ruangan ini saja ya bu. Tidak lama kok bu, sekitar
limabelas menit. Mohon kerja samanya ya bu.

K
B.

: Baik Suster.

Fase Kerja
N

: Oke bu Ani, Dalam memandikan bayi kita harus hati-hati ya bu, kulit
bayi yang baru lahir masih sangat sensitif ya bu. Kita pastikan semua
peralatan sudah kita sediakan sebelum kita memandikan bayinya ya bu.
Pemilihan waktu memandikan bayi sebaiknya dilakukan pada pertengahan
waktu makan bayi ya bu sehingga bayi siap untuk dimandikan. Sedangkan
untuk perawatan tali pusat akan kita lakukan setelah bayi dimandikan ya
bu, ini sangat penting sekali bu, untuk mencegah terjadinya infeksi. Nah,
untuk meningkatkan proses pengeringan dan penyembuhan tali pusat pada
saat memandikan bayi baru lahir tidak dianjurkan untuk di celupkan

dalam bak mandi ya bu Ani sampai tali pusat putus dan umbilikus atau
tanda luka sembuh. Bagaimana bu Rani?
K

: iya suster

: Oke ibu, Kita mulai ya bu Ani.


Kita persiapkan alat-alatnya dulu bu. Alat-alatnya dapat diperhatikan ya
bu.
- Ada Handuk dan waslap bersih
- Sabun bayi dan shampoo
- Alkohol 70%, perhatikan di labelnya ya bu, yang 70 %
- Cotton bud atau kapas bersih
- Kapas untuk membersihkan perineal atau bagian alat kelaminnya bu
- Waskom atau bak mandi bayi
- Bengkok atau mangkuk kecil bu
- Air hangat
- Popok dan pakaian bersih
- Keranjang untuk baju kotor
Ada yang mau ditanyakan ibu, mengenai peralatan yang perlu disediakan
bu Ani.

: Tidak suster

: Pertama kita cuci tangan dulu ya bu Ani. (sambil ajarkan cuci tangan
yang benar)

: (memperhatikan)

: Oke setelah itu. Masukkan air hangat kedalam waskom ya bu. Nah, Ada
beberapa hal yang harus dipastikan kembali ya bu seperti: suhu tubuh
bayi, pernapasannya ada sesak atau tidak ya bu, berikan posisi yang
nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam inkubator, ingat ya bu tidak
boleh dicelupkan bayinya. Kemudian periksa kembali temperatur air
dengan suhu 37 38 derajat celcius/ atau hangat hangat kuku, Nah air
dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bath) dan
membersihkan rambut ya bu. Kita mulai memandikan ya bu.

Pertama kita mulai dengan mengusap mata dari arah kantus


dalam ke kantus luar, gunakan air bersih dan bagian berbeda untuk

tiap tiap mata ya bu Rani. (jangan lupa tetap kontak mata dengan
klien)

Bersihkan wajah dengan lembut, gunakan air biasa / tanpa


menggunakan sabun, seperti ini bu.(praktekkan)

Untuk membersihkan rambut pegang bayi dengan aman ya bu,


gunakan football hold (sambil tunjukkan alatnya), selanjutnya
basahi rambutnya dengan air secara lembut ya bu rani. Usapkan
shampoo bayi dengan menggunakan lap, bilas rambut dan keringkan
kulit kepala dengan cepat ya bu.

Membersihkan telinga luar, bersihkan dengan gerakan memutar


dan gunakan bagian yang berbeda untuk tiap tiap- telinga. Seperti
ini bu (tunjukkan caranya)

Selanjutnya kita membersihkan bagian tubuh ya bu: setelah


melepas selimut mandi atau pakaian bayi, bersihkan leher, dada,
lengan dan punggung dengan cara yang sama. Bersihkan tubuh
dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan keringkan bagian
tubuh yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian yang lain

Untuk membersihkan genetalia atau alat kelamin bu, karena


bayi ibu perempuan : bersihkan labia (tunjukkan) secara perlahanlahan dengan arah dari depan ke belakang ya bu. Diingat ya bu
jangan sampai terbalik.

Nah, sudah selesai ya bu memandikan bayinya. Tapi jangan


lupa bu Bersihkan dan keringkan, gunakan handuk bersih yang telah
disediakan ya bu.

Kemudian tidak dianjurkan ya bu ani menggunakan bedak,


minyak atau lotion pada kulit bayi.

Selanjutnya kita mulai perawatan tali pusatnya ya bu Rani.


Biasanya bu ujung tali pusat akan mengering dan putus pada 7 10
hari sesudah bayi lahir, bisa juga 15 18 hari atau lebih. Kita mulai ya
bu

Pertama

ambil

Alkohol

bersihkan

tali

pusat

dengan

menggunakan alkohol dimulai disekitar hubungan antara tali pusat

dan kulit. Jika perlu angkat tali pusatnya ya bu agar perawatan lebih
adequat atau bagus begitu ya bu.

Setelah selesai dibersihkan ambil popok bayi yang akan


dikenakan ya bu. Gunakan popok dengan lipatan ke depan dan
berada dibawah tali pusat, biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka
ya bu.Nah, ini bertujuan agar memudahkan dan mempercepat
pengeringan pada tali pusat

Nah, Jika nanti suatu waktu daerah sekitar tali pusat berwarna
merah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap disekitarnya. harus
diperhatikan ya bu, karena ini tanda adanya infeksi tali pusat dan
segera laporkan ya bu untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang lebih lanjut.

Selanjutnya pasangakan pakaian bayi yang tepat sesuai dengan


kondisi lingkungan.

Oke, sudah selesai ya bu... Mudahkan bu, Asalkan dilakukan


dengan hati-hati bu. Bagaimana ibu Ani ada kesulitan?

C.

Fase Terminasi Sementara


N

: Baiklah ibu Ani, Coba disebutkan tahapan-tahapannya kembali bu


dimulai dari peralatan kemudian cara memandikan hingga merawat tali
pusat dan mengenakan pakaian ya bu.

: ..........

: Oke, bagus sekali ibu, ibu mampu menyebutkannya dengan sempurna.


Saya yakin ibu mampu melakukannya. Kita coba besok pagi ya bu.
Baiklah ibu, saya rasa pertemuan kita hari ini cukup, Kita akan bertemu
lagi besok pagi ya bu. Terima kasih kerjasamanya ya bu. Selamat pagi
(beranjak pergi meninggalkan ruangan).

D.

Fase Orientasi
Tahap orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.
Sehingga fase perkenalan tidak perlu diulang kembali, Perawat cukup memberi
salam dan memanggil nama klien. Berikut contoh analisa komunikasi pada fase
orientasi:

: Selamat pagi ibu Rani

: Pagi suster.

: Bagaimana kabarnya ibu? Tampaknya ibu gembira sekali ya bu.

: baik Suster.

: Ibu Rani masih ingat apa yang akan kita lakukan pagi ini bu sampai
dengan 15 menit kedepan?

: iya Suster .

: Iya benar sekali ibu, tampaknya ibu sudah tidak sabar ya bu untuk
memandikan dan merawat bayi ibu.
Baiklah ibu langsung saja kita mulai ya bu, baiklah semua peralatan sudah
saya sediakan. Menurut ibu ada yang kurang atau tidak bu? Kita lakuakan
di kamar ini saja ya bu, sama seperti kemarin

: baik suster ..... (Ibu Rani melakukan tahapan demi tahapan dengan baik
sekali samapai dengan selesai walaupun melakukannya dengan grogi)

: Bagus sekali ibu, coba sedikit lebih lembut mengusapnya ya bu.

: baiklah suster

: Nah, akhirnya ibu dapat menyelesaikan semua tahapan dengan benar.


Bagus sekali bu. Saya percaya ibu sudah dapat melakukannya secara
mandiri.

E.

Terminasi Akhir
N

: baiklah ibu Ani, Saya melihat Ibu Ani sudah dapat melakukan cara
memandikan dan merawat tai pusar bayi ibu dengan baik. Saya percaya
ibu sudah dapat melakukannya secara mandiri. Tetapi saya ingatkan
kembali ya bu. Jika nanti suatu waktu daerah sekitar tali pusat berwarna
merah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap disekitarnya. harus
diperhatikan ya bu, karena ini tanda adanya infeksi tali pusat dan segera
laporkan ya bu untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
lanjut.
Bagimana perasaan Ibu Rani setelah bekerjasama dengan saya bu dalam
merawat bayi ibu.

Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif
diperlukan latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek
terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.

Daftar Pustaka

Potter, P.A & Perry, A.G.(2005). Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice. Jakarta: EGC
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

You might also like