COSTING (ABC) PADA CV USARI Dilla Lissa Arumsari, Susanto Diamandjojo Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang 50275 Email: dillalissa.arumsari@gmail.com
Abstract: The purpose of this final project is to calculate cost of production Majalah Adila, Lembar Kerja Siswa, and Agenda Migas using the Traditional method and Activity Based Costing and then compare this calculation. In calculating the cost of production, CV Usari just calculate with cost of materials. The calculation of cost of production very important for company, it caused to determine of the selling price. Type of data used are primary and secondary data. This primary data covering production processes, and secondary data covering company profile and costs are included cost of production calculation. The methods used to collect data were interviews, observation, and study libraries. Data obtained from observation and interviews is the December 2012 data is the raw materials cost data, labor cost, factory overhead cost data, direct labor hours, and hours of engine operation data. The result of the calculation of production cost per unit indicates that the calculation cost of production by Activity Based Costing method more accurate than Traditional method because it can save factory overhead cost so it caused competitive of selling price. Keywords: Cost of Production, Traditional Method and Activity Based Costing.
Abstrak: Tugas Akhir ini bertujuan untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi produk Majalah Adila, Lembar Kerja Siswa, dan Agenda Migas dengan menggunakan metode Tradisional dan Activity Based Costing kemudian membandingkan hasil perhitungan tersebut. Dalam memperhitungkan harga pokok produksinya CV Usari hanya menghitung berdasarkan biaya bahan. Perhitungan harga pokok produksi sangat penting bagi perusahaan karena akan berdampak pada penentuan harga jual. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer ini meliputi proses produksi, dan data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan dan biaya-biaya pembentuk perhitungan harga pokok. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara adalah data bulan Desember 2012 yaitu data biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, data jam kerja langsung, dan data pemakaian jam mesin. Hasil perhitungan harga pokok per unit menunjukkan bahwa harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih akurat karena dapat menghemat biaya overhead pabrik sehingga penentuan harga jual menjadi lebih kompetitif. Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Tradisional dan Activity Based Costing.
PENDAHULUAN Tujuan utama perusahaan didirikan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Keuntungan perusahaan diperoleh dari laba memadai yang dihasilkan dari produk atau jasa perusahaan. CV Usari adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yaitu percetakan yang berlokasi bisnis di Jalan Genuk Perbalan V No.10, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang. Dalam perusahaan manufaktur, salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam menentukan harga pokok produksi secara akurat karena harga pokok produksi tersebut akan dijadikan dasar dalam penentuan harga jual dan menghitung laba atau rugi perusahaan. Dalam menentukan harga pokok produksi setiap produk, CV Usari hanya memasukkan komponen biaya bahan saja. Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan perhitungan harga pokok produksi secara tepat. Ada dua metode perhitungan harga pokok produksi yaitu metode Tradisional dan Activity Based Costing. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode Tradisional akaan lebih efektif digunakan jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk saja, akan tetapi jika perusahaan memproduksi lebih dari satu produk maka perusahaan harus memisahkan biaya overhead pabrik untuk masing-masing produk. Tugas Akhir ini bertujuan untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode Tradisional dan Activity Based Costing kemudian membandingkan hasil perhitungan dengan menggunakan kedua metode tersebut.
METODE Setiap usaha yang dinyatakan sebagai penelitian ilmiah harus didasarkan pada metode tertentu yang menjadi pedoman. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metodologi adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi maslah yang dihadapi itu (Keraf, 2004:354). Kerangka teoritis atau kerangka ilmiah merupakan metode-metode ilmiah yang akan diterapkan dalam pelaksanaan tugas itu. Jadi, metodologi memiliki peranan yang sangat penting karena menentukan baik buruknya hasil penyusunan karya ilmiah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah: a. Wawancara Menurut Soeratno dan Lincolin (2003:89), wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden. Teknik wawancara ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu tentang proses produksi, biaya produksi, cara perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh CV Usari dan penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan judul penelitian kepada karyawan CV Usari. b. Observasi Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi objek Tugas Akhir. Observasi ini dilakukan pada masing-masing
bagian antara lain bagian pra cetak, cetak, dan finishing. c. Studi Pustaka Studi pustaka adalah teknik dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai pendukung dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan melalui media buku dan browsing internet dalam mengumpulkan data mengenai teori yang ada dalam penelitian.
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah analisis komparasi. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi dengan metode Tradisional dan Activity Based Costing. Berikut tahapan analisis data pada Tugas Akhir ini: 1. Melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Tradisional. 2. Melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing dengan tahapan: a. Prosedur tahap pertama, yang terdiri dari: (1) Penentuan aktivitas. (2) Pengelompokan aktivitas yang homogen. (3) Penghitungan biaya pool. (4) Perhitungan tarif per kelompok aktivitas (pool rate). b. Prosedur tahap kedua, yaitu pembebanan biaya ke produk. 3. Melakukan analisis komparasi hasil perhitungan harga pokok produksi per unit dengan menggunakan metode Tradisional dan Activity Based Costing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Harga pokok produksi adalah proses pengumpulan, pengelompokkan dan pembebanan biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Metode tradisional menurut Daljono dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok & Pengendalian dikenal dengan istilah akuntansi biaya tradisional. Daljono (2011:259) mengemukakan bahwa akuntansi biaya tradisional, membebankan BOP ke unit produk individual dengan menggunakan jam kerja langsung atau jam kerja mesin. Dalam sistem biaya Tradisional, pemicu biaya yang digunakan hanya didasarkan atas unit saja, yang diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin, atau biaya bahan. Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. Selain sistem biaya Tradisional, terdapat perhitungan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas yang kita kenal dengan nama Activity Based Costing (ABC). Metode Activity Based Costing mendasarkan pada anggapan bahwa jika produk mengkonsumsi banyak sumber daya overhead (memakai banyak aktivitas), maka produk tersebut harus menanggung BOP yang lebih besar daripada produk lain yang hanya mengkonsumsi sumber daya sedikit. Activity Based Costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut (Blocher, Chen dan Lin, 2007:222). Aktivitas adalah kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas. Akuntansi biaya tradisional, dalam membebankan BOP melibatkan 2 tahap yaitu (1) BOP dibebankan ke unit organisasional (departemen), dan (2) kemudian BOP dibebankan ke produk. Sedangkan dalam sistem ABC, tahap yang pertama adalah mengusut biaya ke aktivitas di pusat kegiatan atau cost pool (bukan pembebanan ke unit organisasi), dan tahap yang kedua adalah pembebanan
biaya ke produk. Perbedaan mendasar antara metode Activity Based Costing dengan metode tradisional adalah dalam pembebanan BOP. Pada tahap kedua, penekanannya adalah atributasi secara langsung (dengan mencari hubungan sebab dan akibat), sedangkan pada metode tradisional tahap ini kebanyakan menggunakan alokasi dan mengabaikan hubungan sebab akibat. ABC menggunakan pemacu biaya aktivitas yang berdasarkan unit (unit-based activity driver) dan menggunakan cost driver yang berdasarkan pada non-unit (nonunit-based activity driver). Menurut William K. Carter (2009:533), perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah bahwa semua sistem ABC merupakan sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap tergantung dari departemen atau pusat biaya lain dibuat. Beberapa sistem tradisional ada yang terdiri satu tahap akan tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap. Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume dapat menyediakan biaya yang cukup akurat. Menurut Blocher dkk (2007:220), hal tersebut dapat terjadi ketika operasi perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Lini produk dan jasa yang hanya beberapa dan mirip. b. Biaya overhead yang relatif rendah. c. Proses konversi yang homogen untuk seluruh produk atau jasa. d. Jalur distribusi, permintaan pelanggan dan pelanggan yang serupa. Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak biaya yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Hal ini dapat menyebabkan distorsi/kekeliruan pembebanan biaya. Keterbatasan utama dari sistem penentuan harga pokok tradisional adalah penggunaan tarif tunggal yang mendasarkan pada volume. Menurut Blocher dkk (2007:220), distorsi dari sistem biaya overhead berdasarkan volume meningkat ketika keanekaragaman produk meningkat, karena sistem biaya ini: a. Dirancang untuk menentukan biaya produk secara keseluruhan, bukan berdasarkan karakteristik- karakteristik unit produksi dalam operasi yang berbeda. b. Menggunakan penggerak biaya yang berlaku di seluruh perusahaan dan mengabaikan perbedaan aktivitas untuk produk atau proses produksi yang berbeda dalam pabrik atau departemen. c. Menggunakan volume aktivitas untuk seluruh operasi seperti jam atau nilai dolar (satuan mata uang) tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk mendistribusikan biaya overhead ke seluruh produk sementara aktivitas tertentu adalah bagian kecil dari aktivitas keseluruhan. d. Kurang menekankan analisa produk jangka panjang.
ABC system menjadikan aktivitas sebagai titik pusat kegiatan. Oleh karena aktivitas dapat dijumpai baik di perusahaan manufaktur, jasa, maupun perusahaan retail, maka ABC system dapat diterapkan sama baiknya di ketiga tipe perusahaan tersebut. Dengan sistem Activity Based Costing ini, untuk pertama kalinya perusahaan jasa dan perusahaan dagang dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk mengurangi biaya dan penentuan kos produk atau jasa. Menurut Daljono (2011:267), manfaat penggunaan metode Activity Based Costing antara lain: a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Penerapan metode activity based costing akan meningkatan ketepatan pengambilan
keputusan karena penentuan harga pokok produk lebih informatif. Keputusan yang tidak tepat sering terjadi karena informasi berdasarkan unit yang disajikan mengalami distorsi. Metode activity based costing mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk. b. Aktivitas perbaikan secara terus- menerus untuk mengurangi biaya overhead pabrik Umumnya perusahaan saat ini menginginkan adanya penurunan biaya overhead pabrik. Penurunan biaya overhead pabrik tersebut dilakukan dengan cara menetapkan perbaikan secara terus-menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menetapkan metode activity based costing, manajer akan memahami bahwa aktivitas akan memicu timbulnya biaya. Oleh karena itu aktivitas- aktivitas yang tidak ada nilai tambah harus dihilangkan. Dengan demikian akan memaksa manajemen untuk menyederhanakan operasi. Misalnya denagn mengurangi aktivitas penanganan persediaan, akan mengurangi biaya total. c. Mempermudah menentukan relevant cost Penerapan metode activity based costing akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Misalkan jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru meningkatkan aktivitas yang berlevel batch, maka pembuatan keputusan dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi.
Berdasarkan hasil perhitungan dan perbandingan dapat diketahui bahwa dengan total biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sama ternyata apabila dihitung dengan menggunakan metode Tradisional dan Activity Based Costing menghasilkan harga pokok produksi yang berbeda untuk produk Majalah Adila, Lembar Kerja Siswa, dan Agenda Migas. Biaya bahan baku untuk produk Majalah Adila, Lembar Kerja Siswa, dan Agenda Migas secara berturut-turut adalah sebesar Rp 7.130.000, Rp 3.330.000, dan Rp 15.050.000. Yang merupakan biaya bahan baku antara lain biaya kertas, film, dan tinta baik untuk cover maupun isi. Biaya tenaga kerja langsung untuk produk Majalah Adila, Lembar Kerja Siswa, dan Agenda Migas secara berturut-turut adalah sebesar Rp 413.461,44, Rp 396.153,76, dan Rp 425.961,48. Tenaga kerja langsung pada CV Usari merupakan karyawan bagian cetak dan finishing yang perhitungan biayanya didapat dari tarif per jam dikalikan dengan jumlah jam kerja untuk menyelesaikan setiap produk. Biaya overhead yang terjadi selama bulan desember adalah sebesar Rp 25.910.550. Perhitungan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung metode Tradisional sama besarnya dengan metode Activity Based Costing, perbedaan perhitungannya hanya terletak pada perhitungan tarif biaya overhead pabrik. Perhitungan tarif biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode Tradisional dengan cara mengalikan tarif biaya overhead pabrik dengan besarnya konsumsi jam kerja langsung masing- masing produk. Jam kerja langsung selama bulan Desember sebanyak 832 JKL. Sedangkan perhitungan biaya overhead pabrik untuk metode Activity Based Costing berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan yang terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama menentukan aktivitas dan biaya yang terkait, sedangkan tahap kedua yaitu pembebanan biaya overhead ke setiap produk. Perhitungan harga pokok produksi per unit dengan metode tradisional untuk Majalah Adilla sebesar Rp 2.146,92, untuk produk Lembar Kerja Siswa sebesar Rp 38.128,49 dan Agenda Migas sebesar
Rp 34.938,16. Sedangkan jika menggunakan metode Activity Based Costing harga pokok produksinya per unitnya untuk Majalah Adila sebesar Rp 2.481,91, untuk Lembar Kerja Siswa sebesar Rp 32.000,45, dan untuk Agenda Migas sebesar Rp 33.934,29. Dari hasil analisis perhitungan harga pokok produksi metode Tradisional dengan metode Activity Based Costing, maka metode Activity Based Costing memberikan hasil perhitungan yang lebih besar untuk produk Majalah Adila dengan selisih Rp 334,99. Hasil perhitungan yang lebih besar tersebut dapat berakibat pada laba bersih perusahaan menjadi lebih kecil sehingga perhitungan pajak akan menjadi lebih kecil pula. Sedangkan untuk produk Lembar Kerja Siswa dan Agenda Migas, metode Activity Based Costing memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dengan selisih Rp 6.128,04 untuk produk Lembar Kerja Siswa dan Rp 1.003,87 untuk produk Agenda Migas. Hasil perhitungan yang lebih kecil tersebut dapat berdampak pada penentuan harga pokok produk yang lebih kecil sehingga harga jual produk akan menjadi lebih kompetitif. Perbedaan hasil analisis perhitungan yang terjadi antara metode Tradisional dengan metode Activity Based Costing disebabkan karena adanya perbedaan pembebanan biaya overhead pabrik metode Tradisional yang dialokasikan atas dasar ukuran unit atau volume, sedangkan aktivitas produksi pada CV Usari memiliki perbedaan pengalokasian biaya yang tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan unit atau volume produksi.
SIMPULAN Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing menghasilkan harga pokok produk yang lebih akurat bila dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi metode Tradisional. Hal tersebut dapat dilihat dari selisih dari kedua metode perhitungan harga pokok tersebut. Dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) dapat menghemat biaya overhead pabrik untuk produk Lembar Kerja Siswa dan Agenda Migas. DAFTAR PUSTAKA Blocher, et al. 2007. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.