You are on page 1of 3

Sepasang Suami-I stri Teladan

Oleh: Mochamad Bugi


Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai sendi terpenting dalam
bangunan tersebut, tetapi uga menjadi unsur pokok bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan.
Karena itu, agama Islam memberikan perhatian khusus masalah pembentukan keluarga.

Perhatian istimewa terhadap pembentukan keluarga tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama, Al-Quran menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini. Ayat-ayat tentang
pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan ayat-ayat yang
menjelaskan masalah lain. Al-Quran menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah,
pergaulan suami-istri, menyusui anak, dan sebagainya.
Kedua, sejak dini As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah dengan cara memilih calon
mempelai yang shalihah. Rasulullah saw. bersabda, Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena
sesungguhnya tabiat seseorang bisa menurun ke anak.

Rasulullah Suami Teladan
Rasulullah saw. sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan berbudi mulia. Ketika
beliau menginjak usia 25 tahun menikahi Khadijah binti Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi
kehidupan rumah tangga bahagia penuh ketentraman dan ketenangan.

Rasulullah saw. amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda, Tidaklah orang yang
memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang
hina.

Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-Quran berkali-kali memerintahkan agar menghormati dan
berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan kata-kata dalam Al-Quran yang mengharuskan
untuk berbuat baik dalam menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali, ditekankan
kewajiban berbuat maruf dan ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau menyiksanya.

Pernah datang seorang wanita mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa suaminya telah memukulnya.
Maka beliau berdiri seraya menolak perlakukan tersebut dengan bersabda, Salah seorang dari kamu
memukuli istrinya seperti memukul seorang budang, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah
dia tidak merasa malu?

Ketika Rasuluallah saw. mengizinkah memukul istri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan
setelah diberi nasihat serta ancaman secukupnya, beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa
mereka dipukuli suami. Rasulullah saw. berpidato seraya berkata, Demi Allah, telah banyak wanita
berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi
Allah, mereka yang suka memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di
antara kamu sekalian.

Rasulullah saw. merupakan contoh indah dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda
dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang
beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan pentingnya sikap
lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang seirama dengan
hadits berikut, Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling
lembut pada keluarganya. Riwayat lain, Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada
keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.

Di antara yang menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri adalah menampakkan sikap
lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan
kekeliruannya, dan memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar. Bila ada waktu senggang
beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah tanggannya.

Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw. di rumahnya, beliau
menjawab, Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat, dia pergi
shalat.

Rasulullah saw. memiliki kelapangan dada dan sikap toleran terhadap istrinya. Bila istrinya salah atau
marah, beliau memahami betul jiwa seorang wanita yang sering emosional dan berontak. Beliau
memahami betul bahwa rumah tangga adalah tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi seorang
muslim adalah rumah tangga yang penuh cinta dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus
dipenuhi gelak tawa, kelapangan hati, dan kebahagiaan agar tidak membosankan.

Bila terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw. melakukannanya dengan disertai kelembutan dan
kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan
dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.

Khadijah Istri Teladan
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi gelar wanita
suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia
selalu menolak. Ia pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya
keluar kota Mekkah.

Ketika mendengar tentang kejujuran Muhammad saw., ia menyuruh pembantunya mendatangi dan
meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama budak lelaki bersama
Maisyarah. Nabi Muhammad menerima permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam
perjalanan pertama ini.

Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya,
Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah
pernikahan ketika beliau berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

Khadijah sebagai Ummul Mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi Muhammad
saw. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering berkhalwat di Gua
Hira. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah
adalah sebaik-baiknya wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam melaksanakan dakwahnya, baik
dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannnya harum semerbak wangi, penuh kebajikan,
dan jiwanya sarat dengan kehalusan.

Rasulullah saw. pernha menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, Khadijah beriman kepadaku ketika
orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dan dia menolongku
dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagku anak dari selainnya. (Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya)

Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya
demi kesenangan suaminya, dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah
mendapatkan tugas kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk mendukung Rasul dan kaum
muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islam.

Khadijah mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di saat Rasulullah
gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit. Membantu Rasulullah dalam menyampaikan risalah
dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy. Khadijah
menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.

Rasulullah saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya sehingga membuat
Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt.
menyampaikan salam lewat malaikat J ibril kepada Khadijah. J ibril datang kepada Nabi, lalu berkata,
Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan dan
minuman, apabila datang kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya
tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya dan tiada
kepenatan. (Bukhari)

Itulah Khadijah, sosok seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang mendukung
keshalehan dan tugas dakwah suaminya.

Ciri-ciri Rumah Tangga Muslim
1. Sendi bangunannya adalah ketakwaan kepada Allah swt. Takwa adalah sendi yang kuat
bangunan keluarga. Memilih suami/istri harus sesuai dengan arahan Rasulullah saw., yaitu utamakan sisi
agamanya.
2. Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan kesenangan materi saja, sebab
kebahagiaan sejati muncul dari dalam jiwa yang takwa kepada Allah swt. Bila ketakwaan telah
menjadi sendi utama, maka kekurangan materi menjadi ringan. Ketakwaan yang ada di dalam dada
pasangan suami-istri memunculkan tsiqah (rasa saling percaya) dan akan melahirkan ketentraman serta
ketentraman dalam hubungan suami-istri. Hubungan antara anggota keluarga akan terasa indah karena
semua sadar akan tanggung jawab dan hak-haknya.
3. Rumah yang dibangun untuk keluarga seharusnya sederhana dan mengutamakan skala
prioritas dengan mengurangi hal-hal yang tertier dan berlebihan.
4. Dalam makanan dan berpakaian, seorang muslim amat sederhana, menekankan aspek
kebersihan, dan menghindari dari yang haram, sikap berlebihan (israf), dan bermewah-
mewahan. Semua anggota keluarga dipacu untuk memperbanyak berinfak dan bersedekah.
Hindari syubhat, jauhi yang haram, itu moto mereka.
5. Anggaran rumah tangga dipenuhi dari rezeki yang halal dan baik. Sebab, daging yang
terbentuk dari daging haram akan dibakar oleh api neraka. Secara teknis perlu ada kesepakatan antara
suami-istri dalam menentukan besaran dan alokasi anggaran rumah tangga. Yang jelas, pengeluaran
tidak boleh melebihi penghasilan. Cukupi diri dengan hal-hal yang dibutuhkan, bukan memperbanyak
daftar keinginan.
6. Perhatikan hak-hak Allah swt. Tunaikan zakat, menabung untuk pergi haji, sediakan
kotak khusus untuk sedekah bagi kemaslahatan umat.

You might also like