You are on page 1of 20

LBM 4 MODUL KB DAN KEPENDUDUKAN

SGD 10

INFERTILITAS
1. Apa pengertian dari infertilitas ?
Ketidakmampuan istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup atau
ketidakmampuan suami untuk menghamili istrinya.
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.
Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila
istri pernah hamil. (Siswandi, 2006).

2. Apa saja penyebab dari infertilitas ?

Faktor2 pada pria 40%
Faktor2 pada wanita
- gangguan ovulasi 10 %
- adhesi pelvis / penyakit tuba 20%
- problem lendir servik 5%
- faktor2 lain
(misal : hypothayroidi, immunologik dll) 5%
Tidak diketahui penyebabnya 20%

Pada wanita :
1. Ovarium gagal menghasilkan ovum, sehingga kemungkinan
konsepsi tidak terjadi
2. Tuba fallopi dapat tersumbat, berkelok-kelok, atau mengalami
infeksi (TBC genital)mencegah pergerakan normal dari ovum
atau spermatozoa di dalam tuba fallopi
Penyebab utama tuba fallopi yang tersumbat :
o PHSgonorrhea, Chlamydia
o Infeksi post partum
o Infeksi post abortus
3. Uterus berbentuk abnormal atau endometrium tidak adekuat
atau mengalami infeksi, sehingga mencegah implantasi atau
kelangsungan hidup dari embrio
4. Serviks mengalami malformasi, infeksi atau mengeluarkan
sekret atau mukus yang abnormal
5. Infeksi sitemik, gangguan keseimbangan hormonal, atau
kelainan genetik dapat menyebabkan kematian janin
6. Factor lain :
o alcohol, tembakau, obat-obat tertentu (barbiturate,
tranquilizer, narkotik, sitostatika), zat penyebab polusi
lingkungan (Pb, pestisida, radiasi)
o malnutrisi berat
o efek dari sirkumsisi wanita
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto

Pada Wanita
Gangguan organ reproduksi
a. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang
akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan
menghambat transportasi sperma ke vagina
b. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit
di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain
itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut
juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat
masuk ke rahim
c. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan
adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai
darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang
d. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi
tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu
Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan
LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan
obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus
dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada
gengguan ovulasi.
Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus
Endometriosis
Abrasi genetis
Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas
pada pria yaitu :
Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
Abnormalitas ereksi
Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan
komposisi kimiawi
Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut
sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
Abrasi genetik
Sumber : http://asuh.wikia.com

3. Apa saja macam2 infertilitas ?
Infertilitas primer :
Istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan
Infertilitas sekunder :
Istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
Sumber : Ilmu Kandungan; Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro,
SpOG

4. Apa saja factor resiko dari infertilitas ?
Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan KB, 2007

5. Bagaimana mekanisme dari terjadinya infertilitas ?
6. Bagaimana cara mendiagnosis kasus infertilitas ?
FAKTOR DAMPAK
Usia wanita Semakin tua usia (diatas 40 tahun), semakin lama waktu untuk
konsepsi
Usia laki-laki Frekuensi koitus berkurang dengan meningkatnya usia
Frekuensi koitus Ada korelasi positif antara frekuensi koitus dengan angka
kehamilan
Masa koitus Koitus pada masa ovulasi (hari 10-15 memaksimalkan
kemungkinan ovulasi, karena ovum hanya hidup kira-kira 12-24
jam
Lubrikan Lubrikan seperti K-Y jelly mengandung spermisidal dan bila
digunakan untuk lubrikasi dapat menghambat konsepsi
Merokok/ alcohol Jika berlebihan dapat meperburuk kualitas sperma. Penggunaan
marijuana dapat mengurangi jumlah dan motilitas sperma
Pembedahan Pembedahan organ reproduksi atau pada panggul wanita atau
laki2 dapat menimbulkan masalah fertilitas karena terjadinya
perbahan anatomi atau kerusakan pada syaraf terutama pada
laki2.
Infeksi saluran genitalia yang
ditularkan secara seksual (infeksi
traktus genitalia)
Gonorea dan klamidia adalah PMS utama yang mengakibatkan
penyekit radang panggul dan gangguan fertilitas
Penyekit yang ditularkan tidak
melalui hubungan seksual
Penyakit seperti tuberculosis genitalia (yangdisebabkan oleh
virus), infeksi postpartum dan posabortus juga dapat
menurunkan fertilitas
Obat-obatan (missal, anti hipertensi
dan transquilizers)
Obat-obatan tertentu dpat mengakibatkan impotensi. Ada pula
obat-obatan ynag mengganggu fungsi spermatogenesis dan
ovarium (misalnya, obat anti kanker)
Radiasi Gangguan fungsi gonad dapat terjadi karena radiasi
I. Tahap wawancara (anamnesis)
Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan data-data pasien
tentang jatidiri, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang,
riwayat infertilitas, riwayat hubungan seksual, dan riwayat reproduksi.
II. Tahap pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik baik suami maupun istri meliputi :
Keadaan fisik secara umum, seperti tinggi, berat, sebaran rambut, dll.
Keadaan alat-alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dll.
A. Pemeriksaan sperma
Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah
spermatozoa, bentuk dan pergerakannya.
Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah pasangan
tidak melakukan coitus sekurang2nya selama 3 hari dan sperma
tersebut hendaknya diperiksa pada 1 jam setelah keluar.
Ejakulat yang normal sifatnya sbb:
Volume 2-5 cc
Jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc
Pergerakan 60% dari spermatozoa masih bergerak
selama 4 jam setelah dikeluarkan
Bentuk abnormal 25%
Pria yang infertile spermatozoanya 60 juta per cc atau
lebih
Subfertil 20-60 juta per cc
Steril 20 juta per cc atau kurang
Untuk pennilaian lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid,
gonadotrofin dalam urin, dan biopsy dari testis.
B. Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai
pemeriksaan:
1. Pencatatan suhu basal kalau siklus ovulatoar, maka suhu
basal bersifat bifasis. Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal
disebabkan pengaruh progesterone

2. Dengan pemeriksaan vaginal smear; pembentukan
progesterone menimbulkan perubahan2 sitologi pada sel2
superfisial
3. Pemeriksaan lendir serviks adanya progesterone
menimbulkan perubahan sifat lender serviks ialah lendir
tersebut menjadi kental, juga gambaran fern (daun pakis) yang
terlihat pada lendir yang telah dikeringkan hilang
4. Pemeriksaan endometrium kuretase pada hari pertama haid
haid atau pada fase premenstrual menghasilkan endometrium
dalam stadium sekresi dengan gambaran histoogi yang khas
5. Pemeriksaan hormone seperti estrogen, ICSH, pregnadiol
C. Pemeriksaan lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir serviks sangat mempengaruhi keadaan
spermatozoa:
1. Kentalnya lendir serviks
Lendir serviks yang cair lebih mudah dilalui spermatozoa
Pada stadium proliferasi lendir serviks agak cair karena
pengaruh estrogen, sebaliknya pada stadium sekresi lendir
serviks lebih kentak karena pengaruh progesteron
2. pH lendir serviks
lendir serviks bersifat alkalis dengan pH 9
pada suasana yang alkalis spermatozoa dapat hidup lebih
lama.
Suasana menjadi asam pada cervisitis
3. enzim proteolitik
tripsin, kemotripsin mempengaruhi viskositas lendir serviks
4. dalam lendir serviks juga ditemukan Ig yang dapat
menimbulkan aglutinasi dari spermatozoa
5. berbagai kuman2 dalam lendir serviks dapat membunuh
spermatozoa
biasanya baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan:
SIMS HUHNER TEST
Pemeriksaan lendir serviks dilakukan post coitum sekitar waktu
ovulasi
Dianggap baik jika terdapat 5 spermatozoa yang motil per high
powerfield
Sims huhner test yang baik menandakan:
- teknik koitus baik
- lendir serviks normal
- estrogen ovarial cukup
- sperma cukup baik
KURZROCK MILLER TEST
Dilakukan pada pertengahan siklus kalau hasil sims huhner test
kurang baik
Satu tetes lendir serviks diletakkan berdampingan dengan tetes
sperma pada obyek glass; dilihat apakah ada penetrasi
spermatozoa. Kalau tidak ada invasi spermatozoa, lendir serviks
kurang baik.
D. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakuakan:
- Pesturbasi (insuflasi) rubin test (utuh tidaknya tuba)
- Histerosalpingografi bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba,
sumbatan nampak jelas
- Kuldoskopi keadaan tuba dan ovarium
- Laparoskopi dapat diketahui genitalia interna dan sekitarnya
E. Pemeriksaan endometrium
Pada stadium premenstrual atau pada hari pertama haid
dilakukan mikrokuretase.
Endometrium yang normal harus memperlihatkan hambaran
histologik yang khas untuk stadium sekresi. Kalau tidak ditemukan
stadium sekresi maka:
- Endometrium tidak bereaksi dengan progesterone
- Produksi progesterone kurang
Sumber : Ginekologi, FK UNPAD
III.Tahap pemeriksaan laboratorium
Pria
Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya,
meliputi jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang hidup
serta pencairan air mani.
Wanita
Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel
telur yang matang. Pemantauan ovulasi ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
Riwayat siklus haid: siklus haid yang teratur dan normal, nyeri per-
tengahan siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina
(vaginal discharge), mastalgia prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
Uji pakis: pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang
untuk pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian
dikeringkan pada gelas objek dan diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak
terdapat pola daun pakis dan kristal getah serviks berarti ovulasi telah
terjadi.
Suhu Basal Badan (SBB): SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum
melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika
wanita berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik
pada pertengahan siklus.
Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: memantau perubahan pada sel-
sel yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh progesteron).
Biopsi endometrium (mikrokuretase): dapat dilakukan secara poliklinis
dengan pembiusan ringan atau tanpa pembiusan. Dengan memakai kuret
kecil. Dilakukan pada 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
Laparoskopi diagnostik : melihat secara langsung adanya bintik ovu-lasi
atau korpus luteum sebagai hasil ovulasi.
Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-
pun liur (saliva). Kadar normal dalam satu siklus :








Histeroskopi: dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang bening
kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
Ultrasonografi: dapat memantau perkembangan folikel dan menentukan
saat ovulasi. Pemeriksaan dilakukan secara serial.
Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Biopsi endometrium: selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat untuk
pemeriksaan histologik lain, misalnya biakan terhadap tuberkulosis,
menilai adanya hiperplasia endometrium. Terkadang dijumpai adanya
hiperplasia fokal meskipun siklus berovulasi berdasarkan peneraan homon
P plasma pada pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi endometrium.
Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat
rekaman kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan tekanan ber-arti
tuba Falloppii paten. Gas ini juga dapat didengar dengan stesto-skop atau
dilihat dengan sinar X.
Hidrotubasi: prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan
adalah cairan yang mengandung antibiotika Kanamycin 1 gram,
deksametason 5 mg dan antipasmodik cair.
Histerosalpingogram: dilakukan pada paro-pertama siklus haid, larutan
radioopak disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam rahim dan saluran
telur. Perjalanan larutan tersebut dipantau di layar dengan penguat
bayangan.
Jenis
hormon
Satuan Fase siklus haid
Praovulasi Ovulasi Pasca ovulasi
FSH
LH
PRL
E2
P
mUI/ml
mUI/ml
ng/ml
pg/ml
ng/ml
5-20
5-15
-
25-75
<5
15-45
30-40
5-25
200-600
5-8
5-12
5-15
-
100-300
10-30
Histeroskopi : melihat secara langsung keadaan permukaan endome-
trium.
Laparoskopi : melihat secara langsung dan menguji patensinya de-ngan
menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, dan de-ngan
melihat pelimpahannya ke dalam rongga peritoneal. Laparoskopi juga
dapat memperlihatkan perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi
ovarium tetapi tidak dapat menggambarkan keadaan rongga uterus.
Ultrasonografi atau endosonografi: menilai bentuk, ukuran, serta patologi
uterus maupun tebal endometrium.
Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks,
klamidia, mikoplasma).
Uji pasca-sanggama (UPS) untuk melihat apakah air mani sudah memancar
dengan baik ke puncak vagina selama sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari
sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah sangga-ma
normal. Getah serviks diisap dari kanal endoserviks dan diperiksa de-ngan
mikroskop, jika terdapat 20 spermatozoa per lapang pandang besar (LPB=
x400) maka kemungkinan hamil cukup besar, antara 1-20 spermatozoa per
LPB sudah memuaskan.

IV. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat
teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran
alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut
saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah
pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang
atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi
dalam bidang ginekologi:
Histeroskopi atau teropong rongga rahim
Laparoskopi atau teropong rongga perut
Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan
cairan

Histeroskopi digunakan untuk:
melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam
saluran telur, besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput
rahim,
untuk membedakan polip endometrium dan leiomiom submukosum;
untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan bawaan
dalam rahim; untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram;
untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan
keguguran berulang. Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai
kelainan di dalam rongga panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen)
misalnya kista (tumor) indung telur (ova-rium), tumor rahim (miom
uterus), perlekatan di rongga panggul akibat infeksi atau endometriosis,
bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak terlihat dengan alat
ultrasonografi, pembengkakan saluran telur (hidrosalpinks), dan juga
bebe-rapa kelainan bawaan rahim seperti rahim dua-tanduk (uterus
bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).

Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam
saluran telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah
perlekatan akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia)
selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.
Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu
gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang
rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria),
endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista
ovarium.
Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita,
melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang
telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum
diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya
endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.
Sumber : http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/kesuburan-fertilitas/


7. Bagaimana penatalaksanaan dari infertilitas ?
Terapi Sederhana pada Infertilitas
Terapi infertilitas sering tidak berhasil, hanya 25 50% dari semua pasangan
suami-isteri yang mendapat pengobatan berhasil melahirkan bayi hidup.
Keberhasilan terapi umumnya tergantung dari penyebab infertilias.
Pada umumnya, bila infertilitas di sebabkan oleh infeksi yang di sderita
sebelumnya. Baik kerusakan tuba fallopii maupun sumbatan epididymas atau
vas deferens, maka prognosa adalah jelek.
Terapi operatif pada kedua keadaan tersebut. Meskipun di lakukan oleh ahli
bedah yang sudah berpengalaman dan pada penderita penderita yang telah
di seleksi dengan ketat, hanya berhasil mendatangkan kehamilan pada tidak
lebih 20 30% kasus. Sedangkan kemungkinan timbulnya kehamilan ektopik
setelah tubopiasti adalah 6 15%.
Kelainan kelaina ovulasi yang mendapat terapi memberi hasil yang lebih
baik, dengan angka kehamilan sampai 50 60%.
Untuk beberapa keadaan, terapi tidak memberikan perbedaan yang berarti.
Misalnya, endometriosis ringan, varicocele dan infertilitas yang tidak di ketahui
penyebabnya (20% dari kasus), angka kehamilan umumnya hampir sama, baik
yang mendapat terapi maupun yang tidak mendapat terapi.
Terapi infertilitas memerlukan waktu yang lama dan biayanya mahal.
Beberapa kasus mungkin mudah di obati. Pasangan suami isteri dengan
infertilitas yang tidak di ketahui penyebabnya. Mungkin hanya merupakan
keadaan subfertil saja dan sering dapat menjadi hamil dengan pertolongan
sederhana seperti perencanaan waktu sanggama yang bersamaan dengan saat
ovulasi.
Infertilitas yang di sebabkan oleh infeksi asimptomatis. Umumnya gonorrhea
atau infeksi Chlamydia atau mycoplasma dapat di obati dengan antibiotika.
Bila jumlah spermatozoa rendah dan tidak dapat diobati dengan
medikamentosa atau bila ada persoalan dengan ejakulasi, salah satu cara
pengobatan adalah dengan inseminasi artefisial dengan semen suami (AIH).
Pada kelainan kelainan ovulasi, dapat di berikan terapi medikamentosa,
misalnya dengan clomiphene sitrat per oral di mulai pada hari ke-5 haid dan di
minum selama 5 hari. Clomiphene sitrat merangsang ovulasi dengan jalan
meniadakan efek suppresif-ovulasi dari estrogen selama bagian pertama dari
siklus haid.
Bila dengan dosis 50 mg per hari ovulasi belum timbul, dapat di berikan dosis
lebih tinggi sampai 250 mg perhari selama 10 hari pada siklus siklus berikutnya.
Pada 70 80% akan timbul ovulasi, dan angka kehamilan bervariasi antara 30
50%.
Clomiphene sitrat hanya menyebabkan sedikit efek samping yang serius, pada
dosis rendah mungkin terjadi pembesaran ovarium dan rasa tidak enak di perut,
pada dosis lebih tinggi mungkin juga timbul gangguan penglihatan atau rasa
panas di wajah (hot flushes). Resiko timbulnya kehamilan multiple tampaknya
rendah.
Hanya sayang bahwa harga clomiphene sitrat relatif mahal.
Bromberpane kadang kadang di gunakan untuk merangsangtimbulnya
ovulasi pada wanita dengan kadar prolaktin yang tinggi. Dosis 7,5 mg per hari
akan menurunkan kadar prolaktin dan ovulasi umumnya timbul setelah 30 90
hari pengobatan dengan angka kehamilan bervariasi antara 50 90%. Harga
bromocriptine juga mahal.
Terapi sederhana pada infertilitas relatif sangat terbatas. Pengobatan
infertilitas umumnya lebih rumit dan mahal, misalnya salah satu cara terbaru, in
vitio fertilization dan embryo transfer, merupakan satu contoh betapa
kompleksnya pengobatan infertilitas ini.
Konseling Perihal Fertilitas dan Infertilitas
Pasangan suami isteri yang mengalami keterlambatan dalam konsepsi atau
yang memakai kontrasepsi tetapi merencanakan untuk mempunyai anak di
waktu yang akan dating. Harus mengetahui keadaan keadaan apa saja yang
dapat mengurangi atau menambah fertilitas mereka, antara lain :
1. Partner seks yang banyak
Partner seks yang banyak meninggikan resiko terkena PHS, termasuk infeksi
pelvis dengan akibat kerusakan tuba fallopii yang irreversbel dan kehamilan
ektopik; di samping itu juga memperbesar resiko terjadinya neoplasma intra-
ephitelial seviks (CIN) dan kondisi kondisi lain yang memerlukan terapi dari
jaringan serviks. Terapi tersebut dapat menimbulkan luka perut atau merusak sel
mucus serviks dan mengurangi kemungkinan menjadi hamil.
Pada beberapa wanita dengan partner seks yang banyak, dapat timbul antibodi
terhadap spermatozoa.
Pemakaikan kondom secara teratur, kecuali bila ingin hamil. Dapat mengurangi
PHS, CIN dan pembentukan antibodi terhadap spermatozoa.
2. Kesadaran akan fertilitas = Fertility awareness
Selama masa kehidupan reproduksi serang wanita, perubahan perubahan
hormonal yang siklis di isyaratkan dalam beberapa cara yang dapat di ukur.
Dengan mencatat perubahan perubahan lendir serviks, suhu badan basal,
mittelschmerz, seorang wanita akan sadar perihal status fertilitasnya.
3. Teknik sanggama
Beberapa peneliti berpendapat bila uterus dalam posisi antefleksi, maka agar
dapat terjadi kehamilan, posisi sanggama yang terbaik adalah wanita berbaring
terlentang dengan kedua pinggul di tunjang dan di tinggikan dengan bantuan
bantal.
Dan di perkirakan bahwa tetap dalam posisi terlentang selama 20 menit atau
lebih setelah sanggama selesai, akan memberi lebih banyak kesempatan kepada
spermatozoa untuk berhubungan dengan serviks.
4. Lubrikans
Beberapa lubrikans seperti K-Y jelly mempunyai sifat spermisid; dan tanpa di
ketahui oleh pasangan suami-isteri di gunakan sebagai lubrikans sedangkan
sebenarnya mereka menginginkan terjadinya kehamilan.
5. Pembilasan Vagina (Douching)
Meskipun merupakan metode kontrasepsi yang sama sekali tidak bias di
andalkan pembilasan vagina pada pasangan suami-isteri yang keadaan
fertilitasnya sudah rendah, dapat membunuh spermatozoa yang sangat di
perlukan.
6. Medikamentosa
Beberapa medikamentosa dapat mempengaruhi fertilitas pria dengan
menyebabkan impotensi, ejakulasi retrograde atau gangguan sementara
spermatogenesis.
Narkotik, trankuiliser (phenothiazines), monoamine-oxidase inhibitors,
guanethedine dan metildopa dapat menimbulkan impotensi; sedangkan obat
anti malaria, nitrofurantoin, cimetidine, beberapa antihipertensi dan
methotrexate dapat mempengaruhi produksi spermatozoa.
Diethylstilbestrol (DES) dapat mengurangi fertilitas pria maupun wanita. Angka
kejadian untuk karsinoma testis, abnormalitas spermatozoa dan testis yang tidak
turun (cryptorchidismus) dapat lebih tinggi pada pria yang mempunyai
hubungan dengan DES.
7. Iradiasi
Epitel germinal testis (yang menutupi terbulus seminifors) dapat terganggu
(sementara dan/atau irreversible, oleh iradiasi, dan dapat terjadi kelainan
kelainan kromosom. Di samping itu, iradiasidapat mempertinggi resiko
karsinoma testis.
Pada wanita, iradiasi dapat menyebabkan kegagalan dari ovarium.
8. Kerja Fisik / Jasmani
Beberapa atlet wanita (pelari jarak jauh atau penari professional) dapat
mengalami amenore yang irreversibel.
Pria yang sering mandi / berendam dalam air hangat / panas dapat
menyebabkan peninggian suhu skrotum sehingga terjadi penurunan produksi
spermatozoa.
9. Pakaian ketat
Pakaian ketat yang di pakai oleh pria mempunyai efek yang sama dengan
mandi / berendam air hangat / panas dan menyebabkan peninggian suhu
skrotum dengan akibat terjadi penurunan produksi spermatozoa.
10. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan seperti supir truk jarak jauh, dapat menyebabkan
oligospermia oleh karena hubungan / keterbukaan terhadap panas.
11. Nutrisi / Gizi
Status gizi yang jelek dapat memberikan efek umum yang buruk terhadap
fertilitas. Meskipun tampaknya gangguan terhadap konsepsi belum timbul
selama belum terjadi kelaparan yang sebenarnya.
Sebaliknya, obesitas dapat mengurangi frekuensi ovulasi dan mengurangi
frekuensi sanggama, sehingga mempengaruhi fertilitas dan kemungkinan
konsepsi.
12. Merokok / Alkohol
Merokok / tembakau dan alkohol dapat menyebabkan kualitas spermatozoa
yang jelek pada beberapa kasus.
Marijuana juga menyebabkan berkurangnya motilitas dan jumlah spermatozoa.
Pada wanita hamil, merokok dan alkohol dapat memberikan efek negative
terhadap janin yang sedang tumbuh.
13. Polusi
Pb, asap beracun dan kontak dengan pestisida disangka mempunyai hubungan
dan/atau sebagai penyebab dari infertilitas.
14. Pembedahan / Operasi
Berbagai macam tindakan pembedahan dan beberapa pengobatan medik
dapat memberikan dampak pada fertilitas. Bila pengobtan terssebut memang di
perlukan, bisa akan penderita perihal dampaknya terhadap fertilitas.

1. Syarat pemeriksaan infertilitas
a. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pmeriksaan dapat dilakukan lebih dini
apabila :
o Pernah mengalami keguguran berulang
o Diketahui mengidap kelainan endokrin
o Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan
o Pernah mengalami bedah ginekologik
b. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu datang ke dokter
c. Istri pasangan infertile yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini
d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan istri atau anaknya.

a. Umur wanita telah mencapai akhir 30-an
b. Haid ireguler
c. Riwayat medis dari pasangan suami istri, termasuk parotitis pada pria, abortus
berulang kali, kehamilan ektopik
d. Dismenore atau dispareunia
e. Bila istri pernah memakai IUD dimasa lampau, pernah mengalami infeksi pelvis
f. Pernah melakukan hubungan dengan DES (diethylstilbestrol dapat
mengurangi fertilitas pada pria atau wanita)
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto


A. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital
Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini
yang adekuat
GIFT ( gamete intrafallopian transfer )
Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
Pengangkatan tumor atau fibroid
Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat
Agen antimikroba
Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

PENANGANAN BERDASARKAN ETIOLOGI
1. Varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi
berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Sebagian
besar penelitian menunjukkan manfaat tindakan ini walaupun metodologi
penelitiannya belum sempurna karena tanpa pembanding. Suatu penelitian dengan
pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 persen penderita berupa
peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 persen
pada kelompok yang tidak dioperasi.
2. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena
meliputi 20 persen penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa
macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas
sperma. Namun sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
pembanding, tidak menunjukkan perbaikan bermakna. Usaha menemukan
penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya
menjadi titik harapan di masa datang.
3. Adanya penyumbatan di saluran sperma hanya dapat dipastikan dengan operasi.
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan
koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya
produksi sperma di buah zakar.
4. Sesuai dengan kelainan yang ditemukan, maka penyebab lain bisa diatasi dengan
koreksi hormonal dan penghentian obat-obatan yang diduga menyebabkan
gangguan sperma.
5. Namun, usaha-usaha di atas ada kalanya belum berhasil untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas sperma, sehingga diperlukan teknik reproduksi bantuan.
Termasuk dalam hal ini adalah inseminasi bantuan dan inseminasi in-vitro (IVF/bayi
tabung), yang sangat membantu mengatasi masalah infertilitas pria.
INSEMINASI BUATAN
Inseminasi buatan demi kelahiran seorang anak, cara ini di luar kebiasaan, karena biasanya
melalui hubungan seksual langsung antara laki-laki dengan perempuan, terjadi melalui dua
jalan yang mendasar:
1- Jalan inseminasi dalam, hal ini dengan menyuntikkan sperma laki-laki di tempat yang sesuai
dalam tubuh wanita.
2- Jalan inseminasi luar, di antara sperma laki-laki dengan telur wanita dalam tabung uji dalam
laboratorium medis kemudian telur yang sudah dibuahi tersebut ditanam dalam rahim seorang
wanita.

Jalan Inseminasi Dalam:
Cara pertama, benih jantan diambil dari laki-laki beristri lalu disuntikkan pada tempat
yang sesuai di dalam saluran rahim atau dalam rahim istrinya sehingga benih itu bertemu
secara alami dengan sel telur yang dipancarkan oleh indung telur istrinya, maka
terjadilah pembuahan yang selanjutnya adalah bersemayam di dinding rahim dengan
izin Allah- seperti yang terjadi dalam persetubuhan. Cara ini digunakan jika suami
mempunyai keterbatasan karena suatu sebab sehingga dia tidak berhasil
menyampaikan spermanya ke sasarannya pada saat terjadi persetubuhan.
Cara kedua, benih jantan di ambil dari seorang laki-laki lalu ia disuntikkan di tempat
yang sesuai pada istri orang lain sehingga terjadi pembuahan dari dalam dan selanjutnya
menempel di dinding rahim sebagaimana dalam cara yang pertama. Cara ini digunakan
manakala suami mandul tidak mempunyai bibit dalam spermanya sehingga benih
jantan diambil dari orang lain.



Jalan Inseminasi Luar:
Cara ketiga, benih jantan diambil dari suami demikian juga sel telur dari istrinya, lalu
keduanya diletakkan dalam tabung uji medis dengan syarat-syarat fisika tertentu
sehingga benih jantan milik suami membuahi sel telur milik istri dalam wadah uji, setelah
pembuahan ini mulai terbagi dan meningkat jumlahnya, dalam waktu yang sesuai
dipindahkan dari tabung uji ke rahim istri itu sendiri, pemilik sel telur agar ia menempel
pada dinding rahimnya, maka ia tumbuh dan terbentuk seperti janin lainnya, di akhir
masa kehamilan istri melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. Ini yang dikenal
dengan bayi tabung yang dibuktikan oleh penemuan ilmiyah yang dimudahkan oleh
Allah, sampai hari telah ada beberapa anak yang lahir melalui cara ini, laki-laki,
perempuan dan kembar, beritanya diekspos oleh koran-koran internasional dan media-
media informasi lainnya. Cara ini digunakan manakala istri mandul akibat tersumbatnya
saluran di antara rahim dengan indung telurnya.
Cara keempat, inseminasi luar dalam tabung uji antara benih jantan yang diambil dari
suami dan sel telur yang diambil dari seorang wanita yang bukan istrinya, mereka
menyebutnya dengan relawan, kemudian kedua benih yang telah bertemu ini di
masukkan ke dalam rahim istrinya. Cara digunakan manakala indung telur istri tidak
berfungsi atau rusak sama sekali namun rahimnya sehat dan mungkin menerima
pertemuan kedua benih padanya.
Cara kelima, inseminasi luar dalam tabung uji di antara benih jantan dari seorang laki-
laki dan sel telur dari seorang wanita yang bukan istrinya, mereka menamakannya
dengan dua orang relawan kemudian kedua benih yang telah bertemu ini dimasukkan
ke dalam rahim wanita lain yang bersuami. Mereka menggunakan cara ini manakala
wanita yang bersuami di mana kedua benih itu di masukkan kepadanya mandul karena
indung telurnya rusak namun rahimnya sehat, suaminya mandul dan keduanya
menginginkan seorang anak.
Cara keenam, inseminasi dilakukan di luar dalam tabung uji di antara benih suami istri
kemudian dimasukkan kepada seorang wanita yang menjadi relawan untuk
mengandungnya. Mereka menggunakan cara ini manakala istri tidak mampu untuk
hamil karena suatu sebab pada rahimnya, namun sel telurnya sehat dan aktif, atau dia
memang tidak berminat untuk hamil, maka ada seorang wanita yang sukarela
menggantikannya.
Inilah cara-cara inseminasi buatan yang diwujudkan oleh ilmu demi mengatasi sebab-
sebab terhambatnya kehamilan

8. Bagaimana prognosisnya ?

Adakah pengaruh pekerjaan terhadap kasus belum hamil ?
Stress pekerjaan hormone prolaktin meningkat penekanan produksi hormone
gonadotropinproduksi LH dan FSH menurun oogenesis dan spermatogenesis
terganggu infertile
Stress hormone epinefrin meningkat gangguan vasodilatasi pembulu daraharteri
dorsalis penis vasokonstriksi gangguan ereksi impoten infertil

Adakah pengaruh rokok terhadap kasus belum hamil ?
Kandungan pada rokok akan masuk pada pembuluh darah arteri dorsalis penis
aterosklerosis gangguan vasodilatasi pembuluh darah gangguan ereksi impoten
bisa infertil

Adakah pengaruh dari pil KB terhadap kasus belum hamil ? (kapan waktu pulih
subur ?)Apabila penggunaan pil KB hormonal jangka panjang akan menyebabkan
kembalinya kesuburan yang lama, karena pemberian hormone dari luar akan
mengakibatkan depresi produksi hormone-hormon endogen, seperti halnya esterogen dan
progesterone.

Adakah pengaruh usia terhadap kasus belum hamil ?
Umur istritidaklah berpengaruh, setidak-tidaknya sampai
umur 30-an akhir, dan wanita berusia lebih tua mungkin
memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi hamil
Umur suamiumur suami mempunyai efek yang bermakna
pada frekuensi senggama yang berhubungan langsung dengan
kesempatan menjadi hamil, tetapi sebaliknya umur suami
tampaknya hanya berpengaruh sedikit sekali pada
kemampuan reproduksi, kecuali pada umur lanjut (>60 tahun)

Bagaimana pengaruh konsumsi kecambah terhadap terjadinya fertilitas ?

Vitamin dan mineral juga penting sebagai zat pengatur hormon dan enzim tubuh. Makan
yang banyak mengandung mineral bisa meningkatkan kualitas sperma. Sedangkan seng
(zinc), salah satu jenis mineral, berperan dalam pembentukan kadar plasma testoteron dan
folicle stimulating hormone (FSH) yang meningkatkan produksi sperma. Seorang pria yang
sering melakukan aktivitas seksual, sebaiknya mengonsumsi sumber makanan yang
mengandung zinc (seng) yang terbuang saat ejakulasi. Antara lain terdapat di telur, daging,
kecambah, kacang-kacangan, dan seafood.
Berbagai vitamin seperti A, B1, B6, B12, C, dan E juga diduga mampu menunjang aktivitas
kehidupan seksual. Dari semua itu, vitamin E dianggap paling populer bisa meningkatkan
kesuburan. Kandungan vitamin ini banyak ditemui dalam minyak nabati dan
kecambah/tauge.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan, mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin
C ternyata bisa memperbaiki mutu sperma. Sperma umumnya mengandung 20-40 persen
spermatozoa yang terbentuk abnormal akibat serangan radikal bebas. Nah, kerusakan
sperma tadi amat berpeluang menurunkan tingkat kesuburan pria. Untuk meminimalkan
prosentase sperma yang abnornal atau mengalami kerusakan, dianjurkan tidak melupakan
vitamin C setiap hari dalam menunya.

You might also like