You are on page 1of 10

Ekonomi Politik Kemandirian

dan Kedaulatan Pangan*)


oleh:
Didin S. Damanhuri**)

*)Catatan untuk bahan dalam seminar nasional “Penguatan Strategi Ketahanan Pangan Nasional, CIDES, Jakarta,
25 Februari 2008.
**)antara lain Guru Besar Fak.Ekonomi dan Manajemen IPB, Pendiri INDEF (Institute for Development Economic &
Finance), Jakarta, Menerbitkan puluhan buku tentang Ekonomi, Pengamat Ekonomi, dll.
• Ketidakmandirian dan ketidakberdaulatan
pangan nasional adalah resultante dari
berbagai faktor :

- Warisan dari produk kebijakan masa lalu


- Produk dari perkembangan kontemporer
Konstruksi Produk dari Warisan
Kebijakan Masa lalu
Swasembada beras / Akhir 1990:liberalisasi
pangan nasional (1983) perekonomian
(perbankan,pasar modal,
prdagangan, dst.) yng tdk
Bagian dari Strategi slektif (buka-bukaan)
pemenuhan kebutuhan
pokok, untuk mencapai Pergerakan Moneter
stabilitas harga2, stabilitas jauh lebih besar dari
ekonomi & stabilitas politik pergerakan barang & SUMBER
dalam rangka mencapai jasa (Decoupling):
KRISIS
prtumbuhan ekonomi yng
EKONOMI’98
tinggi lewat Industrialisasi BUBBLE ECONOMY :
manufaktur
(YNG BLM
-Content impor industri PULIH
makin mendekati 100% HNGGA KINI
- Impor Barang & Jasa
Ditegakan dengan
termasuk bahan pangan
sistem pemerintahan
kebutuhan pokok (beras,
yang otoriter (represi
kedelai, jagung, gula, daging,
militer,partai dominan
dst.), buah2an, sayur2an
& oligarki politik )
makin besar
Big Bang Politik
Demoktratisasi Politik dgn Politisasi &
• Sistem Multipartai penggunaan Kebebasan yang Over Dosis
• Otonomi daerah
Pengelolaan konflik yang makin sulit, meski
• Kebebasan Pers terdapat pelbagai sukses ( aceh, maluku, dll.)
tapi muncul berbagai konflik baru (pilkada,
tanah, ruang usaha, dst.)

Demokratisasi “Asingisasi” dlm penguasaan asset publik


( 1998 ) dan ketrgantungam impor dari banyak
barang kebutuhan pokok (kedelai, jagung,
gula, daging, garam, beras, gandum, buah-
Penanganan Krisis lewat buahan, sayur-sayuran, dst)
LoI IMF (diteruskan dng
White Paper = IMF)
SEMENTARA, PRODUKSI DALAM
NEGERI :
Produktivitas Stagnan, Teknologi
tertinggal, dan makin lack of Vision
terhadap kemandirian & Kedaulatan
pangan dari Pemerintah, khususnya
dari otoritas ekonomi.
Perkembangan Kontemporer dalam
Konteks Globalisasi serta Booming Ekonomi China
dan India (lebih dari 1/3 penduduk Bumi )

• Melonjaknya permintaan pangan dr pasar dunia akibat


booming ekonomi China dan India
• Melonjaknya biaya produksi pangan (biaya input, tranportasi,
dll) akibat krisis energi yang juga akibat bekutuhan energi dari
booming ekonomi China dan india yang berujung pada
melonjaknya harga–harga pangan dunia
• Beralihnya produksi pangan dunia (gandum, kedele, jagung)
kepada produksi energi alternatif ( biofuel) sehingga terjadi
pinciutan prodkuksi pangan (kedele, jagung, gandum)
• Petumbuhan penduduk dunia yang relatif tinggi yang akhirnya
mendongkrak permintaan pangan dunia
• Efek pemanasan global yang menyebabkan kegagalan panen
tanaman pangan sehingga pada gilirannya menciutkan
produksi pangan dunia
Kebijakan Pemerintah Pasca Orba
terhadap Warisan Masa lalu &
Perkembangan kontemporer

• Tetap berkutat pada ukuran sukses yang mengacu


semata kepada Stabilitas ekonomi makro (pertumbuhan,
inflasi, kurs rupiah, suku bunga, dst.)

• Tak ada Blue Print Reformasi ekonomi menyeluruh atas


dasar : (1) Assesment kebutuhan nyata ( felt need )
rakyat dan keragaman daerah ; (2) Market Intellegence
dari perkembangan ekonomi global.
Perspektif Masa Depan
Ada dua skenario dalam perspektif Ekonomi-Politik Pangan di
Indonesia pada mana datang :

• Skenario Pertama • Skenario Kedua


Jika kebijakan ekonomi yang Jika dilakulan Reformasi ekonomi
menjadi payungnya tetap berbasiskan kpd assement kebutuhan
sebagai “business as usual“: nyata rakyat dan keragaman daerah
dengan Blue print dan pelaksanaan yang
- Demokratrasi politik barjalan konsekuen:
makin menemukan format yang
semakin matang : disamping - kemungkinan karena banyak
prosedur demokrasi berjalan, kepentingan Negara Maju yang
juga proses dan kualitas output terganggu, maka bisa saja
poliitik makin mendkati prinsip proses dmokarasi politik mmbawa
kedaulatn politik rakyat. Namun komplikasi krn bnyak kepentingan
karena Deokrasi Politik Negara Maju secara Ek. & Pol
cenderung makin mengadopsi telah tertanam secara struktural
prinsip liberalisasi ekonomi ala dalam komposisi elit sekarang ini.
WTO, maka kedaulatan ekonomi Tapi itu tergantung kepada
makin tergantung asing dan kepemimpinan nasional, apakah
makin menjauhkan kedaulatan mampu mngelola secara cerdas dua
ekonomi rakyat termasuk makin kepentingan sekaligus (demokrasi
jauh dari kedaulatan pangan politik dan reformasi ekonomi
( makin tergantung impor) secara substansial)
Hambatan Mewujudkan Kemandirian
& Kedaulatan Pangan

• Demokrasi Politik & Kepemimpinan yang hanya menciptakan


“kompradorisasi” yang dependen terhadap kepentingan negara
maju
• Ukuran sukses pembangunan hanya semata ditekankan kepada
stabilitas Makro Ekonomi dg menganggap globalisasi sebagai
fenomena yang netral, bahkan sumber kemajuan tanpa sikap kritis
• Industrialisasi yang berbasis impor dan mengabaikan competitive
advantage berbasis sumber daya domestik (SDA, SDM, kreativitas,
dst.) dengan iptek dan nilai lokal
• Ketiadaan grand-design yang komprehensif untuk kemandirian dan
kedaulatan pangan (dari payung kebijakan makro ekonomi dg
dukungan kebijakan fiskal, moneter, perbankan, penyuluhan,
pengembangan teknologi, hingga gerakan budaya dan kebijakan
industrialisasi yang berbasisan sumberdaya domestik (pertanian
dlm arti luas)
Rekomendasi kebijakan
Jangka Pendek :
• Stabilisasi harga pangan untuk mencapai “ketahanan pangan” melalui
kebijakan insentif untuk peningkatan produksi maupun kebijakan
perdagangan (tarif impor) dg disertai pengamanan dari pelbagai
modus “moral hazard” (spekulasi, penimbunan, penyelundupan,
kartel importir, dll.)

Jangka Panjang :
• Perlu Komite Globalisasi yg menyiapkan program aksi berbasiskan
visi kepentingan nasional untuk menyusun blueprint reformasi
ekonomi bersamaan dengan demokratisasi politik yang
mensejahterakan rakyat
• Perlu kebijakan makro dan mikro ekonomi serta industrialisasi yang
menekankan competitive advantage berbasiskan sumberdaya
domestik (SDA, SDM, kreativitas, dst.) dengan kandungan iptek dan
nilai lokal
• Perlu grand design kebijakan untuk mencapai kemandirian &
kedaulatan pangan nasional, regional dan lokal berbasiskan
sumberdaya dan keunggulan daerah.
TRIMA KASIH

You might also like