You are on page 1of 20

I.

PENDAHULUAN
Abortus spontan merupakan suatu keadaan dimana terjadinya pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat hasil konsepsi
kurang dari 500 gram. Abortus merupakan komplikasi paling sering dari
kehamilan dan dapat menjadi stress emosional bagi pasangan yang
mengharapkan anak. Kira- kira 70% konsepsi manusia gagal untuk menjadi
viable dan diperkirakan 50% gagal sebelum periode pertama menstruasi
terakhir. Pada penelitian yang dilakukan baru baru ini yang menggunakan
pemeriksaan sensitie untuk h!" didapatkan angka yang aktual dari gagalnya
kehamilan setelah implantasi adalah #$%. Pada kehamilan yang se%ara klinis
diketahui& angka gagalnya kehamilan sebesar $5% untuk usia gestasi 20 minggu
dihitung dari haid pertama haid terakhir.
$&2
Abortus habitualis atau abortus berulang telah banyak dide'inisikan
berma%am ma%am. Pada tahun $()* +all dan ,ertig menyatakan bah-a
abortus habitualis merupakan suatu keadaan dimana seorang -anita mengalami
dua atau lebih abortus se%ara berurutan. .ereka memeriksa $00 pasien dan
menemukan persamaan patologis pada 5*% dari kasus kasus yang mereka
temukan. Pada penelitian ini& diketahui pula bah-a kelainan yang ditemukan
sebanyak )#% merupakan hasil dari 'aktor oum dan $5% merupakan 'aktor
maternal. .enurut /tirrat pada tahun $((0 dalam analisisnya mengenai abortus
habitualis& menyatakan bah-a de'inisi abortus habitualis seharusnya adalah
suatu keadaan dimana seorang -anita mengalami tiga kali atau lebih abortus
spontan. /tirrat membuat de'inisi demikian karena pada penelitiannya
didapatkan setelah dua kali abortus& kesempatan untuk hamil dan menjadi
viable sebesar *0%.
#
Angka kejadian abortus habitualis atau abortus berulang adalah $ 0 #00
kehamilan. Pemeriksaan klinis dari kehilangan kehamilan harus lebih hati hati
setelah dua kali abortus spontan se%ara berurutan& terutama ketika denyut
jantung janin sudah terdeteksi sebelum keguguran& usia ibu lebih dari #5 tahun&
atau pasangan sulit untuk mendapatkan keturunan. ,asil surei epidemiologik
didapatkan bah-a setelah mengalami empat kali abortus spontan& risiko untuk
mengalami abortus kembali sebesar )0 50%.
#&)&5&1&7&*
II. ETIOLOGI
Kelainan kromosom orang tua merupakan satu - satunya penyebab abortus
habitualis atau abortus berulang yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Kebanyakan
kelainan terjadi pada 5% pasangan yang pernah mengalami abortus habitualis.
Penyebab yang lain berhubungan dengan kelainan anatomi sebesar $2%& masalah
endokrinologi sebesar $7%& in'eksi sebesar 5% dan 'aktor imunologi sebanyak
50%. 2aktor 'aktor lain yang berhubungan dengan kejadian abortus habitualis
sebanyak $0% dari seluruh kasus. /etelah melalui pemeriksaan - pemeriksaan&
penyebab potensial dalam 10% kasus tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
2
A. Faktor Genetik
Abnormalitas kromosom orang tua dan beberapa 'a%tor imunologi
berhubungan dengan abortus habitualis telah diteliti. Pada tahun $(*$
"ranat dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22322 pada pria yang
istrinya mengalami 1 kali abortus se%ara berurutan&. Pada tahun $((0& /mith
dan "aha menemukan insiden yang %ukup besar dari carrier translokasi
kromosom pada suatu penelitian terhadap keluarga abortus habitualis dan
didapatkan $5 balanced reciprocal translocations dan ( fusi robertsonian
pada populasi ini. Kelainan kromosom yang paling banyak menyebabkan
abortus habitualis adalah balanced translocation yang menyebabkan
konsepsi trisomi. Kelainan struktural kromosom yang lain adalah
mosaicism& single gene disorder dan inerse dapat menyebabkan abortus
habitualis. Single gene disorder dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan yang seksama terhadap ri-ayat keluarga atau dengan
mengidenti'ikasi pola dari kelainan yang dikenal dengan pola
keturunan.
2&#&*
B. Kelainan Anatomi
2
Kelainan anatomi mungkin berupa kelainan kongenital atau kelainan yang
didapat. Kelainan kongenital termasuk 'usi duktus .ulleri yang inkomplit
atau de'ek resorpsi septum& paparan diethylstilbestrol 456/7 dan kelainan
serik uterus. +anita -anita dengan septum intrauterine memiliki risiko
abortus spontan sebesar 10%& kebanyakan abortus pada trimester dua&
tetapi dapat juga terjadi pada trimester pertama. Apabila embrio
berimplantasi pada septum karena endometrium pada septum berkembang
buruk dapat menyebabkan kelainan plasenta. Pada paparan
diethylstilbestrol 456/7 intra uterine dapat menyebabkan kelainan uterus&
yang paling sering adalah hipoplasia yang dapat menyebabkan abortus
pada trimester pertama dan kedua& seriks inkompeten dan persalinan
prematurus. Kelainan anatomi didapat yang potensial menyebabkan
abortus seperti adhesi intra uterine 4/indroma Asherman7 yang disebabkan
oleh kuretase endometrium atau eakuasi hasil konsepsi yang terperangkap
terlalu dalam dan berulang & leiomioma yang mempengaruhi arah dari
kaum uteri dan endometriosis. ,ubungan keadaan ini dengan adanya
keguguran berulang se%ara teori ialah bah-a pada kasus adesi dan
leiomioma terjadi adanya gangguan suplai darah& sementara pada
endometriosis berhubungan dengan 'aktor imunologi.
2&5
"ambar $. Kelainan bentuk uterus
5ikutip dari ,igh 8isk Pregnan%y
)
C. Kelainan Hormonal
#
2aktor 'aktor endokrinologi yang berhubungan dengan abortus berulang
atau abortus habitualis termasuk insu'isiensi 'ase luteal dengan atau tanpa
kelainan dimana luteini9ing hormone 4:,7 hipersekresi& diabetes mellitus&
dan penyakit tiroid. Perkembangan pada kehamilan a-al tergantung pada
produksi estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sampai
ke%ukupannya terpenuhi diproduksi oleh perkembangan tro'oblast& yang
terjadi pada usia kehamilan 7 ( minggu. Abortus spontan terjadi pada
kehamilan kurang dari $0 minggu jika korpus luteum gagal untuk
memproduksi progesteron yang %ukup& adanya gangguan distribusi
progesteron ke uterus& atau bila pemakaian hormon progesteron pada
endometrium dan desidua terganggu. Keguguran juga dapat terjadi apabila
tro'oblas tidak dapat menghasilkan progesteron yang seharusnya
menggantikan progesteron dari korpus luteum ketika korpus luteum
menghilang.
2&(
/ekresi luteini9ing hormone yang abnormal juga memiliki akibat
langsung pada perkembangan oosit& menyebabkan penuaan yang prematur&
dan pada endometrium menyebabkan maturasi yang tidak sinkron. 5ipihak
lain& sekresi luteini9ing hormone yang abnormal dapat menimbulkan
keguguran se%ara tidak langsung dengan %ara meningkatkan kadar hormon
testosteron. Keadaan gangguan sekresi luteini9ing hormone biasanya
berhubungan dengan adanya polikistik oarium.
)

.ekanisme yang mungkin menyebabkan terjadinya keguguran pada
penderita diabetes mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus
terutama sekali pada kasus-kasus dengan diabetes mellitus tahap lanjut.
)
,ipotiroid merupakan gangguan endokrin lain yang dihubungkan
dengan adanya abortus berulang& terutama sekali sebagai akibat dis'ungsi
korpus luteum dan oulasi yang sering menyertai penyakit tiroid.
Antitiroid antibodi juga dihubungkan dengan abortus berulang. Karena
pada a-al kehamilan tubuh membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih
tinggi& adanya antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda bagi
)
seseorang untuk terjadi peningkatan risiko terjadinya abnormalitas tiroid
yang dapat berakhir pada keguguran.
2&)
D. Infeksi Salran !e"ro#ksi
+alaupun keguguran telah dihubungkan dengan organisme seperti
Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis,
dan Toxoplasma gondii, namun tidak ada hubungan yang meyakinkan
dengan abortus berulang. Adanya organisme tersebut pada saat terjadinya
keguguran tidak dapat dianggap sebagai bukti organisme tersebut sebagai
penyebab dari keguguran. ;rganisme-organisme tersebut dapat menjadi
penyebab keguguran apabila
)
0
<elah ada dalam -aktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu
se%ara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak
diobati
.emiliki jalur untuk masuk ke lingkungan intrauteri sehingga
mengin'eksi jaringan 'etus dan3atau menstimulasi terjadinya proses
radang.
<erdapat bukti bah-a aginosis bakterialis berhubungan dengan
keguguran dan juga menjadi 'aktor risiko terjadinya persalinan preterm.
=akterial aginosis disebabkan karena terganggunya 'lora normal dari agina.
<erjadi pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob dan la%toba%illi yang
normal tidak ada atau tidak banyak terdapat. <idak didapatkan adanya
hubungan yang nyata dengan keguguran dan hubungan ini masih perlu
dibuktikan. <erdapat teori yang menyatakan bah-a nkeguguran merupakan
akibat dari akti'asi imunologi sebagai respon dari adanya organisme
patologis.
)
E. Imnolo$ik
5
8espon imunologi diatur oleh gen-gen dari major histocompability
complex 4.,!7 yang berlokasi pada kromosom ". Antigen .,!
golongan > 4human leucocyte antigens 4,:A7-A& ,:A-= dan ,:A-!7 dan
antigen .,! golongan >> 4,:A-52& ,:A-5P dan ,:A-5?7 menentukan
kompatibilitas imunologik jaringan. "olongan > antigen .,! penting
utnuk mengenali struktur dalam menolak respon mediator dengan limposit
< sitotoksik. "olongan >> antigen .,! menunjukkan antigen untuk
limposit < dan memulai imunitas. "olongan >> gen-gen .,! desebut gen-
gen respon imun& se%ara geneti% diatur dan diper%aya untuk menyebabkan
penyakit. Akhir-akhir ini& antigen golongan > .,! nonclassical truncated
yang dikenal ,:A-" telah dipaparkan dalam sitotro'oblas manusia dan sel
tro'oblas @6"-#& tatapi kemaknaan ,:A-" masih spekulasi karena ia
merupakan tro'oblas yang unik dan ada hipotasis yang mengatakan bah-a
,:A-" penting untuk gestasi yang berhasil dan respon terhadap ,:A-"
yang menyimpang akan mengakibatkan abortus. 2aktor-'aktor imunologi
terbagi dua& yaitu0
2&)
$. Kelainan imunitas seluler
6ndometrium dan desisua manusia penuh dengan sel-sel imun dan
in'lamasi yang mampu mensekresi sitokin. 8espon imun seluler <
helper $ yang abnormal melibatkan sitokin inter'eron- 4>2A-7 dan
tumor nekrosis 'a%tor 4<A27 merupakan hipotesis yang paling sering
dikemukakan untuk kegagalan imunologi reproduksi. ,ipotesis ini
menyatakan bah-a konseptur merupakan target lo%al dan respon cell
mediate imun yang akan menyebabkan abortus. Pada -anita--anita
yang mengalami abortus& antigen tro'oblas mengaktiasi makro'ag dan
lim'osit& mengakibatkan respon imun seluler oleh sitokin < helper $&
>2A- dan <A2 yang ditunjukkan dengan menghambat pertumbyhan
embrio in itro dan perkembangan serta 'ungsi dari tro'obalst. Kadar
<A2 dan interleukin 2 yang tinggi didapatkan di serum peri'er pada
-anita--anita yang mengalami abortus dibandingkan dengan -anita
1
hamil normal& tetapi mekanisme dari hubungan ini belum dapat
dijelaskan. Pada suatu penelitian didapatkan 10-*0% -anita yang tidak
hamil dengan ri-ayat abortus habitualis yang tidak bias dijelaskan telah
ditemukan bukti bah-a adanya respon imun <, -$ yang abnormal untuk
antigen tro'oblast& mengingat kurang dari #% -anita dengan ri-ayat
reproduksi normal memiliki imunitas seluler untuk antigen tro'obalst
yang sama. =edanya imunitas <,-$ untuk tro'oblas pada -anita dengan
abortus habitualis yang tidak dapat dijelaskan& didapatkan bukti bah-a
-anita dengan kehamilan normal memiliki respon imun <,-2 untuk
antigen tro'oblas.
2&)
.ekanisme imun seluler lain yang berperan dalam abortus habitualis
seperti de'isiensi sel supresor dan aktiasi makro'ag berhubungan
dengan kematian janin& meskipun mekanismenya belum bias
dipaparkan. 6kspresi antigen golongan >> .,! yang abnormal atau
ekspresi "olingan > .,! yang tinggi pada sitotro'oblas menimbulkan
respon dari >2A- yang mengakibatkan abortus mellui serangan
sitotoksik sel < yang tinggi.
2&)
2. Kelainan imunitas humoral
Antiphospholipid antibodi adalah autoantibodi yang ditujukan mela-an
phospholipid yang bermuatan negati'& yang merupakan komponen
esensial dari membran sel yang memiliki peranan penting dalam 'usi sel-
membran sel. Antiphospholipid antibodi termasuk juga lupus
antikoagulan 4-alaupun tidak terdapat sistemik lupus eritematosus7 dan
antibodi terhadap kardiolipin dan phospatydilgliserin. /e%ara klinis
antiphospholipid antibodi dihubungkan dengan trombositopenia&
trombosis dan keguguran berulang. @uga dihubungkan sebagai
penyebab dari komplikasi kehamilan yang lain apabila kehamilan
berlanjut hingga trimester ketiga& seperti persalinan prematur& ketuban
pe%ah sebelum -aktunya& kematian janin dalam rahim& pertumbuhan
7
janin terhambat dan juga preeklampsia. Bteroplasental trombosis
dianggap sebagai penyebab utama dari berakhirnya kehamilan.
)&7

:upus antikoagulan menyebabkan tes koagulasi yang bergantung
dengan phospholipid seperti activated partial thromboplastin time
4AP<<7 menjadi memanjang dan dan tetap demikian -alaupun telah
ditambah dengan plasma yang normal. Anti kardiolipin >g" atau >g.
dapat diidenti'ikasi dengan pemeriksaan 6:>/A. ,asil pemeriksaan
yang positi' sebaiknya dulangi kembali setelah beberapa minggu untuk
memastikan kebenaran hasil positi' ini.
)
Prealensi dari antiphospholipid antibodi ini pada populasi antenatal
se%ara umum adalah sekitar 2% dibandingkan dengan ibu-ibu yang
mengalami keguguran berulang yaitu sekitar $5%. <ingkat keberhasilan
kehamilan pada keadaan yang tidak diobati ialah sekitar $0-$5% dan
keguguran berulang seringkali merupakan mani'estasi a-al penyakit.
.ekanisme untuk terjadinya keguguran akibat dari antiphospholipid
antibodi adalah peningkatan tromboksan dan penurunan sintesis
prostasiklin sehingga menimbulkan adesi platelet pada pembuluh darah
di plasenta.
)&7
Keadaan immunologik lain yang mungkin juga menyebabkan
terjadinya keguguran berulang ialah antibodi antisperma& antibodi
antitro'oblas& dan de'isiensi blocking antibody. Aamun keadaan ini
masih belum dapat dibuktikan.
2
F. Faktor Lain
2aktor lain yang berhubungan dengan keguguran berulang termasuk juga 9at-
9at ra%un pada lingkungan& terutama logam berat dan paparan yang lama
terhadap pelarut organik& obat-obatan seperti antiprogestogen & obat
antineoplasma& anestesi& nikotin dan alkohol& demikian juga radiasi. :atihan
yang berat juga belum dapat dibuktikan se%ara pasti menyebabkan terjadinya
keguguran berulang. Koitus dihubungkan dengan adanya persalinan preterm
tetapi untuk terjadinya keguguran belum dapat dipastikan.
2&7&$0
*
2aktor psikologik juga dimasukkan kedalam penyebab dari keguguran
berulang -alaupun belum ditemukan adanya hubungan antara stres
psikologik dengan terjadinya keguguran berulang.
$0
<abel $. Kemungkinan penyebab abortus berulang
5ikutip dari Aoak
2
.
6tiologi abortus berulang
2aktor genetik
Kelainan anatomis
=a-aan
2usi duktus .ulleri inkomplit
Paparan dietilstilbestrol
>nkompeten seriks
5idapat
Adhesi intrauterin
:eiomyoma
6ndometriosis
Abnormalitas hormonal
>nsu'isiensi 'ase luteal
Kelainan luteini9ing hormon
5iabetes mellitus
Penyakit tiroid
>n'eksi saluran reproduksi
>munologik
Antiphospholipid antibodi
<rombo'ilia
:ain-lain
2aktor lain
:ingkungan
;bat
Koitus
Psikologi
I%. PENATALAKSANAAN
(
Apabila didapatkan -anita dengan keadaan keguguran ketiga setelah dua kali
keguguran berturut-turut& adalah penting untuk didapatkan in'ormasi tambahan
yang dapat membantu dalam pera-atan untuk kehamilan berikutnya.
)
Apabila& tindakan eakuasi dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi&
penting untuk untuk diperiksa apakah terdapat kelainan pada uterus seperti uterus
bikornus& adanya septum uterus. Pada terhentinya kehamilan pada trimester
pertama& hasil konsepsi sebaiknya dikirim ke bagian histologi untuk kon'irmasi
diagnosis dan untuk kariotiping. Pada keguguran dimana 'etus telah terbentuk
maka kariotipe 'etus harus diperiksa dan pasangan tersebut disarankan agar
bersedia dilakukan pemeriksaan autopsi. Kemudian harus dilakukan 'ollo- up
dan konseling pada pasien.
)
Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan rutin apabila menemukan adanya
abortus berulang ialah sebagai berikut.
2&)
Periksa kariotipe kadua pasangan
:akukan histerosal'ingogra'i atau apabila terdapat ahlinya lakukan
ultrasonogra'i transaginal atau histeroskopi untuk melihat kelainan bentuk
uterus& panjang seriks& ataupun adanya adhesi intrauterus
Pemeriksaan luteini9ing hormon pada hari #-1 siklus& pemeriksaan ollicle
Stimulating hormone serta testosteron untuk memeriks adanya hipersekresi
:uteini9ing hormone atau adanya sindroma polikistik oarium. /elain itu
ultrasonogra'i transaginal juga berperan dalam menentukan adanya polikistik
oarium selain untuk memeriksa kelainan pada uterus atau rongga uterus.
Pemeriksaan !lycosylated hemoglobin "#b$
%c
& apabila pasien diketahui
mengidap diabetes mellitus atau memiliki ri-ayat keluarga dengan diabetes
mellitus
Penapisan antiphospholipid antibodi untuk :upus antikoagulan& >g" dan >g.
anti%ardiolipin antibodi dan antinu%lear 'aktor. ,al ini juga berarti
dilakukannya pemeriksaan C58: dan AP<<
Bji 'ungsi tiroid& termasuk hormone stimulasi tiroid dan antibodi antitiroid
Pemeriksaan platelet
$0
Kultur seriks untuk mikoplasma& ureaplasma dan klamidia.
Pemeriksaan lain dilakukan setelah pemeriksaan rutin ini didapatkan penemuan
yang positi'& yaitu 0
A. Faktor Genetik
=ila ditemukan adanya tanda-tanda abnormalitas dari genetik maka perlu
dilakukan konsultasi terhadap ahli genetik. Perlu dilakukan konseling terhadap
pasangan karena pemeriksaan dari keadaan ini memerlukan biaya yang besar&
selain itu kemungkinan untuk terjadinya kehamilan yang normal ke%il.
7
B. Kelainan Anatomi
=entuk dari kaum uteri harus diperiksa pada setiap -anita yang mengalami
keguguran tiga kali atau lebih se%ara berturut-turut untuk mengeluarkan
kemungkinan penyebab berupa kelainan bentuk dari uterus.
.etode pemeriksaan yang dapat digunakan ialah histerosal'ingogra'i&
tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonogra'i transaginal atau
histeroskopi untuk memeriksa kelainan tersebut .
)&7
5e'ek yang ke%il tidak berarti harus dilakukan operasi. <indakan
metroplasti abdominal dilakukan pada keadaan terdapatnya septum uterus
4"ambar $7& tetapi tindakan ini belum pernah dilakukan ealuasi prospekti'
se%ara baik dan dikatakan memiliki hubungan dengan keadaan in'ertilitas
postperati'. <indakan operati' untuk menghilangkan septum uterus ataupun
perlengketan dapat dilakukan dengan %ara reseksi transerikal histeroskopi&
dikatakan bah-a tindakan ini memiliki hasil yang %ukup memuaskan& namun
tindakan operati' ini hanya dapat dilakukan oleh klinisi yang telah
mendapatkan pelatihan yang memadai serta memiliki pengalaman dalam
tindakan operati' dengan histeroskopi.
)
Ada peningkatan risiko terjadinya persalinan preterm dan juga abortus
pada -anita dengan kelainan uterus -alaupun telah dilakukan pera-atan
antenatal yang intensi'. ,al ini sering dihubungkan dengan adanya
inkompeten seriks. Pemberian tokolitik oral sebagai pro'ilaksis tidak
$$
disarankan& tetapi ealuari rutin mengenai pendataran dan dilatasi seriks perlu
dilakukan setiap kunjungan antenatal& dan lebih baik bila dilakukan
pemeriksaan ultrasonogra'i transaginal.
"ambar $. <indakan metroplasti
5iambil dari /ar-ono
$$
>nkompetens seriks sulit untuk didiagnosis se%ara objekti' . Pemeriksaan
sebaiknya dengan menggunakan ultrasonogra'i transaginal. 5iameter internal
dari ostium uteri internum pada nullipara tidak boleh melebihi *-(mm.
.udahnya dilator ,egar ukuran * atau ( mm melalui ostium uteri internum
pada -anita tidak hamil merupakan indikasi kemungkinan adanya inkompetens
seriks tetapi bukan merupakan penegak diagnosis. Prediktor yang terbaik
ialah apabila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonogra'i transaginal
sebelumnya sehingga didapatkan nilai normal dari kedalaman kanalis
serikalis serta besar dari ostium uteri internum. /ehingga bila terdapat
pembukaan dan pemendekan dari seriks se%ara prematur maka dapat
diprediksi bah-a pada penderita ini terdapat inkompeten seriks.
/irklase dapat dilakukan pada usia kehamilan $2-$) minggu dan
dilakukan pengangkatan pada usia kehamilan #7-#* minggu. /ebagai
$2
alternati'& dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonogra'i serial setiap minggu
atau setiap dua minggu selama kehamilan trimester kedua& pemasangan
sirklase dapat dilakukan hanya bila pendataran ataupun pemendekan seriks
didapatkan se%ara nyata. <eknik pemasangan sirklase tidak terlalu berarti
dibandingkan dengan keahlian dari operator.
"ambar 2. <eknik pemasangan sirklase se%ara .%5onald
5ikutip dari ,igh 8isk Pregnan%y
)
"ambar #. <eknik pemasangan sirklase se%ara /hirodkar
5iambil dari ,igh 8isk Pregnan%y
)
Pada keadaan adhesi intrauterin 4/indroma Asherman7& diagnosis
didapatkan dari histerosal'ingogra'i atau dari histeroskopi. Perlengketan dapat
dilepaskan dengan menggunakan histeroskopi kemudian dialkukan
pemasangan >B5 selama 1 minggu untuk men%egah terjadinya perlengketan
kembali. Antibiotik berspektrum luas perlu diberikan sampai $ minggu
$#
postoperasi. Perkembangan janin pada kehamilan setelah tindakan harus
dia-asi se%ara hati-hati karena adanya kemungkinan implantasi pada tempat
yang kurang ideal.
2&)
.engenai leiomyoma maka perlu dilakukan tindakan operati' bila mioma
tersebut berupa mioma submukosa. <indakan operati' tersebut berupa
miomektomi. Pemberian "n8, selama tiga bulan juga dapat mengurangi
ukuran dari mioma tersebut.
2&)
C. A&normalitas Hormonal
"angguan 'ase luteal ditegakkan dengan %ara pemeriksaan suhu basal dimana
'ase luteal berlangsung selama kurang dari $0 hari& atau kadar progesteron
serum kurang dari $5 nmol3: selama lima siklus berturut-turut. Aamun pada
penelitian ternyata didapatkan bah-a tidak adanya bukti yang mendukung
se%ara nyata bah-a pemberian hormon progesteron tidak mengurangi risiko
terjadinya keguguran .
)
,ipersekresi luteini9ing hormon ditegakkan apabila kadar hormon tersebut
pada pemeriksaan darah meningkat $0 >B3: atau lebih& sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan darah se%ara serial. /ebagai alternati' dapat dilakukan
pemeriksaan kadar luteini9ing hormon pada urine dimana hipersekresi
lutini9ing hormon ditegakkan bila konsentrasi dala urin sebesar $00>B3: atau
lebih. Pengobatan keadaan ini dadalah dengan pemberian "A8, analog yang
akan menekan luteini9ing hormone.
2&)
Pemeriksaan bagi -anita tanpa adanya gejala atau ri-ayat diabetes
mellitus tidak perlu dilakukan. Pengendalian kadar gula darah yang optimal
sebelum kehamilan merupakan %ara untuk keberhasilan kehamilan.
Pemeriksaan tiroid se%ara rutin juga belum dapat mendeteksi gangguan 'ungsi
tiroid. =iasanya pemeriksaan ini dilakukan apabila telah ditemukan adanya
gejala gangguan tiroid.
)
D. Infeksi Salran !e"ro#ksi
$)
.engenai penatalaksanaan in'eksi saluran reproduksi ini tentusaja disesuaikan
dengan jenis organisme yang mengin'eksi. =elum ditemukan perlunya
dilakukan imunisasi ke%uali pada kasus penyakit rubella.
7
E. Imnolo$ik
Pemeriksaan anti%rdiolipin harus dilakukan pada semua -anita dengan
ri-ayat abortus berulang. <anpa pengobatan hanya didapatkan $0-$5%
kehamilan yang berhasil. Pengobatan dengan aspirin dosis rendah 475
mg3hari7 atau heparin dosis rendah 45000-$0000 unit tiap $2 jam7 telah
dilakukan dan menunjukkan adanya perbaikan pada kehamilan baik itu
dipergunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi. <etapi pemakaian obat-
obatan ini memiliki risiko. ,eparin jangka panjang diketahui dapat
menyebabkan osteoporosis& dan aspirin dapat menimbulkan perdarahan
gastrointestinal.
)&7
%. GA'BA!AN HISTOPATOLOGI PLASENTA
Pada penelitian a-al didapatkan adanya gambaran in'ark yang luas dan nekrosis
pada plasenta -anita yang mengalami abortus habitalis yang disebabkan
antiphospholipid antibody. =erdasarkan dari penelitian ini dan adanya hubungan
antara antiphospholipid antibody 4aP:7 dengan adanya trombosis plasenta pada
abortus habitualis& para penemu sepakat mengatakan bah-a adanya trombosis
pada plasenta menyebabkan in'ark dan menimbulkan kematian 'etus. Pada
penelitian 5e +ol' dkk& didapatkan adanya gambaran askulopati desidua yang
nekrotik pada pasien dengan aP:. !iri-%irinya adalah nekrosis 'ibrinoid& atherosis
pembuluh desidua 4in'iltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel dengan
sitoplasma yang jernih atau foamy cytoplasm7 dan inti yang menebal. >a juga
menemukan bukti adanya askulopati desidua pada suatu model murine dengan
kehamilan antiphospholipid. Pada penelitian ini didapatkan administrasi sistemik
pada 'raksi >g" pada -anita dengan aP: menyebabkan abortus. Pada
pemeriksaan histologik didapatkan deposit >g" dan 'ibrin di dalam atau
disekeliling desidua.
$$
$5
Pada penelitian kasus-kontrol yang lain didapatkan mengenai hubungan antara
patologi plasenta dan aP: dan didapatkan bah-a )7 kehamilan menghasilkan
janin mati. Plasenta dari -anita yang menderita aP: memiliki plasenta yang lebih
'ibrosis& illi hipoaskular& trombosis dan membrane yang in'ark dan sedikit
memiliki askulosinsitial dibandingkan dengan anita tanpa aP:. Kenyataannya
pada -anita dengan aP: didapatkan plasentanya trombosis atau in'ark. Penelitian
ini memberikan bukti yang kuat untuk penyebab trombosis pada janin mati pada
-anita dengan aP:.
$$
Penelitian lain menyebutkan adanya hubungan antara peningkatan kadar
./A2P dan keguguran dengan -anita dengan aP:. Peningkatan kadar ini tidak
bias dijelaskan dan ditemukan pada $# dari 10 kehamilan dengan aP:. Pada
penelitian ini juga didapatkan bah-a dengan peningkatan kadar ./A2P
menyebabka peningkatan insiden kematian janin 41#% berbanding1%7 dan
kematian perinatal 477% berbanding $5%7 dibandingkan dengan kadar yang
normal. Pada aP: peningkatan kadar ./A2P pada trimester dua bias merupakan
marker untuk kerusakan palsenta pada trimester dua.
$$
"ambar #. "ambaran histopatologi pada plasenta aP:
5ikutip dari /iler 8 .
$$
$1
Pato'isiologi dari hubungan aP:-trombosis menilki %irri khas tersendiri.
,ipotesis terbaru adalah aP: meningkatkan ratio tromboksan dan prostasiklin
menyebabkan trombosis. Pea%eman dan 8ehnberg menunjukkan bah-a >g" pada
-anita dengan aP: meningkatkan produksi tromboksan plasenta dan
menyebabkan trombosis pada sirkulasi uteroplasenta& hal ini memungkinkan
untuk penggunaan aspirin dosis rendah pada -anita aP:. =eberapa mekanisme
lain untuk trombosis termasuk mempertinggi aggregasi platelet& menurunkan
aktiasi protein !& meningkatkan ekspresi 'a%tor jaringan dan mempertinggi
sintesis platelet activating factor. <idak ada di antara toeri ini yang dapat
menjelaskan se%ara akurat mengenai gambaran klinik yang berhubungan dengan
aP: <eori yang penting di mana aP: menyebabkan kematian janin se%ara
langsung berhubungan erat dengan administrasi sistemik >g" yang mengandung
aP: yang mengakibatkan kematian janin.
$$
"ambar ). .ekanisme kematian 'etus dengan aP:
5ikutip dari /iler 8..
$$
Plasenta dari embrio dengan kromosom trisomi jarang memiliki gambaran
yang berariasi bila dilihat dengan mata telanjang meskipun ada yang tampak
mikrositik& perubahan esikuler yang 'okal tetapi hampir 50% se%ara
makroskopik normal. Pada pemeriksaan histologi sebagaian dari plasenta ini
menunjukkan perubahan 'okal illi-illi yang hidro'ili dan di'us& tampak illi
tro'oblas hipoplastik dan tampak sel sitotro'oblastik dalams troma illi& sel-sel ini
ditemukan oleh Phillippe dan =ouD pada tahun $(1( dan $(70& !ohen pada tahun
$(72 dan ,onorD& 5ill dan Poland pada tahun $(71. Adanya sel-sel tersebut
$7
merupakan gambaran khas dari plasenta trisomi dan adanya deskuamasi dari
lapisan tro'oblastik. Phillippe dan =ouD pada tahun $(1( menyatakan bah-a
banyak sel-sel tampak pada kasus-kasus trisomi !& 5 atau 6& tetapi ,onorD. 5ill
dan Poland pada tahun $(71 menyatakan bah-a sel-sel tersebut dapat tampak
pada seluruh jenis sindroma trisomi. Adanya intra stroma bukan merupakan
gambaran yang spesi'ik pada plasenta trisomi karena mungkin sel-sel ini
didapatkan pada kromosom normal. ,ampir 50% pada plasenta trisomi& illinya
tidak menunjukkan perubahan illi tetapi ada juga yang menunjukkan sel-sel
stroma immatur yang persisten dari sel-sel sitotro'oblastik intra stroma. :oe u
dan miss u so mu%h.
$#&$)
"ambar 5. Cilli pada plasenta abortus trisomi menunjukkan perubahan hidro'ik
5ikutip dari 2oE
$#
$*
"ambar 1. /el-sel sitotro'oblastik
%. !INGKASAN
Abortus berulang dide'inisikan sebagai terjadinya keluarnya hasil konsepsi
se%ara spontan tiga kali berturut atau lebih sebelum usia kehamilan 20 minggu
atau sebelum hasil konsepsi men%apai berat 500 gram
Penyebab dari abortus berulang ialah masalah genetik& abnormalitas anatomis&
masalah endokrinologis& in'eksi dan 'aktor imunologik. /erta dihubungkan
dengan permasalahan lain yang beragam.
"ambaran palsenyta pada abortus habitualis adalah illi yang hipoaskular&
'ibrosis& trombosis& in'ark& membrane yang sedikit akulosinsitial.
Penting untuk didapatkan in'ormasi mengenai keadaan pasien yang dapat
membantu dalam pera-atan untuk kehamilan berikutnya.
%I. !U(UKAN
$. +ibo-o =& +iknjosastro ,0 Kelainan dalam lamanya kehamilan. 5alam0 +iknjosastro ,&
/ai'uddin A=& 8a%himhadhi <0 >lmu kebidanan. 6disi ketiga. @akarta0 Fayasan =ina Pustaka
/ar-ono Pra-irohardjo& $(()G #02-#$2
2. ,ill @A0 8e%urrent spontaneous early pregnan%y loss. >n0 =erekj @/& Adashi 6F& ,illard PA0
AoakHs gyne%ology $2
th
edition. Pennsylania0 +illiams I +ilkins !o& $((1G(1#-(7(
#. !unningham et al0 +illiams obstetri%s. 20
th
ed. !onne%ti%ut0 Prenti%e-,all >nternational& >n%&
$((7G *55-**2
). /tirrat ".& +ardle P"&0 8e%urrent mis%arriage. >n0 @ames 5K& /teer P@& +einer !P "onik =0
,igh risk pregnan%y management options. 2
nd
ed. Philadelphia0 += /aunders %ompany& 2000G
($-$$0
$(
5. Pra-irohardjo /& +iknjosastro ,0 "angguan bersangkutan dengan konsepsi. 5alam0
+iknjosastro ,& /ai'uddin A=& 8a%himhadhi <0 >lmu kandungan. 6disi kedua. @akarta0
Fayasan =ina Pustaka /ar-ono Pra-irohardjo& $((7G 2)1-250
1. ,atasaka ,,0 8e%urrent mis%arriage0 epidemiologi% 'a%tors& de'initions and in%iden%e. >n0
!lin obstet gyne%ol #7G $(()G 125-1#)
7. =yrne @:=& +ard K0 "eneti% 'a%tors in re%urrent abortion. >n0 !lin obstet gyne%ol #7G $(()G
1(#-70)
*. ,unt @/& 8oby K20 >mplantation 'a%tors. >n0 !lin obstet gyne%ol #7G $(()G 1#5-1)5
(. =rent 8:& =e%kman 5A0 <he%ontributional o' enironmental teratogens to embryoni% and
'etal loss. >n0 !lin obstet gyne%ol #7G $(()G 1)1-11)
$0. Keye +0 Psy%hologi% relationships. >n0 !lin obstet gyne%ol #7G $(()G 1(#-70)17$-17(
20

You might also like