Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. leh karena itu tetanus masih merupakan masalah kesehatan. !khir"akhir ini dengan adanya penyebarluasan program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan angka kematian telah menurun secara drastis. II.SEJARAH Penyakit ini telah dikenal sejak #aman $ipocrates. Pada abad II !reanus the Cappadocian melaporkan gambaran klinis tetanus, kemudian selama berabad" abad penyakit ini jarang disebutkan. Pada tahun %&&', Carle dan (attone menggambarkan transmisi tetanus pada kelinci Percobaan. )itasato *%&&+, pertama kali mengisolasi Clostridium Tetani. -etahun kemudian bersama dengan .on /ehring melaporkan adanya anti"toksin spesifik pada serum binatang yang telah disuntikkan dengan toksin tetanus. Pada tahun %+01, mulai dikembangkan toksoid yang dapat merangsang pembentukan imunitas. III.ETIOLOGI )uman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani2 berbentuk batang yang langsing dengan ukuran panjang 0"3 um dan lebar 4,5"4,3 um, termasuk gram positif dan bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat dibedakan dari tipe lain berdasarkan flagella antigen. )uman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung yang butat, khas seperti batang korek api *drum stick, -ifat spora ini tahan dalam air mendidih selama ' jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf bila dipanaskan selama %3"04 menit pada suhu %0%6C. /ila tidak kena cahaya, maka spora dapat hidup di tanah berbulan"bulan bahkan sampai tahunan. 7uga dapat merupakanflora usus normal dari kuda, sapi, babi, domba, anjing, kucing, tikus, ayam dan manusia. -pora akan berubah menjadi bentuk .egetatif dalam anaerob dan kemudian berkembang biak. /entuk .egetatif tidak tahan terhadap panas dan beberapa antiseptik )uman tetanus tumbuh subur pads suhu %86C dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian pula dalam media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat mengfermentasikan glukosa. )uman tetanus tidak in.asif. tetapi kuman ini memproduksi 0 macam eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan protein dengan berat molekul %34.444 Dalton, larut dalam air labil pada panas dan cahaya, rusak dengan en#im proteolitik. tetapi stabil dalam bentuk murni dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala berupa kekakuan *rigiditas,, spasme otot dan kejang"kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari sel"sel darah merah. IV.EPIDEMIOLOGI Di negara yang telah maju seperti !merika -erikat, tetanus sudah sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik di samping sanitasi lingkungan yang bersih, akan tetapi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus. Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di !merika -erikat pada tahun %+%3 dilaporkan bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada umur %93 tahun, sesuai dengan yang dilaporkan di :anado *%+&8, dan surabaya *%+&8, ternyata insiden tertinggi pada anak di atas umur 3 tahun. Perkiraan angka kejadian umur rata"rata pertahun sangat meningkat sesuai kelompok umur, peningkatan 8 kali lipat pada kelompok umur 3"%+ tahun dan 04"0+ tahun, sedangkan peningkatan + kali lipat pada kelompok umur 54"5+ tahun dan umur lebih 14 tahun. /eberapa peneliti melaporkan bahwa angka kejadian lebih banyak dijumpa pada anak laki"laki2 dengan perbandingan 59%. ;.PATOGENESIS Chlostridium Tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk. Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk *oleh besi9 kaleng,, luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, tali pusat, kadang"kadang luka tersebut hampir tak terlihat. Pandi dkk *%+13, melaporkan bahwa 84< pada telinga sebagai port d=entree, sedangkan beberapa peneliti melaporkan bahwa porte d>entree melalui telinga hanya 1,3<. /ila keadaan menguntungkan di mana tempat luka tersebut menjadi hipaerob sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, lekosit yang mati, benda"benda asing maka spora berubah menjadi .egetatif yang kemudian berkembang. )uman ini tidak in.asif. /ila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin sangat mudah mudah diikat oleh saraf dan akan mencapai saraf melalui dua cara. %. -ecara lokal9 diabsorbsi melalui mioneural junction pada ujung"ujung saraf perifer atau motorik melalui a?is silindrik kecornu anterior susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer. 0. Toksin diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu ke sirkulasi darah untuk seterusnya susunan saraf pusat. !kti.itas tetanospamin pada motor end plate akan menghambat pelepasan asetilkolin, tetapi tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron sehingga tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot. Tetanospamin juga mempengaruhi sistem saraf simpatis pada kasus yang berat, sehingga terjadi o.erakti.itas simpatis berupa hipertensi yang labil, takikardi, keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi katekolamin dalam urine. Tetanospamin yang terikat pada jaringan saraf sudah tidak dapat dinetralisir lagi oleh antitoksin tetanus. ;I.MANIFESTASI KLINIK :asa inkubasi tetanus umumnya antara 5"0% hari, namun dapat singkat hanya %"0 hari dan kadang"kadang lebih dari % bulan. :akin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat in.asi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan inter.al antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat in.asi maka inkubasi makin panjang. -ecara klinis tetanus ada 5 macam 9 %. Tetanus umum 0. Tetanus lokal 5. Tetanus cephalic. Tetanus umum: /entuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering dijumpai. Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis. /iasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. )ekakuan otot terutama pada rahang *trismus, dan leher *kuduk kaku,. Lima puluh persen penderita tetanus umum akan menuunjukkan trismus. Dalam 0'"'& jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas. )ekakuan otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut >Lock 7aw>. -elain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut >(hisus -ardonicus> *alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi,, akibat kekakuan otot"otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai opisthotonus. -elain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal *rabaan, sinar dan bunyi,. )ejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. )esadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang. -pasme otot"otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. (etensi urine sering terjadi karena spasme sphincter kandung kemih. )enaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai panas yang tinggi sehingga harus hati"hati terhadap komplikasi atau toksin menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu. Pada kasus yang berat mudah terjadi o.erakti.itas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia jantung. :enurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas9 %, Tetanus ringan9 trismus lebih dari 5 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. 0, Tetanus sedang9 trismus kurang dari 5 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. 5, Tetanus berat9 trismus kurang dari % cm dan disertai kejang umum yang spontan. Cole dan @oungman *%+1+, membagi tetanus umum atas9 Grade 1: rinan A :asa inkubasi lebih dari %' hari A Period of onset B 1 hari A Trismus positif tetapi tidak berat A -ukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada. Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari. Grade II: !edan A :asa inkubasi %4"%' hari A Period of onset 5 had atau kurang A Trismus ada dan disfagia ada. )ekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada. Grade III: "era# A :asa inkubasi C %4 hari A Period of onset 5 hari atau kurang A Trismus berat A Disfagia berat. )ekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia. Tetanus lokal /entuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang dipertimbangkan karena gambaran klinis tidak khas. /entuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot"otot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian %<, kadang"kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum. Bentuk cephalic :erupakan salah satu .arian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Dejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain9 n. III, I;, ;II, IE, E, EI, dapat berupa gangguan sendiri"sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan"bulan. Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek. VII.DIAGNOSIS Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan 9 A (iwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi A Dejala klinis2 dan A Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi. Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pada pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nilai"nilai yang spesifik2 lekosit dapat normal atau dapat meningkat. Pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka berupa pus atau jaringan nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau kaldu daging. Tetapi pemeriksaan mikrobiologi hanya pada 54< kasus ditemukan Clostridium Tetani. Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal, walaupun kadang"kadang didapatkan tekanan meningkat akibat kontraksi otot. Pemeriksaan elektroensefalogram adalah normal dan pada pemeriksaan elektromiografi hasilnya tidak spesifik. VIII.DIAGNOSIS $ANDING %, :eningitis bakterial Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya menurun. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi, di mana adanya kelainan cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun. 0, Poliomielitis Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya trismus. Pemeriksaan cairan serebrospinalis menunjukkan lekositosis. ;irus polio diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer antibodi meningkat. 5, (abies -ebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain. Trismus jarang ditemukan, kejang bersifat klonik. ', )eracunan strichnine Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum. 3, Tetani Timbul karena hipokalsemia dan hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah. @ang khas bentuk spasme otot adalah karpopedal spasme dan biasanya diikuti laringospasme, jarang dijumpai trismus. 1, (etropharingeal abses Trismus selalu ada pada penyakit ini, tetapi kejang umum tidak ada. 8, Tonsilitis berat Penderita disertai panas tinggi, kejang tidak ada tetapi trismus ada. &, Ffek samping fenotiasin !danya riwayat minum obat fenotiasin. )elainan berupa sindrom ekstrapiramidal. !danya reaksi distonik akut, torsicolis dan kekakuan otot, +, )uduk kaku juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas, miositis leher dan spondilitis leher. I%.KOMPLIKASI %, Pada saluran pernapasan leh karena spasme otot"otot pernapasan dan spasme otot laring dan seringnya kejang menyebabkan terjadi asfiksia. )arena akumulasi sekresi sali.a serta sukarnya menelan air liur dan makanan atau minuman sehingga sering terjadi aspirasi pneumoni, atelektasis akibat obstruksi oleh sekret. Pneumotoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi. 0, Pada kardio.askuler )omplikasi berupa akti.itas simpatis yang meningkat antara lain berupa takikardia, hiperrtensi, .asokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. 5, Pada tulang dan otot Pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktura columna .ertebralis akibat kejang yang terus"menerus terutama pada anak dan orang dewasa. /eberapa peneliti melaporkan juga dapat terjadi miositis ossifikans sirkumskripta. ', )omplikasi yang lain9 A Laserasi lidah akibat kejang2 A Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja A Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu. Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi yaitu9 /ronkopneumonia, cardiac arrest, septikemia dan pneumotoraks. %.PROGNOSA Dipengaruhi oleh beberapa faktor9 %, :asa inkubasi :akin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan, sebaliknya makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi kurang dari 8 hari maka tergolong berat. 0, Gmur :akin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek. 5, Period of onset Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya trismus sampai terjadi kejang umum. )urang dari '& jam, prognosa jelek. ', Panas Pada tetanus febris tidak selalu ada. !danya hiperpireksia maka prognosanya jelek. 3, Pengobatan Pengobatan yang terlambat prognosa jelek. 1, !da tidaknya komplikasi 8, Hrekuensi kejang -emakin sering kejang semakin jelek prognosanya. EI.PENGO$ATAN & PENATALAKSANAAN %, Pen'"a#an U()(: A Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan. (uangan perawatan harus tenang. A Perawatan luka dengan (i.anol, /etadin, $ 0 4 0 . A /ila perlu diberikan oksigen dan kadang"kadang diperlukan tindakan trakeostomi untuk menghindari obstruksi jalan napas. A 7ika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan sali.a maka dibersihkan dengan pengisap lendir. A :akanan dan minuman melalui sonde lambung. /ahan makanan yang mudah dicerna dan cukup mengandung protein dan kalori. *+ Pen'"a#an K,)!)!: a+ An#i Te#an)! #'-!in -elama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 0 bentuk9 A Toksin bebas dalam darah2 A Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf. @ang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam darah. -edangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. -ebelum pemberian antitoksin harus dilakukan9 A !namnesa apakah ada riwayat alergi2 A Tes kulit dan mata2 dan A $arus selalu sedia !drenalin %9%.444. Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaksis. Tes mata Pada konjungti.a bagian bawah diteteskan % tetes larutan antitoksin tetanus %9%4 dalam larutan garam faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila dalam 04 menit, tampak kemerahan dan bengkak pada konjungti.a. Tes kulit -untikan 4,% cc larutan %I%444 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara intrakutan. (eaksi positif bila dalam 04 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan dan indurasi lebih dari %4 mm. /ila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan secara bertahap */esredka,. Dosis Dosis !T- yang diberikan ada berbagai pendapat. /ehrman *%+&8, dan Drossman *%+&8, menganjurkan dosis 34.444"%44.444 u yang diberikan setengah lewat intra.ena dan setengahnya intramuskuler. Pemberian lewat intra.ena diberikan dengan cara melarutkannya dalam %44"044 cc glukosa 3< dan diberikan selama %"0 jam. Di H)GI, !T- diberikan dengan dosis 04.444 u selama 0 hari. Di :anado, !T- diberikan dengan dosis %4.444 i.m, sekali pemberian. b, An#i-'n.)/!an dan !eda#i0 bat"obat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi kepekaan jaringan saraf terhadap rangsangan. bat yang ideal dalam penanganan tetanus ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa mengganggu pernapasan, gerakan"gerakan .olunter atau kesadaran. bat"obat yang la#im digunakan ialah9 A Dia#epam /ila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 4,3 mgIkg.bbIkali i... perlahan"lahan dengan dosis optimum %4 mgIkali diulangi setiap kali kejang. )emudian diikuti pemberian dia#epam peroral"*sonde lambung, dengan dosis 4,3 mgIkg.bbIkali sehari diberikan 1 kali. A Henobarbital Dosis awal9 % tahun 34 mg intramuskuler2 % tahun 83 mg intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 3"+ mgIkg.bbIhari dibagi dalam 5 dosis. A Largactil Dosis yang dianjurkan ' mgIkg.bbIhari dibagi dalam 1 dosis. 1+ An#i"i'#i-. A Penisilin Prokain Digunakan untuk membasmi bentuk .egetatif Clostridium Tetani. Dosis9 34.444 uIkg.bbIhari i.m selama %4 hari atau 5 hari setelah panas turun. Dosis optimal 144.444 uIhari. A Tetrasiklin dan Fritromisin Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin. Tetrasiklin 9 54"34 mgIkg.bbIhari dalam ' dosis. Fritromisin 9 34 mgIkg.bbIhari dalam ' dosis, selama %4 hari. d, O-!ien: /ila terjadi asfiksia dan sianosis. e+ Tra-e'!#'(i Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi9 A -pasme berkepanjangan dari otot respirasi A Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan A bstruksi larings2 dan A )oma. 0+ Hi2er"ari- Diberikan oksigen murni pada tekanan 3 atmosfer. EII.PENCEGAHAN %, Perawatan luka Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora tetanus. 0, hnunisasi pasif Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 0 bentuk, yaitu9 A !T- dari serum kuda2 A Tetanus Immunoglobulin $uman *TID$,. Dosis yang dianjurkan belum ada keseragaman pendapat A %344"5444 u i.m A 5444"3444 u i.m. Pemberian ini sebaiknya didahului dengan tes kulit dan mata. Dosis TI$D9 034"344 u i.m )apan kita memberikan !T-ITID$ atau Toksoid Tetanus maupun antibiotik J $al ini tergantung dari kekebalan seseorang apakah orang tersebut sudah pernah mendapat imunisasi dasar dan boosternya, berapa lama antara pemberian toksoid dengan terjadinya luka. 5, Imunisasi aktif Di Indonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi *PPI, selain menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus. Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT2 DT dan TT. A DPT 9 diberikan untuk imunisasi dasar A DT9 diberikan untuk booster pada usia 3 tahun2 diberikan pada anak dengan riwayat demam dan kejang A TT9 diberikan pada9 " ibu hamil " anak usia %5 tahun keatas. -esuai dengan Program Pengembangan Imunisasi, imunisasi dilakukan pada usia 0, ' dan 1 bulan. -edangkan booster dilakukan pada usia %,3"0 tahun dan usia 3 tahun. Dosis yang diberikan adalah 4,3 cc tiap kali pemberian secara intramuskuler. DAFTAR PUSTAKA %. !dams, F. /.2 $olloway, (.2 Thambiran, !. ).2 Dessy, -. D.9 Gsefulness of Intermittent Positi.e Pressure (espirations in The Treatment of Tetanus. Lancet %+112%%81"%%&4. 0. !nnonymous. $uman !ntito?in for Tetanus Prophyla?is. Lancet %+8'2 i 3%" 30. 5. !sa, ). D.2 /ertorini, T. F. Pinals, (. -. Case (eport :yositis ssificans Circumscripta, a Complication of Tetanus. !m. 7. :ed. -ciences %+&12 0+09 '4"'5. '. !trakchi, -. !. and Kilson, D. $. Fpidemiology. /r. :ed. 7. %+882 %9%8+. 3. /arkin, (. :.2 Pichichero, :. F. Diphteria"Pertusis"Tetanus ;accine Teactogenicity of Cimmercial Products. Pediatricas %+8+2 159031"014.