You are on page 1of 10

1

PENGARUH PENENTUAN KADAR ASPAL OPTIMUM TERHADAP KUALITAS


DESAIN CAMPURAN BERASPAL

Yeti Mesiriawati Sasana Putra
Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Staf pengajar pada Fakultas Teknik Sipil
Univ. Lampung Univ. Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung

Abstrak
Proses desain campuran beraspal adalah suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan komposisi campuran
beraspal yang paling menguntungkan. Campuran aspal yang didesain pada kadar aspal yang tepat diharapkan
dapat memberikan kinerja layan yang baik. Berdasarkan analisis parameter dan karakteristik Marshall
didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang memenuhi semua persyaratan. Bina Marga mengambil
nilai tengah dari batas tersebut sebagai kadar aspal otimum (KAO). Tujuan penelitian adalah untuk meneliti dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pengaruh penetapan nilai kadar aspal optimum yang diambil tidak
hanya dari nilai tengah saja tetapi juga nilai batas bawah dan atas dari range kadar aspal yang memenuhi
persyaratan standar Marshall, terhadap kualitas desain campuran beraspal. Penelitian menggunakan tipe
campuran aspal beton dan dua macam metode pemadatan yaitu penumbuk Marshall dan Gyratory. Penelitian
dimulai dengan uji bahan material, dilanjutkan pembuatan 3 benda uji untuk setiap kadar aspal yang ditentukan
yaitu 5.0 %, 5.5 %, 6.0 %, 6.5 %, dan 7.0 %. Kemudian dilakukan proses pemadatan Marshall dengan 3 variasi
tumbukan yaitu 35, 50, dan 75 tumbukan, hasilnya diperoleh 3 range kadar aspal yang memenuhi persyaratan
parameter dan karakterisitik Marshall dari 3 variasi tumbukan tersebut. Selanjutnya dibuat 3 benda uji untuk
masing-masing nilai kadar aspal yang diambil dari nilai batas bawah, nilai tengah, dan nilai batas atas dari range
kadar aspal yang memenuhi persyaratan dari setiap tumbukan, selanjutnya dipadatkan dengan pemadat Gyratory
dalam 3 variasi sudut putaran. Sebagai pengendali operasional pemadat Gyratory adalah densitas maksimal
yang dihasilkan dari desain Marshall, dimana pemadat Gyratory akan berhenti melakukan pemadatan setelah
mencapai densitas maksimum desain Marshall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada standar Marshall 75
tumbukan kadar aspal yang paling menguntungkan adalah pada nilai tengah range kadar aspal yang memenuhi
persyaratan standar pada sudut putar Gyratory 1.25, pada standar Marshall 50 tumbukan pada nilai bawah range
kadar aspal dengan putar Gyratory 1.25, sedang pada standar Marshall 35 tumbukan adalah nilai bawah dari
range kadar aspal dengan sudut putar Gyratory 1.75.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan dari desain campuran aspal adalah membuat kombinasi campuran aspal, agregat, dan
filler dengan tepat sehingga mendapatkan struktur perkerasan yang dapat memberikan kinerja
layan yang baik. Desain campuran aspal melibatkan prosedur laboratorium untuk
mendapatkan proporsi material yang akan digunakan, termasuk menentukan kadar aspal yang
digunakan sebagai pengikat gradasi agregat tersebut. Berdasarkan analisis karakteristik dan
parameter Marshall didapatkan batas kadar aspal dalam campuran yang memenuhi
persyaratan dan pada umumnya penentuan kadar aspal optimum yang digunakan dalam
desain campuran aspal mengambil nilai tengah dari batas tersebut.

Salah satu aspek yang penting dalam desain campuran aspal adalah proses pemadatan dimana
terjadi proses pengurangan kadar rongga udara di dalam campuran aspal sehingga terjadi
saling kunci diantara agregat penyusun. Kualitas pemadatan campuran aspal sangat
bergantung pada karakteristik lekatan dan bentuk agregat, juga volume aspal.

Proses pemadatan di laboratorium biasanya menggunakan alat penumbuk Marshall yang
sekarang mulai diragukan kinerjanya karena tidak dapat mensimulasikan kepadatan
campuran yang terjadi di lapangan (Asphalt Institute, 1995). Ruth, B.E. dan R.C. West
(1995) menyatakan bahwa pemadat Gyratory dapat memberikan hasil pemadatan yang
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
2
realistis sehingga didapatkan benda uji dengan sifat-sifat yang mendekati campuran aspal di
lapangan.

Penggunaan alat pemadat Gyratory untuk pemadatan benda uji pada pengujian Marshall di
laboratorium merupakan hal yang relatif baru di Indonesia sehingga perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut untuk mengetahui kinerja dari alat pemadat Gyratory. Pengoperasian
alat pemadat Gyratory dapat dikontrol dengan menentukan densitas/kepadatan benda uji yang
ingin dicapai terlebih dahulu (Oliver, J.W.H., 1994). Hal ini menimbulkan ide untuk meneliti
dan mempelajari pengaruh pengaturan sudut putar Gyratory terhadap pencapaian densitas
Marshall yang digunakan sebagai kontrol pada batas kadar aspal yang memenuhi persyaratan
untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja campuran aspal.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meneliti dan mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang pengaruh
pengaturan sudut putar Gyratory terhadap pencapaian densitas campuran aspal beton dari
desain Marshall.
2. Untuk membandingkan kinerja hasil pemadatan aspal beton pada batas atas, nilai tengah,
dan batas bawah kadar aspal yang memenuhi persyaratan dari desain Marshall.

1.3 Lingkup dan Batasan Penelitian

Lingkup dan batasan penelitian ini adalah:
1. Penelitian memfokuskan pada 2 tes laboratorium, yaitu pengujian menggunakan alat
pemadat Marshall dan Gyratory.
2. Tipe campuran adalah beton aspal.
3. Permasalahan yang diamati adalah parameter (stabilitas dan flow) dan karakteristik
(VIM, VMA, dan VFB) Marshall.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Sejak pertama kali digunakan oleh kesatuan insinyur tentara Amerika Serikat (U.S. Army
Corps of Engineer), alat penguji Gyratory menjadi lebih dikenal, karena dianggap mampu
memberi desain campuran aspal yang lebih teliti kinerjanya di lapangan baik dalam kondisi
selama masa konstruksi dan seterusnya setelah dilalui lalu lintas (McRae, J.L., 1993).
Selain itu pemadatan dengan penumbuk Marshall oleh banyak insinyur dianggap tidak
mampu mensimulasikan pemadatan di lapangan (Asphalt Institute, 1994). Terdapat beberapa
penelitian yang telah dilakukan untuk menghubungkan hasil pemadatan dan sifat-sifat
campuran dengan menggunakan kedua peralatan di atas.

Ruth B.E. dan R.C. West (1995) melakukan pengembangan prosedur pemadatan campuran
SMA (Stone Matrix Asphalt) untuk tujuan desain volumetri dan pengujian kekuatannya,
memakai alat penguji Gyratory (Gyratory Testing Machine/GTM) yang dilengkapi dengan
roda penggilas udara. Dengan GTM Model 6B/4C, roda penggilas udara bertekanan 62 kPa,
tekanan vertikal (ram) 690 kPa, sudut putaran 0,052 radian, dan 12 putaran per menit, serta
menggunakan prinsip yang terdapat dalam prosedur Tahap-1 dari sistem Superpave,
diharapkan alat pemadat Gyratory ini sesuai dengan kondisi di lapangan.
Juga dimungkinkan menampilkan suatu N-desain percobaan khususnya campuran SMA untuk
menentukan hasil pemadatan yang tepat. Uji kepadatan Gyratory menunjukkan adanya
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
3
ketahanan geser yang dihasilkan oleh kerangka batu campuran SMA. Berdasarkan kriteria
campuran aspal bergradasi rapat, SMA memiliki ketahanan geser yang sangat baik. Jika
parameter ini dibuktikan menjadi indikator yang baik dari ketahanan terhadap alur, ini akan
dapat mengoptimalisasi pemilihan komponen dan proporsi desain campuran SMA pada masa
datang.

DAngelo J.A., et al. (1995) membandingkan kinerja pemadatan menggunakan prosedur
Gyratory dengan menggunakan prosedur Marshall. Lima pasangan benda uji campuran aspal
HMA (Hot Mix Asphalt) yang berasal dari pabrik campuran aspal yang berbeda, masing-
masing dipadatkan menggunakan prosedur Marshall dan Gyratory. Kinerja volumetrik dari
setiap pasangan benda uji digunakan untuk mengevaluasi hasil pemadatan Marshall
dibandingkan dengan hasil pemadatan Gyratory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
VTM (void in total mix) dan VMA (void in mineral agregate) mempunyai hubungan
langsung dengan kadar aspal HMA. Hasil pemadatan Gyratory menunjukkan nilai VTM dan
VMA yang lebih rendah dibandingkan Marshall. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi agregat
hasil pemadatan Gyratory lebih padat dibandingkan Marshall.

Darsana I.K. (1998) mengkaji kinerja volumetrik dari campuran SMA yang didesain
menggunakan metode Marshall, yaitu 50 tumbukan dan 75 tumbukan, serta metode
kombinasi (Marshall + PRD (Percentage Refusal Density)), yang kemudian dipadatkan
dengan menggunakan alat penguji Gyratory, alat penguji PRD dan alat penguji jejak roda
(wheel tracking) dipakai untuk menguji deformasi yang terjadi. Hasil pengujian dari benda
uji yang dipersiapkan pada dua kadar aspal optimum dan pemadatan dengan prosedur
Marshall, Gyratory dan PRD menunjukkan kecenderungan nilai kepadatan Marshall
meningkat untuk kadar aspal optimum yang lebih besar, nilai kepadatan Gyratory sama untuk
kedua kadar aspal optimum yang berbeda, dan nilai kepadatan PRD menurun untuk kadar
aspal optimum yang lebih besar. Pada prosedur Marshall nilai VMA dan nilai VIM
cenderung menurun untuk kadar aspal optimum yang lebih besar, sedangkan nilai VFB (void
filled with bitumen) cenderung meningkat. Pada prosedur Gyratory dan PRD nilai VMA dan
VIM cenderung meningkat untuk kadar aspal optimum yang lebih besar, sedangkan nilai VFB
cenderung menurun. Pada pengujian jejak roda (wheel tracking) menunjukkan
kecenderungan perubahan deformasi yang meningkat untuk kadar aspal optimum yang besar.
Darsana I.K. (1998) juga menyarankan untuk melakukan pengujian laboratorium untuk
mencari hubungan di antara besaran-besaran nilai tersebut.

Kosasih, D. (1997) menyatakan bahwa densitas (kepadatan) sebagai hasil nyata dari proses
pemadatan merupakan salah satu parameter untuk kontrol kualitas pekerjaan di lapangan.
Tingkat kepadatan campuran aspal yang harus dicapai di lapangan selama pelaksanaan
konstruksi umumnya ditentukan dari pengujian di laboratorium. Kepadatan benda uji ternyata
juga berpengaruh terhadap karakteristik (nilai rongga udara, rongga dalam agregat, dan
rongga terisi aspal) dan parameter Marshall (stabilitas dan kelelehan).

3. METODE PENELITIAN

Tempat penelitian berlokasi di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung.

3.1 Bahan

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
4
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Batu pecah berasal dan diolah di pemecah batu Tanjungan, Lampung Selatan.
b. Pasir berasal dari Gunung Sugih. Lampung Tengah
c. Aspal yang digunakan adalah aspal ex Pertamina dengan penetrasi 80/100.
d. Filler yang digunakan adalah abu batu.
Secara umum bahan material yang digunakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
oleh standar Bina Marga.

3.2 Desain Campuran Aspal

Pada penelitian ini gradasi campuran agregat yang digunakan adalah gradasi campuran V
spesifikasi Bina Marga. Desain campuran aspal dilakukan secara teliti untuk mengurangi
tingkat kesalahan yang mungkin terjadi yaitu dengan mengambil nilai tengah dari setiap
persen berat agregat yang lolos saringan. Kemudian lima tipe kadar aspal dari desain
campuran dipilih untuk penelitian, yaitu 5,0 %, 5,5 %, 6,0 %, 6,5 %, dan 7,0 %.
Benda uji akan dipadatkan dengan penumbuk Marshall dengan 35, 50, dan 75 tumbukan.
Kadar aspal yang digunakan adalah dalam desain campuran selanjutnya adalah batas atas,
nilai tengah, dan batas bawah dari batas kadar aspal yang memenuhi persyaratan standar
Marshall. Selanjutnya dari masing-masing desain campuran tersebut di atas dilakukan dengan
pemadatan Gyratory dengan sudut putar 1,25
o
, 1,5
o
, dan 1,75
o
dengan densitas Marshall
sebagai kontrol untuk melihat kinerja campuran aspal.

4. DATA DAN ANALISA

Pada hasil pemadatan benda uji menggunakan penumbuk Marshall dengan 3 variasi jumlah
tumbukan diperoleh data nilai range kadar aspal yang memenuhi standar Marshall seperti
terlihat pada gambar berikut

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
5


Grafik parameter dan karakteristik Marshall 75 tumbukan
kadar aspal vs VIM
0
3
6
9
12
15
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
VIM (%)
kadar aspal vs flow
0
1
2
3
4
5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
flow (mm)
kadar aspal vs VMA
12
13.5
15
16.5
18
19.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VMA (%)
kadar aspal (%)
kadar aspal vs stabilitas
8
8.5
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
12.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
stabilitas (kN)
kadar aspal vs VFA
40
55
70
85
100
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
VFA (%)
kadar aspal vs densitas
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
densitas (t/m
3
)
kadar aspal (%)
densitas (t/m
3
)
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VMA
VIM
flow
stabilitas
VFA
5.52
5.23 5.81
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
6




Grafik parameter dan karakteristik Marshall 50 tumbukan
kadar aspal vs VIM
0
3
6
9
12
15
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
VIM (%)
kadar aspal vs flow
0
1
2
3
4
5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
flow (mm)
kadar aspal (%)
kadar aspal vs VMA
12
13.5
15
16.5
18
19.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VMA (%)
kadar aspal (%)
kadar aspal vs stabilitas
8
8.5
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
12.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
stabilitas (kN)
kadar aspal vs VFA
40
55
70
85
100
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VFA (%)
kadar aspal (%)
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VMA
VIM
flow
stabilitas
VFA
5.95
kadar aspal vs densitas
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
densitas (t/m
3
)
5.63 6.27
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
7




Grafik parameter dan karakteristik Marshall 35 tumbukan
kadar aspal vsVIM
0
3
6
9
12
15
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VIM (%)
kadar aspal (%)
kadar aspal vs flow
0
1
2
3
4
5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
flow (mm)
kadar aspal vs VMA
0
5
10
15
20
25
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
VMA (%)
kadar aspal vs stabilitas
0
3
6
9
12
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
stabilitas (kN)
kadar aspal vs VFA
0
25
50
75
100
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
VFA (%)
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
kadar aspal (%)
densitas (t/m
3
)
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
VFA
VMA
VIM
flow
stabilitas
6.275 5.97 6.58
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
8
Dari nilai kadar aspal tersebut kemudian dilakukan pemadatan benda uji dengan alat pemadat
gyratory dalam 3 (tiga) variasi sudut putar, yaitu 1.25, 1.50, dan 1.75, dengan kontrol
operasional densitas masing-masing batas kadar aspal, seperti pada Tabel IV.1.

Tabel IV.1. Densitas maksimal pada setiap nilai batas kadar aspal yang memenuhi persyaratan
standar Marshall
Standar
Marshall
Densitas nilai bawah
(t/m3)
Densitas nilai tengah
(t/m3)
Densitas nilai atas
(t/m3)
75 tumbukan 2.29315 2.29864 2.30303
50 tumbukan 2.28477 2.29642 2.3054
35 tumbukan 2.27498 2.28825 2.29674

Hasil pemadatan benda uji menggunakan alat pemadat gyratory secara rata-rata memberikan
hasil seperti terlihat pada Tabel IV.2

Tabel IV.2. Parameter dan karakteristik Marshall benda uji hasil pemadatan alat gyratory


Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai stabilitas dan flow cenderung menurun sejalan
dengan bertambah besarnya sudut putar gyratory pada standar Marshall 75 dan 50 tumbukan,
tetapi pada standar Marshall 35 tumbukan berlaku kecenderungan yang berlawanan. Untuk
nilai VIM dan VMA cenderung turun sejalan dengan semakin kecilnya sudut putar gyratory,
tetapi nilai VFB cenderung sebaliknya, dan hal ini berlaku untuk semua standar Marshall.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kadar aspal yang dihasilkan dari
sudut putar VIM VMA VFB Densitas Stabilitas Flow
1.75 1.574 14.034 89.456 2.337 12.932 3.413
1.5 0.838 13.391 93.746 2.354 9.389 2.457
1.25 0.547 13.137 95.877 2.361 7.331 2.587
1.75 1.449 13.357 89.196 2.348 12.695 3.343
1.5 1.376 13.294 90.178 2.350 9.978 2.460
1.25 1.518 13.418 88.815 2.347 9.620 2.380
1.75 1.819 13.110 86.145 2.348 12.847 3.437
1.5 1.975 13.248 85.250 2.345 9.877 2.730
1.25 2.433 13.654 82.255 2.334 9.448 2.453
1.75 1.355 13.265 89.917 2.351 10.190 2.383
1.5 1.695 13.564 87.630 2.343 9.325 2.733
1.25 1.091 13.033 91.642 2.357 14.497 3.580
1.75 4.024 15.024 73.421 2.296 8.709 2.547
1.5 3.868 14.886 74.261 2.300 9.740 3.150
1.25 1.453 12.748 88.885 2.358 13.615 3.377
1.75 3.677 14.118 74.179 2.314 10.447 2.203
1.5 4.617 14.957 69.181 2.291 7.669 2.567
1.25 2.687 13.236 79.841 2.337 12.812 3.500
1.75 4.312 15.020 71.540 2.293 9.486 2.360
1.5 3.511 14.309 75.551 2.312 9.229 2.333
1.25 2.751 13.634 80.119 2.331 9.975 2.807
1.75 4.909 15.012 67.353 2.287 9.550 2.450
1.5 5.329 15.387 65.439 2.277 9.426 2.867
1.25 5.154 15.231 66.328 2.281 9.772 2.907
1.75 7.919 17.175 54.605 2.223 9.065 2.980
1.5 6.042 15.486 60.996 2.268 7.910 2.610
1.25 5.573 15.064 63.091 2.280 8.010 2.433 n
i
l
a
i

a
t
a
s

M
s
t
-
3
5
M
s
t
-
5
0
M
s
t
-
7
5
n
i
l
a
i

t
e
n
g
a
h
n
i
l
a
i

t
e
n
g
a
h
n
i
l
a
i

a
t
a
s

n
i
l
a
i

b
a
w
a
h
n
i
l
a
i

b
a
w
a
h
n
i
l
a
i

t
e
n
g
a
h
n
i
l
a
i

a
t
a
s

n
i
l
a
i

b
a
w
a
h
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
9
pemadatan benda uji menggunakan penumbuk Marshall pada 3 (tiga) standar Marshall yang
ada. Nilai kepadatan (densitas) yang dihasilkan seluruh benda uji hasil pemadatan
menggunakan gyratory memberikan nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan densitas
rencana yang ditetapkan dari metode desain tumbukan Marshall. Hal ini menunjukan

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian kadar aspal yang paling menguntungkan adalah pada nilai tengah range
kadar aspal yang memenuhi persyaratan standar pada sudut putar Gyratory 1.25, pada standar
Marshall 50 tumbukan pada nilai bawah range kadar aspal dengan putar Gyratory 1.25,
sedang pada standar Marshall 35 tumbukan adalah nilai bawah dari range kadar aspal dengan
sudut putar Gyratory 1.75 ditinjau dari parameter dan karakteristik Marshall.

Dalam hal ini penulis menyarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut berkaitan
dengan penentuan nilai kadar aspal optimum dengan menggunakan variasi pemadatan yang
lebih banyak.

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sasana Putra yang telah banyak membantu
selama pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh staf
Laboratorium Inti Jalan Raya, Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Lampung atasizin
pemakaian fasilitas laboratorium.

7. DAFTAR PUSTAKA

ATKINS, H.N. 1983. Highway Material, Soils, and Concretes, 2
nd
ed.;Reston, Virginia:
Reston Publishing Company, Inc.
DICKINSON, E.J. 1984. Bituminous Roads in Australia, 1
st
published; Vermount-South,
Victoria: Australian Road Research Board.
SHELL BITUMEN U.K. 1990. The Shell Bitumen Hanbook, Shell Bitumen U.K.
HUGHES, C.S. 1989. NCHRP Synthesis of Highway Practice 152 : Compaction of
Asphalt Pavement, Washington, D.C.: Transportation Research Board, National Research
Council, pp. 5 -18
COMINSKY, R.J., et al. 1994. Strategic Highway Research Program No.407 (SHRP -
407) : The Superpave Mix Design Manual for New Construction and Overlays,
Washington, D.C.: National Research Council.
KENNEDY, T.W., et al. 1994. Strategic Highway Research Program No.410 (SHRP -
410) : Superior Performing Asphalt Pavements (Superpave) : The Product of SHRP
Asphalt Research Program, Washington, D.C.: National Research Council.
THE ASPHALT INSTITUTE. 199. Superpave Series No.2 (SP-2) : Superpave Mix
Design,
OLIVER, J.W.H. 1994. Research Report ARR - 259 : The Austroads Asphalt Mix Design
Methode version - 1, Vermount South, Victoria: Australian Road Research Board Ltd.
RUTH, B.E. and R.C. WEST. 1995. Compaction and Strength of Stone Matrix Asphalt
Mixtures in the Gyratory Testing Machine, Proceedings, Assocciation of Asphalt Paving
Technology, Vol. 64, pp. 33 - 45
Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X
10
D'ANGELO, J.A., et al. 1995. Comparison of the Superpave Gyratory Compactor to the
Marshall for the Field Quality Control, Proceedings, Assocciation of Asphalt Paving
Technology, Vol. 64, pp. 611 - 629
DARSANA, I.K. dan B.S. SUBAGIO. 1998. Kajian Laboratorium Komposisi Volumetrik
Campuran SMA dengan Teknik Pemadatan yang Berbeda, Jurnal Puslitbang Jalan 3(XV),
September 1998, hlm. 30 - 36


LAMPIRAN
Tabel . Hasil Pengujian Material Agregat
Persyaratan Jenis Pemeriksaan Metode
Min Maks
Hasil Satuan
Agregat kasar
1. B.J. curah (bulk) SNI-03-1968-1990 2.5 - 2.595 -
2. B.J. SSD SNI-03-1968-1990 - - 2.5835 -
3. B.J. semu (apparent) SNI-03-1968-1990 - - 2.638 -
4. Penyerapan air SNI-03-1969-1990 - 3.0 1.311 %
5. Indeks Kepipihan SNI-M-25-1991-03 - 25 8.9 %
6. Indeks Kelonjongan SNI-M-25-1991-03 - 25 0 %
7. Kekuatan agregat terhadap tumbukan BS-812 - 30 7.6 %
8. Keausan agregat dengan LA SNI-03-2417-1991 - 40 2.649 %

Agregat halus
1. B.J. curah (bulk) SNI-03-1968-1990 - - 2.487 -
2. B.J. SSD SNI-03-1968-1990 - - 2.548 -
3. B.J. semu (apparent) SNI-03-1968-1990 - - 2.648 -
4. Penyerapan air SNI-03-1969-1990 - 3.0 2.442 %
Filler
1. B.J. curah (bulk) SNI-15-2531-1991 - - 2.54003 -
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 80-10 standar Marshall 75 dan 50 tumbukan 0
Persyaratan Jenis Pemeriksaan Metode
Min. Max.
Hasil Satuan
1. Penetrasi (25
o
C, 5 detik) SNI-06-2456-1991 60 79 84.85 0.1 mm
2. Titik Lembek (ring ball) SNI-06-2434-1991 48 58 48.25
o
C
3. Titik Nyala (clev. Open cup) SNI-06-2433-1991 200 - 338
o
C
4. Kehilangan Berat (163
o
C, 5 jam) SNI-06-2440-1991 - 0.8 0.0604 % berat
5. Kelarutan (C
2
HCl
3
) PA.0305-76 99 -
6. Daktilitas (25
o
C, 5cm/menit) SNI-06-2432-1991 100 - 135.5 cm
7. Penetrasi setelah kehilangan berat*) SNI-06-2456-1991 54 - 77.4 % semula
8. Daktilitas setelah kehilangan berat*) SNI-06-2432-1991 50 - 135.5 cm
9. Berat Jenis (25
o
C) SNI-06-2441-1991 1 - 1.037 gr/cc

You might also like