You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aplikasi Caring pada
Klien Menjelang Ajal.
Makalah ini memuat tentang konsep keadaan terminal, tahap-tahap menjelang kematian, serta
aplikasi caring pada klien menjelang ajal dan keluarga yang ditinggalkan..
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang membangun tentunya sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca terutama bagi
mahasiswa keperawatan yang kelak akan melaksanakan tugasnya di bidang keperawatan.

Banjarbaru, 23 November 2010
Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya
unik bagi setiap individu dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka karena
kematian merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau
tidak nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan dan lingkungan di sekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka dalam kematian sedikit demi sedikit
mulai maju ditandai dengan individu yang mengalami proses ini memiliki keinginan untuk
mencari bantuan kepada orang lain.
Perawat bekerja sama dengan klien dan keluarga klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien dan keluarga klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Ketika
klien dan keluarga klien tidak dapat melewati dengan baik fase duka cita setelah mengalami
kehilangan seseorang, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
a. Mengetahui konsep keadaan terminal
b. Mengetahui tahap-tahap menjelang kematian
d. Mengetahui aplikasi caring pada klien menjelang ajal


C. Ruang Lingkup Permasalahan
Makalah ini membahas tentang konsep keadaan terminal, tahap-tahap menjelang ajal, serta
aplikasi caring pada klien menjelang ajal.
















BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian, berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu. Perawatan klien dengan
kondisi terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir kehidupan
dengan tujuan:
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Menurunkan stress
3. Mempertahankan kenyamanan selama mungkin.
Secara umum, kematian adalah sebagian dari proses kehidupan yang dialami oleh setiap orang.
Meskipun demikian, kematian tetap saja menimbulkan perasaan nyeri dan takut bagi klien
beserta keluarganya dan bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya.
Manifestasi klinik dari klien menjelang ajal, antara lain:
a. Fisik
1. Gerakan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan
ujung jari.
2. Aktivitas dari gastrointestinal berkurang.
3. Reflek mulai berkurang.
4. Suhu klien biasanya tinggi, tapi klien merasa kedinginan.
5. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
6. Penglihatan mulai kabur.
7. Klien dapat tidak sadarkan diri.
b. Psikososial
1. Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu
untuk mengulurkan tangan.
Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor.
Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menangis.
2. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan secara
interpersonal serta akibat penolakan.
B. Tahap-tahap Menjelang Kematian
Elizabeth Kubler Ross menggambarkan 5 tahap menjelang kematian, yaitu :
1. Denial (Fase Menyangkal)
Respons individu selama fase ini adalah ketidakmampuan menerima kehilangan dengan
menunjukkan sikap tidak percaya dan tidak siap.
Gambaran pada tahap denial yaitu:
- Tidak percaya diri
- Shock
- Mengingkari kenyataan akan kehilangan
- Selalu membantah
-Gelisah
- Menangis
2.Anger (Fase Marah)
Respons individu selama fase ini adalah kekesalan dan kemarahan terhadap kehilangan.
Gambaran pada tahap anger yaitu:
- Klien marah-marah
- Nada bicara kasar
- Suara tinggi
-Muka merah padam
-Perilaku agresif
3. Bargaining (Fase Tawar Menawar)
Respons individu selama fase ini adalah cara koping dengan hasil-hasil yang mungkin dari
penyakit dan menciptakan kembali tingkat kontrol dengan cara tawar menawar.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
-Sering mengungkapkan kata-kata kalau dan andai
-Sering berjanji pada Tuhan
-Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu
-Kemarahan mereda
4. Depression (Fase Depresi)
Respons individu selama fase ini adalah ketiadaan usaha apapun untuk mengungkapkan
perasaan reaksi atau reaksi kehilangan.


Gambaran pada tahap ini, yaitu:
- Klien tidak banyak bicara
- Sering menangis
- Putus asa
5. Acceptance (Fase Penenerimaan)
Respons individu selama fase ini adalah akhirnya klien dapat menerima kenyataan dengan
kesiapan.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
- Tenang dan damai
- Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru
- Berpartisipasi aktif
- Siap menerima maut
Kelima tahap tersebut dapat terjadi baik pada klien maupun pada keluarga yang akan
ditinggalkan oleh klien. Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan
baik, dapat saja terjadi ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk
reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual.
C. Aplikasi Caring pada Klien Menjelang Ajal
Tujuan aplikasi caring pada klien menjelang ajal adalah:
1. Memberikan perasaan tenang dan tentram kepada klien dalam menghadapi maut dengan
memberikan bantuan fisik dan spiritual sehingga meringankan penderitaannya.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien.
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima kenyataan.
Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegangkan.
Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya dapat
menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Perawat dapat saling berbagi dengan klien
menjelang ajal dan mengintervensi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang
ajal harus dirawat dengan respek dan perhatian.
Secara umum, pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:
a. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distres
psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.
Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan
fungsi psikologis. Higiene personal adalah bagian rutin untuk mempertahankan kenyamann
klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat atau
keluarganya untuk pemunuhan kebutuhan dasarnya.
b. Pemeliharaan Kemandirian
Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.
Mengizinkan klien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi dan makan akan
mempertahankan martabat dan rasa harga diri. Ketika klien tidak mampu secara fisik untuk
melakukan perawatan diri, perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol diri pasien. Perawat mencari isyarat
non-verbal yang menunjukan ketidakinginan berpartisipasi dalam perawatan. Perawat tidak
boleh memaksakan partisipasi, terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat
partisipasi menjadi sulit.


c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelang ajal tidak harus secara rutin
ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan keterlibatan
ketika dirawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien menjelang ajal dapat
merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin merasa lebih aman jika
seseorang tetap menemaninya di smping tempat tidur. Perawat harus mengetahui cara
menghubungi kondisi anggota keluarga jika kunjungan diperlukan atau kondisi klien
memburuk. Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak
boleh merasa bersalah jika tidak dapat selalu memberikan dukungan ini. Perawat harus
mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan
memperlihatkan perhatian dan keharuan.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungan
rohaniawan. Perawat dapat memberi dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi
kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan
menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk
mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan. Perawat dan keluarga dapat memberikan
ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan
simpati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan
musik.
e. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang
yang mereka cintai dan dalam waktu yang bersamaan harus siap untuk memberikan
dukungan. Perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu
mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perawat kepada klien, antara lain:
a. Fase Denial
Bina hubungan saling percaya.
Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya.
Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana
tenang.
Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya dengan menanyakan
kepada klien apa yang dipersepsikannya tentang kehidupan setelah mati.
Tanyakan tentang pengalaman klien menghadapi kematian yang diketahui klien,
tanyakan apa saja ketakutan yang dihadapi proses kematian.
Menganjurkan klien untuk tetap diam dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari
situasi sesungguhnya.
b. Fase Anger
Terima kondisi klien.
Hati-hati dalam memberikan penilaian dan kenali kemarahan.
Biarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
Pertahankan sentuhan fisik dan suara tenang dan juga rahasia klien.
Bicara dengan klien untuk mengekspresikan keinginan, apa yang dan sedang terjadi pada
mereka.
Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injury.
c. Fase Bargaining
Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
Dengarkan klien saat bercerita tentang hidupnya mengenai apa yang diperolehnya,
kesukaan dan kegagalannya, kesenangan dan keputusan yang dialaminya.

d. Fase Depresi
Beri kenyataan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan lingkungan
yang tenang.
Perlakuan klien dengan sabar, penuh perhatian, dan tetap realitas.
Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien, jika salah pengertian harus diklarifikasi.
Untuk klien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal, tetap berikan support.
e. Fase Acceptance
Dampingi klien.
Bina hubungan saling percaya sehingga klien akan terbuka, menanyakan, dan
mengklarifikasikan alternatif pemecahan masalah bila klien didiagnosa penyakit terminal.
Identifikasikan dengan siapa klien ingin bicara terbuka, beri tahu keluarga untuk
menghadapi masalah regresi yang akan terjadi.
Bantu klien memperoleh dan membertitahukan kualitas hidup jika mungkin
Bantu klien dalam mengatur waktu agar merasa kepuasan dalam hidup mereka.
Pertahankan hubungan klien dengan orang-orang tedekat.
Bantu klien dalam mendapatkan informasi dan apa yang dapat klien lakukan dengan
informasi yang diberikan olehnya.
Berikan jawaban terbuka dan jujur terhadap semua pertanyaan yang diajukan klien.
Tetap merespon dan mencari tahu bagaimana klien menerima informasi sebelum mereka
mencari kolaborasi lebih jauh.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien yang sedang dalam
keadaan terminal, perawat harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini:
a. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
b. Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi, Hak
mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun yang terjadi.
c. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang sedang
dihadapinya.
d. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatan.
e. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan,
walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa
nyaman.
f. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
g. Hak untuk bebas dari rasa sakit.
h. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
i. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.
j. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
k. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang
bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
l. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang
lain
m. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang
bersangkutan meninggal.
n. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat mengerti
kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian, berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu. Tujuan aplikasi caring
pada klien menjelang ajal adalah memberikan perasaan tenang dan tentram kepada klien dalam
menghadapi maut dengan memberikan bantuan fisik dan spiritual sehingga meringankan
penderitaannya, membantu keluarga memberi support pada klien, membantu klien dan keluarga
untuk menerima perhatian. Membantu klien yang menjelang ajal untuk meraih kembali
martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Perawat dapat saling
berbagi dengan klien yang menjelang ajal dan mengintervensi dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan kepedulian dan perhatian yang secara
umum berupa pemeliharaan semangat dan kemandirian, peningkatan kenyamanan, pencegahan
kesepian, peningkatan kekuatan spiritual, dan dukungan untuk keluarga yang berduka.









DAFTAR PUSTAKA

1. Mubarok, Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
2. Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
3. Stanley, Mickey. 2002. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Videbeck, Sheila L. 2001. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

You might also like