You are on page 1of 4

1

Latar Belakang
Epistaksis adalah keadaan darurat paling umum dalam rhinologi dan
menyumbang hampir enam ratus konsultasi di Rumah Sakit Universitas Zurich
per tahunnya. Perdarahan umumnya berasal dari bagian anterior hidung dan dapat
dikontrol dengan mudah oleh kimia atau kauter listrik atau balutan anterior
(tampon anterior). Di sisi lain, epistaksis juga dapat menjadi parah sehingga
membutuhkan rawat inap dan manajemen yang baik termasuk tampon hidung
berulang, pembedahan atau embolisasi arteri. Epistaksis yang berat (parah)
biasanya berasal dari bagian posterior. Beberapa pasien bahkan membutuhkan
transfusi darah karena kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Gangguan
yang tidak berbahaya namun mendominasi juga dapat mengancam nyawa.
Transfusi darah harus dipertimbangkan jika kadar hemoglobin sekitar 7 g/dl.
Meskipun kadar hemoglobin lebih tinggi, jika keadaan normovolemia tidak dapat
dipertahankan, pasien sakit kritis atau pasien memiliki komorbiditas lain
(misalnya, pasien dengan penyakit jantung dan paru kronis yang menerima
kemoterapi dan lain-lain) transfusi darah harus tetap dipertimbangkan.
Epistaksis bisa terjadi pasca trauma, iatrogenik (setelah operasi endonasal)
atau "spontan". Selain itu, banyak faktor penyebab yang dapat menyebabkan
epistaksis seperti peradangan lokal hidung, pengobatan, kelainan platelet dan
kelainan koagulasi, alkoholisme dan hemoragik herediter telangiektasia. Untuk
waktu yang lama, hipertensi dianggap sebagai penyebab utama epistaksis spontan,
namun hal ini masih menjadi hal yang kontroversial dalam literatur terbaru.
Tujuan dari penelitian retrospektif ini adalah untuk menyelidiki populasi
kecil pasien yang membutuhkan transfusi darah selama pengobatan epistaksis dan
untuk mencari faktor-faktor umum yang mungkin menjadi faktor risiko. Untuk
alasan ini, penelitian analisis retrospektif populasi besar dilakukan. Perlu
diketahui, jurnal ini merupakan laporan pertama yang melaporkan topik ini dalam
literatur.




2

METODE
Pasien
Pasien epistaksis di departemen THT Rumah Sakit Universitas Zurich
secara prospektif dimasukkan dalam penelitian sebelumnya antara Maret 2007
dan April 2008. Data yang direkam secara prospektif berisi informasi tentang
gangguan sistemik dan kebutuhan transfusi darah, data ini dapat digunakan untuk
menyelidiki pasien lebih lanjut. Oleh karena itu, kami secara retrospektif
menganalisis data khusus pada pasien yang memerlukan transfusi darah. Semua
pasien dibagi menjadi dua kelompok: mereka yang membutuhkan transfusi darah
selama pengobatan epistaksis dan mereka yang tidak menerima produk darah.
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian darah ke pasien selama
pengobatan epistaksis. Di klinik kami, pemberian transfusi darah berhubungan
dengan kadar hemoglobin, gejala (tekanan darah rendah, takikardia, pusing) dan
co-morbiditas medis seperti risiko tinggi untuk infark jantung. Penelitian ini
dilakukan secara retrospektif, kami tidak mendefinisikan secara jelas nilai-nilai
cut-off atau kondisi yang membutuhkan hemotransfusi. Kriteria ini akan diulas
selanjutnya dalam sesi diskusi.
Kadar hemoglobin yang sangat rendah sebelum transfusi, tempat
perdarahan, riwayat hematologi atau gangguan pembuluh darah, riwayat trauma
hidung akut, paparan antikoagulan dan obat antiaggregan platelet darah serta jenis
pengobatan dievaluasi untuk mengetahui transfusi darah dibutuhkan atau tidak.
Pasien ditanya tentang riwayat hipertensi untuk menemukan kemungkinan adanya
hubungan dengan peningkatan risiko transfusi darah. Semua pasien yang
dikonfirmasi menderita hipertensi arteri dimasukkan dalam kelompok "riwayat
hipertensi positif" . Jika tekanan darah baik disesuaikan dengan pengobatan pada
saat presentasi.
Pasien epistaksis karena trauma dengan kehilangan darah yang relevan dari
bagian tubuh lain (selain hidung) dikeluarkan. Trauma hidung merupakan cedera
langsung atau tidak langsung dari struktur hidung / paranasal dengan epistaksis,
terlihat tanda memar, bekas luka atau patah tulang hidung. Nose picking tidak
dianggap sebagai trauma hidung, hubungannya dengan epistaksis tetap
dipertanyakan.
3

Perdarahan posterior merupakan perdarahan yang sumber perdarahannya
tidak terlihat pada rhinoskopi anterior.
Rencana pengobatan di departemen kami sebelumnya telah dipublikasi dan
dievaluasi. Singkatnya, pilihan perngobatan ntuk perdarahan anterior adalah listrik
atau kauter kimia. Untuk epistaksis posterior suatu endoskopi hidung dilakukan
dalam anestesi permukaan lokal dan jika mungkin mengkauter sumber
perdarahan. Hal tersebut mungkin masih jarang, kami biasanya menempatkan
sebuah tampon tiup Rapid Rhino

(7,5 cm anterior - posterior, THT Arthrocare


Eropa , Stockholm , Swedia ) pada pendarahan posterior. Jika pengobatan ini
gagal, kami memasukkan balon kateter Foley dan menampon (membungkus)
hidung dengan fat-gauze. Seandainya kegagalan berulang-ulang atau jika
perdarahan baru muncul setelah pelepasan tampon, lakukan rigid nasal
endoscopy. Rigid nasal endoscopy dilakukan dalam keadaan pasien dianestesi
umum dan semua cabang arteri sphenopalatina digumpalkan dan ditranseksi. Jika
perdarahan berlanjut atau sumber perdarahan jelas terletak di wilayah pasokan
arteri etmoidalis, penutupan eksternal dilakukan dengan insisi lynch atau
pendekatan transcaruncular.

Pertimbangan Etis
Pengumpulan data dilakukan dengan izin dari komite dan dewan peninjau
etik lokal.

Analisis Statistik
Perbandingan antara kelompok dilakukan dengan Uji Chi-Square untuk
kategori variabel. Untuk analisis multivariat model regresi logistik menggunakan
metode backward stepwise dihitung dengan menggunakan R (versi 2.14.1).
Penjelasan lokalisasi pendarahan (anterior / posterior), trauma (ya / tidak),
paparan antikoagulan atau antiaggregan platelet (ya / tidak), riwayat hipertensi (ya
/ tidak) dan sejarah hematologi atau gangguan vaskular (ya / tidak) dimasukkan
dalam model penuh. Tingkat signifikansi 5% diterapkan sebagai ambang batas
untuk mengesampingkan variabel penjelas dari model dan untuk uji statistik
4

lainnya. Terlepas dari regresi analisis, semua perhitungan statistik lainnya
dilakukan menggunakan Prism Versi 5 (GraphPad Software, USA).

You might also like