Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 1
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian Tembaga Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54, merupakan unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803 Celcius dan titik didih 2.595 C. dikenal sejak zaman prasejarah. Tembaga sangat langka dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan unsur penting dalam darah binatang berkulit keras.
2.2 Sifat-sifat Tembaga Produksi tembaga sebagian besar dipergunakan dalam industri kelistrikan, karena tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Kotoran yang terdapat dalam tembaga akan memperkecil/mengurangi daya hantar listriknya. Selain mempunyai daya hantar listrik yang tinggi, daya hantar panasnya juga tinggi; dan tahan karat. Oleh karena itu tembaga juga dipakai untuk kelengkapan bahan radiator, ketel, dan alat kelengkapan pemanasan.Tembaga mempunyai sifat dapat dirol, ditarik, ditekan, ditekan tarik dan dapat ditempa (meleable).
Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 2
2.3 Manfaat Penggunaan Tembaga Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo. Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan, sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih 20% disebut perunggu. Perunggu yang mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji dan galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti emas sehingga banyak digunakan sebagai perhiasan atau ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu banyak dijadikan sebagai perhiasan dan digunakan pula pada seni patung. Kuningan dan perunggu berturut-turut seperti yang tertera pada gambar. Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata uang yang terbuat dari emas. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol menjadi metanal.
2.4 Paduan Tembaga Paduan Tembaga telah berkurang penggunaannya dari pada waktu yang lampau. Harga tembaga yang meningkat dengan cepat, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa kualitas bahan murah yang lain telah meningkat akhir-akhir ini, sehingga mengurangi penggunaan paduan tembaga untuk beberapa kebutuhan. Selain itu teknik pembuatannya telah diperbaiki sehingga menyebabkan bahan kurang (ductile) dapat dipakai, karena itu baja ringan kualitasnya baik yang sering digunakan. Tembaga membentuk larutan padat dengan unsur logam lain dalam daerah yang luas dan dipergunakan untuk berbagi keperluan, dan macam-macam paduan pada tembaga antara lain : Perunggu Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 3
Perunggu mempunyai kadar tembaga Cu 70-78 %, timah putih Sn 22-44 % dan selain itu campuran tambahan lain seperti Seng (Zn), Timbel (Pb), Aluminium (Al) dll. Perungu ialah : paduan kepal atau paduan tuang yang tahan terhadap korosi. Selain itu mempunyai daya luncur dan daya hantar yang baik untuk arus listrik. Perunggu Bebas Seng Perunggu bebas seng yang dinamakan juga perunggu timah, yaitu perunggu tuang dari Cu ditambah 10%, 14%, atau 20% Sn tanpa campuran tambahan lain. Bahan itu digunakan untuk pentil yang harus mempunyai syarat tinggi terhadap korosi dan ketangguhan (10% Sn). Selain itu pada bantalan harus mempunyai syarat-syarat tinggi untuk sifat luncur (14% Sn) dan unutuk bantalan-bantalan tekan dengan syarat tinggi untuk kekerasan (20 % Sn ). Perunggu Bebas Seng Paduan Kepal Mempunyai 1,5 % sampai setinggi-tingginya 10 % timah putih dan selain itu Fosfor dalam persentase yang sangat kecil, yaitu setinggi-tingginya 0,3 % campuran ini dahulu dinamakan perunggu Fosfor. Dipakai untuk profil-profil, batang-batang, kawat, plat, dan pipa yang dicanai dan ditarik. Perunggu dan Seng Perunggu seng ialah : perungu tembaga timah dengan tambahan seng 2 % - 7 %. Bahan itu dipakai terutama untuk bantalan-bantalan ( campuran tuang ). Perunggu Aluminium Perunggu Alumnium ialah : campuran tuang dan campuran kepal dari tembaga dengan Aluminium dengan besi dan bahan tambahan lain (perunggu dua zat). Perunggu dua zat (Al dan Ni) tahan korosi terhadap bahan kimia tertentu karena itu dipakai untuk perlengkapan kimia. Perunggu Alumium tidak mempunyai fungsi lain dari perunggu bebas seng. Sifat-sifatnya kurang baik, jadi tidak banyak dipakai kecuali di negeri-negeri yang kurang akan timah. Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 4
Perunggu Silikon Perunggu Silikon baik sebagai paduan tuang maupun kepal mempunyai kadar (Si) 0,5 %-4,5 %. Selain itu ada bahan-bahan tambahan dari timah, nikel, mangan, besi dan seng dalam bermacam-macam persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya; Cupoder yang mempunyai tahanan tarik dan kekerasan yang baik .
2.5 Proses Pengolahan Tembaga Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya. Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS 2 ), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni: a. Pengapungan (flotasi) Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel- partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 5
b. Pemanggangan Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida. Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung Cu 2 S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida c. Reduksi Cu 2 S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi 2Cu 2 S(s) + 3O 2 (g) 2Cu 2 O(s) + 2SO 2 (g) Cu 2 S(s) + 2Cu 2 O(s) 6Cu(s) + SO 2 (g) Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara. d. Elektrolisis Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO 4 ). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu 2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu. Katoda : Cu 2 +(aq) + 2e Cu(s) Anoda : Cu(s) Cu 2 +(aq) + 2e Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur. Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 6
2.6 Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam Pertambangan Umum 2.6.1 Defenisi Menurut UU No. 20 Thn 1997 1) Psl 1 : Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. 2) Psl 2 : Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi : a) penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah; b) penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam; Sumber daya alam adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, di permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh Negara c) penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan; d) penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah; e) penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; f) penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; g) penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri. 3) Psl 4 5 : Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara yang dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 7
2.6.2 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam Pertambangan Umum JENIS PNBP SDA PERTAMBANGAN UMUM BENTUK USAHA IuranTetap/Landrent/Deadrent Iuran Eksploitasi (Royalti)
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral dan Batubara Kontrak Karya (KK) Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Penjualan Hasil Tambang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Catatan : 1. Iuran Tetap IUP : Luas wilayah dikali dengan tarif PP No.9/2012 2. Iuran Tetap KK dan PKP2B : Luas Wilayah dikali dengan tarif sesuai dengan kontrak 2.6.3 PERHITUNGAN & TATACARA PEMBAYARAN IURAN TETAP, ROYALTI dan DHPB A. IURAN TETAP/LANDRENT/DEADRENT IUP/KK/PKP2B
Tarif berdasarkan tahap kegiatan IUP, mengacu pada PP No. 9 Thn 2012 KK dan PKP2B sesuai Kontrak/Perjanjian B. IURAN EKSPLOITASI/ROYALTI IUP & KK serta DHPB PKP2B
IUP, mengacu pada PP 9 Tahun 2012 KK sesuai Kontrak/Perjanjian DHPB : 13,5% x Jumlah Produksi x Harga Jual
Perhitungan: Luas Wilayah x Tarif
Perhitungan: Jumlah PENJUALAN x Tarif x Harga Jual
Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 8
2.6.4 Perkembangan PNBP SDA Pertambangan Umum Tahun 2006 2013 Gambar II.1 Perkembangan PNBP SDA Pertambangan Umum Tahun 2006 2013 Catatan : * Finalisasi realisasi PNBP 2012 masih dalam proses Audit BPK RI Penurunan harga Batubara sekitar 30% dibandingkan tahun 2011 Penurunan ekspor Mineral sekitar 30 % dengan adanya pemberlakuan Permen No. 7 Tahun 2012 ** Rencana RAPBN-P 2013
Kajian Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Pengusahaan Tambang Tembaga 2013
Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta II 9
2.6.5 RAPBN-P 2013 dan Realisasi PNBP Tahun 2013
Gambar II.2 RAPBN-P 2013 dan Realisasi PNBP Tahun 2013