You are on page 1of 24

INTEGRASI LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN

Mata Kuliah Perubahan Lingkungan Global


Dosen Prof. Dr. Ahmad Bey

OLEH :
KELOMPOK 2
Ita Junita Puspa Dewi (P062090151)
Fachrudin Majeri Mangunjaya (P06209091)
Puspita Deswina (P062090101)
Ali Zum Mashar (P062090131)

PSL 2009

[Type text] Page 1


DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
II. Hubungan Manusia dengan Lingkungan
1. Simbiosis Manusia dengan Alam
2. Periode Masteri terhadap alam
3. Material Growth
4. Pembangunan Berkelanjutan
4.1.Konsep Pembangunan berkekanjutan
4.1.1. Ekonomi
4.1.2. Sosial
4.1.3. Ekologi
4.2.Isu yang mendasari pemikiran pembangunan berkelanjutan.
5. Globalisasi
5.1.Isu global tentang perubahan lingkungan
5.1.1. Perubahan iklim
5.1.2. Keanekaragaman hayati
III. Upaya Integrasi Lingkungan dan Pembangunan
1. Interelasi unsur ekonomi dan sosial
2. Interelasi ekonomi dan lingkungan
3. Interelasi sosial dan lingkungan
IV. Kesimpulan
V. Pustaka

I. Pendahuluan

[Type text] Page 2


1. Latar Belakang

Manusia memerlukan pembangunan sebagai bentuk pemenuhan


hajat hidup untuk mengisi kebutuhan dari tingkatan primer (basic needs)
misalnya pengolahan pangan, sandang (pakaian) dan papan, pendidikan
dan keperluan kesehatan. Disamping itu ada pula keperluan sekunder dan
tersier , yang apabila tidak dipenuhi pun tidak menyebabkan dampak
berarti pada kehidupan manusia. Sejalan dengan kebutuhan tersebut,
keperluan lain yang sangat vital sifatnya dalam kehidupan manusia adalah
sektor energi yang sangat penting untuk menghidupkan segala bentuk
pembangunan dan perekomian baik dalam tingkatan mikro hingga makro.

Semula pembangunan berjalan begitu saja tanpa memperhatikan


lingkungan. Namun berangkat pada fakta, perlahan-lahan mulai disadari
bahwa sebagai dampak intervensi pembangunan untuk keperluan
manusia, ternyata lingkungan bertambah rusak. Sebelum tahun 1970an,
masalah lingkungan dilihat terpisah dari pembangunan. Begitu pula
Indonesia dan Negara berkembang yang lain melihat pembangunan
sebagai tujuan bersama dalam menuju kesejahteraan masyarakat dan
pencapaian pendapatan (ekonomi) yang lebih baik.

Sebelum itu pula masalah lingkungan hidup dibahas hanya di


kalangan terbatas para ilmuwan international, dan juga bergaung hanya
dikalangan akademisi di Indonesia. Baru di bulan Juni 1972
dilangsungkan pertemuan United Nations Conference on Human
Environment –yang dipimpin oleh Sekjen PBB Maurice Strong—yang
membicarakan tentang pentingnya manusia memperhatikan
lingkungannya.

Hasil dari konferensi tersebut dibentuklah United Nations for


Environmental Program (UNEP) yang pada tahun 1972, Maurice Strong
ditunjuk sebagai direktur eksekutifnya hingga tahun 1992. Setalah tahun
tersebut UNEP dipimpin oleh Mustafa K Tolba, mantan delegasi Mesir
dalam konferensi 1972 itu.

[Type text] Page 3


Sepuluh tahun antara 1972 hingga 1982, ditandai dengan
maraknya dunia international mulai memperhatikan integrasi antara
pembangunan dan lingkungan, termasuk pembentukan kementrian
lingkungan hidup di banyak Negara, sehinggga program program
lingkungan hidup banyak masuk dalam program pemerintahan di banyak
Negara.

Barulah dalam sidang khusus UNEP tahun 1982, sekjen PBB


membentuk komisi persoalan lingkungan dan pembangunan. Dan pada
tahun 1984, lahirlah World Comission on Environmental and Development
(WCED) yang melahirkan laporan dan rekomendasi degan judul Our
Common Future (Masa Depan Kita Bersama). Dokumen tersebut diterima
dalam sidang khusus UNEP dan diterjemahkan dalam resolusi
Environmental Perfective to the Year 2000 and Beyond, resolusi ini
bersama dengan laporan WECD Our Common Future diajukan resmi
dalam Sidang Umum PBB, September 1987 yang salah satu pokok
laporan WECD adalah mengintegrasikan lingkungan dalam
pembangunan.

Dalam perkembangan berikutnya upaya mengintegrasikan


lingkungan dalam pembangunan ini kemudian dikenal dengan istilah
pembangunan berkelanjutan.
2.Tujuan Penulisan

Makalah ini dimaksudkan ingin mengkaji perkembangan hubungan


manusia dan lingkungan dikaitkan dengan usaha pemenuhan
kebutuhannya. Tujuan lain dari penulisan ini adalah dalam upaya supaya
kita mampu memahami dan mampu menjelaskan konsep pembangunan
berkelanjutan berdasarkan tiga komponen utama: ekonomi, sosial dan
lingkungan; serta inter -relasi antar ketiga komponen tersebut.

II. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

1. Simbiosis Manusia Dengan Alam

[Type text] Page 4


Periode I hubungan manusia dan linggkungan merupakan sebuah
simbiosis. Pada awalnya manusia merupakan makhluk yang sangat
bergantung dengan alam dengan tersedianya segala sumberdaya yang
ada. Kehidupan saat itu merupakan masa pengumpul dengan cara
berburu dan meramu apa yang ada di alam. Manusia tidak menetap dan
menyesuaikan diri dengan ritme alam.

Keberadaan manusia menyatu dengan unsur unsur yang ada di


alam dengan memanfaatkan peralatan sederhana seperti tombak dan alat
berburu yang terbuat dari batu dan tulang. Manusia pada periode ini
mengikuti ritme alam dan tidak ada unsur eksploitasi. Disini terjadi
keseimbangan dimana manusia menyatu dalam jaring sistem mata rantai
makanan yang sederhana.

Dengan kondisi ini, kehidupan sosial manusia dimulai dengan


mengelompok dan timbul kepercayaan terhadap kemurahan alam
(everything is Gods). Saat ini kondisi alam sama sekali tidak terpengaruhi
oleh eksistensi manusia, karena manusia merupakan sub sistem yang
tergantung dengan keadaan alam.

2. Masteri Terhadap Alam

Periode berikutnya dengan perkembangan budaya dan kemajuan


berfikir manusia, juga ditemukan alat alat untuk mengolah. Manusia
mempunyai kemampuan untuk melakukan budidaya, hidup menetap dan
menciptakan peralatan dan teknologi sederhana untuk menunjang
kehidupannya.

Pada periode ini, pengetahuan manusia terhadap alam dan


lingkungan semakin berkembang, misalnya dengan pemahaman untuk
beralih dari budaya pengumpul menjadi budidaya, baik pada tanaman
maupun domestikasi hewan. Periode ini diisi dengan kemampuan
manusia mengembangkan keterampilan dalam budidaya guna menunjang
pemenuhan kebutuhan primer dalam kehidupannya.

3. Material Growth

[Type text] Page 5


Periode III hubungan manusia dengan lingkungannya adalah
“material growth”. Periode ini dimulai pada tahun 1850-an dimana
industrialisasi dan eksplaitasi sumber daya dalam yang melebihi daya
dukung lingkungan dimulai untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia pada sektor pendapatan ekonominya. Eksploitasi sumberdaya
alam menjadi lokomotif dalam pembangunan dan dampaknya pada
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Namun diikuti dampak negatif
tingginya kerusakan lingkungan yang semakin menurunkan tingkat
kemanfaatan peningkatan pendapatan manusia.

Berbagai masalah lingkungan seperti polusi udara, sampah industri


yang volumenya melebihi kemampuan daya dukung lingkungan setempat
akibat industrialisasi di negara-negara maju dan kerusakan ekosistem dan
lingkungan di negara yang melakukan eksploitasi pertambangan energi
dan mineral berpengaruh nyata pada kerusakan lingkungan yang menjadi
pemicu pada kerusakan lingkungan global yang serius. Berbagai isu
masalah kemudian timbul dalam kontek pembangunan pada dimensi
lingkungan dan sosial yang pada dasarnya tidak terlepas dari aktivitas
yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya melalui system
ekonominya dalam memproduksi barang dan jasa.

Kita dapat memahami bahwa alam menyediakan dan mendukung


perekonomian dengan sumber daya alam berupa bahan baku dasar dan
energi, baik yang dapat diperbaharui (dari hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, perikanan) maupun yang tidak dapat diperbaharui (batubara,
minyak bumi) yang menjadi input bagi mesin ekonomi. Sistem ekonomi
kemudian mentransformasikan input ini menjadi output untuk memenuhi
kebutuhan manusia (kayu menjadi kertas, minyak bumi menjadi BBM).
Selain itu, alam juga memberikan servis dalam memungkinkan sistem
ekonomi menjalankan aktivitasnya. Dukungan ini dapat berupa regulasi
iklim, operasi dari siklus air, regulasi dari komposisi gas-gas di atmosfer,
siklus nutrisi, dsb. Manusia akan mendapatkan kesenangan atau
kepuasan dengan melihat langsung atau menikmati pesona keindahan
alam (flora dan fauna), alam juga memberikan manusia nilai

[Type text] Page 6


kepuasan/kebahagiaan yang dapat dinikmati secara langsung (amenity
values). Ini semua adalah nilai kepuasan yang ditawarkan oleh alam.
Namun sebaliknya, kerusakan lingkungan mulai terjadi karena
menggunakan alam sebagai tempat sampah, yang dimulai dari eksploitasi
sumber daya alam (material dan energi) untuk dijadikan bahan baku,
proses produksi, sampai pada aktivitas konsumsi, yang kesemuanya
menghasilkan sampah baik sampah padat, cair maupun gas. Padahal
tanpa adanya berbagai dukungan ini (basic life support) mustahil
kelangsungan hidup manusia dapat terjaga, apalagi sampai mampu
menjalankan sistem ekonomi. Model pembangunan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan manusia dengan mengeksploitasi
sumber daya alam yang bellebihan sudah tidak cocok kehidupan
manusiakedepan.

4. Pembangunan Berkelanjutan

4.1.1. Sejarah Pembangunan Berkelanjutan

Pada awal periode 1970-an perhatian dunia tertuju pada kerusakan


lingkungan biofisik seperti pengelolaan satwa liar, konservasi tanah dan
polusi air, degradasi lahan dan desertifikasi yang kemudian berkembang
pada isu lingkungan global. Diawali oleh terbitnya Brundtland Report
pada tahun 1980, definisi pembangunan berkelanjutan yang telah dikenal
oleh masyarakat luas yang dituangkan dalam Our Common Future atau
Brundtland Report (WCED 1987:43): “Development that meets the needs
of the present without compromising the ability of future generations to
meet their own needs”. Dilanjutkan konferensi PBB tentang Lingkungan
Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan suatu Deklarasi
Lingkungan Hidup KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang
menyepakati prinsip dalam pengambilan keputusan pembangunan harus
memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia serta KTT
Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Tahun 2002 yang
membahas dan mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup.

[Type text] Page 7


Perbincangan dan perdebatan mengenai pembangunan
berkelanjutan melahirkan Agenda 21 yang ditandatangani oleh 178 kepala
negara sebagai langkah konkret bagi implementasi pembangunan
berkelanjutan pada skala global. Sepuluh tahun setelah Rio Conference,
PBB pada tahun 2002 kembali menyelenggarakan konferensi di
Johannesburg dengan judul “The 2002 World Summit for Sustainable
Development” untuk mengevaluasi perkembangan penerapan visi
pembangunan berkelanjutan di dunia. Forum for the Future, UK,
memberikan gambaran untuk memahami pembangunan berkelanjutan
sebagai berikut (Forum for the Future, 2003:13): Sustainable = capacity to
continue; Development = path of human progress. Jadi sustainable
development adalah (Forum for the Future, 2003:13): “A path for human
progress that has the capacity to continue”. Secara prinsip penterjemahan
difinisi dari pembangunan berkelanjutan di atas mengandung tiga unsur
utama yaitu: (1) Peningkatan kualitas hidup secara kontinyu; (2)
penggunaan sumber daya alam pada intensitas rendah; dan (3)
meninggalkan sumber daya alam yang baik bagi generasi yang akan
datang.

4.1.2. Pendekatan dalam Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu
lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup
tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 pilar unsur Pembangunan
berkelanjutan). Pilar ekonomi unsur yang terkandung di dalamnya adalah
efisiensi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan serta stabilitas.
Pendekatan yang digunakan adalah konsep aliran pendapatan, modal
terjaga, kriteria optimal dan efisiensi ekonomi, masalah valuasi terhadap
sumber daya. Pilar sosial unsur didalamnya meliputi masalah-masalah
sosial, pemberdayaan masyarakat, multikultur dan konflik sosial.
Pendekatan yang digunakan adalah: people oriented (keragaman,
partisipasi), menjaga kelenturan sistem sosial dan budaya, keadilan
(equity), pencegahan konflik, mengakomudasi keragaman pan partisipasi
dalam pembuatan keputusan. Pilar ekologi unsur didalamnya seperti

[Type text] Page 8


keragaman hayati, sumber daya alam, polusi, dan lain-lain. Pendekatan
yang digunakan adalah menjaga kelenturan sistem biologi dan fisik
terhadap perubahan, menjaga kelenturan dan kapasitas dinamis sistem
unuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan konservasi yang statis.

Ketiga pilar tersebut memiliki interaksi yang saling mempengaruhi


dan resultan antar pilar tersebut akan menimbulkan isu yangmenjadi
bahasan dalam pembangunan berkelanjutan. Interaksi antara pilar
ekonomi dan sosial menghasilkan isu seperti equity intragenerasi (dalam
satu generasi) menyangkut distribusi pendapatan dan kesempatan kerja,
interaksi antara pilar ekonomi dan lingkungan akan menghasilkan isu
seperti valuasi in ternalisasi dapak lingkungan, serta interaksi pilar sosial
dan lingkungan akan menghasilkan isu seperti equity intragenerasi yaitu
antar generasi sekarang dan yang akan datang dan juga isu partisipasi
akar rumput.

Berdasarkan konsep pembangunan agar dapat terukur, maka


diperlukan indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang tidak akan
terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi, ekologi,
sosial, politik, dan budaya. Menurut Djajadiningrat (2005) dalam buku
Suistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak Cucu,
Seputar Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat, menyatakan bahwa dalam
pembangunan yang berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang
perlu diperhatikan, yaitu:

1. Keberlanjutan Ekologis
2. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi
3. Keberlanjutan Sosial dan Budaya
4. Keberlanjutan Politik
5. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan

Otto Soemarwoto (2003) memberikan enam tolok ukur


pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan
baik untuk pemerintah pusat maupun di daerah untuk menilai keberhasilan

[Type text] Page 9


seorang Kepala Pemerintahan dalam pelaksanaan proses pembangunan
berkelanjutan. Keenam tolok ukur itu meliputi:

a) pro lingkungan hidup;

b) pro rakyat miskin;

c) pro kesetaraan jender;

d) pro penciptaan lapangan kerja;

e) pro dengan bentuk negara kesatuan RI dan

f) harus anti korupsi, kolusi serta nepotisme.

1.1.3. Tantangan dalam Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Dimensi tantangan seputar isu


dari tiga pilar pembangunan di
era globalisasi digambarkan
sebagai berikut:

2.1.3.1 Dimensi
Ekonomi

Masalah utama pada


dimensi ekonomi adalah
perubahan global dan
globalisasi yaitu perubahan
keadaan lingkungan hidup (ekologi) global, globalisasi ekonomi,
perubahan budaya dan konflik utara-selatan. Globalisasi yang muncul
sejak tahun 1990-an, tidak dapat dibendung kehadirannya dan mau tidak
mau harus dihadapi oleh setiap negara. Kemajuan teknologi, komunikasi
dan telekomunikasi serta transportasi semakin mendukung arus
globalisasi sehingga hubungan ekonomi antar negara dan region menjadi
sangat mudah. Dukungan pemerintah melalui kemudahan bea cukai
semakin mendorong perdagangan bebas (Enquete Commission, 2002).

[Type text] Page 10


Dalam era globalisasi, semua negara harus mempersiapkan diri
setangguh mungkin agar tidak terlindas oleh negara yang lebih kaya dan
maju.

2.1.3.2. Dimensi Lingkungan

Salah satu tema/masalah pokok dalam dimensi ini adalah perubahan


iklim. Selama 50 tahun terakhir telah dapat dibuktikan bahwa pemanasan
global yang sekarang ini kita rasakan terjadi terutama karena ulah
manusia sendiri. Emisi dari gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan N2O dari
aktivitas manusia adalah penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di atmosfer
naik 30% selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah emisi CO2 ini
terutama disebabkan karena pembakaran sumber energi dari bahan fosil
(antara lain minyak bumi). Selain itu, perubahan dalam penggunaan
sumber daya alam lainnya juga memberikan kontribusi pada kenaikan
jumlah CO2 di atmosfer: 15% oleh penggundulan dan pembakaran hutan
dan lahan untuk diubah fungsinya (misalnya dari hutan lindung menjadi
hutan produksi) (WRI 2000, UBA 2002, TIME Magazine 2006).

Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya


kesuburan tanah. Ini dapat diakibatkan oleh erosi akibat air dan angin,
penggaraman dan pengasaman tanah, dll. Penyebab hilangnya
kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan humus dan mikro
organisme, zat makanan pada tanah, dan kemampuan tanah
menguraikan sampah/limbah. Selain diakibatkan erosi oleh air dan angin,
degradasi tanah ini juga disebabkan oleh penggunaan zat-zat kimia
(pestisida) (WRI, 2000).

Terancamnya kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati


oleh tangan manusia juga menjadi masalah ekologi lainnya. Setiap
tahunnya 6000 jenis hewan punah yang terdiri dari 13% unggas, 25%
mamalia, dan 34% ikan (Le Monde diplomatique 2003, WRI 2000). Hilang
atau punahnya keanekaragaman biologis tidak hanya berarti sumber daya
alam yang tidak ternilai yang dapat digunakan untuk obat-obatan dan

[Type text] Page 11


tempat berekreasi hilang, tapi juga mengancam keberlangsungan
ekosistem secara keseluruhan, mengancam kemampuan alam sebagai
penyedia sumber daya untuk produksi (fungsi ekonomis) dan dalam
melakukan fungsi regulasinya.

Konsumsi air dari tahun ke tahun juga terus bertambah sejalan


dengan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan usaha-usaha di
sektor pertanian. Dari total konsumsi air di seluruh dunia, sekitar 70%
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor pertanian. Pencemaran air
dan tanah semakin memperburuk ketersediaan air bersih bagi
kelangsungan hidup manusia. Pencemaran air dan tanah ini terutama
disebabkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida untuk pertanian dan
perkebunan.

2.1.3.3. Dimensi Sosial

Masalah utama dalam dimensi ini adalah pertumbuhan jumlah


penduduk dunia. Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, pertumbuhan
penduduk melonjak cepat terutama pada negara berkembang (UNDP,
2002). Diperkirakan jumlah penduduk dunia akan naik sampai 7,8 milyar
orang pada tahun 2025, dimana 6,7 milyar orang hidup di negara
berkembang. Kenaikan jumlah penduduk ini antara lain disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya rendahnya tingkat pendidikan, tidak
memadainya jaminan sosial pada negara yang bersangkutan, budaya dan
agama/kepercayaan, urbanisasi, dan diskriminasi terhadap wanita
(Enquete Commission, 2002). Faktor-faktor diatas menimbulkan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, kemiskinan, dan
kekurangan air yang tentunya berujung pada masalah kekurangan gizi
pada manusia.

Saat ini lebih dari setengah milyar manusia hidup tanpa akses pada
air bersih dan 2,5 milyar manusia hidup tanpa prasarana sanitasi
(kebersihan) yang layak (UNDP, 2002). Akibatnya adalah penyakit dan
kematian sekitar 5 juta manusia setiap tahunnya. Kesenjangan antara
negara miskin dan kaya juga semakin besar pada tahun-tahun

[Type text] Page 12


belakangan ini (UNDP, 2002). Data pada tahun 1999, di negara miskin,
2,8 milyar manusia hanya memperoleh 2 US Dollar untuk hidup tiap
harinya, 1,2 milyar lainnya bahkan harus hidup hanya dengan 1 US Dollar.
Kesenjangan ini tidak hanya terjadi antara negara kaya dan
miskin/berkembang, bahkan kesenjangan pendapatan ini juga terjadi di
dalam satu negara sendiri).

Pada dasarnya keputusan dalam kontek pembangunan umumnya


didasarkan pada efisiensi ekonomi hingga memunculkan bidang baru
yaitu ekonomi lingkungan yang memungkinkan kerangka konseptual
integrasi ketiga pendekatan tersebut. Dalam hal ini pertimbangan equity
sosial juga dimasukkan ke dalam proses pembuatan keputusan dengan
penekanan pada aspek biaya dan manfaat yang ditanggung
masyarakat miskin.

Lingkungan menjadi berarti dalam mempengaruhi ekonomi yang tampak


dalam pembangunan pasar finansial dunia yang menuntut informasi
mengenai kinerja lingkungan dan sosial perusahaan karena semakin
banyak bukti yang menunjukkan bahwa kinerja yang baik di bidang
lingkungan dan sosial kan menuntun pada kinerja keuangan yang lebih
baik. Kelebihan dari perusahaan yang menerapkan manajemen konsep
pembangunan berkelanjutan ini tercermin pada Dow Jones Sustainability
Index (DJSI). Perbandingan antara Dow Jones Global Index (DJGI) dan
DJSI antara periode Januari 1997 dan April 2002 menunjukkan bahwa
index pembangunan berkelanjutan secara signifikan lebih tinggi dibanding
DJGI. Beberapa investor penting, seperti pension funds di Eropa dan
Amerika Utara, pada saat ini juga menggunakan parameter pembangunan
berkelanjutan dalam membuat keputusan investasi (Cahyandito 2005).

Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan metode valuasi menjadi


penting dalam membuat keputusan dan menentukan pilihan. Metode
valuasi ini mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan seperti Benefit
Cost Analysis, Cost Effective Analysis, Analisis multi kriteria (non
economic entities) dan decesion Analysis (uncertainties).

[Type text] Page 13


5. Globalisasi Lingkungan

Globalisasi merupakan kata yang sangat popular pada abad 21.


Globalisasi ditandai dengan anggapan semakin sempitnya bumi
diakibatkan arus informasi yang sangat mudah diperoleh akibat
dihubungkan oleh teknologi informasi dan kemudahan lain dalam jaringan
infomasi antar bangsa yang ditunjang oleh jaringan internet dan era
digital. Dilain pihak, globalisasi menyebabkan kesadaran yang cukup
komprehensi pada problem lingkungan dan planet bumi dengan sumber
daya dan daya dukung yang terbatas. Globalisasi juga mengakibatkan
memberikan kemudahan akses terhadap pengelolaan sumberdaya alam
diakibatkan mudahnya interaksi antar para pemilik modal (capital) atau
investor dengan kawasan kawasan lain yang membuka lahan untuk
investasi.

Isu penting dalam globalisasi ini juga berkait dengan liberalisasi ekonomi
dan pedagangan yang juga mempunyai dampak pada cepatnya
pengurasan sumber daya alam.

Globalisasi memberikan kesempatan yang luas dimana para pialang


(investor indurstri) di negara negara miskin –diakibatkan peraturan dan
pengawasan lingkungan yang lemah membuka kesempatan pada investor
(kapitalistik) negara kaya untuk mengalihkan teknologi mereka yang tidak
ramah lingkungan. Oleh sebab itu diperkirakan dampak negative
globalisasi lingkungan dapat memperburuk kualitas lingkungan di Negara
kawasan selatan akibat peraturan tentang dan pengendalian lingkungan
yang lemah.

Dampak positive globalisasi dapat juga dilihat dengan mudahnya


informasi diperoleh ketika industri Negara kaya bermasalah dalam
implementasi industri mereka di dunia selatan, sehingga public dapat
segera mengetahui dan ini mempengaruhi pasar dan konsidi saham
global industri yang tidak ramah lingkugan tersebut. Sebagai contoh ketika
ketika terjadi protes masyarakat Papua terhadap tambang Freefort di
Timika, maka pemerintah pengambil kebijakan (pemerintah) di Indonesia

[Type text] Page 14


dan Amerika terpaksa segera turun tangan untuk memberikan response
pada persoalan tersebut.

5.1. Isu Global Tentang Perubahan Lingkungan

Pembangunan yang pesat dan berawal dari industrialisasi abad 18 di


Eropa dan Amerika Serikat membawa dampak signifikan terhadap
kehidupan manusia. Industrialiasi membawa pada abad modern tetapi
ternyata tidak mendukung pada keberlanjutan kehidupan. Perkembangan
sains dan teknologi yang pesat dibarengi dengan penemuan baru hasil
hasil rekayasa teknologi juga mempengaruhi lingkungan. Kesadaran
pertama kali tentang dampak lingkungan secara regional diungkap oleh
Rachel Carson(1962) dalam bukunya Silent Spring (Musim Semi yang
Bisu).

Publikasi ini mengemukakan fakta tentang lingkungan yang berubah


diakibatkan oleh industrialisasi pertanian dan penggunaan pestisida jenis
DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) di kawasan Amerika Utara, Carson
mengemukakan bahwa ternyata pemanfaatan perstisida berlebih
mengganggu keseimbangan alam, terutama burung-burung yang
kemudian menghilang, akibat serangga banyak yang mati dan telur
burung menipis, terjadi kegagalan reproduksi. DDT dapat memutus mata
rantai ekologi dan mematikan fungsi ekosistem untuk tetap bertahan
dalam keberlanjutan.

Perubahan lingkungan global pun terjadi akibat adanya kesenjangan


antara perhatian terhadap lingkungan dan pesatnya pemanfaatan sains
dan teknologi tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungan. Pesatnya
eklpoitasi umpamanya dapat mengakibatkan keseimbangan ekosistem
berubah, termasuk terjadi kepunahan terhadap keanekaragaman hayati
yang menjadi adanya pendukung kehidupan.

Sebagai akibat dari hal tersebut maka persoalan lingkungan menjadi


pembicaraan dan keperdulian di tingkat global. PBB misalnya menyetujui
dan mengeluarkan beberapa konvesi di tingkat global yang dianjurkan

[Type text] Page 15


untuk diratifikasi dalam skala nasional untuk dijadikan undang-undang
dalam menanggulangi krisis lingkungan global ini.

Beberapa konvensi yang telah dikeluarkan oleh PBB terkait dengan


pengaturan tentang lingkungan yang terkait dengan persoalan global
antara dan hanya ada dua konvensi yang sangat menonjol dalam
implementasinya:

1. United Nation Convention on Biological Diversity (UNCBD) undang


undang ini diratifikasi oleh Pemerintah RI menjadi Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1994.

2. United Nation Framework on Climate Change Convention


(UNFCCC), dan Protocol Kyoto yang diratifikasi oleh menjadi UU RI
pada tahun 2004.

5.1.1. Perubahan Iklim


Perubahan iklim merupakan fenomena perubahan lingkungan global yang
diakibatkan oleh gas buang atau
emisi yang dibuat oleh manusia. Gas
gas tersebut disebut dengan gas-gas
rumah kaca (GRK). Disebut gas
rumah kaca karena sistem kerja gas-
gas tersebut di atmosfer bumi mirip
dengan cara kerja rumah kaca yang
berfungsi menahan panas matahari di
dalamnya agar suhu di dalam rumah
kaca tetap hangat, dengan begitu
tanaman di dalamnya pun akan dapat
tumbuh dengan baik karena memiliki
panas matahari yang cukup (Gambar
1).

Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga

[Type text] Page 16


kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan
menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang
mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang
memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca
memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida


(CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama
dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Dinitrogen Oksida (N2O)
dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi
sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena
pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam
jaringannya ke atmosfer.

Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda
beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2.
Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan
72 kali dari molekul CO2. Molekul N2O bahkan menghasilkan efek
pemanasan sampai 296 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti
chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan
hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah
dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai
penyebab rusaknya lapisan ozon.

Akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer


yang mengakibatkan perubahan iklim dunia. Dampaknya adalah terjadi
fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu,
aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis,
dan sebagainya. Fenomena ini mengakibatkan banyaknya frekwensi
bencana yang terjadi akhir akhir ini, dan dikhawatirkan apabila tidak ada
perubahan signifikan terhadap upaya pengurangan emisi (mitigasi), maka
bencana perubahan iklim akan semakin parah.

[Type text] Page 17


5.1.2. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan keberagaman kehidupan (diversity of


life) yang dimiliki oleh planet bumi. Istilah keanekaragaman hayati
biasanya mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat
dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup
gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan
bagiannya.

Dari berbagai bentuk keanekaragama hayati tesebut, dapat dikategorikan


sebagai berikut:

• Keanekaragaman genetik (genetic diversity); Jumlah total informasi


genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme yang mendiami bumi.

• Keanekaragaman spesies (species diversity); Keaneraragaman


organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 - 50 juta), hanya
1,4 juta yang baru dipelajari.

• Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity);


Keanekaragaman habitat, komunitas biotik dan proses ekologi di
biosfer.

Indonesia merupakan salah satu penandatangan konvensi PBB, karena


Negara ini sangat kaya dengan Keanekaragaman hayati baik pada tingkat
genetic, spesies maupun eksosistem.

Menurut IBSAP (2009), perkiraan jumlah jenis kelompok utama makhluk


hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis;
Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis;
serangga 250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250
jenis; lumut 7500 jenis; Ganggang 7800 jenisjamur 72 000 jenis; bakteri
dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra pradja, 1989). Beberapa pulau di
Indonesia memiliki spesies endemik, terutama di pulau Sulawesi; Irian
Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 specis burung

[Type text] Page 18


endemik yang tersebar di 24 lokasi.

III. Upaya Integrasi Pembangunan dan Lingkungan

Pembangunan di Indonesia selama ini lebih berorientasi untuk


mewujudkan pertumbuhan ekonomi (economic growth development).
Pembangunan yang bereorientasi ekonomi cenderung bersifat eksploitatif
dan mengabaikan kaidah-kaidah kelestarian, konservasi dan
keberlanjutan.Pemanfaatan sumberdaya alam dan pembangunan harus
dilandasi dengan pendekatan pendayagunaan sumberdaya alam secara
optimal dan lestari. Berbagai pandangan mengenai pembangunan dan
lingkungan merupakan suatu proses yang alamiah. Sebagaimana konsep
tentang pembangunan yang berkelanjutan ini sangat beragam atau
bervariasi yang dipengaruhi kondisi pembangunan maupun kepentingan
suatu negara dan kelompok tertentu. Kegiatan pembangunan, baik itu
ekonomi maupun sosial budaya, merupakan hubungan atau interaksi
antara manusia dan lingkungannya.
Pembangunan berkelanjutan memerlukan proses integrasi ekonomi
dan ekologi melalui upaya perumusan paradigma dan arah kebijakan yang
bertumpu pada kemitraan dan partisipasi para pelaku pembangunan
dalam mengelola sumberdaya yang seoptimal mungkin dapat
dimanfaatkan. Dalam sustainabilitas ini yang diharapkan adalah
pemerataan, pertumbuhan dan sustainabilitas itu sendiri.
Pemerataan (equity) merupakan isu strategis menyangkut aset,
proses, dan hasil pembangunan. Pemerataan aset-aset produksi seperti
lahan, modal/kredit, teknologi, informasi dan kesempatan usaha yang
didukung kebijakan dan kepastian hukum sebagai modal dasar
pembangunan. Sinergi yang dicapai antar sektor dan aktor pembangunan
menjadi dasar bagi pertumbuhan dan berkelanjutan.
Pertumbuhan (growth) merupakan isu strategis dalam
mengembangkan potensi dan mengakselerasikan dinamika pembangunan
dengan memanfaatkan keunggulan sumber daya dan inovasi, guna
mencapai pertumbuhan yang optimal bagi kesejateraan masyarakat.

[Type text] Page 19


Keberlanjutan merupakan isu strategis dalam mengharmoniskan
daya dukung lingkungan dan dinamika pembangunan agar dapat dicapai
manfaat antar kelompok masyarakat maupun antar generasi secara adil.

1. Interelasi unsur ekonomi dan sosial


Pembangunan yang berlangsung lebih dari setengah abad sejak
perang dunia II telah mampu meningkatkan pendapatan yang cukup tinggi
pada hampir semua negara didunia. Keadaan ini berlangsung sebagai
akibat dari perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi mampu
menghasilkan berbagai macam kebutuhan dalam jumlah yang jauh lebih
banyak dan bervariasi dan kualitas yang jauh lebih tinggi.
Perkembangan teknologi membawa dunia dalam era baru sehingga
terjadi interelasi dalam hampir seluruh bidang kehidupan. Tidak hanya
masing-masing bidang namun juga antara bidang satu dengan bidang
lainnya.Bidang ekonomi dalam hal ini bidang bisnis terkait erat dengan
bidang keuangan, bidang produksi dengan bidang poduksi dan bidang
pemerintahan dengan kehidupan masyarakat. Pemerintah tidak dapat
menutup diri mengambil keputusan atau membuat kebijakan terlepas dari
rakyat. Nilai kemakmuran seseorang atau suatu masyarakat tidak lagi
diukur berdasarkan jumlah kekayaan (property) seperti halnya pada era
pertanian, atau kepemilikan modal (the accumlation of capital) pada era
industri. Tetapi diukur pada penguasaan dan kemampuan memanfaatkan
informasi yang mendukung kegiatan ekonomi dan bisnis skala
internasional.
Proses integrasi antar negara dan masyarakat diseluruh dunia yang
disebut globalisasi membawa dampak baik positif maupun negatif.

2. Interelasi ekonomi dan lingkungan


Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaitan.
Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek yang lainnya.
Kepala Eksekutif lembaga Lingkungan hidup Inggris Barbara Young
meluncurkan laporan yang bunyinya bahwa bisnis dan industri yang
bersahabat dengan lingkungan (enviromentally-friendly) mampu memberi

[Type text] Page 20


keuntungan dan menghemat miliaran pounsterling. Analisis ini
menunjukan bahwa praktik bisnis dan industri yang bersahabat dengan
lingkungan menjanjikan kesejahteraan dan menghemat biaya. Di
Indonesia sendiri pembangunan ekonomi bagaikan dua sisi mata uang
yang tidak terpisahkan, selain mempunyai dapak positif juga dapak
negatif. Dari segi positif sudah jelas bahwa pembangunan ekonomi akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pendapatan nasional. Namun,
berdampak negatif bagi kelestarian alam, diantaranya ekslploitasi
sumberdaya alam, pencemaran udara dan sebagainya. Untuk itu
pembangunan ekonomi diharapkan berwawasan lingkungan tidak hanya
berorientasi pada hasil untuk saat ini juga berorientasi pada masa depan
dengan titik fokus pada keberlangsungan pelestarian lingkungan.
Keselarasan antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pembangunan berkesinambungan yang ditandai dengan tidak terjadinya
kerusakan sosial dan alam.

3. Inter relasi sosial dan lingkungan


Lingkungan hidup tidak hanya sebatas pada aspek kebendaan
yakni biotik, abiotik atau zat saja, namun mencakup luas melewati aspek
ekosistem biofisik dan abiotik-fisik atau zat (matter). Manusia dan
perilakunya,perasaan,emosi, hubungan inter relasi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan, tidak bisa disangkal sebagai bagian dari
lingkungan hidup.
Masyarakat merupakan bagian dari ekosistem, dimana perubahan
dari subsistem akan mempengaruhi sistem yang lain, yaitu sistem sosial,
ekonomi dan sistem fisik atau lingkungan fisik.
Intervensi pembangunan secara menyeluruh
(holistic/comprehensip) hendaknya memperhatikan aspek-aspek
kebutuhan (need, drive and motive) masyarakat, keseimbangan alam
dalam melakukan eksploitasi/eksplorasi nilai-nilai,filosofi hidup dan
kehidupan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup
masyarakat.

[Type text] Page 21


Manusia sebagai sasaran dan pelaku pembangunan merupakan
fokus dan lokus dari pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat (sosial welfare). Proses pembangunan menghasilkan output
yang tentunya tergantung input.Kualitasnya serta seberapa besar
pengaruh lingkungan dan faktor-faktor alam lainnya. Manusia sebagai
perencana dan pelaksana pembangunan dan manusia juga sasaran dari
pembangunan itu sendiri.
Manusia sebagai makhluk sosial bersifat dinamis yang tidak dapat
hidup sendiri, selalu membutuhkan hubungan sosial dengan manusia
lainnya juga dengan alam.
Tujuan akhir pembangunan adalah kesejahteraan rakyat.
Indikatornya adalah kesimbangan antara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ketiga aspek ini memiliki keterkaitan dan ketergantungan (interrelasi dan
interdepedensi).

IV. Kesimpulan

Dalam interaksi unsur ekonomi dan sosial menghasilkan isu equity


intragenerasi dan kesempatan kerja, unsur ekonomi dan lingkungan
menghasilkan isu valuasi dan internalisasi dampak lingkungan, sedangkan
unsur sosial dan lingkungan menghasilkan isu equity antargenerasi.
Integrasi pembangunan dan lingkungan terjadi karena adanya
keterkaitan dan ketergantungan, sesuai dengan konsep pembangunan
berkelanjutan adanya kesimbangan antara ekonomi sosial dan
lingkungan.

DAFTAR RUJUKAN

Anonimous. 2009. Perubahan Iklim. Diakses dari


http://perubahaniklim.net/apa-itu-perubahan-iklim.htm. October, 17
2009.
Abidin,SA, 2009. Pembangunan : Globalisasi dan
Ketergantungan.Diakses dari http://www.Bapenas.po.id, 17
october, 2009.

[Type text] Page 22


Carson, R. 1962. Silent Spring. Diakses dari :
http://en.wikipedia.org/wiki/Silent_Spring October, 17 2009.
Anonim. 2009. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
WilayahPerbatasan. Jakarta

Oktavilia Shanty, 2009. Pembangunan Kawasan Ekonomi sebuah


Pengantar . http/www.slidehare.net/oktavilia October, 17 2009.
Salim, Emil 1993. Melarutkan Lingkungan Dalam Pembangunan.
Pengantar Dalam Bumi Wahana, Strategi Menuju Kehidupan yang
Berkelanjutan.( terjemahan: Caring for The Earth A Strategy for
Sustainable Living) IUCN, UNEP & WWF. Gramedia, Jakarta.
Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP). 2009.
Keanekaragaman Hayati. Chapter 1. diakses dari.
http://www.bappenas.go.id/node/82/410/ibsap-chapter-1-
introduction/ Octpober 17 2009.

Kementrian Lingkungan Hidup . 1997. Agenda 21 Strategi Naasional


Untuk Pembangunan Berkelanjutan. LH. Jakarta

Pramono HS. 1997. Hidup Bersama dengan Lingkungan. Balai Pustaka.


Jakarta.

UNDP. 2007. Laporan Pencapaian Millennium Development Goals


Indonesia. United Nations.Jakarta
Anonious. 2009. Pembangunan Berkelanjutan
(http://tirtaamartya.wordpress.com/2009/04/23/pembangunan-
berkelanjutan). 2009
Widodo, M. 2001. KTT Dunia Pembangunan Berkelanjutan 2002 Peluang
dan Tantangan bagi Indonesia Baru dalam World Summit on
Sustainable Development, Yogyakarta 8 September 2001
Sutamihardja, 2005. Perubahan Lingkungan Global. Diakses dari
(www.elrst.com/.../08/sustainable-development), Oktober, 17
2009.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia,
Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
Sumarwoto, O (ed). 2003. Menuju Jogya Propinsi Ramah Lingkungan
Hidup, Agenda 21 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), 2002,
SustainableDevelopment Reporting – Striking a Balance,
WBCSD Report, Atar Roro Presse, Switzerland.
World Commission on Environment and Development (WCED), 1987, Our
Common Future,Oxford University Press, Oxford.

[Type text] Page 23


World Resource Institute (WRI), 2000, World Resources 2000-2001:
People and Ecosystems– The Fraying Web of Life, Washington
D.C.

[Type text] Page 24

You might also like