You are on page 1of 19

Apa itu konstitusi?

Jawaban paling sederhana atas


pertanyaan tersebut adalah pertama, konstitusi sebuah negara
adalah dokumen tertulis atau teks yang menjabarkan kekuataan
atas parlemen, pemerintahan, pengadilan atau institusi nasional
penting lainnya. Hampir semua negara memiliki konstitusi tipe
ini. Kedua, konstitusi yang mengacu pada aturan hukum yang
menjabarkan kekuatan para menteri dan Parlemen dan mengatur
hubungan antara keduanya.
1
Aturan hukum adalah aturan yang
diinterpretasikan dan dilaksanakan oleh pengadilan; edangkan
yang non aturan hukum adalah kebiasaan atau kon!ensi"kon!ensi
dianggap sebagai penetapan kewajiban meskipun mereka tidak
dilaksanakan oleh hakim.
#
ecara etimologis antara kata $konstitusi%,
$konstitusional%, dan $konstitusionalisme% inti maknanya sama,
namun penggunaan atau penerapannya berbeda. &onstitusi adalah
segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan '(ndang"
(ndang )asar, dan sebagainya*, atau (ndang"(ndang )asar suatu
negara. )engan kata lain, segala tindakan atau perilaku
seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan
atau menyimpangi konstitusi, berarti tindakan 'kebijakan*
tersebut adalah tidak konstitusional. +erbeda halnya dengan
1
&.,. -heare, Modern Constitutions, .disi &edua, /01ord, 1233, hlm. 1.
2
.ric +arendt, An Introduction to Constitutional Law, /01ord, /01ord
(ni!ersity Press, 1224, hlm. 1.
FN0311 1
konstitusionalisme, yaitu suatu paham mengenai pembatasan
kekuasaan dan jaminan hak"hak rakyat melalui konstitusi.
5
)alam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu
politik kajian tentang ruang lingkup paham konstitusi
'konstitusionalisme* terdiri dari6
1. Anatomi kekuasaan 'kekuasaan politik* tunduk pada hukum
#. Jaminan dan perlindungan hak"hak asasi manusia
5. Peradilan yang bebas dan mandiri
7. Pertanggungjawaban pada rakyat 'akuntabilitas publik*
sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.
&eempat prinsip atau ajaran di atas merupakan $maskot% bagi
suatu pemerintahan yang konstitusional. Akan tetapi, suatu
pemerintahan 'negara* meskipun konstitusinya sudah mengatur
prinsip"prinsip diatas, namun tidak diimplementasikan. )alam
praktik penyelenggaraan bernegara, maka belumlah dapat dikatakan
sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi.
7
,atatan historis timbulnya negara konstitusional,
sebenarnya merupakan proses sejarah yang panjang dan selalu
menarik untuk dikaji. &onstitusi sebagai suatu kerangka
3
8im Penyusun &amus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, )epartemen Pendidikan
dan &ebudayaan, +alai Pustaka, Jakarta, .disi &edua, 1221, hlm. 9#1.
4
,iri"ciri pemerintahan yang konstitusional; memperluas partisipasi
politik, memberi kekuasaan legislati1 pada rakyat, menolak pemerintahan
otoriter, dan sebagainya. :ihat Adnan +uyung ;asution, Aspirasi
Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, <ra1iti, Jakarta, 1229, hlm. 13.
FN0311 #
kehidupan politik telah disusun melalui dan oleh hukum, yaitu
sejak =aman sejarah >unani, dimana mereka telah mengenal
beberapa kumpulan hukum 'semacam kitab hukum*. Pada masa
kejayaannya 'antara tahun 3#7"7?7 .@.* Athena pernah mempunyai
tidak kurang dari 11 konstitusi. &oleksi Aristoteles sendiri
berhasil terkumpul sebanyak 194 buah konstitusi dari berbagai
negara.
Pemahaman awal tentang $konstitusi% pada masa itu, hanyalah
merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan
semata"mata. &emudian pada masa &ekaisaran Aoma, pengertian
constituionnes memperoleh tambahan arti sebagai suatu kumpulan
ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar atau para
preator. 8ermasuk di dalamnya pernyataan"pernyataan pendapat
dari para ahli hukumBnegarawan, serta adat kebiasaan setempat di
samping undang"undang. &onstitusi Aoma mempunyai pengaruh cukup
besar sampai abad pertengahan. )i mana konsep tentang kekuasaan
tertinggi 'ultimate power* dari para &aisar Aoma telah menjelma
dalam bentuk L!tat "eneral di Perancis, bahkan kegandrungan
orang Aomawi akan ordo et unitas telah memberikan inspirasi bagi
tumbuhnya paham6 $)emokrasi Perwakilan% dan $;asionalisme%. )ua
paham inilah merupakan cikal bakal munculnya paham
konstitusionalisme modern.
9
5
,.C. trong, Modern Political Constitusions, :ondon, idgwick, D
Jackson :imited, 1223, hlm. #?.
FN0311 5
Pada =aman abad pertengahan corak, konstitusionalismenya
bergeser ke arah 1eodalisme. istem 1eodal ini mengandung suatu
pengertian bahwa tanah dikuasai oleh para tuan tanah. uasana
seperti ini dibarengi oleh adanya keyakinan bahwa setiap orang
harus mengabdi pada salah satu tuan tanahnya. ehingga raja yang
semestinya mempunyai status lebih tinggi daripada tuan tanah,
menjadi tidak mendapat tempat.
3
&onstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. &onstitusi dapat berupa hukum
dasar tertulis yang la=im disebut (ndang"(ndang )asar, dan dapat
pula tidak tertulis.
@enurut +rian 8hompshon, secara sederhana pertanyaan6 what
is a constitusion dapat dijawab bahwa $...a constitution is a
document which contains the rules 1or the operation o1 an
organi=ation%.
E
Fstilah konstitusi berasal dari +ahasa Perancis 'constituer*
yang berarti membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang
dimaksudkan ialah pembentukan suatu negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara.
4
6
&oerniatmo oetoprawiro, Konstitusi# Pen$ertian dan Per%em&an$ann'a,
Pro Justitia, ;o. # 8ahun G, @ei 124E, hlm. #5.
7
+rian 8hompsons, (e)t&oo% on Constitusional and Administrati*e
Law,edisi ke 5, +lackstone Press ltd., :ondon, 122E, hlm. 5.
8
-irjono Projodikoro, Asas+Asas ,u%um (ata Ne$ara -i Indonesia, )ian
Aakyat, Jakarta, 1242, hlm. 1?.
FN0311 7
)i negara"negara yang menggunakan bahasa Fnggris sebagai
bahasa nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa
Fndonesia disebut konstitusi.
2
Pengertian konstitusi, dalam
praktik dapat berarti luas daripada pengertian (ndang"(ndang
)asar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian (ndang"
(ndang )asar. +agi para sarjana ilmu politik istilah
Constitution merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu
keseluruhan dari peraturan"peraturan baik yang tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara"cara bagaimana
sesuatu pemerintahan diselenggarakan.
Henc !an @aarse!een dan <er !an der 8ang dalam sebuah
studinya terhadap konstitusi"konstitusi di dunia dan yang
dituangkan dalam buku dengan judul .ritten Constitution, antara
lain mengatakan bahwa6
1/ Constitution as means o0 0ormin$ the states own
political and le$al s'stem
#. Constitution as a national document dan as a &irth
certi0icate dan bahkan as a si$n o0 adulthood and
independence/
10
&edua ahli Hukum 8ata ;egara +elanda di atas mengatakan, bahwa
selain sebagai dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat
9
ri oemantri @., 1usunan Ketatane$araan Menurut 2N-AN"+2N-AN" -A1A3 (A,2N
1456 dalam Ketatane$araan Indonesia -alam Kehidupan Politi% Indonesia,
inar Harapan, Jakarta, 1225, hlm. #2.
10
ri oemantri @., Fun$si Konstitusi -alam Pem&atasan Ke%uasaan, dikutip
dari 7urnal ,u%um, ;o. 3 Gol. 5, 1223, hlm. 7.
FN0311 9
untuk membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya
sendiri. Ftulah sebabnya, menurut A.A.H. truycken (ndang"(ndang
)asar '$rondwet* sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen
1ormal yang berisi6
11
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau;
#. 8ingkat"tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa;
5. Pandangan tokoh"tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik
waktu sekarang ataupun waktu yang akan dating;
7. uatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Apabila masing"masing materi muatan tersebut dikaji, maka
kita dapat menarik kesimpulan bahwa disamping sebagai dokumen
nasional dan tanda kedewasaan dari kemerdekaan sebagai bangsa,
konstitusi juga sebagai alat yang berisi sistem politik dan
sistem hukum yang hendak diwujudkan.
@enurut @iriam +udiardjo, setiap (ndang"(ndang )asar memuat
ketentuan"ketentuan mengenai6
1#
1. /rganisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara
badan legislati1, eksekuti1, dan yudikati1; pembagian
kekuasaan antara pemerintah 1ederal dan pemerintah negara
11
ri oemantri, Prosedur dan 1istem Peru&ahan Konstitusi, )isertasi,
Alumni, +andung, 124E, hlm. 1.
12
@iriam +udiarjo, -asar+dasar Ilmu Politi%, <ramedia, Jakarta, 1221, hlm.
1?1.
FN0311 3
bagian; prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran
yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan
sebagainya.
#. Hak"hak asasi manusia.
5. Prosedur mengubah (ndang"(ndang )asar.
7. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah si1at tertentu
dari (ndang"(ndang )asar.
&onstitusi dapat digolongkan dalam beberapa cara. +eberapa
di antaranya kurang penting atau tidak membantu. Perbedaan
klasik digambarkan oleh +ryce adalah antara konstitusi 1leksibel
dan kaku.
15
&onstitusi dari Fnggris termasuk kategori 1leksibel,
seperti halnya yang Aoma &uno. )alam konstitusi yang 1leksibel
tidak ada perbedaan antara hukum biasa dan konstitusional. )alam
hal prinsip hukum dan prosedur, yang terakhir dapat diubah atau
dicabut dengan mudah sebagai sediakala. &onstitusi kaku, di sisi
lain, hanya dapat diubah dengan prosedur tertentu yang
ditetapkan dalam konstitusi itu sendiri, seperti re1erendum atau
suara mayoritas khusus, mungkin dua"pertiga, dari anggota dari
setiap rumah legislati1.
Ada dua alasan mengapa perbedaan antara konstitusi
1leksibel dan kaku sekarang agak tidak membantu. Pertama,
kelompok konstitusi 1leksibel, mereka yang dapat diubah dengan
prosedur legislati1 biasa, terlalu kecil. &edua, perbedaan itu
13
J. +ryce, 1tudies in ,istor' and 7urispriudence, /01ord, 12?1, .sai FFF.
FN0311 E
menyesatkan, sejauh ini diambil untuk menunjukkan bahwa dalam
prakteknya konstitusi kaku tentu tidak mungkin atau sangat sulit
untuk mengubah.
Apabila hendak mengetahui klasi1ikasi konstitusi, tentunya
harus membandingkan beberapa konstitusi yang ada di beberapa
negara. )ari sekian banyak yang dianggap mewakili adalah salah
seorang ahli konstitusi dari Fnggris, yaitu &.,. -heare yang
berpendapat tentang macam"macam klasi1ikasi suatu konstitusi
atau (ndang"(ndang )asar. -heare mengungkapkan panjang lebar
mengenai macam"macam konstitusi dilengkapi dengan beberapa
contoh konstitusi di beberapa negara, namun pada intinya adalah
sebagai berikut6
17
1. &onstitusi tertulis dan konstitusi bukan tertulis
'written constitution and no written constitusions*
#. &onstitusi 1leksibel dan konstitusi rijid '0le)i&le
constitution and ri$id constitution*;
5. &onstitusi derajat"tinggi dan konstitusi tidak derajat"
tinggi 'supreme constitution and not supreme
constitution*;
7. &onstitusi serikat dan konstitusi kesatuan '0ederal
constitution and unitar' constitution*;
14
&.,. -heare, Modern Constitutions, :ondon /01ord (ni!ersity Press, 12E9,
hlm. #"51.
FN0311 4
9. &onstitusi sistem pemerintahan presidensial dan
konstitusi sistem pemerintahan parlementer 'presidential
e)ecuti*e and parliamentar' e)ecuti*e constitution*.
+erdasarkan klasi1ikasi konstitusi di atas, (ndang"(ndang
)asar 8ahun 1279 termasuk dalam klasi1ikasi konstitusi yang
rijid, konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen,
konstitusi berderajat tinggi, konstitusi kesatuan, dan yang
terakhir termasuk konstitusi yang menganut sistem pemerintahan
campuran. &arena dalam (ndang"(ndang )asar 8ahun 1279 disamping
mengatur ciri"ciri sistem pemerintahan presidensial, juga
mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan parlementer. )i
sinilah keunikan negara Fndonesia yang berdasarkan Pancasila dan
(ndang"(ndang )asar 8ahun 1279.
-alton H. Hamilton memulai artikel yang ditulisnya dengan
judul Constitutionalism yang menjadi salah satu entry dalam
!nc'clopedia o0 1ocial 1ciences tahun 125? dengan kalimat
%Constitutionalism is the name $i*en to the trust which men
repose in the power o0 words en$rossed on parchment to %eep
$o*ernment in order%.
19
(ntuk tujuan to %eep a $o*ernment in
order itu diperlukan pengaturan sedemikian rupa, sehingga
dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan sebagaimana mestinya. <agasan mengatur dan
membatasi kekuasaan secara alamiah muncul karena adanya
15
-alton H. Hamilton, Constitutionalism, !nc'clopedia o0 1ocial 1ciences,
.dwin A.A., eligman D Al!in Johnson, eds., 1251, hlm. ##9.
FN0311 2
kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relati1 kekuasaan
umum dalam kehidupan umat manusia.
)i Fnggris pada abad ke"14, perkembangan sentralisme ini
mengambil bentuknya dalam doktrin %in$+in+parliament, yang ada
pada pokoknya mencerminkan kekuasaan raja yang tidak terbatas.
&arena itu, seperti diuraikan oleh Aichard . &ay6
$B' 1889 Blac%stone was a&le to write that was Parliament
does :no authorit' upon earth can undo;/ It was partl' in
response to the positin$ o0 a le*iathan+state that the idea
o0 a $o*ernment o0 limited purpose, and there0ore o0 a
limited power, was re0ormulated and e)plicated/;
19
/leh sebab itu, konstitusionalisme di =aman sekarang dianggap
sebagai suatu konsep yang niscaya bagi setiap negara modern.
eperti dikemukakan oleh ,.J. Criedrich $constitutionalism is an
institutionali<ed s'stem o0 e00ecti*e, re$ulari<ed restraints
upon $o*ernmental action%. +asis pokoknya adalah kesepakatan
umum atau persetujuan 'consensus* diantara mayoritas rakyat
mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara.
/rganisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik
agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau
dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang
disebut negara.
1E

16
:arry Ale0ander, Constitutionalism# Philosophical Foundations, ,ambridge
(ni!ersity Press, 1224, hlm. 14 dan 91.
17
-illiam <. Andrews, Constitutions and Constitutionalism =5
rd
edition,
1234>, Gan ;ostrand ,ompany, ;ew Jersey, hlm. 2.
FN0311 1?
&onsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di
=aman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen
kesepakatan, yaitu6
14
1. &esepakatan tentang tujuan atau cita"cita bersama.
+erkenaan dengan cita"cita bersama sangat menentukan
tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di suatu
negara.
#. &esepakatan tentang the rule o0 law sebagai landasan
pemerintahan atau penyelenggaran negara.
&esepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi. &esepakatan atau konsensus
kedua ini juga sangat prinsipil karena di dalam suatu
negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun yang
hendak harus ada keyakinan bersama.
5. &esepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur"
prosedur ketatanegaraan.
)engan adanya kesepakatan mengenai bangunan organ negara dan
prosedur yang mengatur kekuasaannya, hubungan antar organ"
organ negara serta hubungan antar organ"organ tersebut dan
warga negara, maka isi konstitusi dapat dengan mudah
dirumuskan karena benar"benar mencerminkan keinginan bersama.
Pada pokoknya, prinsip konstitusionalisme modern sebenar"
benarnya memang menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan yang
18
I&id/, hlm. 1#"15.
FN0311 11
la=im disebut sebagai prinsip limited $o*ernment. &arena itu
menurut -illiam <. Andrews, $2nder constitionalism, two t'pes p0
limitations impin$e on the $o*ernment/ Power prescri&e and
procedures prescri&ed%.
12
&ekuasaan melarang dan prosedur
ditentukan. &onstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu6 hubungan antara pemerintahan
dengan warga negara; dan hubungan antara lembaga pemerintahan
yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain. &arena itu
biasanya konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal
penting, yaitu 'a* menentukan pembatasan kekuasaan organ"organ
negara, 'b* mengatur hubungan antara lembaga negara yang satu
dengan lembaga negara yang lain, dan 'c* mengatur hubungan
kekuasaan antara lembaga"lembaga negara dengan warga negara.
8homas Paine dalam bukunya Common 1ense dikatakan bahwa
konstitusi juga mempunyai kewenangan sebagai $a national
s'm&ol%. @enurut Paine
#?
konstitusi dapat ber1ungsi sebagai
pengganti raja dalam kaitannya dengan 1ungsi"1ungsi yang
bersi1at seremonial dan 1ungsi pemersatu bangsa seperti yang
biasanya dikaitkan dengan 1ungsi kepala negara.
Aelati1 mudah untuk menyarankan beberapa jawaban terhadap
pertanyaan tentang 1ungsi dan tujuan dari &onstitusi. &ita dapat
melihat pada situasi politik di mana mereka disusun dan
19
I&id/, hlm. 15.
20
Political .or%s, +el1ords, ,lark and ,o., ,hicago, 14E2, hal. 55.
FN0311 1#
diadopsi. Pertama, kesempatan umum untuk membingkai konstitusi
adalah emansipasi suatu negara dari sebuah re=im kolonial.
&edua, konstitusi dibuat untuk mendirikan prinsip yang
1undamental dari sistem baru pemerintahan setelah re!olusi.
&etiga, setelah Perang )unia ketiga, Jerman, Ftali, dan Jepang
semua mengadopsi konstitusi baru, untuk membuat sebuah awal baru
menyusul kekalahan mereka dan pengalaman pemerintahan
totaliter.
#1

)engan demikian, menurut Jimly AsshiddiHie, 1ungsi"1ungsi
konstitusi dapat dirinci sebagai berikut6
##
1. Cungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
#. Cungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
5. Cungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dan
warga negara.
7. Cungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan
negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
9. Cungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber
kekuasaan yang asli 'yang dalam system demokrasi adalah
rakyat* kepada organ negara.
3. Cungsi simbolik sebagai pemersatu 's'm&ol o0 unit'*.
E. Cungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan.
21
.ric +arendt, An Introduction// ?pcit, hlm. 5.
22
Jimmly AsshiddiHie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia =,et. #*,
&onstitusi Press, Jakarta, #??3, hlm. 55"57
FN0311 15
4. Cungsi simbolik sebagai pusat upacara.
2. Cungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam
arti sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti
luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
1?. Cungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan
masyarakat, baik dalam arti sempit maupunn dalam arti
luas.
@enurut ri oemantri dalam disertasinya, tidak ada satu
negara pun di dunia sekarang ini yang tidak mempunyai konstitusi
atau (ndang"(ndang )asar. ;egara dan konstitusi merupakan dua
lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
#5
Pernyataan yang senada bahkan sedikit lebih radikal bahwa tanpa
konstitusi negara tidak mungkin ada.
#7
Asal"usul konstitusi dalam suatu negara pada dasarnya sudah
bisa diketahui dari sejarah dan pertumbuhan konstitusi di
masing"masing negara. Asal"usul konstitusi sebagai hukum dasar
dari negara"negara tersebut dapat digali dari dua sudut pandang
yaitu dari sudut bentuk negara dan dari sudut pembentuk
konstitusinya.
)ari sudut bentuk negara, Hawgood dalam bukunya Modern
Constitution 1ince 18@8 mengemukakan bahwa sebenarnya ada
embilan macam bentuk negara yang sekaligus menunjuk bentuk"
23
ri oemantri, ProsedurA, op/cit/, hlm. 1"#.
24
@a0 +oli abon, Fun$si "anda Konstitusi, P8 <ra!iti, +andung, 1221, hlm.
77.
FN0311 17
bentuk konstitusinya. 8etapi kesembilan bentuk negara itu telah
menjadi bangunan"bangunan historis dimana sekarang sudah tidak
mempunyai arti lagi. @aka dari itu hanya diambil tiga bentuk
negara, yaitu6
#9
1. 1pontaneous 1tate =1pontane 1taat>/ &onsitusinya disebut
3e*olutionar' Constitution/
Adalah negara yang timbul sebagai akibat re!olusi. )engan
demikian konstitusinya bersi1at re!olusioner.
#. Ne$otiated 1tate =Parlementaire 1taat>/ &onstitusinya
disebut Parlementarian Constitution/
Adalah negara yang berdasarkan pada kebenaran relati1.
+ukan berdasarkan a&solute waarheid seperti oosterse
demo%ratie, yaitu Ausia.
5. -eri*ati*e 1tate =Al$eleide 1taat>/ &onstitusinya disebut
Neo+National Constitution/
Adalah negara yang konstitusinya mengambil pengalaman
dari negara"negara yang sudah ada. -eri*ati*e 1tate ini
hanya meniru, tidak ada buah pikiran yang asli. +entuk
negaranya juga meniru negara barat.
Neo+Nationalisme ini menurut Pro1 )jokosutono ialah
nasionalisme yang timbul akibat Perang )unia F. @ereka itu
meniru konstitusi dari negara barat. &esalahan Hawgood; kata
)jokosutono, deri*ati*e state tidak o*ernmen segala"galanya
25
Abu )aud +usroh, Ilmu Ne$ara, +umi Aksara, Jakarta, 122?, hlm. 171.
FN0311 19
begitu saja. @elainkan mau tidak mau harus dipengaruhi oleh
natur un %ultur&edin$un$en/ @estinya deri*ati*e state jangan
dipandang secara mutlak, tetapi harus ada penyesuaian dengan
keadaan negara sendiri. Fnilah kritik )jokosutono terhadap
Hawgood.
#3
&onsekuensi logis dari kenyataaan bahwa tanpa konstitusi
negara tidak mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi
yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara.
;egara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. )A. A. Hamid Attamimi, dalam
disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi
atau (ndang"(ndang )asar adalah sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan.
#E
Pada sisi lain, eksistensi suatu $negara% yang diisyaratkan
oleh A.<. Pringgodigdo, baru riel"ada kalau memenuhi empat unsur
'1* memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat, '#* wilayah
tertentu, '5* rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa dan
'7* pengakuan dari negara"negara lain.
#4

26
)jokosutono, ,u%um (ata Ne$ara, 'dihimpun oleh Harum al"Aasid*, <halia
Fndonesia, Jakarta, 124#, hlm. 2?.
27
A. Hamid . Attamimi, Peranan Keputusan Presiden 3epu&li% Indonesia -alam
Pen'elen$$araan Pemerintah Ne$ara, )isertasi, (F, Jakarta, 122?, hlm. #19.
28
,..8. &ansil, ,u%um Antar (ata Pemerintahan, Airlangga, Jakarta, hlm. 15.
FN0311 13
Pro1. @r. )jokosutono melihat pentingnya konstitusi
'$rondwet* dari dua segi. Pertama, dari segi isi karena
konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat 1ungsi negara.
&edua, dari segi bentuk oleh karena memuat konstitusi bukan
sembarang orang atau lembaga. @ungkin bisa saja oleh seorang
raja, raja dengan rakyat, badan konstituante atau lembaga
diktator.
#2
@embahas (ndang"(ndang )asar 1279 atau &onstitusi ;egara
Aepublik Fndonesia disahkan dan ditetapkan oleh Panitia
Persiapan &emerdekaan Fndonesia 'PP&F* pada hari abtu tanggal
14 Agustus 1279, yakni sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
undang"(ndang )asar 8ahun 1279 sebagai konstitusi tertulis
dituangkan dalam sebuah dokumen 1ormal, dimana dokumen tersebut
telah dipersiapkan jauh sebelum Fndonesia merdeka, dan baru
dirancang oleh +adan Penyeledik (saha"usaha Persiapan
&emerdekaan Fndonesia '+P(P&F*, dengan dua masa sidang yaitu
tanggal #2 @ei I 1 Juni 1279 dan tanggal 1? I 1E Juli 1279.
ebagai dokumen 1ormal, undang"(ndang )asar 8ahun 1279
ditetapkan dan disahkan pada tanggal 14 Agustus 1279 oleh PP&F.
5?
+erbicara tentang 1ungsi dan peranan undang"(ndang )asar
8ahun 1279, sejarah telah membuktikan melalui beberapa kurun
29
)jokosutono, ,u%umA, op/cit/, hlm. 74.
30
ae1roedin +ahar, dkk. 3isalah 1idan$ BP2PKI B PPKI, ekretariat ;egara
Aepublik Fndonesia, Jakarta 122#, hlm. 15E I #2? 'idang +P(P&F* dan hlm.
#25"5#7 'idang PP&F*.
FN0311 1E
waktu berlakunya undang"(ndang )asar 8ahun 1279. ecara teoritis
pergantian undang"(ndang )asar setidak"tidaknya telah membawa
perubahan struktural dan mekanisme penyelenggaraan pemerintah
negara, dan kemungkinan yang lebih jauh ialah perubahan dasar
1ilsa1at dan tujuan negara. 8etapi dalam praktek ketatanegaraan
di Fndonesia, ternyata pergantian undang"(ndang )asar itu tidak
membawa perubahan pada dasar 1ilsa1at dan tujuan negara, dan
hanya terbatas pada perubahan struktur, mekanisme, dan polic'
saja. Jadi dasar 1ilsa1at negara kita tetap Pancasila dan tujuan
pokoknya sebagaimana tercantum dalam Pembukaan (ndang"(ndang
)asar 8ahun 1279 yaitu6
1. @elindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Fndonesia.
#. @emajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
5. Fkut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Cungsi dan peranan (ndang"(ndang )asar 8ahun 1279 secara
konsepsional tercermin dalam; ber1ungsinya Pancasila sebagai
landasan 1iloso1i bangsa, ber1ungsinya sistem presidensial
secara konstitusional sebagai landasan struktural yang tertuang
dalam (ndang"(ndang )asar, dan ber1ungsinya tujuan nasional yang
FN0311 14
terimplementir dalam kebijaksanaan politik yng tertuang dalam
<+H;.
51
Cungsi dan peranan (ndang"(ndang )asar 8ahun 1279 secara
operasional artinya apa yang telah tercermin di dalam peranan
(ndang"(ndang )asar 8ahun 1279 secara konsepsional di atas,
benar"benar terealisir secara nyata dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, bukan hanya itu saja, tapi mampu dilestarikan
serta peningkatan usaha"usaha pelestariannya. emua ini harus
dilaksanakan oleh superstruktur 'Pemerintah*, in1rastruktur
'Partai Politik dan lain"lain* dan segenap masyarakat
seluruhnya.
5#
emua konsepsi di atas, sebenarnya telah dicita"citakan oleh
para tokoh bangsa ini sebagaimana jauh sebelumnya telah
dituangkan dalam Pembukaan, +atang 8ubuh, dan Penjelasan (ndang"
(ndang )asar 8ahun 1279.
31
)ahlan 8haib, (eori ,u%um dan Konstitusi, ,etakan kelima, P8 Aaja <ra1indo
Persada, Jakarta, #??9, hlm. 2#.
32
)ahlan 8haib, (eori ,u%um///, I&id, hlm. 25.
FN0311 12

You might also like