You are on page 1of 7

Hal -44-

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007



RACHMAN SOBARNA
Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Sari
Indonesia adalah negara kepulauan yang secara tektonik menjadikan kawasan ini memiliki tingkat
kebencanaan geologi yang tinggi. Gerakan tanah merupakan bencana geologi yang paling sering
terjadi terutama pada saat musim hujan. Pada Tahun 2007 sebanyak 93 kejadian bencana tanah
longsor terjadi di Indonesia dengan jumlah korban tewas mencapai 274 orang. Keadaan ini
menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang tinggal di daerah rewan bencana tanah longsor.


Pendahuluan
Negara Indonesia merupakan salah satu
kawasan rawan bencana geologi, karena terletak
pada batas pertemuan lempeng aktif dunia.
Evolusi tektonik tersebut mengakibatkan
terbentuknya zona penunjaman yang dapat
menimbulkan gempabumi, deretan gunungapi
yang dapat menimbulkan letusan gunungapi
dan topografi berbukit yang mengakibatkan
beberapa wilayah rawan terhadap kejadian
gerakan tanah. Gerakan tanah pada umumnya
terjadi pada musim hujan, karena curah hujan
tinggi merupakan salah satu faktor pemicu.
Faktor pemicu lainnya adalah goncangan
gempabumi, terutama gempabumi yang
bersumber di darat dengan kedalaman dangkal
(kurang dari 40 km).
Seiring dengan perkembangan penduduk di
sejumlah wilayah maka dengan sendirinya
akan diikuti berbagai kegiatan fisik yang
dapat merubah kondisi lingkungan khususnya
perubahan tata guna lahan. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan daya dukung
lereng dan gerakan tanah dapat terjadi bila
lereng di wilayah tersebut tidak mampu
menahan daya dukungnya.
Kejadian gerakan tanah di Indonesia pada
Tahun 2007 merupakan peristiwa yang paling
menonjol baik dari segi jumlah kejadian
maupun jumlah korban yang diakibatkannya.
Fenomena alam ini sungguh memprihatinkan
namun di lain pihak ini menjadi pembelajaran
bagi kita akan perlunya dilakukan upaya
mitigasi bencana gerakan tanah, khususnya
dengan menyediakan peta zona kerentanan
gerakan tanah maupun peringatan dini pada
skala operasional dan peningkatan pengetahuan
bagi penduduk yang bermukim di wilayah
rawan bencana gerakan tanah..

Data kejadian gerakan tanah
Selama tahun 2007 telah terjadi bencana
gerakan tanah di wilayah Indonesia sebanyak
93 kejadian. Provinsi J awa Barat menempati
Hal -45-
peringkat teratas kejadian bencana gerakan
tanah yaitu 33 kejadian dengan jumlah korban
tewas 19 orang. Namun meskipun demikian
ternyata di wilayah lain dengan jumlah
kejadian bencana gerakan tanah yang lebih
sedikit ternyata menimbulkan korban jiwa yang
lebih besar.
Sebaran kejadian bencana gerakan tanah di
Indonesia selengkapnya pada tahun 2007
terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Kejadian Gerakan Tanah Tahun 2007
No PROVINSI MD LL RR RH RT BLR BLH KEJADIAN
1 DKI 1 1
2 J awa Barat 19 85 47 47 241 1 33
3 J awa Tengah 75 16 23 18
4 DIY 1
5 J awa Timur 3 15 3 57 7
6 Sumatera Utara 4 4 6
7 Sumatera Barat 25 12 4 5
8 Lampung 6 4 2
9 Sulawesi Utara 35 4 33 3 2
10 Sulawesi Barat 2 2 3
11 Sulawesi Tengah 57 450 450 92 9 3
12 Sulawesi Tenggara 10
13 Sulawesi Selatan 3
14 NTT 62 50
15 Kalimantan Timur 3 18
J umlah 285 539 137 192 365 10 2 93

Keterangan
MD : Manusia Meninggal RH : Rumah Hancur BLH : Bangunan Lain Rusak
LL : Manusia Luka-luka RT : Rumah Terancam RR : Rumah Rusak
BLR : Bangunan Lain Rusak

Dari tabel 1 terlihat bahwa kejadian
gerakan tanah di Indonesia selama tahun 2007
mengakibatkan jumlah korban jiwa sebanyak
285 orang tewas dan 539 orang luka-luka.
Korban jiwa terbesar terjadi di Kabupaten
Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur
akibat kejadian gerakan tanah tanggal 3 Maret
2007. banyaknya korban jiwa akibat gerakan
tanah menunjukkan bahwa masih banyaknya
masyarakat yang tetap bermukim dan
beraktifitas di daerah rawan tanah longsor.
Bencana gerakan tanah yang terjadi
kadang-kadang diikuti oleh peristiwa banjir
bandang dan dampak yang ditimbulkan berupa
besarnya korban jiwa dan kerugian harta benda
seperti yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara,
Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.
Beberapa kejadian gerakan tanah yang
menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar
yang terjadi selama tahun 2007 secara ringkas
akan dijelaskan pada bab berikut ini, diuraikan
di bawah ini.
Hal -46-
Gerakan Tanah Dengan Jumlah Korban
Terbanyak

Sulawesi Utara
Kepulauan Sangihe
Kejadian gerakan tanah di Kepulauan
Sangihe berupa longsoran bahan rombakan
(debris slide) yang diikuti banjir bandang
terjadi pada hari Kamis tanggal 11 J anuari 2007
sekitar pukul 22.00 WIT, pada saat sebagian
besar penduduk telah beristirahat. Bencana ini
diawali dengan hujan deras. Gerakan tanah ini
terjadi di Kampung Makawang, Kelurahan
Soataloara 1, dan di Kampung Pisang,
Kelurahan Sawang Sendar Kecamatan Tahuna
sedangkan banjir bandang pada Sungai
Akembuala dan Sungai Melebuhe. Permukiman
yang terkena bencana terletak di bawah lereng
bukit terjal dan yang lainnya menempati
bantaran sungai.
Dampak yang diakibatkan oleh bencana
tanah longsor di Kecamatan Tahuna, yaitu di
Kampung Makawang sebanyak 18 orang tewas
tertimbun, 3 rumah dan 1 bangunan umum
hancur serta tanah longsor di Kampung Pisang
mengakibatkan 14 rumah hancur. Sedangkan di
Kecamatan Tahuna Timur tanah longsor dan
banjir bandang mengakibatkan 12 orang tewas,
6 orang luka-luka dan 15 rumah hancur.
Disamping itu banjir bandang yang terjadi pada
Sungai Melebuhe mengakibatkan 10 rumah
yang berada pada bantaran sungai hancur dan 1
jembatan putus .
Daerah bencana merupakan bagian dari
lereng perbukitan G. Posong yang memiliki
kemiringan sangat terjal berkisar antara 35-
40, dibentuk oleh batuan vulkanik dari breksi
laharik dan lava blok. Batuan umumnya telah
melapuk menjadi lempung pasiran hingga pasir
lempungan bersifat lunak hingg lepas dengan
ketebalan berkisar antara 3-4 m.
Kawasan perbukitan di beberapa tempat
telah dimanfaatkan untuk lokasi permukiman,
sedangkan lahan penutup di lereng bagian atas
sudah mulai jarang karena sudah menjadi
kawasan kebun campuran, berupa kebun kelapa
dan kebun pisang yang masih diselingi semak
belukar.
Sebelum terjadi bencana, daerah ini sudah
diguyur hujan selama 2 hari berturut-turut dan
berdasarkan data curah hujan yang diperoleh
dari Badan Meteorologi dan Geofsika (BMG)
setempat di Stasiun Naha menunjukkan bahwa
curah hujan saat itu cukup tinggi yang
mencapai 156 mm/hari, sehingga diikuti oleh
naiknya debit sungai di beberapa tempat,
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi
Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi
Utara, J anuari 2007 (PVMBG, 2007), daerah
bencana termasuk pada Potensi Terjadi Gerakan
Tanah menengah, artinya pada daerah ini dapat
terjadi gerakan tanah bila lereng diganggu serta
curah hujan tinggi.



Hal -47-
Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Manggarai
Bencana alam gerakan tanah di Kabupaten
Manggarai terjadi pada tanggal 3 Maret 2007
pada saat hujan turun dalam kurun waktu 6 hari
berturut-turut. Lereng perbukitan yang labil di
daerah ini bergerak sebagai longsoran bahan
rombakan (debris slide) di beberapa lokasi,
yaitu di Desa Gapong, Kecamatan Cibal yang
mengakibatkan 44 orang tewas, 21 orang luka-
luka, 6 rumah rusak berat dan 500 orang
terpaksa mengungsi ke tempat aman.
Di sepanjang tebing jalan yang terjal di
Kecamatan Cibai terdapat 5 titik longsoran
besar, 14 longsoran sedang dan 12 titik
longsoran kecil yang mengakibatkan ruas jalan
Ruteng - Reo putus total dan mengakibatkan
pengiriman bahan bakar minyak (BBM) dari
Reo ke Ruteng terhenti, menyebabkan
terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak di
daerah tersebut.
Di Kecamatan Lambaleda, longsoran
(debris slide) telah mengakibatkan 19 orang
tewas tertimbun, 9 rumah rusak berat, 16 rumah
hilang terkubur material longsoran, jalur jalan
putus total dan sebanyak 1100 orang yang
masih menempati kawasan perbukitan labil ini
terpaksa harus mengungsi ke tempat lain yang
lebih aman .
Bentang alam di daerah ini secara umum
merupakan lereng perbukitan sangat terjal
dengan kemiringan berkisar antara 40 80
dan pada beberapa bagian lereng terdapat
banyak alur sungai.
Batuan dasar berupa breksi andesit yang
bersifat kurang kompak sebagian terkekarkan
sehingga pecah-pecah dan mudah lepas,
sedangkan tanah penutup berupa pasir tufaan
bersifat agak lepas dengan ketebalan berkisar 2
4 meter. Kondisi lereng perbukitan bagian
tengah sebagian sudah merupakan kawasan
permukiman, sedangkan lereng bagian atas
sudah diolah menjadi kawasan kebun campuran
yang diselingi semak belukar.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi
Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Maret 2007 (PVMBG, 2007), daerah
bencana termasuk potensi gerakan tanah
menengah artinya pada daerah ini dapat terjadi
gerakan tanah bila lereng diganggu serta curah
hujan tinggi.
Aktifitas manusia yang intensif pada batuan
vulkanik kurang kompak dapat bertindak
sebagai pelatuk terjadinya tanah longsor di
daerah ini, sedangkan alur-alur sungai yang
mengalir di daerah ini memiliki potensi
menggerus tebing dan membawa material
longsoran menjadi bencana banjir bandang.

Sulawesi Tengah
Kabupaten Morowali
Bencana tanah longsor berupa longsoran
bahan rombakan (debris slide) disertai banjir
bandang melanda Desa Ueruru, Kecamatan
Bungku Utara yang terjadi pada hari Minggu
Hal -48-
22 J uli 2007, setelah kawasan perbukitan di
daerah tersebut diguyur hujan selama 15 hari
berturut-turut. Dampak yang terjadi akibat
gerakan tanah dan banjir bandang adalah :
50 orang tewas terkubur material longsoran,
17 orang di antaranya belum diketemukan,
450 orang luka luka,
91 unit rumah rusak dan hancur,
2 unit bangunan ibadah rusak,
1 unit bangunan sekolah rusak,
6 jembatan putus,
J alan darat yang menghubungkan desa
dengan daerah lain putus.
Luapan air akibat banjir bandang
menggenangi 3 (tiga) kecamatan lainnya,
yaitu Kecamatan Mamosalato, Petasia dan
Soyo J aya.

Perbukitan sangat terjal di daerah ini
memiliki kemiringan >36
0
yang dibangun oleh
batuan ultramafik (serpentinit, dunit) serta
batuan rijang dan kalsilutit yang retak-retak.
Tanah pelapukan batuan bersifat lunak dengan
ketebalan mencapai 3 meter.
Pada lereng bagian tengah terdapat alih
fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan dan
ladang. Bencana yang terjadi berupa pergerakan
material longsoran bercampur air dengan kayu
pepohonan yang bergerak sangat cepat sejauh
kurang lebih 550 m melalui lembah-lembah
sungai menuju perkampungan di Desa Ueruru.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi
Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, J uli 2007 (PVMBG, 2007), daerah
bencana termasuk pada Potensi Terjadi Gerakan
Tanah menengah artinya pada daerah ini dapat
terjadi gerakan tanah bila lereng diganggu serta
terjadi curah hujan tinggi.
Banyaknya korban jiwa di daerah ini adalah
dampak dari maraknya pembangunan
permukiman yang dibangun di bawah lereng
bukit yang labil.

Jawa Tengah
Kabupaten Karanganyar
Gerakan Tanah terjadi Rabu, 26 Desember
2007 dini hari jam 04.00 WIB, yang
sebelumnya diawali hujan lebat yang
berlangsung sejak dua hari sebelumnya.
Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran
bahan rombakan yang melanda 9 Kecamatan,
yaitu Kecamatan Tawangmangu,Karangpandan,
Matesih, Ngargoyoso, J atiyoso, J umapolo,
J enawi, Kerjo dan J umantono.
Dampak akibat gerakan tanah sedikitnya
64 orang tewas tertimbun material longsoran,
ratusan hektar lahan pertanian dan puluhan
rumah mengalami kerusakan. Rincian jumlah
korban tewas akibat tanah longsor yang
melanda sejumlah Kecamatan di daerah ini
adalah sebagai berikut
Kec. Tawangmangu : 37 orang
Kec. Karangpandan : 1 orang
Kec Matesih : 4 orang
Kec. J atiyoso : 5 orang
Kec. Ngargoyoso : 3 orang
Hal -49-
Kec. J umapolo : 8 orang
Kec.J enawi : 3 orang
Kec. Kerjo : 3 orang

Perbukitan yang longsor memiliki
kemiringan sangat terjal berkisar antara 40-45
sedangkan di bawahnya terdapat lembah alur
sungai yang terjal. Lereng bukit dibangun oleh
produk vulkanik muda dari Gunung Lawu
dengan tanah pelapukan berupa pasir
lempungan bersifat kurang padat dan lepas
dengan ketebalan berkisar antara 4-5 meter.
Lereng bukit ini umumnya telah diolah menjadi
ladang dan perkebunan sehinga mempengaruhi
daya dukung lereng.
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah J awa Tengah (PVMBG, 2006),
daerah bencana termasuk zona kerentanan
gerakan tanah menengah sampai tinggi, artinya
pada daerah ini sering terjadi gerakan tanah dan
gerakan tanah lama bisa terjadi lagi apabila
curah hujan tinggi.

Kesimpulan
Bencana gerakan tanah selama tahun 2007
pada umumnya terjadi pada lereng perbukitan
yang dibangun oleh batuan vulkanik kurang
padu yang umumnya telah mengalami
gangguan baik secara alami (erosi sungai)
maupun oleh perbuatan manusia terutama
akibat pemotongan lereng dan penggunaan
lahan yang tidak sesuai peruntukannya.
Gerakan tanah pada rangkaian perbukitan
terjal yang dipicu oleh curah hujan tinggi di
sejumlah wilayah memiliki peluang
berkembang menjadi banjir bandang.
Sedangkan rendahnya pemahaman
masyarakat tentang bahaya tanah longsor
menjadi penyebab tingginya korban jiwa,
sehingga untuk itu sosialisasi tentang bencana
tanah longsor di wilayah rawan gerakan tanah
perlu lebih ditingkatkan frekuensinya.

Foto Kegiatan

Foto 1. Bagian atas longsoran di Kp. Makawang,
Kec. Tahuna. Tampak rumah yang masih tersisa,
tercatat 18 orang tewas tertimbun (Kep. Sangihe,
Sulawesi Utara)



Foto 2. Jalan Raya Ruteng Reo di Desa Gapong
putus oleh longsoran (Manggarai, NTT).


Hal -50-


Foto 3. Longsoran yang menimbun 4 rumah dan
menyebabkan 29 orang tewas terkubur di Desa
Gapong (Manggarai, NTT).



Foto 4. Tampak rumah penduduk di Desa Ueruru
rata tertimbun material longsoran, mengakibatkan
50 orang tewas tertimbun dan 21 orang lainnya
belum ditemukan (Morowali, Sulawesi Tengah).



Foto 5. Gerakan tanah yang terjadi di
Tawangmangu, mengakibatkan 37 orang tewas
(Karanganyar, Jawa Tengah).





Daftar Pustaka
Darsoatmodjo, Agoes., dkk, 2007., Tanggap
Darurat Pasca Bencana Gerakan Tanah
di Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah, Bidang Pengamatan Gempa Bumi
dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung
Lutfhi, Anas., dkk, 2007, Tanggap Darurat
Pasca Bencana Gerakan Tanah di Kab.
Morowali, Sulawesi Tengah, Bidang
Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan
Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Bandung
Sutarjono, J ojon., dkk, 2007., Tanggap Darurat
Pasca Bencana Gerakan Tanah di
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara
Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Bandung
Suranta dkk, 2007, Tanggap Darurat Pasca
Bencana Gerakan Tanah di Kecamatan
Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi
Utara, Bidang Pengamatan Gempa Bumi
dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

You might also like