You are on page 1of 14

Organisasi & Manajemen Rawat Inap

Sejarah Rawat Inap (RS)


Perawatan rawat inap adalah perawatan pasien yang kondisinya memerlukan rawat inap.
Kemajuan dalam pengobatan modern dan munculnya klinik rawat komprehensif memastikan
bahwa pasien hanya dirawat di rumah sakit ketika mereka betul -betul sakit, telah mengalami
kecelakaanatasakit parah.
perawatan rawat inap mulai dikenal sejak
tahun 230 Masehi di India dimana Asoka yang Agung mendirikan 18 rumah sakit. Bangsa
Romawi juga mengadopsi konsep rawat inap dengan membangun sebuah kuil khusus untuk
pasien yang sakit pada 291 AD di pulau Tiber.
Hal ini diyakini menjadi sejarah rawat inap pertama di benua Amerika yang didirikan oleh
bangsa Spanyol di Republik Dominika pada tahun1502. Dan Rumah Sakit de Jess Nazareno
di Mexico City didirikan pada tahun 1524 yang menyediakan juga perawatan inap.

Mungkin penyedia rawat inap yang paling terkenal adalah Florence Nightingale yang
merupakan seorang advokat terkemuka yang secara terus menerus beruapaya meningkatkan
perawatan medis di pertengahan abad ke-19. Ms Nightingale mendapatkan ketenaran selama
Perang Krimea di mana dia dan 38 perawat sukarelawan wanita pergi ke Krimea untuk
mengobati tentara yang terluka. Selama musim dingin pertama di rumah sakit, 4077 prajurit
tewas di rumah sakit tersebut. Dia kemudian menggunakan pengalaman ini untuk mengubah
arah rawat inap dengan berfokus pada peningkatan kondisi sanitasi dan kondisi kehidupan
yang lebih baik dalam rumah sakit.
Florence Nightingale dikenal sebagai "The Lady dengan Lampu" dan masih dianggap sebagai
pendiri keperawatan modern. Sekolah Keperawatan Nightingale berlanjut hingga saat ini.
Dan gambarnya selalu dipampang setiap tahun pada hari perawat.
Jenis Struktur Organisasi
Jenis struktur Organisasi yang sekarang dikenal ada 4 jenis;
1. Teori Organisasi Klasik
Teori ini mempunyai ciri: kesatuan komando, adanya wewenang sekaligus tanggungjawab,
control yang terbatas serta strukturnya membentuk garis.
2. Teori Contigency
Organisasi yang efektif yang tergantung lingkungan. Tidak ada cara yang terbaik untuk
organisasi, melainkan tergantung lingkungan, seperti; jenis tugas, teknologi, masyarakat
pemakai jasa dan lain-lain.
3. Organisasi proyek
Organisasi yang dibentuk sementara sesuai kebutuhan dan berbagai bidang yang terkait.
Pelaksanaannya terkait oleh jenis proyek dan waktu yang ditentukan.
4. Organisasi Matriks
Merupakan bentuk organisasi yang mengintegrasikan antara peran fungsional dan peran
proyek
Banyak struktur yang bisa dipilih, tentu yang terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan.
Secara umum pemenuhan kebutuhan sangat tergantung dari:
1. Tujuan organisasi
2. Pelaksana
3. Keadaan Rumah Sakit
4. Lingkungan Rumah sakit

Ciri-ciri organisasi yang efektif antara lain;
a. Secara jelas bisa mengembangkan hubungan antar bagian.
b. Kejelasan pendelegasian wewenang
c. Pemilihan orang yang tepat pada jabatan yang tepat
d. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
e. Menjalankan pelayanan yang murah dengan mutu yang terjamin
f. Pengembangan tugas yang potensial
Untuk menunjang efektifitas organisasi, seperti yang tersebut di atas itu maka bisa
dipersingkat struktur yang terbentu menjadi 4 struktur organisasi;
- Organisasi garis
- Organisasi staf
- Organisasi Garis dan staf
- Organisasi Matiks

Karena kompleksitas rumah sakit dan otonomi yang besar dari para dokter, apalagi di rumah
sakit kebanyakan dokter merupakan dokter tamu, maka jenis matriks perlu dikembangkan
walaupun secara terbatas. Pada organisasi matriks fungsi managerial dan fungsi pelayanan
dibedakan dengan jelas dan tanggung jawab dipisahkan dengan jelas pula. Tetapi pada saat
melaksanakan kegiatan, masing masing saling tergantung dan bekerjasama.

Perencanaan
Perencanaan di rawat inap dibuat setiap tahun bekerjasama antara pejabat struktural (kabid
yan medis, kabid yan keperawatan) dengan Komite Komite Profesi (Komite Medis, Komite
Keperawatan, dll), sedangak, sedangkan Perencanaan SDM ; penghitungan kebutuhan
tenaga dengan menggunakan rumus kinerja sesuai standar profesi .
Perencanaan sarana ; penghitungan kebutuhan sarana pelayanan berdasarkan analisa
kebutuhan Standar Pelayanan Minimal. Dan rekruetmen tenaga melibatkan Tim Kredensial
pada komite profesi masing-masing.

Managemen Rawat Inap
Managemen Rumah Sakit adalah: koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian dan ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan.
Tujuan Managemen Rumah sakit adalah sebagai berikut;
1. Menyiapkan sumber daya
2. Mengevaluasi efektivitas
3. Mengatur pemakaian pelayanan
4. Efisiensi
5. Kualitas
Prosedur Pasien Masuk Ranap
Pasien yang masuk ke rumah sakit dan memerlukan rawat inap, harus diregrestasi terlebih
dulu. Tujuan selain untuk mendata pasien, yang lebih penting adalah untuk menyiapkan
perkembangan medis atau catatan perkembangan penyakitnya melalui file rekam Medik.
Untuk itu tiap pasien memiliki nomor rekam medik tersendiri. Sehingga jika ada pasien yang
sebelumnya sudah tercatat di rumah sakit tertentu, untuk kunjungan mereka berikutnya cukup
dengan menunjukkan nomor rekam medic melalui kartu berobat yang diberikan sebelumnya
oleh pihak rumah sakit.
Pada pendataan pasien ketika akan dirawat inap, selain identitas pasien seraca lengkap
penting pula untuk dicantumkan penanggungjawab, yang biasanya memiliki hubungan
keluarga dengan pasien, seperti orang tua, saudara atau paman dan lain-lain. Selain
penanggungjawab ini, perlu pula dipastikan identitas seorang yang bertanggungjawab
terhadap pembiayaan selama dirawat di rumah sakit. Hal ini terutama diperlukan bagi pasien
yang tidak ditanggung asuransi yang dirawat di rumah sakit swasta.
Informasi umum yang wajib diketahui pasien atau keluarganya harus disampaikan saat
pendaftaran tersebut. Hak-hak apa yang didapat pasien dan kewajiban apa yang harus
dipenuhi serta aturan rumah sakit yang harus diketahui untuk dipatuhi pasien atau
keluarganya. Ketika ini pula pasien / kelaurga diberikan keluluasaan untuk menentukan kelas
perawatan yang dipilih. Tentu sebelumnya dijelaskan pula oleh petugas apa perbedaan pada
masing2 kelas perawatan. Jika pasien merupakan anggota dari suatu rekanan kerja sama
dengan rumah sakit atau menjadi salah satu tanggungan asuransi kesehatan, mestinya sudah
didata sejak awal. Dan jika penderita merupakan pasien yang sudah dirujuk untuk dilakukan
tindakan medis, seperti pembedahan, informasi prakiraan pembiayaan tindakan tersebut
sudah dapat diberikan saat pasien melakukan regristrasi di tempat pendaftaran pasien rawat
inap.
Sebelum pasien diantar untuk masuk kamar perawatan, pada rumah sakit tertentu pasien akan
ditempatkan dulu di ruang tertentu, sambil menunggu kesiapan kamar yang akan
ditempatinya. Terutama ruangan ini juga biasa diperlukan untuk pasien yang menjalani
preoperatif sesaat setelah terdaftar sebagai pasien rawat inap.


Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan di Ruangan
Kegiatan layanan kesehatan terutama dilakukan oleh perawat. Yang terpenting untuk
kesembuhan pasien adalah berkolaborasi dengan dokter untuk menjalankan intruksi dokter,
baik dalam meberikan obat, menunjang fisiotherapi pasien, merawat luka dan tindakan
invasive lainnya.
Disamping itu secara team perawat ruangan juga menjalankan pemeriksaan rutin terhadap
kondisi pasien, utamanya terhadap vital sign penderita. Perawat juga membantu pasien untuk
menjalani aktifitas rutin mereka sehari-hari, misal mandi, bergerak semasih belum bisa
terlepas dari tempat tidur, bila perlu makan dan sebagainya.
Dalam hal pemberian obat, petugas kesehatan bekerja sama dengan petugas farmasi untuk
memberikan dosis dan waktu yang tepat kepada pasien. Selain petugas farmasi, petugas gizi
akan memberikan arahan terhadap jenis makanan yang dikonsumsi pasien. Fisiotherapies
membantu pasien melakukan gerakan gerakan fisik yang menunjang penyembuhan.
Pencatatan medis secara rutin harus dikerjakan perawat di lembaran catatan yang terdapat
dalam rekam medis tiap penderita. Sedangkan pencatatan yang berkaitan dengan pelaporan
dan uran non medis lainnya, dikerjakan oleh tenaga administrasi ruangan.

Metode Penugasan:
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah
sebagai berikut :

a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

b. Metode Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif
(Douglas, 1992)
Tujuan Metode Tim :
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive
care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama


Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim

Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggung Jawab Karu :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan
d) managemen
e) Mengorientasikan tenaga baru
f) Menjadi narasumber bagi tim
g) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
h) Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
c) menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
d) Kepala Ruang
e) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
f) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan
g) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
h) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3) Tanggung Jawab Anggota Tim :
a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d) Berkontribusi thd perawatan
observasi terus menerus
ikut ronde keperawatan
berinterkasi dgn pasien & keluarga
berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

Prosedur Pemulangan Pasien
Melalui pencatatan yang baik dan rapi, ketika pasien dinyatakan boleh pulang oleh
dokter yang merawatnya, semestinya pasien tidak memerlukan waktu menunggu terlalu lama
untuk bisa benar benar keluar dari rumah sakit. Kendala yang biasa dihadapi oleh
management rumah sakit adalah urusan adminstrasi, khususnya pembayaran sebelum pasien
boleh keluar dari lingkungan rumah sakit.
Dengan komputerisasi yang terintegrasi penyelesaian urusan administrasi dan
pembayaran bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan adalah intruksi
dokter setelah pasien ada di rumah, pesan baik lisan maupun tertulis terhadap apa-apa yang
harus dilakukan dan apa yang perlu dihindari. Termasuk juga obat-obat yang mesti
dikonsumsi penderita di rumah beserta jadwal control kembali ke dokter yang merawat
sebelumnya.
Jika berkaitan dengan asuransi, jaminan pembiayaran pasien sudah harus didapatkan
sebelum tenaga administrasi memberikan ijin untuk meninggalkan rumah sakit. Akan lebih
dipermudah jika pihak asuransi penanggung telah memiliki perjanjian kerja sama dengan
pihak rumah sakit.

Indikator Mutu Pelayanan RS
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient
bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI
(2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode)) X 100%
2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup +mati)
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah ...the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan
di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000

6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X
1000

Patient Safety:
Utamakan keselamatan safety first dewasa ini telah menjadi issue global termasuk
juga untuk pelayanan dirumah sakit. Saat ini terdapat lima issue penting yang berkaitan
dengan pelayanan medis di rumah sakit. Kelima issue itu adalah keselamatan pasien patient
safety, keselamatan para pekerja atau petugas kesehatan baik medis maupun paramedis dan
karyawan lain, keselamatan bangunan dan semua peralatan rumah sakit, keselamatan
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang bagi rumah sakit swasta tentunya
sangat terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit dan kesejahteraan seluruh
karyawannya. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun harus diakui fokus utama kegiatan di institusi rumah sakit adalah
pelayanan medis. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa patient safety menjadi prioritas
utama untuk dilaksanakan, hal tersebut terkait dengan mutu layanan dan citra rumah sakit.
Di Indonesia data mengenai adverse event & near miss apalagi sentinel event masih sangat
langka, tetapi yang pasti tuduhan malpraktik terhadap dokter dan atau rumah sakit makin
lama makin sering dijumpai. Berkaitan dengan hal diatas Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) merasa perlu untuk membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKP-RS) yang diresmikan pada 1 Juni 2005 di Jakarta. Gebrakan PERSI disambut baik oleh
Depkes, maka gayung pun bersambut dengan diresmikannya pencanangan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada 21
Agustus 2005 di Jakarta
Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, adalah:
Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, sistem tersebut
meliputi: Assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal2 yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjut penanganan serta implementasi solusi untuk mereduksi timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh melaksanakan
suatu tindakan (commision) atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan (ommision)
Sejak awal tahun 1990 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (tiga) elemen
yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam-macam konsep dasar, program regulasi
yang diterapkan terutama pada rumah sakit pemerintah, misalnya: Penerapan Standar
Pelayanan Rumah Sakit, Quality Assurance, Total Quality Management, Countinus Quality
Improvement, Perizinan, Akreditasi Rumah Sakit, Crendentialing, Audit Medis, Indikator
Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya. Meskipun program-program tersebut
telah dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses
maupun outcome. Namun masih saja terjadi adverse event yang tidak jarang berakhir dengan
tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu penerapan program lain yang lebih mengena langsung
pada hubungan dokter-pasien untuk lebih memperbaiki proses pelayanan.

Pada aplikasinya dalam kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, program Patient
Safety dijalankan dengan cara pertemuan berkala bisa seminggu sekali- untuk membahas
kelemahan, keteledoran maupun kesalahan yang melibatkan para pelaksanan layanan
kesehatan yang potensial dan dapat merugikan pasien. Prinsip pembahasan tersebut adalah
tidak menyalahkan tapi lebih terfokus pada pembahasan kasalahan agar dikemudian hari
tidak terulang kembali atau mencari solusi untuk mengantisipasi kekeliruan tersebut.

Clinical Pathway
Suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yg merangkum setiap langkah yang
diberikan kepada pasien berdasrkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang
berbasis bukti dan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Memiliki 4 unsur; konsep perancanaan pelayanan teroadu, melibatkan semua unsure
profesi (medis, perawat, bidan, piata, farmasi, apoteker, analis, akuntan, kasir, rekam medik
dll), hasil (outcome) terukur dan dalam kurun waktu tertentu.
Merupakan kombinasi perpaduan sinergis antara; standard prosedur (SOP), asuhan
keperawatan, alur pasien dan varian kasus.
Jika dipadukan dengan Clinical Pathway dengan kodefikasi kasus (ICD) dan penetapan biaya
(costing akan menghasilkan DRG Casemix.




REFERENSI

1. Wolper cs, (1996). Health Care Administration: Principles, Practices, Structure and Delivery.
2
nd
edition
2. Azwar, Azrul (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan 3
rd
edition. Binarupa aksara.
3. Rakich, Jonathon S; Beaufort B.Longest Jr; Kurt Darr (1993). Managing Health Services
Organizations 3
rd
edition.
4. http://www.wisegeek.com access on 9
th
Dec 2010
5. Sarguna, Listiani (2004). Organisasi Manajemen Rumah Sakit. Konsorsium Rumah Sakit
Islam Jawa Tengah dan Yogjakarta.

You might also like