You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN


I. Latar belakang
Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu
dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Seiring berjalannya waktu, di dalam
organisasi kerap terjadi konflik. Baik konflik internal maupun konflik eksternal antar organisasi.
Konflik yang terjadi kadang kala terjadi karena permasalahan yang sangat remeh temeh. Namun
justru dengan hal yang remeh temeh itulah sebuah organisasi dapat bertahan lama atau tidak.
Mekanisme ataupun manajemen konflik yang diambil pun sangat menentukan posisi organisasi
sebagai lembaga yang menjadi payungnya. Kebijakan-kebijakan dan metode komunikasi yang
diambil sangat memengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi dalam memertahankan anggoa
dan segenap komponen di dalamnya.
Begitu juga dengan Partai Demokrat yang kian hari semakin kencang berhembus
perpecahan didalam tubuh partai ini. Sampai hari ini bias kita lihat pemberitaan di berbagai
media mengungkapkan bahwa terjadi berbagai persoalan di internal partai yang kian memanas.
Dari awal Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010 yang menimbulkan beberapa faksi
dikalangan elit demokrat, yang akhirnya memenangkan Anas Urbaningrum dan Edhi Baskoro
sebagai pemimpin terpilih hasil Kongres tersebut. Hingga mencuatnya kasus wisma atlet yang
melibatkan bendahara umum yakni Nazaruddin yang juga menyeret beberapa petinggi Partai
Demokrat ini semakin mengemuka hingga menyebabkan goncangan di tubuh partai ini dari
internal maupun eksternal partai. Yang tidak kalah menarik juga isu rencana penggulingan ketua
umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

II. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut konflik dan manajemen konflik?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya konflik di Partai Demokrat?
3. Apa yang melatar belakangi terjadinya konflik di Partai Demokrat?
4. Bagaimakah cara penyelesaian konflik di Partai demokrat tersebut?





BAB II
PEMBAHASAN

III. Pembahasan Masalah

1. Definisi Konflik dan Manajemen Konflik
Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara
pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Dimana sikap saling
mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan
pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi
oposisi, bukan kerjasama.
Konflik juga berarti suatu keadaan dimana terjadi adanya pertentangan antara dua
atau beberapa kekuatan yang berlawanan. Umumnya kekuatan yang dimaksud bersumber
dari keinginan manusia Seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi kerap terjadi konflik.
Baik konflik internal maupun konflik eksternal antar organisasi. Konflik yang terjadi kadang
kala terjadi karena permasalahan yang sangat remeh temeh. Namun justru dengan hal yang
remeh temeh itulah sebuah organisasi dapat bertahan lama atau tidak. Mekanisme ataupun
manajemen konflik yang diambil pun sangat menentukan posisi organisasi sebagai lembaga
yang menjadi payungnya. Kebijakan-kebijakan dan metode komunikasi yang diambil sangat
memengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi dalam memertahankan anggoa dan segenap
komponen di dalamnya.
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Di Partai Demokrat
Secara umum faktor-faktor penyebab koflik dalam kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Perbedaan pendirian atau perasaan tertentu antar anggota kelompok dapatmenyulut
konflik.
2. Perbedaan latar belakang budaya. Seseorang dibesarkan tidak terlepas dari proses
sosialisasi lingkungan keluarganya. Kepribadian terbentuk secarasadar maupun tidak
sadar berdasarkan nilai-nilai budaya yang dianutlingkungan sosialnya. Perbedaan ini juga
berakibat perbedaan pola pikir, pendirian, dan wawasannya. Bila ia tidak bisa
mengadakan penyesuaiandengan nilai-nilai budaya yang berbeda dari anggota kelompok
lainnya maka perbedaan budaya ini dapat mendorong terjadinya konflik.
3. Perbedaan kepentingan antar anggota kelompok merupakan sebabterjadinya konflik
internal kelompok. Banyak bentuk kepentingan antar anggota kelompok seperti
kepentingan ekonomi, status, kekuasaan, ideologi, dan lain sebagainya. Kepentingan-
kepentingan individual yanglebih menonjol karena ambisi pribadi daripada kepentingan
kelompok memungkinkan terjadi konflik internal dikalangan anggota kelompok.
Menurut Maurice Duverger (Sosiologi Politik: 2003: 34), penyebab terjadinya
konflik yang pertama adalah hal-hal yang terjadi pada tingkat individual. Ini merupakan
konflik yang terjadi antara dua orang yang tidak melibatkan kelompok masing-masing.
Faktor-faktor penyebab konflik adalah masalah pribadi sehinggadalam konflik hanyalah
orang-orang yang bersangkutan saja.
Duverger menyinggung rasa frustasi sebagai penyebab terjadinya konflik. Orang
yang frustasi lebih mudah terlibat dalam konflik dengan pihak lain yang dianggapsebagai
penyebab atau berkaitan dengan penderitaan yang merupakan penyebabfrustasi
tersebut.Kedua adalah konflik kelompok, yakni konflik yang terjadi antar duakelompok
atau lebih. Konflik pribadi dapat lebih mudah menjadi konflik kelompok karena adnya
kecenderungan yang besar dari individu-individu yang berkonflik untuk melibatkan
kelompiknya masing-masing.
Konflik kelompok merupakan ciri konflik politik. Oleh karena itu sifat-sifat
pribadi seseorang dapat menimbulkan konflik politik bila orang tersebut adalah
pemimpin yeng berpengaruh didalam kelompoknya. Namun tidak disangkal pula bahwa
frustasimemainkan peranan yang penting terjadinya konflik politik, mungkin
inilah penyebab utamanya.Seperti yang telah ditulis diatas salah satu penyebab konflik
adalah timbulnya konflik kelompok yang merupakan ciri dari konflik politik.
Konflik partai politik merupakan salah satu dari konflik politik.
Suatu konflik politik terjadi apabila seseorang atau suatu kelompok berusaha
menghalangi orang atau kelompok lain mencapai tujuan-tujuan politiknya. Konflik
politik mempunyai konotasi politik yakni mempunyai keterkaitan dengan Negara atau
Pemerintahan, dan Kebijakan. Sifat konflik politik yang selalu merupakan konflik
kelompok (konflik yang terjadi antara duakelompok atau lebih). Jadi konflik politik
bukanlah konflik individu karena isu yang dipertentangkan dalam konflik politik adalah
isu publik yang menyangkutkepentingan banyak orang, bukan kepentingan satu orang
tertentu.
Lucian W. Pye dalam (dalam Masoed, 1989:147), dapat disimpulkan adanya tiga
penyakit partai-partai politik yang sering menimbulkan konflik. Pertama, mereka terlalu
berorientasi pada ideologi, bukan program yang sangat peka untuk masyarakat majemuk.
Kedua, mereka hanya mengutamakan kepentingan kelompok dan menggunakan
dukungan rakyat untuk melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.Ketiga,cara
pengangkatan pemimpin partai, karena melalui pimpinan pusat dan tidak bertanggung
jawab pada pemilih telah menjadikan kepemimpinan partai ini suatuoligarki yang tidak
bertanggung jawab terhadap pemilih mereka.
Secara garis besar, maka kecenderungan konflik politik partai demokrat
sebenarnya bersumber dari dua faktor. Pertama faktor permasalahan subyektif, yakni
sumber konflik internal yang diproduksi sendiri oleh etika dan perilaku komunikasi kader
demokrat. Sumber konflik dipicu oleh terjadinya kasus dugaan korupsi mantan
Bendahara umum partai, Nazaruddin yang memungkinkan pada terbukanya konflik
politik antar sesama kader partai di internal partai demokrat. Kedua, faktor persoalan
obyektif, yakni faktor yang bersumber dari lingkungan di luar partai demokrat yang salah
satunya juga di picu oleh upaya KPK membongkar dugaan skandal kolusi dan korupsi
kasus wisma Atlet Sea Games yang juga melibatkan sejumlah kader partai demokrat.
3. Latar Belakang Terjadinya Konflik Di Partai Demokrat
Partai yang didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003.
Pendirian partai yang erat kaitannya dengan niat untuk membawa Susilo Bambang
Yodhoyono, yang kala itu menjadi Menko bidang Politik dan Keamanan di bawah
Presiden Megawati, menjadi presiden. Karenahal inilah, Partai Demokrat terkait kuat
dengan figur Yudhoyono. Partai ini pertama kali mengikuti pemilu pada tahun 2004 dan
meraih suara 7.45% dan mendapat kursi sebanyak 57 di DPR dengan peringkat 5 pemilu
legislative. Dan pemilu legislatif 2009 Partai Demokrat meningkat tajam

dengan
perolehan 150 kursi atau 26.4% di DPR RI

.
Hasilnya dalam pemilu legislatif yang lalu Partai Demokrat terpilih sebagai partai
pemenang pemilu yang baru. Partai yang berkembang cepat dari keikut-sertaanya pada
kali kedua partai ini mengikuti pemilu tidak lepas dari polemik yang muncul dan
berkembang. Partai Demokrat yang membesar karena lucky facktor: atas sumbangan
popularitas SBY; desain kampanye yang manis dan bernama pencitraan; ekspetasi publik;
serta bersatunya sejumlah sumber daya politik ke partai ini.
Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010 lalu, nyaris semua kekuatan elit
politik partai ini mengkampanyekan poin-poin strategis partai. Ini juga membentuk
beberapa faksi (kubu) politik dari masing-masing kekuatan elit politik di Partai
Demokrat. Beberapa faksi yang muncul seperti faksi Marzuki Ali, Andi Malarangeng,
Anas Urbaningrum dan beberapa kekuatan lainnya. Yang kabarnya, diberbagai media
sempat memanas dalam perebutan kursi pimpinan di Partai Demokrat tersebut. Namun
hasil Kongres Bandung tersebut menghasilkan kemenangan atas Ketua dan Sekjen
terpilih yaitu Anas Urbaningrum dan Edhi Baskoro.
Tidak berhenti sampai disitu, setelah berhembusnya kasus dugaan suap
Sesmenpora dalam pembangunan wisma atlet di Palembang, Sumatera Selatan . Yang
kemudian berbuah pemecatan Muhamad Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai
Demokrat oleh Dewan Kehormatan menunjukkan konflik internal dalam tubuh partai
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu semakin terlihat dan membesar. Konflik
internal dalam tubuh partai yang melahirkan faksi-faksi justru membawa keuntungan
dalam penyelesaian kasus-kasus dugaan korupsi yang selama ini tertutupi. Kasus yang
juga menyeret beberapa nama petinggi Partai Demokrat lainnya ini, sebut saja Anggelina
Sondakh, Andi Malarangeng, dan Anas Urbaningrum ini pun menimbulkan goncangan di
dalam tubuh Partai Demokrat. Faksionalisasi semakin tajam pasca pemberhentian
Nazaruddin sebagai bendahara umum.
Penetapan Anggelina Sondakh sebagai tersangka dugaan kasus wisma atlet juga
menimbulkan permasalahan baru pasalnya Angelina Sondakh yang dipingpong dari satu
ke komisi lainnya menunjukkan friksi di tubuh Partai Demokrat semakin liar. Hal ini juga
membuktikan manajemen konflik internal di partai berkuasa itu tidak berjalan baik.
Seperti diketahui, sejak ditetapkan sebagai tersangka, Fraksi Demokrat tiba-tiba
memindah Angie dari komisi X yang membidangi pendidikan dan olahraga ke komisi III
yang membidangi hukum. Karuan saja pemindahan tersebut mengundang protes publik.
Sebagai tersangka, tentu sangat aneh jika Angie harus bertugas mengawasi para penegak
hukum, khususnya KPK yang menetapkan mantan Putri Indonesia tersebut sebagai
tersangka.
Polemik di tubuh Partai Demokrat kian memanas. Tidak hanya diisukan akan
mendongkel Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat, bahkan gerbong
atau orang-orang kepercayaan Anas di DPR satu per satu akan disingkirkan. Benturan
kepentingan antara faksi-faksi di Partai Demokrat itu juga ditandai dengan pencopotan
dua orang kadernya dari tugas-tugas di DPP Partai Demokrat. Sekretaris Pembinaan
Divisi Organisasi, Sudewo, dicopot dari jabatan fungsionalnya itu melalui Rapat Pleno
Partai Demokrat di Jakarta pada 23 Februari 2012 setelah Dewan Kehormatan Partai
Demokrat menyepakati rekomendasi Komisi Pengawas Partai Demokrat dan hasilnya
disetujui oleh Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat.
Bukan hanya Sudewo yang menjabat sebagai Sekretaris Pembinaan Divisi
Organisasi yang tersingkir dari DPP Partai Demokrat dalam rapat pleno DPP Partai
Demokrat pada 23 Februari lalu. Tersangka kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games di
Palembang, Angelina Sondakh, juga sudah dipecat dari posisinya sebagai Wakil
Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat. Keputusan ini diambil sesuai
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrat karena Angelina sudah
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pidana korupsi.
Selain itu, Ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum juga diduga terlibat
dalam kasus suap Wisma Atlet Palembang tersebut. Karena hasil korupsi kader Partai
Demokrat tersebut digunakan juga dalam proses pemilihan ketua umum, sehingga Anas
terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat.
Terkait isu penting menggulingkan Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum
Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat membuktikan adanya konflik di antara faksi.
Adanya berbagai opini menggulingkan Anas, ini semakin membuktikan adanya konflik
internal, antara faksi Anas, Andi, dan Marzuki Alie. Upaya mengantisipasi berbagai
pilihan politik jika Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum, benar-benar dijadikan
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya, dugaan keterlibatan
Anas dalam kasus suap pembangunan wisma altet Palembang tak hanya dinyanyikan
terus oleh Muhammad Nazaruddin, tetapi juga disebut dalam kesaksian Mindo Rosalina
Manulang, salah seorang terdakwa, dan Yulianis, orang kepercayaan Nazar di Grup
Permai yang dimiliki mantan Bendahara Umum Demokrat. Dewan Pembina Demokrat
yang dipimpin Presiden SBY tentu merasa perlu mencari solusi politik terbaik apabila
Anas terjerat perkara suap wisma atlet.
Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ajeng Ratna Suminar
mengakui ada rapat internal Partai Demokrat yang membahas pergantian Anas
Urbaningrum. Rapat tersebut digelar di kantor Dewan Pembina Partai Demokrat sebelum
rapat anggota Dewan Pembina dan Ketua Dewan Pembina Demokrat Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono di Cikeas, beberapa waktu lalu. Menurutnya, dalam rapat yang
dipimpin Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie dan dihadiri
sekitar 20 anggota Dewan Pembina, partai telah mengusulkan empat nama calon
pengganti Anas yakni Soekarwo (Gubernur Jatim), Djoko Suyanto (Menko Polhukam),
Marzuki Alie (Ketua DPR), dan Andi Mallarangeng (Menpora).

4. Cara Penyelesaian konflik di Partai Demokrat.
Penyelesaian konflik Partai Demokrat adalah dengan usaha-usaha yang dilakukan
elit partai untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari
kesepakatan antara pihak-pihak yang bersebrangan atau meminimalisir timbulnya faksi
politik dalam Partai Demokrat. Sesuai dengan definisi konflik (yaitu adanya perbedaan
pendapat atau pandangan dari dua pihak atau lebih), konflik berhasil diselesaikan bila
dapat dicapai consensus antara pihak- pihak yang bertikai, termasuk kubu-kubu yang
muncul dalam dinamika Partai Demokrat.
Pihak-pihak yang tadinya bertikai akan berhasil menyelesaikan konflik mereka
bila mereka bersepakat untuk tidak meneruskan perbedaaan pendapat karena berhasil
menemukan titik temu dari pendapat atau pandanganyang tadinya bertentangan.
Meskipun sulit, penyelesaian konflik mutlak diperlukan untuk mencegah:
1. semakin dalam konfliknya, yang berarti semakin tajam perbedaan antara pihak-
pihak yang berkonflik dalam Partai Demokrat.
2. semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta
masing-masing pihak yang berkonflik dalam Partai Demokrat.
Untuk menyelesaikan konflik di Partai Demokrat ini, maka perlu adanya kontrol
dan sikap yang tegas dari Susilo Bambang Yudhoyono selaku Dewan Pembina Partai
Demokrat. Semua kasus yang timbul akibat ulah kader Partai Demokrat ni haruslah
diselesaikan dan dituntaskan sampai dengan akar-akarnya.
Adanya kasus-kasus korupsi yang marak terjadi di negara ini membutuhkan
penanganan yang jelas dan penegakan hokum yang seadil-adilnya. Agar perbuatan yang
dilarang oleh agama ini dapat menimbulkan efek jera dikalangan elit politik maupun di
lingkungan masyarakat sendiri.
Untuk menyelesaikan permasalahan di internal Partai Demokrat ini diperlukan
suatu Managemen Konflik yang efektif, yang mampu mengembangkan dan
mengimplementasikan strategi konflik dengan hati-hati. Cara penyelesaian konflik
secara persuasif adalah cara yang tepat yaitu dengan menggunakan perundingan dan
musyawarah untuk mencari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik di internal partai.
Yang juga sangat penting adalah seharusnya elit Partai Demokrat tidak boleh
membiarkan anggota Partai Demokrat menyelenggarakan rapat-rapat untuk membela posisi
masing-masing. Ada rapat yang diselenggarakan Dewan Kehormatan, Dewan Pembina dan
rapat pengurus lainnya. Elite Partai Demokrat harus membuat satu kebijakan tegas bahwa
tak boleh ada rapat-rapat liar yang ujungnya akan membuat posisi partai berbahaya, karena
ketidak solidan internal partai atau konflik antar faksi di dalam elit Partai Demokrat.
Semua Permasalahan yang timbul di Partai ini, seharusnya dapat dijadikan suatu
peringatan bagi partai politik lain di indonesia, agar para elit politik di pusat selalu
mengontrol dengan baik kader-kadernya di daerah. Yang tidak kalah penting dalam suatu
organisasi adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota partai, agar semua
permasalah yang timbul bia diselesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan.
1. Bentuk-Bentuk Penyelesaian Konflik
Penyelesaian konflik (conflict resolution) adalah usaha-usaha yangdilakukan untuk
menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencarikesepakatan antara pihak-
pihak yang terlibat konflik. Sesuai dengan definisikonflik (yaitu adanya perbedaan
pendapat atau pandangan dari dua pihak atau lebih), konflik berhasil diselesaikan bila
dapat dicapai consensus antara pihak- pihak yang bertikai.
Pihak-pihak yang tadinya bertikai berhasil menyelesaikankonflik mereka bila
mereka bersepakat untuk tidak meneruskan perbedaaan pendapat karena berhasil
menemukan titik temu dari pendapat atau pandanganyang tadinya bertentangan.Bukanlah
hal yang mudah untuk menyelesaikan konflik karena amat sulit bagi seseorang untuk
mengubah pendapatnya yang berbeda dan bertentangandengan pendapat orang lain
tersebut.
Meskipun sulit, penyelesaian konflik mutlak diperlukan untuk mencegah: (1)
semakin dalam konfliknya, yang berarti semakintajam perbedaan antara pihak-pihak yang
berkonflik; (2) semakin meluasnyakonflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta
masing-masing pihak yang berkonflik. Ada dua cara penyelesaian konflik, yaitu
penyelsaian konflik secara persuasif dan penyelesaian konflik secara kekerasan atau
koersif. Cara persuasive menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik
temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Penyelesaian konflik secara koersif
menggunakan kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-
pihak yang terlibat konflik.
Dengan demikian, persoalannyaadalah bagaimana mengatasi konflik kelompok
yang membawa akibat negatif. Upaya-upaya menekan konflik dalam kelompok dapat
dilakukan melalui accomodation, sebagai suatu proses akomodasi menurut Young dan
Mack, diartikan sebagai usaha manusia secara sadar untuk mengembangkan kesepakatan
kerja diantara mereka yang akan meredam konflik dan membuat hubungan mereka lebih
toleran, kurang boros energy. Hal ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
harus mengadakan adaptasi atau penyesuaian-penyesuaian dengan nilai-nilai
kelompok yang diyakini bersama.
Komunikasi dalam kelompok memungkinkan terjadinya kerjasama kelompok, dan
komunikasi memang merupakan salah satu syarata terjadinyakerjasama. Bahkan konflik
dapat terjadi sebagai akibat kesalahpahaman antar anggota saat berkomunikasi. Sebaliknya,
konflik dapat teratasi dengan komunikasi dua arah yang saling memahami. Karena konflik
ini mengakibatkan dampak yang tidak disangka-sangka oleh banyak pihak. Konflik ini juga
memberi kesantersendiri bahwa sangat penting menjaga keharmonisan dalam
suatuorganisasi, apapun bentuknya. Jika tidak, maka ketidakharmonisantersebut akan
berakibat buruk bagi kepentingan organisasi.



















PENUTUP

IV. Kesimpulan
Secara garis besar, maka kecenderungan konflik politik partai demokrat
sebenarnya bersumber dari konflik internal yang diproduksi sendiri oleh etika dan
perilaku komunikasi kader demokrat. Sumber konflik dipicu oleh terjadinya kasus dugaan
korupsi mantan Bendahara umum partai, Nazaruddin yang memungkinkan pada
terbukanya konflik politik antar sesama kader partai di internal partai demokrat. Dan
faktor yang bersumber dari lingkungan di luar partai demokrat yang salah satunya juga di
picu oleh upaya KPK membongkar dugaan skandal kolusi dan korupsi kasus wisma Atlet
Sea Games yang juga melibatkan sejumlah kader partai demokrat.
Penyelesaian konflik Partai Demokrat adalah dengan usaha-usaha yang dilakukan
elit partai untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari
kesepakatan antara pihak-pihak yang bersebrangan atau meminimalisir timbulnya faksi
politik dalam Partai Demokrat. Sesuai dengan definisi konflik (yaitu adanya perbedaan
pendapat atau pandangan dari dua pihak atau lebih), konflik berhasil diselesaikan bila
dapat dicapai consensus antara pihak- pihak yang bertikai, termasuk kubu-kubu yang
muncul dalam dinamika Partai Demokrat.
Dan seharusnya elite Partai Demokrat tidak boleh membiarkan anggota Partai
Demokrat menyelenggarakan rapat-rapat untuk membela posisi masing-masing. Karena
hal itu akan menyebabkan ketidak solidan internal partai atau konflik antar faksi di dalam
elit Partai Demokrat. Suatu Managemen Konflik yang efektif dikatakan berhasil bila anda
mampu mengembangkan dan mengimplementasikan strategi konflik dengan hati-hati.
Cara penyelesaian konflik secara persuasif adalah cara yang tepat yaitu dengan
menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu antara pihak-pihak
yang berkonflik di internal partai.







Konflik Partai Demokrat






Nama Kelompok:
1. Maria Ulfa (E04210012)
2. Iin Novianty Saadillah (E04212026)
3. Lucky A. Putra (E04212020)

You might also like