You are on page 1of 1

Difabel menurut definisi didalam Perda Nomor 2 Tahun 2008 Kota Surakarta adalah

setiap orang yang mempunyai baik kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Dalam
kehidupan nyata seringkali terjadi diskriminasi bagi para kaum difabel baik secara disengaja
maupun tidak. Seperti halnya dalam hal penyediaan aksesibilitas di tempat umum seperti
didalam pusat perbelanjaan,kampus tempat ibadah, toilet umum, dan lain-lain. Dalam
kesempatan untuk memperoleh pekerjaan pun kaum difabel seringkali dikesampingkan dan lebih
mengutamakan orang normal. Selain itu dalam kasus terahkir terdapat diskriminasi dalam hal
memperoleh pendidikan dimana terdapat persyaratan yang membatasi bagi kaum difabel untuk
diterima dalam sejumlah jurusan di Universitas tertentu.
Kota Solo yang telah memiliki peraturan daerah yang mengatur mengenai kesetaraan
kaum difabel mulai berbenah untuk menjadi kota yang lebih layak bagi kaum difabel seperti
dalam hal penyediaan transportasi khusus bagi kaum difabel, di Surakarta terdapat dua bus yang
didesain khusus untuk memudahkan kaum difabel, Bus Begawan Abiyasa yang sejatinya
digunakan untuk transportasi massal bagi kaum difabel di Kota Surakarta, namun jumlah yang
hanya dua dirasa masih kurang jika dibandingkan jumlah transportasi umum, selain itu pada
kenyataannya bus tersebut masih menyulitkan bagi kaum disabilitas, khususnya yang
menggunakan kursi roda, dikarenakan masih membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat
memasuki bus tersebut.
Dalam hal kesempatan untuk memperoleh pekerjaan,kaum disabilitas juga masih
mengalami diskriminasi dibandingkan orang pada umumnya, padahal sudah diatur dalam perda
bahwa kaum difabel juga berhak untuk memperoleh pekerjaan yang sama, namun hingga kini
sebagian besar instansi pemerintah maupun swasta di Kota Solo masih mengabaikan keberadaan
Perda tersebut. Aturannya jelas berbunyi bahwa satu dari 100 karyawan dari instansi pemerintah
maupun swasta itu harus ada difabel. Kenyataannya masih sedikit kaum difabel yang
dipekerjakan baik diinstansi pemerintah maupun swasta.
Penyediaan fasilitas umum bagi kaum difabel juga masih kurang atau jika ada masih
kurang dalam hal keamanan, seperti hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami di
Kampus UNS, dimana terdapat trotoar baik bagi pejalan kaki maupun kaum difabel, dimana di
trotoar tersebut sudah terdapat bidang miring guna memudahkan kaum difabel yang berkursi
roda, namun dalam hal keamanan trotoar tersebut masih terdapat kekurangan seperti tidak
adanya pagar pengaman, kondisi tersebut jelas dapat membahayakan bagi kaum difabel
pengguna trotoar.
Melihat sejumlah fakta tersebut masih terdapat ketidakadilan bagi kaum difabel dengan
orang pada umumnya. Padahal menurut Convention on the Rights of Persons with Disabilities
yang telah diratifikasi oleh Indonesia tidak boleh ada pembedaan antara kaum difabel dengan
orang pada umumnya. Karena setiap orang dan kewajiban yang setara dengan warga masyarakat
pada umumnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

You might also like