You are on page 1of 19

1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Muh. Alifatullah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 12 bln
Tanggal Lahir : 18 februari 2013
Suku : Muna
Agama : Islam
Alamat : BTN Beringin Lepo- Lepo
Dikirim : Dokter Hasniah Bombang, M.Kes. Sp.A
Diagnosis : Kwarsiorkor + Tumor Gaster
B. ANAMNESIS
KU: Demam
Pasien kiriman dari Rumah sakit KOREM oleh dr. Hasniah Bombang Sp. A
dengan diagnosa gizi buruk. 4 bulan yang lalu pasien awalnya bengkak dan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Pasien sebelumnya mengalami cacar dan sarampa, kemudian demam yang naik
turun. Pasien mulai malas makan dan muncul bengkak pada seluruh tubuh,
pasien selalu rewel dan mengalami kelainan kulit. Kuning (-) batuk (+), muntah
(-), BAB (-).
riwayat penyakit yang sama tidak diketahui
2

riwayat pengobatan tidak diketahui
riwayat penyakit dahulu tidak diketahui
Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Ibu usia 22 tahun G
I
P
I
A
0
lahir cukup bulan secara spontan di rumah ditolong
oleh bidan dengan BBL 3000 gr, PBL (lupa).
Riwayat Tumbuh Kembang :
Lupa
Riwayat imunisasi :
Hepatistis B 1 kali, Polio 2 kali, Difteri 2 kali, Tetanus 2 kali, Pertusis 2 kali
Riwayat pemberian ASI :
Pernah, tapi tidak tahu usia berapa
C. PEMERIKSAAN FISIK
BB : 7 Kg PB : 55 cm
Nadi : 112 x.menit Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 37,6
KU : Sakit sedang, status buruk (berdasarkan gejala klinis) compos mentis
Pucat (-) Ikterus (-) Sianosis (-) Tonus (baik)
Turgor (baik) Busung/edema (+) pada seluruh tungkai
Kepala : mesosefal
Muka : moon face
Rambut : merah, jarang, kusam
Ubun-ubun besar : cembung
3

Telinga : secret (+) otorhea (-) , Perdarahan (-)
Mata : cekung (-), anemis (-) ikterus (-)
Hidung : rhinorea(-), perdarahan (-), pernapasan cuping hidung
(-)
Bibir : pecah-pecah (+) pedarahan (-)
Lidah : Kotor (-)
Sel. Mulut : stomatitis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), struma (-)
Bentuk dada :cembung simetris kiri = kanan
Jantung
Icttus Cordis : tidak tampak dan tidak teraba
Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra ICS V
Batas Kanan : Linea midclavikula dextra dekstra
Irama : Bunyi jantung I/II murni reguler
Souffle : (-)
Trill : (-)
Paru
PP : Simetris kiri = kanan
PR : massa tumor (-), krepitasi (-), Pelebaran sela iga (-)
PK : sonor kiri = kanan, nyeri (-), batas paru hepar ICS VI
dextra
PD : Bunyi pernapasan bronkhovesikular,
4

Bunyi tambahan (+) Rhonkhi basah halus +/+
wheezing (-) -/-
Kulit :Petekia (-), papul-papul eritema deskuamasi (+),
ekimosis (+)
Gigi : belum ada, caries (-)
Tenggorok : Hiperemis (-)
Tonsil : T1:T1 Heperemis (-)
Perut
PP : cembung ikut gerak nafas, retraksi subkosta (-)
PD : Peristaltik kesan normal
PK : Tympani (+), shifting dullness (+)
PR : teraba massa 3 jari dibawah costa
Limpa : tidak teraba
Hati :Teraba, konsistensi padat, permukaan rata, pinggir idak
berbenjol- benjol, nyeri tekan (-)
Kelenjar Limfa : Tidak teraba
Ang. Gerak : Edema pada ekstremitas inferior dan superior
alat kelamin : Kemerahan, udem (-)
Col. Vertebralis : Gibus (-), Skoliosis (-)
KPR : +/+ Kesan normal
APR : +/+ Kesan normal
Refleks Patologis : Babinski (-)
5

Lingk.Lengan atas : 11 cm
Lingk. Kepala : 42 cm
Lingk. Dada : 41 cm
Lingk. Perut : 37 cm
Ringkasan Riwayat Penyakit
Anak laki-laki kiriman dari Rumah sakit KOREM oleh dr. Hasniah Bombang
Sp. A dengan diagnosa gizi buruk. 4 bulan yang lalu pasien awalnya bengkak
dan mengalami penurunan nafsu makan sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Pasien sebelumnya mengalami cacar dan sarampa, kemudian demam yang naik
turun. Pasien mulai malas makan dan muncul bengkak pada seluruh tubuh,
pasien selalu rewel dan mengalami kelainan kulit, batuk (+). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan, edema pada seluruh tungkai, wajah berbentuk moon face,
rambut merah, jarang dan kusam, terdengar bunyi tambahan ronkhi basah halus
pada kedua paru, pada pemeriksaan kulit ditemukan papul- papul eritema
deskuamasi, pada pemeriksaan ketuk shifting dullness (+), pada pemeriksaan
raba, teraba hepar 3 jari dibawah costa, dengan konsistensi padat, rata,
permukaannya tidak berbenjol-benjol, pada alat kelamin ada bercak kemerahan.
Terdapat pitting edema pada kedua tungkai.
Pemeriksaan Laboratorium
WBC : 14.69 (10^3/uL) *
RBC : 2,55 (10^6/uL) -
6

HB : 7,0 g/dl -
HCT : 24,6% -
MCHC : 28,5 g/dl
PLT : 1119 (10^3/uL) +
NEUT : 32%
LYMPH : 51,0%
MONO : 11,0%
EO : 4,4%
BASO : 1,6%











7

KWASHIORKOR
Definisi
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein
berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah
inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Anak penderita kwashiorkor
secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema
pedis dan pretibial serta asites 3,4.
Etiologi
Etiologi dari kwashiorkor adalah
1. Kekurangan intake protein
2. Gangguan penyerapan protein pada diare kronik
3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik
4. Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
3
1. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang.Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak
semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
8

3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan
infeksi.Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya
MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap
infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan
protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein
secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta
kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.

Patofisiologi
MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan
biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.
4

Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan
nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta
rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah
nutrisi seperti di atas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/
meningkatnya kehilangan nutrisi.
5
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka
kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein
9

yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas -3 SD (-2SD-
-3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut /decompensated malnutrition).
Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik
ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-
kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -
3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisi kronik / compensated malnutrition).
6
Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi otot,
penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem
kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim.
4,6
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya.Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan
terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan
tekanan hidrostatik. Ini akan menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah ruangan
ke ruang interstisial yang kemudian berakibat timbulnya edema dan ascites. Edema
juga terjadi karena hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari
hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
3,7

10


Karena terjadi kekurangan protein dalam serum akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar.Sehingga kekurangan protein pada hati
menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida.Kekurangan energi pada hati juga
bisa menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida dan atrofi hati. Kedua-dua ini
akan menyebabkan hepatomegali.
Karena terjadi hipoproteinemia menyebabkan kekurangan produksi
eritropoietin.Produksi eritrosit berkurang. Hipoproteinemia juga bisa menyebabkan
stem sel tidak berkembang, sehingga akan mengakibatkan anemia.
Kekurangan protein juga bisa menyebabkan edema saluran nafas dan
meningkatkan sekresi bronkus dan menimbulkan gejala sesak napas, takipnue,
sianosis dan ronki basah halus.
Kekurangan protein juga dapat menyebabkan miodegenerasi yang dapat
mengurangi kontraksi jantung. Ini menyebabkan cardiac output menurun dan akan
menyebabkan hipotensi dan penurunan oksigen arterial. Ini akan menimbulkan
hipoksia yang dapat dilihat pada sianosis pada anak ini.
Kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi mukosa.Malnutrisi energi
protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.
11

Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk
dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
Pada penderita kwashiorkor terdapat kelainan pada rambut yaitu rambut mudah
tercabut, rambut tampak kusam, kering dan berubah warna menjadi putih.Rambut yang
mudah dicabut terjadi karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi pada rambuut
dan kutikula yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga
kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut.
Pada penderita kwashiorkor mudah terkena infeksi karena sistem imun yang
lemah, karena terjadi gangguan pembentukan antibodi akibatnya terjadi defek umunitas
seluler dan gangguan sistem komplime yang disebabkan karena kekurangnya protein.
Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel
jaringan tubuh.Protein juga merupakan prekusor untuk neurotransmitter yang mendukung
perkembangan otak, sehingga pada kwashiorkor terjadi gangguan perkembangan otak
yang menyebabkan perubahan mental pada anak.

Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein
kwashiorkor, antara lain :
7,8
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor
seperti anak gemuk (sugar baby).
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu.Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis.Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi
12

pasif.Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi.Gizi buruk
dapat mempengaruhi perkembangan mental anak\

4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat.Edemanya bersifat pitting.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture),
maupun warnanya.Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala
yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut
akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar.Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit
karena habisnya cadangan energi maupun protein.Pada sebagian besar penderita
dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy
pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda
dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan.Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh
keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha,
lipat paha, dan sebagainya.Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-
bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk
menjadi hitam.Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian
yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi.Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang
terjadi radang pada kulit.

13



7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan.Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.Sering juga ditemukan
tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.Perlemakan hati terjadi
akibat defisiensi faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.Bila disertai
penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat
dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang
penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,
B6).Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.Defisiensi protein juga
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh.Akibatnya terjadi
defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.

14

10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan
usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga
menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipomagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting.Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya
dapat diberikan dengan sonde lambung.Diare terdapat pada sebagian besar
penderita.Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi
usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.Intoleransi laktosa disebabkan
defisiensi laktase.Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu,
konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.Pada anak
dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.
13. Atrofi Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk
dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
14. Kelainan Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga
GFR menurun.

Diagnosis
Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita
sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh
tubuh.
7,9
15

Pemeriksaan Fisik
1. Perubahan mental sampai apatis
2. Anemia
3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok
4. Gangguan sistem gastrointestinal
5. Pembesaran hati
6. Perubahan kulit (dermatosis)
7. Atrofi otot
8. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh


Dari hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan maka pasien tersebut dinyatakan
kwarsiorkor karena pada pemeriksaan fisik ditemukan moon face, rambut
16

merah, jarang, kusam, kulit terdapat eritema diskuamasi, pitting edema pada
kedua tumgkai dan seluruh badan, acites (+) pembesaran hati

Penatalaksanaan kwarsiorkor terbagi atas 3 fase yaitu fase satbilisasi, transisi dan
rehabilitasi

Diitetik
11

Sasaran diit TKTP
0-3 thn : 150 175 kkal/kgBB/hari + protein 3-5g/kgBB/hr
> 3 thgn : 1,5 kali kebutuhan normal menurut umur
Pemberian makanan
Secara bertahap ditingkatkan hingga mencapai sasaran
Disesuaikan dengan toleransi pencernaan (intoleransilaktosa, malabsorbsi
lemak)
17

Pola makanan dalam bentuk mudah diterima sesuai umur dan BB (dengan
ekstra kalori + protein hewani atau nabati).
Tahap- tahap pembaeruian makanan
Minggu I (tahap stabilisasi)
TKTP atau 80% kebutuhan normal
Minggu II (tahap transisi)
150% kebutuhan normal
Minggu III (tahap rehabilitasi)
150- 200% kebutuhan normal

BRONKOPNEUMONIA
Defenisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada
paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan
oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat
10
Kriteria Diagnostik
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut
10
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Panas badan
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm
3
dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm
3
neutrofil yang predominan)

18

Pada pasien ini didiagnosa bronkopneumonia karena pada pemeriksaan
auskultasi ditemukan bunyi tambahan ronkhi basah halus pada kedua basal
paru, batuk berdahak (+)

DIAGNOSIS
KWARSIORKOR + BRONKOPNEUMONIA


PENATALAKSANAAN
Ambroxol 3x 1/3
Elkana 2x1
Amoxicillin 3x1
Transfuse PRC 75cc












19

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Petunjuk Teknis Tata Laksana
Anak Gizi Buruk: Buku II. Jakarta: Departemen Kesehatan.
2. Hidajat, Irawan dan Hidajati. Pedoman Diagnosis dan Terapi: Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak. Surabaya: RSU dr. Soetomo.
3. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC
4. M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
5. WHO. 1999. Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians and
Other Senior Health Workers. Geneva: World Health Organization
6. WHO Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan
Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.
7. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:
IDAI
8. Golden M.H.N., 2001. Severe Malnutrition. Dalam: (Golden MHN ed). Childhood
Malnutrition: Its consequences and mangement. What is the etiology of
kwashiorkor; Surakarta: Joint symposium between Departement of Nutrition &
Departement of Paediatrics Faculty of Medicine, Sebelas Maret University and the
Centre for Human Nutrition, University of Sheffielob UK, 1278-1296.
9. Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the Clinical Management of
Severely Malnourished Children. A Study of Two Rural District Hospital. Afr
Med J 22: 137-141.
10. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., 2011. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of
Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society
and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7)
11. Standar Pelayanan Medik Bagian Ilmu Kesahatan Anak Fakulatas Kedokteran
UNHAS Makassar : 2009

You might also like