You are on page 1of 34

Jamuju Flora Identitas kabupaten Purwakarta

Thursday, 05 March 2009 09:22 administrator

JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus (Blume) de


Laubenf.)

Jamuju merupakan tumbuhan asli Indonesia.


Daerah perse-baran Jamuju cukup luas yaitu mulai
dari Cina bagian sela-tan, Indo-China, Sri Lanka,
Thailand, Malesia sampai Fiji. Kayu Jamuju
mempunyai se-rat yang indah dan halus se-hingga
sangat bagus untuk ba-han pembuatan mebel,
rangka papan dan peralatan pertukangan. Namun
kadang-kadang pohon Jamuju dapat pula
dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus (Blume) de


Laubenf.)
Nama lain : Kayu embun, cemba-cemba
Suku : Podocarpaceae

Latar Belakang
Jamuju merupakan tumbuhan asli Indonesia. Daerah perse-baran Jamuju cukup luas yaitu mulai
dari Cina bagian sela-tan, Indo-China, Sri Lanka, Thailand, Malesia sampai Fiji. Kayu Jamuju
mempunyai se-rat yang indah dan halus se-hingga sangat bagus untuk ba-han pembuatan mebel,
rangka papan dan peralatan pertukangan. Namun kadang-kadang pohon Jamuju dapat pula
dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Di daerah Kabupaten Purwakarta terutama di daerah-daerah dataran tinggi yang berhutan dapat
ditemukan pohon Jamuju. Namun penduduk masih mengambil dan menebang pohon Jamuju di
alam dan belum melakukan usaha pembudidayaannya. Oleh karena itu untuk melestarikan dan
meningkatkan pengembangan Jamuju maka dipilihlah Jamuju sebagai flora identitas daerah
Kabupaten Pur-wakarta.

Pertelaan
Pohon berumah dua, tinggi mencapai 50 m dengan garis tengah batang 75 cm. Kulit batang kasar
dan berlentisel, coklat tua atau kehitaman, kulit bagian dalam pink sampai coklat kemerahan.
Daun tersusun spiral, lanset dan menyerupai sisik-sisik yang saling menutupi. Daun mudanya
menyebar dan menyerupai kulit. Reseptakel merah apabila masak. Biji soliter, berdaging, dengan
involukrum dari daun yang memanjang runcing pada bagian pangkal, awalnya berwarna orange
kemudian jadi merah atau ungu dan akhirnya berubah coklat.
Mangga Indramayu Flora Identitas Kabupaten Indramayu
Thursday, 05 March 2009 09:09 administrator

MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L.


kultivar ‘Indramayu’)

Buah Mangga Indramayu mempunyai


keistimewaan tersendiri apabila dibandingkan
dengan buah mangga lainnya. Hal ini disebabkan
karena buah Mangga Indramayu lebih enak
dimakan sewaktu belum masak betul (hampir
masak). Biasanya buah yang mendekati (hampir)
masak, daging buah berwarna kekuningan dengan
tekstur yang kenyal serta rasanya yang manis
sedikit asam sangat cocok untuk dimakan mentah
atau dibuat rujak.

MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L.


kultivar ‘Indramayu’)
Nama lain : -
Suku : Anacardiaceae

Latar Belakang
Buah Mangga Indramayu mempunyai keistimewaan tersendiri apabila dibandingkan dengan
buah mangga lainnya. Hal ini disebabkan karena buah Mangga Indramayu lebih enak dimakan
sewaktu belum masak betul (hampir masak). Biasanya buah yang mendekati (hampir) masak,
daging buah berwarna kekuningan dengan tekstur yang kenyal serta rasanya yang manis sedikit
asam sangat cocok untuk dimakan mentah atau dibuat rujak. Oleh karena itu Mangga Indramayu
cukup banyak penggemarnya terutama untuk dimakan mentah ataupun setelah masak.
Mangga Indramayu juga mempunyai daerah persebaran yang sangat terbatas yaitu di daerah
Kabupaten Indramayu dan sekitarnya. Oleh sebab itu untuk melestarikan dan mengembangkan
Mangga Indramayu maka dipilihlah mangga ini sebagai flora identitas daerah Kabupaten
Indramayu.
Mangga (Mangifera indica L.) berasal dari kawasan Indo-Burma. India tercatat telah menanam
pohon mangga ribuan tahun yang lalu.

Pertelaan
Pohon tinggi mencapai 25 m dengan diameter batang 80 cm. Kulit batang abu-abu kecoklatan
dan berlekah membujur. Daun tunggal, jorong sampai lanset dan kaku. Perbungaan malai di
ujung-ujung cabang, bunga-bunganya padat, kuning kehijauan. Buah bulat lonjong, kulit buah
kuning kehijauan, daging buah kekuningan dan rasanya cukup manis namun berserat. Biji satu
dengan endokarpium di dalamnya.
Ekologi
Tumbuh di dataran rendah dengan musim kering lebih dari 3 bulan. pH tanah yang disukai untuk
pertumbuhannya adalah 5,5 – 7.

Pembudidayaan
Mangga Indramayu pada umumnya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Perbanyakan
biasanya dilakukan dengan cara mengecambahkan biji atau cangkok. Namun untuk kepentingan
komersial sering kali dilakukan dengan cara pertunasan dan enten.

Maja Flora Identitas Kabupaten Majalengka


Thursday, 05 March 2009 08:45 administrator

MAJA (Crescentia cujete L.)

Maja merupakan salah satu jenis pohon yang


dikeramatkan oleh penganut agama Hindu. Dalam
upacara pemujaan dewa Siwa, daun Maja
merupakan salah satu bagian yang dipergunakan
dalam upacara tersebut. Tanaman ini biasanya
ditanam di halaman atau kebun dan taman-taman.
Tanaman Maja juga dianggap merupakan simbol
dari kesuburan yang diartikan sebagai pemberi
harapan baik atau keselamatan.

MAJA (Crescentia cujete L.)


Nama lain : Sikadal, bernuk, buah no
Suku : Bignoniaceae

Latar Belakang
Maja merupakan salah satu jenis pohon yang dikeramatkan oleh penganut agama Hindu. Dalam
upacara pemujaan dewa Siwa, daun Maja merupakan salah satu bagian yang dipergunakan dalam
upacara tersebut. Tanaman ini biasanya ditanam di halaman atau kebun dan taman-taman.
Tanaman Maja juga dianggap merupakan simbol dari kesuburan yang diartikan sebagai pemberi
harapan baik atau keselamatan.
Maja berasal dari Amerika tropika dan kemudian menyebar luas hampir di seluruh daerah tropis
termasuk Indonesia. Tanaman ini didatangkan ke Jawa sebagai akibat dari perkembangan
kerajaan Hindu di Jawa. Namun sekarang ini penduduk menanam Maja untuk dimanfaatkan
sebagai tanaman pagar (pembatas) ataupun tanaman hias. Sedangkan buah Maja biasanya
dimanfaatkan untuk tempat mengambil air (gayung) dengan cara membersihkan isi bagian
dalam buah yang tua. Setelah bersih, buah digantung dan diasapi sampai kulit buahnya menjadi
keras.
Saat ini keberadaan Maja (khususnya di Jawa) sudah jarang dapat ditemukan. Hal ini antara lain
disebabkan karena nilai guna tanaman Maja dianggap sudah tidak begitu penting lagi. Oleh
karena itu un-tuk melestarikan tanaman Maja maka pemerintah daerah Kabupaten Majalengka
telah memilih dan menetapkan tanaman Maja sebagai flora identitas daerahnya SK. Bupati No.
522.21/1278-LH/2000 Tanggal 22 Juni 1999.

Pertelaan
Pohon kecil, tingginya mencapai 10 m dengan garis tengah batang 30 cm, percabangan berkeluk-
keluk. Daun tunggal, ukuran daun dalam satu karangan bervariasi, bundar telur terbalik, pangkal
daun menirus dan ujung tumpul sampai runcing, tidak bertangkai daun. Bunga soliter atau
berpasangan, kelopak bercuping 2, mahkota bunga membentuk tabung dan berwarna kekuningan
dengan pertulangan keunguan. Buah beri, bulat sampai bulat telur menjorong dan berdiameter 13
- 30 cm.

Ekologi
Maja tumbuh di hutan savana terutama dibagian dekat pantai sampai pada ketinggian 800 m di
atas permukaan laut.

Pembudidayaan
Pohon Maja sering kali ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun sebagai tanaman pagar
(pembatas) atau tanaman hias. Perbanyakan tanaman dengan cara mengecambahkan biji atau
dengan stek.

Gadung Flora Identitas Kabupaten Kuningan


Thursday, 05 March 2009 08:29 administrator

GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.)

Gadung merupakan tumbuhan asli Indonesia. Jenis


tumbuhan ini mempunyai daerah persebaran yang
cukup luas mulai dari India, Cina bagian selatan,
Asia Tenggara sampai Niugini. Gadung jarang
ditanam namun kebanyakan tumbuh dan
berkembang biak secara alami.

GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.)


Nama lain : Sikepa, ondo
Suku : Dioscoreaceae

Latar Belakang
Gadung merupakan tumbuhan asli Indonesia. Jenis
tumbuhan ini mempunyai daerah persebaran yang
cukup luas mulai dari India, Cina bagian selatan,
Asia Tenggara sampai Niugini. Gadung jarang ditanam namun kebanyakan tumbuh dan
berkembang biak secara alami. Umbi Gadung cukup enak dimakan namun harus melalui proses
untuk menghilangkan racun “dioscorin” yang terdapat dalam umbinya. Caranya dengan
memotong atau mengiris umbi menjadi bagian yang kecil-kecil, dicuci, dididihkan dengan air
garam kemudian dicuci dengan air mengalir. Umbi Gadung bisa dimasak dan dijadikan keripik.
Kadang-kadang racun pada umbi Gadung dimanfaatkan untuk meracuni binatang atau ikan.
Dalam musim paceklik (keku-rangan pangan) maka umbi Gadung dapat diman-faatkan sebagai
makanan alternatif.
Dari uraian diatas maka pemerintah daerah Kabupaten Kuningan memilih tanaman Gadung
sebagai flora identitas daerahnya. Ber-dasarkan SK Bupati Kuningan No. 522.21/1278-LH/2000
tanggal 23 Oktober 2000.

Pertelaan
Herba merambat dan berumbi. Umbi bulat memanjang, kuning pucat sampai abu-abu terang,
bagian dalam putih sampai kuning. Batang merambat dan berkelok kekiri serta berduri. Daun
beranak daun 3, berbulu, anak daun yang ditengah melonjong sampai jorong, anak daun di
bagian samping tidak simetris. Perbungaan jantan membulir, 2 – 3 karangan bunga, benang sari
6. Perbungaan betina soliter, mun-cul pada ketiak daun bagian atas, merunduk. Buah kapsul
berkayu, bersayap 3 dan pecah. Biji bersayap.

Ekologi
Gadung umumnya tumbuh di daerah hutan hujan tropis dataran rendah sampai pada ketinggian
1200 m di atas permukaan laut.

Pembudidayaan
Gadung jarang ditanam namun biasanya tumbuh secara alami. Per-banyakan tanaman biasanya
dengan umbi

Bunga Fatma Flora Identitas Kabupaten Ciamis


Thursday, 05 March 2009 08:20 administrator

BUNGA PATMA (Rafflesia patma Blume)

Bunga Patma merupakan kerabat dekat Bunga


Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii R.Br.).
Berdasarkan penelitian Meijer, jenis ini sama
dengan jenis Padma Raffle-sia zollingeriana
Koorders karena bentuk dan ukuran bunganya
sangat mirip. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
asli Indonesia dan mempunyai daerah persebaran yang sangat terbatas, yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Lampung (Sumatera).

BUNGA PATMA (Rafflesia patma Blume)


Nama lain :-
Suku : Rafflesiaceae

Latar Belakang
Bunga Patma merupakan kerabat dekat Bunga Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii R.Br.).
Berdasarkan penelitian Meijer, jenis ini sama dengan jenis Padma Raffle-sia zollingeriana
Koorders karena bentuk dan ukuran bunganya sangat mirip. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
asli Indonesia dan mempunyai daerah persebaran yang sangat terbatas, yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Lampung (Sumatera). Karena persebarannya yang terbatas dan sangat jarang dapat
ditemukan di habitat aslinya maka Bunga Padma ini digolongkan dalam tumbuhan langka
Indonesia dengan status genting.
Jenis tumbuhan ini sering kali diambil kuncup bunganya dan dipergunakan sebagai bahan obat
tradisional dan diduga berkhasiat untuk meningkatkan gairah seksual wanita. Bunga Padma
merupakan tumbuhan yang sangat unik yaitu sebagai holoparasit pada tumbuhan liana yang
dinamakan Tetrastigma leucostaphyllum (Deenst.) Alston ex Mabb. (T. lanceolarium (Roxb.)
Planch.)
Untuk melestarikan Bunga Patma maka pemerintah daerah Kabupaten Ciamis memilih jenis
tumbuhan ini sebagai flora identitas daerahnya.

Pertelaan
Bunga berumah dua, apabila mekar sempurna berdiameter 20 – 30 cm. Panjang cuping perigone
13 – 19 cm, lebar 10 – 14 cm, merah kecoklatan dengan bintil-bintil keputih-putihan. Diameter
lubang diafragma sekitar 5 – 7 cm. Tugu mendukung banyak cuatan-cuatan pada bagian atasnya.

Ekologi
Patma tumbuh di hutan-hutan primer mulai dari tepi laut sampai pada ketinggian 100 m diatas
permukaan laut dan.merupakan jenis tumbuhan holoparasit pada Tetrastigma leucostaphyllum
(Deenst.) Alston ex Mabb. (T. lanceolarium (Roxb.) Planch.). Tumbuhan inang ini tumbuh
merambat dan berasosiasi dengan berbagai jenis pohon antara lain Pongamia pinnata, Neesia
altissima, Tabernaemontana sphaerocarpa, Pterospermum diversifolium.

Pembudidayaan
Kebun Raya Bogor pernah menanam tumbuhan ini pada tahun 1866, 1879, dan 1929.
Penanaman tumbuhan ini juga pernah dilakukan oleh Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB. Teknik pembudidayaannya belum diketahui secara baik sehingga
sampai sekarang tumbuhan ini belum berhasil dikembangkan.
Mendong Identitas Flora Kabupaten Tasikmalaya
Thursday, 05 March 2009 07:42 administrator

MENDONG (Fimbristylis globulosa (Retz.)


Kunth)

Mendong merupakan bahan dasar industri rumah


tangga kerajinan tikar yang banyak dijumpai di
daerah Kabupaten Tasikmalaya. Selain sebagai
bahan dasar kerajinan tikar, Mendong juga dapat
dibuat kerajinan lain di antaranya topi, keranjang
dan lain-lainnya.

MENDONG (Fimbristylis globulosa (Retz.)


Kunth)
Nama lain : Daun tikar, purun tikus, mansiro
lai
Suku : Cyperaceae

Latar Belakang
Mendong merupakan bahan dasar industri rumah tangga kerajinan tikar yang banyak dijumpai di
daerah Kabupaten Tasikmalaya. Selain sebagai bahan dasar kerajinan tikar, Mendong juga dapat
dibuat kerajinan lain di antaranya topi, keranjang dan lain-lainnya. Mendong selain ditanam di
Jawa (khususnya di Jawa Barat) juga di Sumatera dan Sulawesi. Tanaman ini tumbuh tersebar
mulai dari Ceylon, India, Asia Selatan, Cina, Micronesia dan Polynesia. Di Indonesia tumbuh di
Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Irian.
Untuk meningkatkan kesejahteraan pengrajin tikar dalam industri rumah tangga dan pendapatan
daerah maka pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memilih dan menetapkan tanaman Mendong
sebagai flora identitasnya.

Pertelaan
Terna bertahunan, tinggi mencapai 1,5 m dan berakar rimpang. Batang tegak, kaku dan
menggalah. Daun mereduksi tanpa helaian daun dan berbentuk tabung. Perbungaan majemuk
dengan 40 bulir. Daun pembalut terdiri atas 2 – 3, melanset. Buliran soliter, bulat atau bulat telur
sampai lonjong. Rakis bersayap; sekam spiral, mem-braneus dan bundar telur. Benang sari 2 – 3,
kepala sari lonjong, tangkai putik melebar di bagian pangkal. Buah geluk bersegi tiga atau
bikonvek.

Ekologi
Habitat alaminya di daerah dataran rendah basah berawa-rawa yang terbuka, sawah, ladang
rumput. Tumbuh mulai pada ketinggian 300 – 700 m di atas permukaan laut dan jarang sampai
1000 m dpl. Jenis tanah tempat tumbuh umumnya berupa tanah berpasir.
Pembudidayaan
Mendong biasanya ditanam di sawah-sawah atau di ladang-ladang yang selalu berair. Cara
perbanyakan yang umumnya dilakukan dengan memisahkan anakan (semai). Sedangkan dari
bijinya juga dimungkinkan.

Jeruk Cikoneng Identitas Flora Kabupaten Sumedang


Thursday, 05 March 2009 07:08 administrator

JERUK CIKONENG (Citrus maxima (Burm.)


Merr. kultivar ‘Cikoneng’)

Buah Jeruk Cikoneng mempunyai rasa yang khas


dan manis. Buah Jeruk ini selain dimakan segar
sebagai buah meja, kadang-kadang juga dibuat
rujak atau diambil ekstraknya untuk dibuat jus.
Bunganya yang harum dapat untuk bahan parfum.

JERUK CIKONENG
(Citrus maxima (Burm.) Merr. kultivar
‘Cikoneng’)
Nama lain : Jeruk Besar
Suku : Rutaceae

Latar Belakang
Asal-usul Jeruk ini belum dapat dipastikan. Ada
yang menganggap berasal dari kawasan Malaysia. Jenis ini telah tersebar sampai di Indo China,
Cina bagian selatan, Jepang dan kearah barat sampai di India dan Amerika tropika.
Di Indonesia dikenal ada 3 kultivar Jeruk Besar yang sangat popular, yaitu kultivar Jeruk Bali,
Jeruk Madiun dan Jeruk Cikoneng. Buah Jeruk Cikoneng mempunyai rasa yang khas dan manis.
Buah Jeruk ini selain dimakan segar sebagai buah meja, kadang-kadang juga dibuat rujak atau
diambil ekstraknya untuk dibuat jus. Bunganya yang harum dapat untuk bahan parfum. Daun,
bunga, buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan untuk mengobati sakit batuk, demam dan sakit
perut.
Daerah Kabupaten Sumedang merupakan sentra penghasil utama Jeruk Cikoneng. Namun akhir-
akhir ini Jeruk Cikoneng sudah mulai jarang dapat ditemukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan pengembangan dan pelestarian Jeruk Cikoneng maka pemerintah daerah
Kabupaten Sumedang memilih Jeruk ini sebagai flora identitas daerahnya. Dengan dipilihnya
Jeruk Cikoneng diharapkan pula adanya peningkatan/penambahan penghasilan petani jeruk dan
pendapatan daerah.
Pertelaan
Pohon mencapai tinggi 15 m, percabangan menyebar, berduri atau tanpa duri. Daun bundar telur
sampai jorong, terdapat bercak-bercak kelenjar minyak, tangkai daun bersayap melebar, sayap
berbentuk jantung terbalik. Perbungaan di ketiak, dengan satu atau beberapa bunga yang
mengelompok; bunga besar, berbulu, mahkota putih krem, benang sari 20 – 35. Buah buni, agak
bulat, kuning kehijauan dengan bercak-bercak kelenjar yang padat, berkulit tebal, bagian
vesikula merah jingga, rasa manis. Biji ada beberapa, besar dan kekuningan.

Ekologi
Tumbuh di daerah dataran rendah tropika, rata-rata suhu antara 25◦ dan 30◦ C dan musim kering
berakhir untuk 3 sampai 5 bulan serta curah hujan tahunan 1500 – 1800 mm. Toleran terhadap
berbagai tipe tanah mulai dari tanah pasir kasar sampai tanah liat berat. Tumbuh di dataran
rendah sampai pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut.

Pembudidayaan
Jeruk Cikoneng biasanya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Cara perbanyakan yang
umumnya dilakukan adalah dengan mencangkok sedangkan perbanyakan dari biji jarang
dilakukan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan pertunasan.

Kina Flora Identitas Kabupaten Bandung


Thursday, 05 March 2009 06:45 administrator

KINA (Cinchona officinalis L.)

Kulit pohon Kina mengandung quinine yang


merupakan bahan utama untuk obat antimalaria.
Namun saat ini penggunaan quinine sebagai obat
antimalaria telah banyak digantikan oleh obat-
obatan sintesis yang dianggap lebih manjur. Oleh
karena itu populasi pohon Kina khususnya yang
ditanam di Kabupaten Bandung saat ini mulai
terancam keberadaannya.

KINA (Cinchona officinalis L.)


Nama lain :-
Suku : Rubiaceae
Latar Belakang
Kina (Cinchona officinalis L.) atau dengan nama-nama sinonim Cinchona ledgeriana Moens ex
Trimen dan Cinchona calisaya Wedd. berasal dari Bolivia, Amerika Selatan. Kina pertama kali
dibawa ke Indonesia pada bulan April tahun 1852 yang di-datangkan dari Belanda. Kemudian
bibit Kina tersebut ditanam di Pasir Tjibodas atau yang sekarang dikenal dengan nama Kebun
Raya Cibodas. Teysmann saat itu menjabat sebagai Hortulanus kebun tersebut. Dengan
ditanamnya Kina yang berasal dari daerah subtropik di Pasir Tjibodas, dapatlah dikatakan bahwa
Kebun Raya Cibodas telah memberikan nilai penting bagi sejarah awal budidaya Kina di
Indonesia. Kemudian pada tahun 1856, Dr. F.W. Junghuhn memindahkan tanaman Kina ini
untuk ditanam dan diperbanyak di daerah pegunungan di kawasan perkebunan teh di
Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Kulit pohon Kina mengandung quinine yang merupakan bahan utama untuk obat antimalaria.
Namun saat ini penggunaan quinine sebagai obat antimalaria telah banyak digantikan oleh obat-
obatan sintesis yang dianggap lebih manjur. Oleh karena itu populasi pohon Kina khususnya
yang ditanam di Kabupaten Bandung saat ini mulai terancam keberadaannya. Oleh karena itu
pemerintah daerah Kabupaten Bandung memilih Kina sebagai flora identitas daerahnya dengan
tujuan agar tanaman ini tetap lestari.

Pertelaan
Pohon, tinggi mencapai 16 m. Kulit batang tebal, coklat abu-abu sampai coklat. Daun saling
berhadapan, lonjong sampai jorong, permukaan bawah terdapat domatia, daun muda coklat
kemerahan. Perbungaan malai di ujung-ujung percabangan; bunga harum, mahkota bunga
membentuk tabung dan putih kekuningan, benang sari berseling dengan daun mahkota bunga
dan melekat pada tabung mahkota, tangkai putik membentuk discus, kepala putik bercabang 2.
Buah kapsul, agak bulat – bulat telur lanset, gundul atau berbulu jarang. Biji lonjong gepeng dan
ujungnya bersayap.

Ekologi
Di habitat alaminya, Kina tumbuh di daerah yang curah hujan per tahunnya sangat tinggi yaitu
mencapai 4000 mm serta dengan kelembaban udara yang relatif tinggi. Kina tumbuh secara
optimal pada daerah dengan curah hujan 2500 – 3800 mm per tahun. Di Asia, Kina tumbuh
bagus di daerah dengan suhu minimum rata-rata 14 0C dan suhu maksimum rata-rata 21◦ C dan
dapat tumbuh pada ketinggian 800 – 2000 m di atas permukaan laut.

Pembudidayaan
Di Jawa tanaman Kina umumnya ditanam di daerah pegunungan yang curah hujan dan
kelembaban udaranya tinggi. Perbanyakan tanaman biasanya dengan cara mengecambahkan
bijinya. Karena biji Kina kecil maka dalam mengecambahkan harus terlindung dari angin, hujan
dan sinar matahari langsung. Biji mulai berkecambah 2 – 3 minggu setelah dibenamkan kedalam
medium tanah. Semai yang berumur 4 – 6 bulan atau tingginya 5 – 10 cm dapat dipindahkan ke
pembibitan.
Jambu Air Cincalo Identitas flora Kabupaten Karawang
Thursday, 05 March 2009 06:26 administrator

JAMBU AIR CINCALO (Syzygium aqueum


(Burm.f.) Alston kultivar ‘Cincalo’)

Jambu Air Cincalo merupakan salah satu kultivar


jambu air (Syzygium aqueum) yang telah popular
dan dikenal oleh masyarakat luas khususnya di
Kabupaten Kerawang. Jambu Air Cincalo
mempunyai bentuk dan rasa manis asam yang khas
sehingga banyak penggemarnya.

JAMBU AIR CINCALO


(Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston kultivar
‘Cincalo’)
Nama lain :-
Suku : Myrtaceae

Latar Belakang
Jambu Air Cincalo merupakan salah satu kultivar jambu air (Syzygium aqueum) yang telah
popular dan dikenal oleh masyarakat luas khususnya di Kabupaten Kerawang. Jambu Air
Cincalo mempunyai bentuk dan rasa manis asam yang khas sehingga banyak penggemarnya.
Selain dimakan segar, buah Jambu Air Cincalo juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan asinan
maupun rujak. Pada waktu musim panen buah Jambu Air Cincalo maka buah-buahan ini banyak
dijual di pasar-pasar terutama di daerah Kabupaten Kerawang dan sekitarnya. Jambu Air diduga
berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Saat ini populasi Jambu Air Cincalo terus menurun keberadaannya khususnya di Kabupaten
Kerawang. Hal ini antara lain disebabkan karena masyarakat lebih suka menanam jenis buah-
buahan lain yang nilai ekonominya lebih tinggi, misalnya rambutan, durian, mangga dan lain-
lainnya. Disamping itu juga dengan berkurangya lahan pekarangan maupun kebun karena
adanya perluasan pemukiman juga menyebabkan terancamnya populasi Jambu Air ini. Dalam
usaha meningkatkan pengembangan dan pelestarian Jambu Air Cincalo maka pemerintah daerah
Kabupaten Kerawang memilih jenis ini sebagai flora identitas daerahnya.

Pertelaan
Pohon mencapai tinggi 7 m dengan garis tengah batang 40 cm. Percabangan mulai pada bagian
batang agak dibawah dan bertajuk tidak teratur. Daun duduknya berlawanan, lonjong sampai
jorong. Perbungaan di ujung dan di ketiak dengan 3 – 10 bunga; kelopak membentuk tabung
(hipantium), putih kehijauan; mahkota menyudip dan putih kekuningan, benang sari banyak dan
berwarna putih. Buah bani, bulat gepeng sampai menggasing, halus, berair, merah cerah sampai
putih kemerahan, manis asam. Biji 1 – 6, membulat dan kecil.
Ekologi
Tumbuh di dataran rendah tropika yang cukup lembab sampai pada ketinggian 1200 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini menyukai tipe tanah berat dan mudah dimasuki air.

Pembudidayaan
Jambu Air Cincalo ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Perbanyakan tanaman umumnya
dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Sedangkan perbanyakan secara klon tidak sulit
dilakukan, antara lain dengan pencangkokan, setek dan pertunasan.

Musim berbunga dan berbuah

Musim berbunganya pada awal dan akhir musim kering. Sedangkan musim berbuahnya 1 – 3
bulan setelah musim berbunga.

Nenas Subang Identitas Flora Kabupaten Subang


Thursday, 05 March 2009 05:56 administrator

NENAS SUBANG (Ananas comosus (L.) Merr.


kultivar ‘Subang’)

Di Kabupaten Subang dikenal ada satu kultivar


Nenas dan masyarakat umum mengenalnya dengan
nama Nenas Subang. Buah Nenas Subang rasanya
khas dan manis.

NENAS SUBANG (Ananas comosus (L.) Merr.


kultivar ‘Subang’)
Nama lain : Nanas, ganas, naneh
Suku : Bromeliaceae

Latar Belakang
Nenas berasal dari Amerika Selatan. Pada abad ke
16, tanaman ini dibawa ke Filipina, Semenanjung
Malaysia dan Indonesia. Sekarang tanaman ini
sudah ter-sebar luas di kawasan tropika dan subtropika. Buah Nenas selain dimakan secara segar
dapat juga diolah untuk beberapa sajian makanan maupun minuman. Antara lain dibuat jus,
anggur ataupun minuman penyegar lainnya. Selain itu juga untuk pembuatan jam ataupun
dicampur dengan buah-buahan lain untuk asinan dan rujak.
Di Kabupaten Subang dikenal ada satu kultivar Nenas dan masyarakat umum mengenalnya
dengan nama Nenas Subang. Buah Nenas Subang rasanya khas dan manis. Oleh karena itu dalam
usahanya untuk meningkatkan pendapatan petani Nenas dan pendapatan daerah maka pemerintah
Kabupaten Subang memilih Nenas Subang sebagai flora identitas daerahnya.

Pertelaan
Herba, tinggi mencapai 1 m. Daun berbentuk pedang, tepi berduri, berdaging atau berserat,
tersusun spiral. Perbungaan tersusun padat oleh banyak bunga yang duduk dan berwarna ungu
kemerahan, setiap bunga didukung oleh suatu braktea, daun kelopak 3, daun mah-kota 3, benang
sari 6, kepala putik bercabang 3. Buah membentuk suatu senokarpium dengan sumbu
perbungaan yang menebal dan fusi setiap buah yang menyerupai bani kecil, kulit buah keras
yang terbentuk dari kelopak dan braktea bunga menyelinder, dibagian ujung buah terdapat daun
yang tersusun spiral dan disebut mahkota. Umumnya tidak berbiji.

Ekologi
Suhu udara untuk pertumbuhan nenas yang baik antara 23◦ dan 32◦ C, walaupun tanaman ini
masih dapat tumbuh di daerah yang suhunya turun sampai pada 10◦ C. Curah hujan 1000 – 1500
mm per tahunnya adalah yang paling optimum. Kondisi tanah berpasir yang beririgasi bagus dan
mengandung banyak bahan organik sangat cocok untuk pertumbuhan nenas. Dibutuhkan pH
tanah antara 4,5 dan 6,5.

Pembudidayaan
Nenas umumnya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Namun sering juga ditanam
sebagai pembatas pekarangan ataupun sebagai pagar hidup. Tanaman Nenas diperbanyak dengan
cara menanam “mahkota” buahnya dan tunas anakannya.

Musim berbuah

Puncak musim buah Nenas adalah mulai bulan Mei sampai Juli
Samolo Identitas Flora Kabupaten Cianjur
Thursday, 05 March 2009 04:01 administrator

SAMOLO (Diospyros blancoi A. DC.)

Samolo berasal dari Filipina dan kemudian


menyebar ke berbagai negara tropis lainnya
termasuk Indonesia. Di Jawa Barat khususnya di
daerah Kabupaten Cianjur, Samolo banyak
ditanam di pekarangan atau di kebun-kebun
penduduk. Pada saat musim buah Samolo maka
buah-buahan ini dapat dijumpai di pasar-pasar di
daerah Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.

SAMOLO (Diospyros blancoi A. DC.)


Nama lain : Buah mentega, bisbol, mabolo
Suku : Ebenaceae

Latar Belakang
Samolo berasal dari Filipina dan kemudian
menyebar ke berbagai negara tropis lain-nya termasuk Indonesia. Di Jawa Barat khususnya di
dae-rah Kabupaten Cianjur, Samolo banyak ditanam di pekarangan atau di kebun-kebun
penduduk. Pada saat musim buah Samolo maka buah-buahan ini dapat dijumpai di pasar-pasar di
daerah Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.
Selain buahnya yang enak dimakan, kayu Samolo yang berwarna hitam dan tahan lama dapat
juga dimanfaatkan untuk bahan kerajinan. Di samping itu pohon Samolo yang rindang dan teduh
serta tidak mudah menggugurkan daun-daunnya juga bagus sebagai tanaman tepi jalan.
Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Cianjur telah memilih dan menetapkan Samolo
sebagai flora identitas daerahnya dirumus-kan dengan SK. Bupati Cianjur No. 55.4/SK.133-
Pe/1993 tanggal 20 Juli 1993.

Pertelaan
Pohon berumah dua, tinggi mencapai 32 m dengan garis tengah batang 80 cm. Tajuk
mengerucut. Daun tunggal, berseling, lonjong, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilap,
permukaan bagian bawah berambut keperakan, daun muda hijau pucat sampai merah jambu.
Bunga jantan di ketiak dengan 3 – 7 bunga, kelopak bunga berbentuk tabung dengan 4 cuping,
mahkota bunga terdiri atas 4 cuping dan putih krem, benang sari 24 – 30. Bunga betina soliter di
ketiak, ukurannya sedikit lebih kecil dari bunga jantan. Buah beri, bulat, coklat kemerahan,
berambut rapat coklat keemasan, daging buah keputihan yang rasanya manis dan aromatik. Biji 0
– 10, berbentuk baji dan coklat.

Ekologi
Samolo tumbuh bagus di daerah yang beriklim monsun mulai dari 0 – 800 m di atas permukaan
laut. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah.
Pembudidayaan
Samolo biasanya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Perbanyakan tanaman umumnya
dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Biji akan berkecambah sekitar 24 hari setelah biji
dibenamkan dalam tanah. Perbanyakan dengan cara cangkok, pertunasan dan enten dapat pula
dilakukan.

Musim berbunga dan berbuah


Musim berbunganya pada bulan Maret – Mei dan musim berbuahnya bulan September.

Manggis Identitas Flora Kota Depok


Monday, 21 April 2008 03:55 administrator

Pohon berumah dua, tinggi mencapai 25 m, berbatang lurus dan bertajuk menyerupai kerucut.
Semua bagian tanaman mengelurkan getah kuning apabila dilukai. Daun berhadapan, lonjong
atau jorong, kaku menyerupai kulit, permukaan atas lokos dan hijau terang sedang permukaan
bawah hijau kekuningan.

MANGGIS DEPOK (Garcinia mangostana L. cultivar ‘Depok’)


Nama lain : Manggis
Suku : Guttiferae (Clusiaceae)

Latar Belakang

Cita rasa buah Manggis yang manis sedikit asam


banyak digemari oleh masyarakat luas. Bahkan
buah Mang-gis telah mendapat sebutan sebagai
“Ratu buah” (Queen of fruits). Ta-naman Manggis
kemungkinan berasal dari Semenanjung Malaysia.
Di Indo-nesia, tanaman Manggis dapat dite-mukan
dan tumbuh secara liar di hutan-hutan di Sumatera
dan Kaliman-tan. Saat ini tanaman Manggis telah
ditanam hampir di seluruh daerah tro-pis mulai
dari India Selatan, Asia Tenggara, Queensland,
Amerika Tengah dan Brazil. Selain buahnya yang
enak dimakan, kulit buah Manggis juga dapat
digunakan untuk menyamak kulit dan bahan
pewarna hitam. Kayunya yang ke-merahan dapat
dimanfaatkan untuk bahan alat pertukangan.
Buah Manggis merupakan salah satu komoditas buah-buahan Indonesia yang bernilai ekonomi
cukup tinggi dan telah dieksport ke luar negeri antara lain ke Eropa. Kota Depok merupakan
salah satu sentra penghasil buah Manggis di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat. Oleh karena
itu pemerintah Kota Depok telah memilih dan menetapkan Manggis sebagai flora identitasnya
yang dirumuskan dengan SK. Walikota Depok No.660.1/30/Kpts/huk/2000 tanggal 14 Maret
2000. Tujuannya untuk lebih meningkatkan usaha pem-budidayaan dan pengembangan buah
Manggis di Jawa Barat khususnya di Kota Depok.

Pertelaan

Pohon berumah dua, tinggi mencapai 25 m, berbatang lurus dan bertajuk menyerupai kerucut.
Semua bagian tanaman mengelurkan getah kuning apabila dilukai. Daun berhadapan, lonjong
atau jorong, kaku menyerupai kulit, permukaan atas lokos dan hijau terang sedang permukaan
bawah hijau kekuningan. Bunga tunggal atau berpasangan di ujung-ujung percabangan; berdaun
kelopak 4 yang tersusun dalam 2 pasang; daun mahkota 4, tebal dan berdaging, hijau kekuningan
dengan pinggir kemerahan; staminodium banyak. Buah bani membulat, apabila masak ungu
gelap, kelopak masih tetap menempel pada buah. Berbiji sampai 3, setiap biji dibungkus oleh aril
yang putih.

Ekologi

Manggis sangat cocok tumbuh di daerah dengan kelembaban dan suhu udara yang tinggi
terutama di daerah-daerah dataran rendah. Pohon Manggis dapat tumbuh sampai pada ketinggian
1000 m di atas permukaan laut. Musim kering yang pendek merangsang perbungaan Manggis.

Pembudidayaan
Tanaman manggis telah dibudidayakan secara luas di pekarangan atau di kebun-kebun.
Perbanyakan tanaman umumnya dengan me-ngecambahkan bijinya. Namun dapat pula dengan
cara enten.

Musim berbuah
Di Thailand musim buah Manggis terjadi pada bulan Mei sampai Juli sedangkan di Semenanjung
Malaysia mulai bulan Juni sampai Agustus.
Kenari Flora Identitas Kota Bogor
Wednesday, 16 April 2008 04:32 administrator

Pohon besar mencapai tinggi 45 m dengan garis tengah batang 70 cm dan bebas cabang 20 m,
akar banir mencapai tinggi 3 m. Kulit batang bagian luar keabu-abuan dan dibagian dalamnya
mengeluarkan resin keputihan.

KENARI (Canarium vulgare Leenh.)


Nama lain : Ki tuwak, jal
Suku : Burseraceae

Latar belakang

Kota Bogor yang dikenal dengan sebutan “Kota


Hujan” dengan Kebun Raya Bogor sebagai paru-
parunya kota cukup dikenal oleh masyarakat luas
baik di dalam maupun di luar negeri. Di sam-ping
itu pohon-pohon Kenari yang banyak ditanam di
pinggir-pinggir jalan raya juga merupa-kan
pemandangan yang khas dan menarik di kota
Bogor. Biji-biji Kenari yang telah diubah oleh
tangan-tangan terampil menjadi suatu cinderamata
juga merupa-kan ciri khas di kota ini. Pohon
Kenari selain cukup rindang dan teduh serta daun-
daunnya yang tidak mudah gugur, sistem per-
akarannya pun juga tidak merusak jalan. Oleh
karena itu tanaman ini sangat cocok untuk
dimanfaatkan sebagai pohon pinggir jalan. Batang
pohon Kenari juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan perahu. Sedangkan bijinya dapat
dipergunakan dalam industri ma-kanan dan pembuatan minyak yang juga mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi. Getah resinnya juga cocok untuk bahan pernis dan balsam. Kenari
merupakan tumbuhan asli Indonesia. Daerah per-sebarannya adalah Pulau Kangean, Pulau
Bawean, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Nugini. Tanaman ini kemudian tersebar luas
hampir di seluruh kawasan tropika.

Dari uraian diatas maka pemerintah Kota Bogor memilih Kenari sebagai flora identitasnya yang
dirumuskan dengan SK Wali-ko-tamadya Kepala Daerah Tingkat II Bogor No. 520/SK.219-
Ekon/95 Tanggal 25 Oktober 1995.

Pertelaan
Pohon besar mencapai tinggi 45 m dengan garis tengah batang 70 cm dan bebas cabang 20 m,
akar banir mencapai tinggi 3 m. Kulit batang bagian luar keabu-abuan dan dibagian dalamnya
mengeluarkan resin keputihan. Daun terdiri atas 5 – 11 anak daun; anak daun dengan ujung
meruncing, tepi rata, urat daun 12 – 15 pasang dan di bagian permukaan bawah menonjol.
Perbungaan terdapat dibagian terminal, berbentuk malai melebar. Bunga jantan lebih kecil
daripada bunga betina. Buah bulat telur dan apabila dibelah melintang berbentuk segitiga sampai
bulat. Berbiji satu dan kecoklatan.

Ekologi

Tumbuh mengelompok secara lokal di hutan hujan agak kering sampai pada ketinggian 1200 m
di atas permukaan laut.

Pembudidayaan

Pohon Kenari banyak ditanam terutama sebagai tanaman peneduh di pinggir jalan. Perbanyakan
yang umumnya dilakukan dengan cara mengecambahkan bijinya.

Musim berbunga dan berbuah

Musim berbunga dan berbuahnya sepanjang tahun.


Ikan Balidra Fauna Identitas Kabupaten Purwakarta
Thursday, 05 March 2009 09:14 administrator

IKAN BALIDRA ( Puntius javanicus)

Ikan Balidra yang ditetapkan pemerintah sebagai


“fauna daerah” Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat, kini terancam punah akibat rusaknya habitat
di samping karena penangkapan yang tidak
terkendali.

IKAN BALIDRA ( Puntius javanicus)


Nama Umum : Turub Hawu, Turu Behaw
(Sunda)
Nama Lain : Silver Barb
Suku : Cyprinidae

Latar Belakang
Ikan Balidra yang ditetapkan pemerintah sebagai
“fauna daerah” Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat, kini terancam punah akibat rusaknya habitat di samping karena penangkapan yang tidak
terkendali. Hampir punahnya ikan Balidra di Purwakarta tidak saja akibat penangkapan liar
terhadap ikan tersebut oleh masyarakat, tetapi diperparah karena rusaknya sungai akibat
pencemaran limbah industri. Sebagai fauna identitas kabupaten Purwakarta berdasarkan Surat
Keputusan. No. 522.51/kep.196-DPLH/2001 tanggal 22 Juni 2001.

Habitat dan Penyebaran


Habitat ikan Balidra seperti Sungai Citarum dan Cikao. Selain di Sungai Citarum dan sungai lain
di Purwakarta, ikan Balidra yang bentuknya seperti ikan Tawes itu, juga hidup di Waduk
Jatiluhur.
Itik Benjut Fauna Identitas Kabupaten Indramayu
Thursday, 05 March 2009 09:02 administrator

ITIK BENJUT (Anas gibberifrons Muller 1842)

Itik benjut berukuran agak kecil (42 cm), bulu


berwarna coklat abu-abu, mahkota coklat gelap
kemerahan. Muka dan leher kekuningan, kadang-
kadang hampir putih.

ITIK BENJUT (Anas gibberifrons Muller 1842)


Nama Umum : Itik Kelabu
Nama Lain : Itik Nonong, Sunda Teal
Suku : Anatidae

Pertelaan
Berukuran agak kecil (42 cm), bulu berwarna coklat abu-abu, mahkota coklat gelap kemerahan.
Muka dan leher kekuningan, kadang-kadang hampir putih.

Habitat dan Penyebaran


Sunda Besar, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Andaman. Merupakan itik yang paling umum
ditemukan di Jawa dan Bali. Ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil di daerah rawa,
rawa payau, mangrove, sungai dan kolam.

Makanan
Mencari makanan di daerah perairan berupa hewan air berupa cacing, keong, ikan kecil dan juga
tumbuhan air.
Macan Tutul Fauna Identitas Kabupaten Ciamis
Thursday, 05 March 2009 08:00 administrator

MACAN TUTUL (Panthera pardus)

Di Jawa Barat terdapat dua jenis kucing besar,


yaitu Harimau Jawa dan Macan Tutul. Namun
keberadaan Harimau Jawa sampai saat ini belum
banyak diketahui, bahkan sebagian ilmuwan telah
menganggapnya punah. Sedangkan Macan Tutul
dengan semua tekanan yang ada sampai saat ini
masih dapat bertahan hidup.

MACAN TUTUL (Panthera pardus)


Nama Umum : Macan Tutul
Nama Lain : Javan Leopard
Suku : Felidae

Latar Belakang
Di Jawa Barat terdapat dua jenis kucing besar,
yaitu Harimau Jawa dan Macan Tutul. Namun keberadaan Harimau Jawa sampai saat ini belum
banyak diketahui, bahkan sebagian ilmuwan telah menganggapnya punah. Sedangkan Macan
Tutul dengan semua tekanan yang ada sampai saat ini masih dapat bertahan hidup.
Secara global dianggap terancam punah (Threatened) (IUCN), di Indonesia dilindungi sejak
1970 dengan SK Mentan No 421/ Ktps/Um/8/1970; dan dengan UU No. 5 1990 serta Peraturan
Pemerintah No.7 tahun 1999.

Pertelaan
Di Asia Tenggara Macan Tutul adalah karnivora terbesar kedua setelah harimau. Berat rata-rata
Macan Tutul jantan adalah 55 kg, dan macan betina 30 kg. Hal yang menarik dari Macan Tutul
adalah memiliki dua pola warna, ada yang berwarna kuning dengan bintik-bintik hitam dan ada
yang berwarna hitam (orang sering menyebutnya Macan Kumbang), yang jika diperhatikan
diantara pekatnya warna rambut Macan Kumbang akan terlihat bintik-bintik, mirip sekali dengan
Macan Tutul kuning.

Habitat dan Penyebaran


Pada saat ini di Provinsi Jawa Barat, Macan Tutul masih dapat dijumpai di beberapa kawasan:
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak; Taman Nasional Gunung Gede Pangrango; Cagar
Alam Leuweung Sancang; gunung Patuha, Ciwidey; Cagar Alam Gunung Simpang, Cianjur;
Cagar Alam Gunung Tilu, Cianjur.

Makanan
Sebagai hewan karnivora Macan Tutul memakan berbagai jenis binatang antara lain babi, rusa,
kera, tikus, reptil, burung, ikan dan berbagai binatang lainnya.
Perkembangbiakan
Anak Macan Tutul lahir dengan jumlah 2-3 ekor, anak macan akan membuka matanya dalam
waktu 10 hari setelah dilahirkan dan selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya
untuk berburu.
Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anaknya, betina yang sedang hamil akan
mencari gua, celah di antara batu, semak belukar, serta rongga sebagai tempat untuk melahirkan
dan merawat anaknya. Macan Tutul jantan juga ikut membantu pasangannya pada masa
berkembang biak, salah satunya adalah dengan membawakan hasil buruan induk jantan untuk
makanan anak dan induk betina.

Kura-kura Belawa Fauna Identitas Kabupaten Cirebon


Thursday, 05 March 2009 08:50 administrator

KURA-KURA BELAWA (Amyda cartilaginea)

Kura-kura Belawa adalah sejenis kura-kura langka


sebab mempunyai perbedaan dalam hal: warna
kulit batok hitam polos, bentuk batoknya cekung
dan ukuran berat badannya. Sehingga kura-kura
tersebut diduga termasuk kepada satwa langka
yang perlu dilindungi.

KURA-KURA BELAWA (Amyda cartilaginea)


Nama Umum : Kuya
Nama Lain : Asiatic-softshell Turtle
Suku : Trionydae

Latar Belakang
Kura-kura Belawa adalah sejenis kura-kura langka
sebab mempunyai perbedaan dalam hal: warna
kulit batok hitam polos, bentuk batoknya cekung dan ukuran berat badannya. Sehingga kura-kura
tersebut diduga termasuk kepada satwa langka yang perlu dilindungi.

Pertelaan
Kura-kura ini menginginkan hidup di daerah perairan tawar terutama di pegunungan. Ciri khas
kura-kura Belawa yang paling menonjol adalah warna batok/tengkorak dan ukuran berat
badannya.
Penampang dan ukuran kura-kura Belawa:
• Warna balok hitam pekat dan polos
• Bentuk batok cekung
• Berat badan 20-80 Kg/ekor
• Umur 2-50 tahun
• Diameter badan 1 meter

Habitat dan Penyebaran


Kura-kura Belawa adalah kura-kura langka yang terdapat di Cirebon, itupun tidak di sembarang
tempat. Hanya ada di Desa Belawa, di Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, sekitar
200 kilometer dari kota Cirebon. Kura-kura Belawa termasuk hewan yang dilindungi oleh
masyarakat setempat. Selain cerita keramat, keber-adaan Kura-kura Belawa juga dilindungi oleh
sebuah mitos, ia tidak dapat dibawa keluar dari Desa Belawa. Apabila ada yang mencoba
membawa keluar kura-kura itu, maka orang yang bersangkutan akan mendapat musibah.
Habitat kura-kura Belawa yaitu di darat dan di air. Untuk sehari-hari hidup di air, sedangkan
untuk perkembangbiakannya yaitu bertelur di darat.
Kura-kura ini lebih senang hidup di air yang berlumpur, terkadang hanya berendam di dalam
lumpur sepanjang harinya.

Makanan
Masyarakat memelihara kura-kura tersebut dengan diberi pakan berupa ayam, ikan asin dan
singkong.

Perkembangbiakan
Kura-kura ini dalam perkembangbiakannya hampir sama dengan kura-kura lainnya yaitu melalui
telur. Telur dari kura-kura tersebut pada saat ini diperjualbelikan oleh masyarakat sekitar daerah
ter-sebut, oleh karenanya perlu dibuatkan suatu tempat yang memadai untuk kelangsungan
hidupnya oleh pihak yang berwenang untuk menjaga kelestariannya. Hingga saat ini kura-kura
tersebut terjaga dari kepunahan, karena didasarkan oleh masyarakat tabu untuk mengambil
daging kura-kura dari tempatnya. Pada masa yang akan datang perlu dibuatkan habitat yang
sesuai agar jenis satwa tersebut terhindar dari kepunahan.
Domba Garut Fauna Identitas Kabupaten Garut
Thursday, 05 March 2009 07:14 administrator

DOMBA GARUT (Ovis aries L.)

Domba Garut telah dibudidayakan masyarakat


Garut sejak lama. Domba Garut merupakan hasil
persilangan segitiga antara domba asli Indonesia,
domba Merino dari Asia Kecil dan domba ekor
gemuk dari Afrika.

DOMBA GARUT (Ovis aries L.)

Nama Umum : Domba Garut


Nama Lain : Domba Priangan.
Suku : Bovidae

Latar Belakang
Domba Garut telah dibudidayakan masyarakat
Garut sejak lama. Domba yang memiliki fisik yang
besar dan kuat ini, melahirkan seni atraksi laga domba di daerah Bayongbong Garut. Domba
Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli Indonesia, domba Merino dari
Asia Kecil dan domba ekor gemuk dari Afrika. Domba ini dikenal oleh masyarakat dengan
sebutan Domba Garut, yang dikenal juga dengan sebutan Domba Priangan.

Pertelaan
Ciri-ciri fisiknya antara lain:

1. Badan agak besar. Domba jantan dewasa mempunyai bobot 60-80 kg, sedangkan yang
betina mempunyai bobot 30-40 kg.
2. Domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung kearah belakang, dan
ujungnya mengarah kedepan sehingga berbentuk seperti spiral. Pangkal tanduk kanan dan
kiri hampir bersatu. Domba betina tidak memiliki tanduk.
3. Ekornya pendek dan pangkalnya agak besar (gemuk).
4. Lehernya agak kuat.
5. Bentuk telinganya ada yang panjang, pendek dan sedang yang terletak dibelakang
pangkal tanduk.
6. Bulunya lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih,
hitam, cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut.
7. Domba ini baik untuk penghasil daging.

Habitat dan Penyebaran


Daerah Bayongbong, Cikajang Garut.
Makanan

Sebagai hewan herbivora terutama memakan rumput dan dedauanan serta makanan tambahan.

Cerecet Jawa** Identitas Fauna Kabupaten Sumedang


Thursday, 05 March 2009 06:53 administrator

CERECET JAWA (Psaltria exilis Temminck


1836)**

Panjang tubuh sekitar 8 cm, berekor panjang


dengan tubuh bagian atas coklat dan tubuh bagian
bawah putih buram. Dikenal karena ukurannya
sebagai burung terkecil di pulau Jawa.

CERECET JAWA (Psaltria exilis Temminck


1836)**
Nama Umum : Ese/Siki Nangka
Nama Lain : Pygmy Tit
Suku : Aegithalidae

Pertelaan
Panjang tubuh sekitar 8 cm, berekor panjang
dengan tubuh bagian atas coklat dan tubuh bagian
bawah putih buram. Dikenal karena ukurannya sebagai burung terkecil di pulau Jawa.

Habitat dan Penyebaran


Endemik di Jawa Barat, di hutan pegunungan kebanyakan di atas ketinggian 1.000 m, hanya
pada tempat-tempat tertentu; umumnya di bagian yang pohonnya jarang atau yang berada di tepi
hutan.

Makanan
Pakan berupa serangga kecil dan laba-laba.

Perkembangbiakan
Sarang berupa kantung yang menggantung. Sekali berbiak dihasilkan 2-3 butir telur yang
berwarna putih dengan titik-titik kecil berwarna merah. Berbiak pada bulan Maret-Mei dan
Agustus-November di Jawa bagian Barat (sampai Gunung Slamet).
Lutung Surili Identitas Fauna Kabupaten Bogor
Thursday, 05 March 2009 04:12 administrator

LUTUNG SURILI (Presbytis comata Desmarest,


1822)

Umumnya tubuh Lutung Surili dewasa mulai dari


kepala sampai bagian punggung berwarna hitam
atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna jambul
dan kepala hitam. Rambut yang tumbuh di bawah
dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam
lengan dan kaki dan ekor, berwarna putih.

LUTUNG SURILI (Presbytis comata Desmarest,


1822)
Nama Umum : Surili
Nama Lain : Java Leaf-monkey, Grizled Leaf-
monkey.
Suku : Cercopithecidae
Latar Belakang
Endemik Jawa Barat dan terancam punah. Dilin-dungi sejak 5 April 1979, dengan SK keputusan
Menteri Pertanian No. 247/Kpts/ Um/ 1979; dan UU No. 5 tahun 1990; SK Menteri Kehutanan
10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/ 1991; status IUCN: Terancam punah.

Pertelaan
Umumnya tubuh Lutung Surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung berwarna
hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna jambul dan kepala hitam. Rambut yang
tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam lengan dan kaki dan ekor,
berwarna putih. Rambut alis kaku mengarah ke depan. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat
agak kemerahan. Lutung Surili memiliki iris mata coklat gelap. Anak yang baru lahir berwarna
putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor. Panjang tubuh betina dan
jantan hampir sama yaitu berkisar antara 430-600 mm, dengan panjang ekor berkisar antara 560-
720 mm. Berat tubuh rata-rata 6,5 kg.

Habitat dan Penyebaran


Hutan primer atau sekunder mulai dari pantai, hutan bakau, hutan pegunungan pada ketinggian
sekitar 2000 m dpl. Seringkali dijumpai di hutan dan kebun.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Ha-limun, Hutan Lindung Situ
Lembang, Cagar Alam Kawah Kamojang, Ranca Danau, dan Gunung Salak.

Makanan
Komposisi pakan Lutung Surili terdiri dari daun muda atau kuncup daun (64%), buah dan biji
(14%), bunga 7 %, dan sisanya 15 % berbagai jenis makanan lain seperti serangga, tanah, jamur.
Primata ini kadang-kadang terlihat turun ke lantai hutan untuk memakan tanah. Diperkirakan
tanah yang dimakan mengandung kapang yang dapat membantu pencernaannya.

Macan Tutul Fauna Identitas Provinsi Jawa Barat


Friday, 30 January 2009 00:00 administrator

Macan Tutul (Panthera pardus) di-tetapkan sebagai identitas Fauna Jawa Barat menggantikan
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) ber-dasarkan Keputusan Gubernur Ja-wa Barat Nomor 27
Tahun 2005 tanggal 20 Juni 2005.

MACAN TUTUL (Panthera pardus)


Nama Umum : Macan Tutul, Macan Kumbang
Nama lain : Javan Leopard, Panther.
Suku : Felidae

Latar Belakang

Macan Tutul Fauna Identitas Provinsi Jawa Barat

Macan Tutul (Panthera pardus) di-tetapkan


sebagai identitas Fauna Jawa Barat menggantikan
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) ber-dasarkan
Keputusan Gubernur Ja-wa Barat Nomor 27 Tahun
2005 tanggal 20 Juni 2005.

Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-undang


RI No.5 Tahun 1990 dan peraturan pemerintah RI
No.7 Tahun 1999 sedangkan menurut kriteria
CITES (Konvensi Internasional untuk perdagangan
spesies terancam punah) pada tahun 2001 macan
tutul termasuk Appendix I, berarti hewan ini
termasuk kategori genting (Endangered) dengan
resiko kepunahan sangat tinggi.

Pertelaan
Di Asia Tenggara Macan Tutul adalah karnivora terbesar kedua setelah harimau. Berat rata-rata
Macan Tutul jantan adalah 55 kg, dan macan betina 30 kg. Hal yang menarik dari Macan Tutul
adalah memiliki dua pola warna, ada yang berwarna kuning dengan bintik-bintik hitam dan ada
yang berwarna hitam (orang sering me-nyebutnya Macan Kumbang atau Panther), yang jika
diperhatikan diantara pekatnya warna rambut Macan Kumbang akan terlihat bintik-bintik, mirip
sekali dengan Macan Tutul kuning.

Habitat dan Penyebaran

Secara global, Macan Tutul tersebar di banyak wilayah yang meliputi wilayah Asia dan Afrika.
Besarnya sebaran Macan Tutul ini me-nimbulkan variasi genetis dan morfologis pada tiap sub
spesiesnya. Pada saat ini di provinsi Jawa Barat, Macan Tutul masih dapat dijumpai di beberapa
kawasan: Taman Nasional Gunung Halimun-Salak; Taman Nasional Gunung Gede Pangrango;
Cagar Alam Leuweung Sancang; gunung Patuha, Ciwidey; Cagar Alam Gunung Simpang,
Cianjur; Cagar Alam Gunung Tilu, Cianjur; dan beberapa daerah lain yang tersebar di provinsi
Jawa Barat.
Persebarannya tergantung pada ketersediaan sumber makanan, hewan ini biasa melakukan
penandaan wilayah kekuasaannya dengan mengeluarkan urine dan membuat cakaran pada
pohon.
Macan Tutul hidup di hutan-hutan yang masih alami atau padang rumput. Keberadaan Macan
Tutul sangat dipengaruhi jumlah makan-an dan kondisi alam untuk kamuflase dalam berburu
atau melindungi diri.

Makanan

Sebagai hewan karnivora Macan Tutul memakan berbagai jenis binatang antara lain babi, rusa,
kera, tikus, reptil, burung, ikan dan berbagai binatang lainnya.

Perkembangbiakan

Anak Macan Tutul lahir dengan jumlah 2-3 ekor, anak macan akan membuka matanya dalam
waktu 10 hari setelah dilahirkan dan selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya
untuk berburu.

Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anaknya, betina yang sedang hamil akan
mencari gua, celah di antara batu, semak belukar, atau rongga sebagai tempat untuk melahirkan
dan merawat anaknya. Macan Tutul jantan juga ikut membantu pasangannya pada masa
berkembang biak, salah satunya adalah dengan membawakan hasil buruan induk jantan untuk
makanan anak dan induk betina.
Penyu Hijau Identitas Fauna Kabupaten Sukabumi
Monday, 21 April 2008 04:04 administrator

Badan ditutupi oleh rang-ka dari tulang yang tebal di bagian punggung. Kete-balannya
tergantung dari umurnya. Kepala seperti kepala burung kakatua dengan mata menonjol di bagian
kiri dan kanan. Mulut seperti paruh kakatua dan terbuat dari tulang. Kaki depan me-lengkung,
lebar dan pipih. Kaki belakang pendek dan melebar serta ujungnya beralur.

PENYU HIJAU (Chelonia mydas (Linnaeus 1758))


Nama Umum : Penyu Hijau
Nama Lain : Green Turtle
Suku : Cheloniidae

Latar Belakang
Dilindungi dengan Pera-turan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 dan Appen-diks I CITES.

Pertelaan
Badan ditutupi oleh rang-ka dari tulang yang tebal
di bagian punggung. Kete-balannya tergantung
dari umurnya. Kepala seperti kepala burung
kakatua dengan mata menonjol di bagian kiri dan
kanan. Mulut seperti paruh kakatua dan terbuat
dari tulang. Kaki depan me-lengkung, lebar dan
pipih. Kaki belakang pendek dan melebar serta
ujungnya beralur. Kepala dan kaki ditutupi oleh
selapis tulang yang tipis dan tulang tersebut
merupakan kotak-kotak yang disatukan. Ekornya
kecil. Perbedaan khas dengan kura-kura ialah
kepalanya tidak dapat ditarik masuk ke dalam
cangkang. Perisai punggung, terdiri dari kotak-kotak yang bagus bentuknya dan saling merekat
dengan kuat. Pada bagian tengah agak kecil, ke samping besar dan yang tepi kecil sekali. Warna
perisai coklat kekuning-kuningan sedang kepala, kaki dan badan hijau kecoklatan. Bagian bawah
(perut dan dada) berwarna putih dan agak keras. Ukuran: Panjang dari kepala sampai ekor dapat
mencapai 2 m, tetapi biasanya yang telah bertelur panjangnya 75-100 cm. Lebar antara 50-60
cm

Habitat dan Penyebaran


Penyu Hijau merupakan jenis yang penyebarannya hampir teramati di seluruh perairan
Indonesia. Tempat penting untuk bertelur di Jawa adalah di Pangumbahan, SM Cikepuh,
Cipatujah Tasikmalaya, TN Alas Purwo.
Tempat hidup utama penyu adalah perairan laut tropis dan subtropis. Penyu bermigrasi dari
suatu lokasi antara tempat mencari makan dan bertelur. Tempat mencari makan adalah perairan
laut yang memiliki sumber makanan seperti terumbu karang, moluska, alga, kepiting, udang,
ubur-ubur, invertebrata dasar laut, krustasea, ikan kecil, rumput laut dan ganggang laut.
Habitat bertelur penyu umumnya pantai yang berpasir halus dan sedang, dengan tepian pantai
bervegetasi pandan Pandanus tectorius, Waru Laut Hibiscus tiliaceus, Ketapang Terminalia
catappa, Baringtonia asiatica dan tumbuhan menjalar di tanah seperti Kang-kung Laut Ipomea
pescaprae. Pantai menghadap laut lepas, jarang dikunjungi manusia dan berbentuk teluk
sehingga banyak menjadi tempat terakumulasi material yang mengambang.

Makanan
Penyu Hijau dewasa hanya memakan rumput laut dan ganggang se-hingga sangat bergantung
kepada hamparan rumput laut dan gang-gang atau padang lamun.

Perkembangbiakan
Secara musiman bertelur dipasir pantai dan pada waktu menetas tukik (anak penyu) langsung
berusaha sendiri menuju ke laut.

Lele* Identitas Fauna Kota Bekasi


Wednesday, 16 April 2008 04:35 administrator

Bentuk badan lonjong. Kepala pipih. Kepala ditutupi tulang keras dan mempunyai tonjolan-
tonjolan halus. Di sekitar moncong mu-lutnya terdapat empat pasang kumis. Badannya tidak
bersisik dan kulitnya licin. Warna hijau gelap, punggung berwarna licin keco-klatan, dan bagian
bawah badannya lebih terang. Panjang badan mencapai 40 cm, umumnya sekitar 20-25 cm.

LELE (Clarias batrachus) *


Nama Umum : Lele
Nama Lain : Walking Catfish
Suku : Clariidae

Latar Belakang

Ikan Lele atau lebih dikenal dengan lele


merupakan salah satu sumber utama protein
hewani yang banyak disukai oleh masyarakat
Indonesia. Karena besarnya permintaan ma-syarakat terhadap ikan ini maka, banyak diusahakan
budidaya terha-dap ikan lele. Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan ma-upun
pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permin-taan konsumen akan keberadaan ikan
lele semakin meningkat. De-ngan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil
budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. Selain itu juga ikan lele pembawa manfaat
yaitu sebagai ikan hias atau pajangan, Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk
mem-berantas hama padi berupa se-rangga air, karena merupakan salah satu makanan alami
ikan lele. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit
asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.

Pertelaan

Bentuk badan lonjong. Kepala pipih. Kepala ditutupi tulang keras dan mempunyai tonjolan-
tonjolan halus. Di sekitar moncong mu-lutnya terdapat empat pasang kumis. Badannya tidak
bersisik dan kulitnya licin. Warna hijau gelap, punggung berwarna licin keco-klatan, dan bagian
bawah badannya lebih terang. Panjang badan mencapai 40 cm, umumnya sekitar 20-25 cm.

Habitat dan Penyebaran

Hidup di perairan tawar, sungai-sungai di semua provinsi mulai Irian Jaya sampai Aceh dan
Asia. Ikan ini sudah dibudidayakan di kolam atau bak-bak tembok.

Makanan

Memakan berbagai jenis pakan baik binatang hidup seperti anak katak, cacing tanah , cacing air
(tubifex), daphnia atau monia dan rayap maupun hewan mati dan bagian-bagiannya.

Perkembangbiakan

Dengan bertelur, mula-mula ikan yang berlainan jenis berenang berpasangan sambil menari-nari.
Pelepasaan telur dari induk betina diikuti pelepasan sperma oleh induk jantan, lalu terjadi
pemijahan di dalam air (pemijahan eksternal). Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 20
jam. Induk betina akan berjaga di sarang sampai anak lele mandiri, sedangkan induk jantan
langsung pergi setelah pemijahan. Seekor betina dapat menghasilkan 1 000 – 4 000 butir telur
setiap kali pemijahan.

Udang Cirebon Fauna Identitas Kota Cirebon


Wednesday, 16 April 2008 04:34 administrator

Bentuk badan Udang Rebon sebagaimana udang biasa, hanya ukurannya relatif sangat kecil dan
tidak bisa besar, yaitu antara 2-3 cm. Warnanya jernih transparan kemerahan. Terdapat dua
pasang bintik merah masing-masing pada tiap sisi ekor.

UDANG REBON (Acetes vulgaris Hansen 1919)


Nama Umum : Rebon
Nama Lain : Planktonic Shrimp, Pasta Shrimp, Jembret Shrimp
Suku : Sergestidae

Latar Belakang

Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau.


Umumnya udang yang ter-dapat di pasaran
sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya
sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan
rawa dekat pantai. Udang merupa-kan salah satu
bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan
pri-madona ekspor non migas. Permintaan
konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik
11,5% per tahun. Walaupun masih banyak ken-
dala, namun hingga saat ini negara produsen udang
yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia
terus bermunculan.

Pertelaan

Bentuk badan Udang Rebon sebagaimana udang biasa, hanya ukurannya relatif sangat kecil dan
tidak bisa besar, yaitu antara 2-3 cm. Warnanya jernih transparan kemerahan. Terdapat dua
pasang bintik merah masing-masing pada tiap sisi ekor.

Habitat dan Penyebaran

Hidup di perairan pantai, muara sungai dan sering membentuk ge-rombolan besar. Ditemukan di
Laut Jawa dan Samudera India.

Makanan

Makanannya berupa detritus yaitu benda sangat kecil baik berupa makhluk hidup atau benda
mati.
Makanan alaminya meliputi :
• Diatomaeae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dino-flagellata (Tetraselmis,dll).
• Plankton hewani, Protozoa,Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Ba-lanus), anak kutu air
(Copepoda), dll.
• Diatomaee dan Cyanophyceae yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak
tritip, anak udang-udangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisa
hewan dan tumbuhan yang membusuk).
• Kelekap, lumut, plankton, dan bentos.

Rusa Totol Fauna Identitas Kota Bogor


Wednesday, 16 April 2008 04:31 administrator

Ciri rusa ini yaitu rambut tubuhnya berwarna coklat dengan totol putih. Berat badan jantan
dewasa 50-70 kg, dan betina dewasa 40-50 kg, dengan tinggi gumba sekitar 90-100 cm.

RUSA TOTOL (Axis axis Erxleben, 1777)


Nama Umum : Rusa Totol, Rusa Chital
Nama Lain : Chital, Axis Deer
Suku : Cervidae

Rusa Totol Fauna Identitas Kota Bogor

Latar Belakang

Telah ditetapkan berdasar-kan SK Walikota Bogor


No-mor 520 / SK.219-Ekon / 95, tanggal 25
Oktober 1995.

Pertelaan

Ciri rusa ini yaitu rambut tubuhnya berwarna


coklat dengan totol putih. Berat ba-dan jantan
dewasa 50-70 kg, dan betina dewasa 40-50 kg,
dengan tinggi gumba sekitar 90-100 cm.

Habitat dan Penyebaran


Aslinya berasal dari India sampai Sri Lanka, kemudian pada masa Gubernur Jenderal Inggris
sekitar tahun 1814 oleh Thomas Stanford Raffles didatangkan ke Bogor untuk menempati
halaman istana. Habitatnya padang rumput.

Makanan

Sebagai hewan herbivora menyukai hampir segala jenis hijauan terutama memakan rumput dan
dedaunan serta makanan tambahan lainnya.

Perkembangbiakan

Pubertas pada betina terjadi pada umur 10-15 bulan dan pada jantan pada umur 12-16 bulan,
siklus estrus 18-21 hari, lama kebuntingan 234 hari, jarak antar kelahiran sekitar 275 hari.

You might also like