You are on page 1of 11

PERBEDAAN POSISI PACKING KAWAT KASA TERHADAP KINERJA

COOLING TOWER

Disusun Oleh :
ADE IRMA SURYANI

03101003033

AGUS CANDRA

03101003086

CHANDRA KARTA WIJAYA

03101003028

DINI FUADILLAH SOFYAN

03101003038

VIKA FUJIYAMA

03101003053

WIDIANSYAH FERNANDO

03101003027

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat serta kasih sayang-Nya maka
penyusunan makalah yang berjudul Perbedaan Posisi Packing Kawat Kasa
Terhadap Kinerja Cooling Tower dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu penyelesaian tulisan ini, khususnya kepada:
1. Kakak Diana Mutia Pratiwi, selaku co-shift laboratorium operasi teknik kimia
jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, shift kamis
pukul 13.00 WIB dan asisten laboratorium OTK.
2. Rekan-rekan mahasiswa teknik kimia angkatan 2010, khususnya rekan satu
kelompok satu.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan makalah ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat diapresiasi sehingga dapat bermanfaat bagi
mahasiswa lain dan Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan. Amiin Yaa Robbal Alamiin.
Inderalaya, 7 Mei 2013

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cooling tower secara umum digunakan untuk menghilangkan panas di dalam
proses industri dan sistem refrigerasi serta air conditioning. Proses transfer massa dan
panas secara terus menerus terjadi pada cooling tower. Pada cooling tower counter
flow air proses disemprotkan ke udara. Transfer panas dan massa terjadi dan entalpi
air berkurang sedangkan entalpi udara bertambah. Untuk meningkatkan laju
pendinginan, maka luas permukaan kontak antara udara dan air diperbesar dengan
bantuan packing. Secara umum ada tiga tipe packing yang digunakan, yaitu film,
splash, dan film-grid packings. Pada eksperimen, posisi film packings digunakan pada
penempatan yang berbeda, yaitu pada posisi mendatar (horizontal) dan tegak
(vertical). Posisi packings pada cooling tower berperan penting untuk meningkatkan
luas kontak antara udara dan air, sehingga transfer panas dan massa berlangsung
dengan baik.
Teori mengenai operasi pada cooling tower dijelaskan oleh Walker,
bagaimanapun secara umum konsep dari kinerja cooling tower dikembangkan oleh
Merkel. Teori sederhana dari Merkel telah digunakan untuk menganalisa kinerja dari
cooling tower. Simpson dan Sherwood mempelajari kinerja dari forced draft menara
pendingin (cooling tower) yang tebuat dari kayu dengan ketinggian packing 1.05 m.
Sedangkan, Baker dan Shyrock mempresentasikan cara mengurangi galat atau error
dari persamaan yang telah diasumsikan pada teori Merkel. Sutherland telah
menganalisa secara sangat teliti bentuk atau model dari cooling tower pada teori
Merkel. Nithiarasu dan Seetharamu telah menginvestigasi dari kinerja counter flows
pada packed bed mechanical cooling dan menunjukkan bahwa kinerja cooling tower
menurun dengan meningkatnya rasio L/G.
Goshayshi dan Missenden dengan eksperimennya pada transfer massa dan
pressure drop tergantung pada karakteristik dari berbagai tipe packings, termasuk
permukaan yang lembut dan kasar pada packing yang berkelok-kelok di atmospheris
cooling tower. Milosarljevic dan Heikkila melakukan perhitungan dengan eksperimen
pada dua cooling tower yang memiliki jenis packing yang berbeda. Kloppers dan
Kroger telah mempelajari koefisien loss pada packing cooling tower. Pada intinya,

makalah ini menganalisa tentang posisi (horizontal dan vertical) packing kawat kasa
terhadap kinerja cooling tower. Prinsip kinerja pada forced draft counter flow wet
cooling tower yaitu udara masuk dari bawah melewati packing kawat kasa dan air
panas masuk dari atas dan mengalir sepanjang kawat kasa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu,
pengaruh posisi packing kawat kasa terhadap kinerja cooling tower (transfer panas
dan massa).
1.3. Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah di atas yaitu dapat mengetahui efektifitas kinerja
packing kawat kasa pada cooling tower, dengan cara mengubah letak packing.
1.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu mengetahui posisi packing yang lebih baik untuk
transfer panas dan massa pada cooling tower.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laju transfer panas pada cooling tower di tunjukkan pada perbedaan antara
entalpi udara lembab di bulk water dan entalpi pada udara lembab. Persamaan Merkel
menggambarkan karakteristik perpindahan panas pada packing dengan kondisi desain
tertentu. Ada beberapa asumsi yang digunakan :
(i). efek penguapan dianggap tidak ada.
(ii).koefisien difusi panas dan massa pada keadaan air / udara dianggap sama.
Analisa dilakukan dengan penggabungan transfer panas laten dan sensible
antara udara dan air yang terperangkap dalam droplet (droplet arrester). Jumlah laju
transfer panas per satuan volum packing (dV) dari permukaan udara adalah jumlah
panas sensible (dqs) dan panas laten (dqL).
dqs = UG a dV (T2-T1).(1)
dqL = hfg dm = hfg K a dV (W2 W1)(2)
Keterangan :
dqs = panas sensible (J)
UG = Koefisien transfer panas secara keseluruhan pada gas (kJ/m2.s.C)
a = luas permukaan air persatuan volume (m2/m3)
dV = volume packing (m3)
T2 = suhu akhir air setelah pendinginan (OC)
T1 = suhu awal air sebelum pendinginan (OC)
dqL = panas laten (J)
hfg = kalor jenis laten (J/kg)
dm = massa (kg)

K = koefisien transfer massa (kg/s m2)


W2 = kelembaban absolut setelah pendinginan
W1 = kelembaban absolut sebelum pendinginan
Prinsip konservasi energi dengan asumsi bahwa temperatur permukaan sama
dengan temperatur udara sehingga diturunkan persamaan 3.
Lcpwdt = K a dV (h2-h1)(3)
Integral persamaan 3 menghasilkan persamaan 4.

NTU (number of transfer unit) merupakan parameter yang tak berdimensi


dimana nilai ini menunjukkan kapasitas transfer panas, yang merupakan fungsi
temperatur udara dan air, ukuran tower, dan bentuk packing.
Rasio Liquid / Gas (L/G) cooling tower merupakan rasio antara laju massa air
dan udara. Jumlah panas yang hilang dari air harus sama dengan jumlah panas yang
diserap oleh udara disekitarnya.
L (T1-T2) = G (h2-h1)
L/G = (h2-h1) / (T1-T2)
Keterangan :
L = laju alir massa air (kg/s)
T1 = temperatur air panas (OC)
T2 = temperatur air dingin (OC)
h1 = temperatur entalpi campuran udara dan uap air pada inlet wet-bulb temperatur
(OC)
h2 = temperatur entalpi campuran udara dan uap air pada exhaust wet-bulb (OC)
G = laju alir massa udara (kg/s)

K = koefisien keseluruhan transfer massa


V = volume cooling tower
Pada eksperimen ini, kawat kasa digunakan sebagai bahan tower packing. Tipe
kawat kasa ini mempertimbangkan keunikan untuk film packing. Bentuk kawat kasa
dibuat seperti celah yang sangat kecil dikontakkan langsung pada baling-baling udara.
Selanjutnya udara akan melewati jarak 1,25

meter kedalaman packing. Skema

Penyusunan packing jenis HOWMP, VOWMP ditunjukan pada gambar 2(a) dan
gambar 2(b). Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan pembesaran dan penampakan
photography dari packing kawat kasa.

ssssss

Gambar 1. Wet Cooling Tower jenis Forced Draft Counter Flow dengan
Packing Kawat Kasa
Keterangan :
1. Water Heater
2. Pump
3. Flow meter
4. Temp display and control unit
5. Hot water thermometer
6. Cold water thermometer
7. U-tube manometer air flow
8. Psychometric gun
9. Receiving tank
10. Forced-draft fan
11. U-tube manometer cooling tower
12. Air inlet temperatur
13. Air outlet temperatur
14. Psychometric gun temperature

BAB III
PEMBAHASAN
Pada ulasan literature, Nitiarashu dan Seeteramu telah melakukan percobaan
pendinginan dengan suhu air masuk 40oC, 47oC dan 52oC. Pada industri pembangkit
listrik, dioperasikan dengan air yang keluar pada suhu 40oC (pada musim dingin) dan
50 oC pada musim panas). Berdasarkan referensi di atas kita memilih suhu air masuk
pada cooling tower yaitu pada suhu operasi 45 oC.
Kinerja cooling tower bergantung pada jarak pendinginan dan rasio L/G. Pada
kondisi operasi tertentu, temperatur air keluar dapat menentukan kapabilitas tower.
Gambar 5 menunjukkan variasi temperature air keluar dengan rasio L/G untuk laju alir
yang berbeda. Pada keadaan HOWMP temperatur air keluar nilai lebih besar
dibandingkan keadaan VOWMP. Peningkatan temperature air lebih besar yang
ditandai dengan adanya kemiringan atau slope. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa
temperatur keluar air pendingin lebih rendah pada keadaan packing VOWMP. Pada
keadaan VOWMP, air terperangkap di droplet dan terurai menjadi butiran halus
dibandingkan pada keadaan HOWMP.

Pada VOWMP, perbedaan cooling water outlet dan air wet bulb temperature
sekitar 5-6oC. Sedangkan HOWMP 7-9oC. Transfer panas yang lebih baik terjadi pada
keadaan VOWMP. Gambar 7 menunjukkan variasi karakteristik menara dengan rasio
L/G untuk laju alir air yang berbeda. Diatas rasio L/G 0,7 terjadi penurunan kinerja
menara pendingin yang signifikan. Efisiensi nya dapat dilihat pada gambar 8, semakin
kecil rasio laju alir maka semakin besar efisiensi menara pendingin.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Kinerja cooling tower dapat dianalisa dari packing kawat kasa dengan orientasi
atau posisi yang berbeda.
2. Dari hasil penelitian dikatakan bahwa VOWMP memiliki kinerja lebih baik
dibandingkan HOWMP.
3. Pada VOWMP, air yang terperangkap akan terurai menjadi partikel halus,
dibandingkan dengan HOWMP.
4. Kontak udara dengan air pada VOWMP lebih baik sehingga laju transfer panas
berlangsung dengan baik.
5. Efisiensi dan karaktersitik cooling tower pada keadaan VOWMP lebih besar
karena kontak areanya besar (terjadi antara air dan udara).

You might also like