Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura
HUMANIORA VOLUME24 No. 3 Oktober 2012 Halaman 333- 344 * Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Jember PERILAKU DAN MAKNA VERBA DALAMBAHASAMADURA Akhmad Sofyan* ABSTRACT This study is aiming at studying the category and the meaning of verb in Madura language. The problem to study is how to know: form or morphological category, syntactic category, and meaning of verbs in Madura language in enj-iy. Research method applied in this study is descriptive-qualitative method. The data of this study is synchronic which is gained by having interview through open questionnaire. Though stem and base are singular, stem can only stand alone when it is imperative. Transitive can be mono-transitive, transitive, and transitive intransitive. Passive construction can be categorized as anti-active, and imperative can be categorized as anti-passive. Based on the meaning of verb in Madura language consists of causative verb, reciprocal verb, reflexive verb, locative verb, repetitive verb, and imperative verb. Keywords: active verb, passive verb, ergative verb, transitive verb, intransitive verb, grammatical meaning ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan makna verba dalam bahasa Madura. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis, perilaku sintaksis, dan makna verba dalam bahasa Madura pada tingkat tutur enj-iy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini bersifat sinkronis yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terbuka. Walaupun verba pangkal dan verba asal atau verba dasar sama-sama berupa bentuk tunggal, verba pangkal hanya dapat berdiri sendiri kalau berfungsi sebagai imperatif. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verba ditransitif, dan verba transitif-intransitif. Verba yang terdapat pada konstruksi pasif dapat dikategorikan sebagai verba antiaktif, sedangkan verba yang berfungsi sebagai imperatif dapat dikategorikan sebagai verba antipasif. Berdasarkan maknanya, verba dalam bahasa Madura terdiri atas verba kausatif, verba benefaktif, verba resiprokal, verba refleksif, verba lokatif, verba repetitif, dan verba imperatif. Kata Kunci: verba aktif, verba pasif, verba ergatif, verba transitif, verba intransitif, makna gramatikal Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 334 PENGANTAR Walaupun merupakan sebuah bahasa daerah yang besar dan mengandung banyak variasi (dialek dan tingkat tutur), kajian terhadap gramatika bahasa Madura (BM) masih sangat terbatas. BM adalah bahasa daerah yang digunakansebagai saranakomunikasi sehari-hari oleh masyarakat etnik Madura. BM menempati posisi keempat dari 13 besar bahasa daerah terbesar di Indonesia; dengan jumlah penutur sekitar 13,7 juta jiwa (Lauder, 2004). Dari sudut pandanglinguistik, BMdikelompokkankedalam empat dialek utama, yakni (1) dialek Sumenep, (2) dialek Pamekasan, (3) dialek Bangkalan, dan (4) dialek Kangean; dan dua dialek tambahan, yakni: (1) dialek Pinggirpapas dan (2) dialek Bawean. DalamBMsecaraumumterdapat empat tingkat tutur atau ondhghn bhsa, yakni (1) enj-iy, (2) enggh-enten, (3) engghi-enten, dan (4) ngghi-bhunten (lihat Penninga, 1942; Soegianto dkk., 1986; Sofyan, 2007a). Di samping sangat terbatas, kajian-kajian yangdilakukan selamaini hanya berisi deskripsi secaraumumdantidakmencakupbagian-bagian yang unik dan problematis sehingga tidak dapat menyelesaikan sistem kaidah BM. Sebagai akibatnya, keunikan-yang merupakan sifat sebuahbahasa(lihat Kentjono(Ed.), 1982; Chaer, 1994)-sistemBMmenjadi tidaktampak. Padahal, sebagai sebuah bahasa, BM tentunya memiliki sistem tersendiri, baik pada sistem gramatika maupun pada sistem fonologinya (lihat Sofyan, 2010). Dalamforum-forumkebahasaan BM, selalu terjadi polemik yang lebih bersifat debat kusir antara para praktisi BM-yang tergabung dalam Tim Nabara (Tim Pembina Bahasa Madura) di Kabupaten Sumenep dan Pakem Maddhu (Pelestarian dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Madura) di Kabupaten Pamekasan- dengan para peneliti BMdari perguruan tinggi di JawaTimur (UnesaSurabaya, UNMMalang, dan Universitas Jember). Hal itu terjadi karena para praktisi BM menganggap bahwa para peneliti tidak memahami BM sehingga hasil-hasil penelitiannyatidak dapat diterima. Setelahdilakukanpenelaahansecaraserius, ternyata tidak diterimanya hasil-hasil penelitian BMolehparapraktisi-seperti yangseringdialami oleh penelitian bahasa daerah lain (lihat Uhlen- beck, 1982)-terutama disebabkan oleh peng- gunaan data yang tidak lengkap. Terjadinya penggunaandatayangtidaklengkapdisebabkan karenaparapenelitinyatidakmempunyai kompe- tensi yang memadai tentang BMsehingga tidak dapat mengembangkan intuisinya (lihat Krida- laksana, 1988) untuk memancing data secara lengkapsebagai bahan analisis. Betapa pentingnya peranan kajian dalam menyelesaikanpermasalahandalamBMdisadari betul oleh para pemerhati BM. Hal itu tampak dalamSeminar BahasaMadurayangdilaksana- kan di Surabaya tanggal 22-23 November 2005 yang mencantumkan satu butir putusan, yaitu bahasa, sastra, danbudayaMadurahendaknya dikaji secaramendalamdalamrangkakodifikasi, pembakuan, dan dokumentasi untuk tujuan pengadaanbahanpembinaandanpengembang- an bahasa, sastra, dan budaya Madura (Balai Bahasa Surabaya, 2005b). SistemgramatikaBMyangbelumdideskripsi- kan dan dijelaskan secara tuntas adalah sistem kelas kata; yang merupakan unsur utama tata bahasa. Salah satu kelas kata dalam BM yang belumpernah dikaji secara tuntas adalah verba atau kata kerja; yang dalam BM disebut oca ghby. Padahal, dalamBM, verba merupakan kelas katayangpalingproduktif penggunaannya serta paling rumit ciri dan perilakunya (Sukardi, 2001). Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini bertujuanuntuk mengkaji perilaku danmakna verba dalam BM. Dengan tujuan tersebut, per- masalahan yang akan dibahas dalamtulisan ini adalah (1) bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis verbaBM, (2) bagaimanakahperilaku sintaksisverbaBM, dan(3) bagaimanakahmakna verba BM. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumenep sebagai lokasi digunakannya BM standar (Asmoro, 1917). Metodeyangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif- kualitatif dengandatayangbersifat sinkronis dan 335 Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura disajikan menggunakan Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan (Balai Bahasa Surabaya, 2005a). Pengumpulan data dalam penelitian ini di- lakukan dengan menggunakan metode simak libat cakap(lihat Sudaryanto, 1988) denganteknik pemancingankorektif (lihat Samarin, 1988) dalam bentuk kuesioner terbuka; dengancarameminta informan menuturkan ciri dan perilaku BMyang diinginkan. Dari empat variasi tingkat tutur (speech level) yang terdapat dalam BM, yang dijadikan sebagai objek kajian dalampenelitian ini adalah tingkat tutur enj-iy(E-I) yang merupakanjenis tingkat tutur yang sama dengan tingkat tutur ngoko dalambahasaJawa, yakni ragambahasa yang digunakan pada hubungan sosial yang sebayadan sangat akrab; lebih lazimdigunakan istilah ta abhsa tidak ber-basa. Setelah terkumpul, kemudiandatadiseleksi, diklasifikasi, danditabulasi. Penganalisisandatadilakukanberdasarkan bentuk, proses pembentukannya, dan perilaku ataufungsi yangdidudukinya. Analisis mengenai perilakuataufungsi yangdiduduki suatujeniskata dilakukan dengan cara menempatkannya pada suatufungtor dalamkonstruksi kalimat. Teori yang digunakan untuk menganalisis data memanfaatkan pelbagai wawasan dan pendapat dari beberapaahli (lihat Kridalaksana, 1988). Hal itudilakukankarenauntuksaat ini yang paling mendesak bagi BMadalah dilakukannya pendeskripsianyangjelas. Dalammendeskripsi- kan sebuah bahasa, pertimbangan yang paling penting adalah teori yang digunakan lebih operasional dan sesuai dengan objek penelitian dan karakteristik bahasa yang diteliti. Verba adalah kata verbal yang dapat diikuti frasedengansangat sebagai keterangancara. Berdasarkankemungkinannyauntukdiikuti objek, verba dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu verba transitif dan verba intransitif (Ramlan, 1991). Ciri-ciri verba antara lain adalah (1) ber- fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat, (2) mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, (3) tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling, khususnya untuk verba yang bermaknakeadaan(Moeliono(ed.), 1988). Dalam struktur frase, verba dapat didahului oleh tidak, tetapi tidak dapat didahului partikel di, ke, dari, sangat, lebih, atau agak (Kridalaksana, 2005). Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibedakan atas verba dasar dan verba turunan. Berdasarkan perilaku sintaksisnya, verba dapat dilihat berdasarkan: (1) ada-tidaknya nomina yangmendampingi verbadan(2) hubunganverba dengan nomina pendampingnya. Berdasarkan ada-tidaknyanominayangmendampinginyaatau ada-tidaknya objek, terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh para ahli; Kridalaksana (2005) menggunakan istilah monotransitif, ditransitif, dan bitransitif; sedangkan Moeliono dkk., (1988) menggunakan istilah monotransitif, ditransitif, dan transitif-taktransitif. Adapunistilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah monotransitif, ditransitif, dan transitif-intransitif. Verbamonotransitif adalahverbayangdidampingi oleh satu nomina; verba ditransitif adalah verba yangdidampingi olehduanominayangberfungsi sebagai objek dan pelengkap; sedangkanverba transitif-intransitif adalah verba yang nomina pendampingnya bersifat mana suka, boleh ada bolehtidak. Berdasarkanhubungannyadengannomina pendampingnya, verba dapat dibedakan atas verbaaktif, verbapasif, verbaantiaktif atauergatif, dan verba antipasif (Kridalaksana, 2005). Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Verba pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, sasaran, atau hasil. Verba antiaktif atau ergatif adalah verbapasif yangtidakdapat dijadikanverbaaktif; subjeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, atau mengalami). Verba antipasif adalah verba aktif yang tidak dapat dijadikanverba pasif. Ciri-ciri verba dalam BM-terutama bila dibandingkandengan ajektiva-adalah verba: (1) tidak dapat dijadikan R+D+{-an} yang berarti paling, (2) tidak dapat didahului abk agak, (3) tidak dapat dijadikan {a-an}+D yangberarti lebih ..., dan(4) tidakdapat diikuti olehparanasangat; sedangkanajektiva: (1) dapat dijadikan R+D+{- an} yangberarti paling, (2) dapat didahului abk agak, (3) dapat dijadikan{an-an}+D yangberarti lebih..., dan(4) dapat diikuti olehparanasangat. Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 336 Tabel 1: Kriteria Verba danAjektiva BM BENTUKVERBA Berdasarkan bentuknya, verba dalam BM dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni (1) verba pangkal, (2) verba asal, dan (3) verba turunan. Verba pangkal adalah satuan gramatik yang belummempunyai kategori kata dan tidak dapat berdiri sendiri sebelumdilekati tetapi dapat dijadikansebagai bentuk dasar sehinggadisebut pangkal kata ataupokok kata atauprakategorial (Ramlan, 1985; Moeliono dkk., 1988; Kridalak- sana, 2005). Verbaasal adalahverbayangdalam konteks sintaksis dapat berdiri sendiri tanpaafiks atau satuan gramatik lain. Verba turunan adalah verba yang berupa bentuk kompleks dan telah mengalami proses morfologis. Verbapangkal dalamBMdapat berdiri sendiri dalam konteks sintaksis. Perbedaan verba pangkal denganverbaasal adalah(1) tidakdapat diikuti oleh frase jhna dengan sangat, (2) tidak dapat didahului oleh ta tidak, dan (3) bila tidak dilekati afiks selalu berfungsi sebagai kata imperatif. Contoh-contoh yang termasuk verba pangkal adalah: ajhk ajaklah, bhlikbaliklah, cokor cukurlah, dnt tunggulah, rt seretlah, nomminumlah, jgjagalah, jhulit coleklah, kakanmakanlah, kkk gigitlah, lrkliriklah, man bermainlah, olok panggillah, pl pilihlah, pyara peliharalah, ragh rabalah, sanggh tangkaplah, tompa naikilah, dan sebagainya. Dalam tuturan, satuan-satuan gramatik tersebut dapat berdiri sendiri walaupun tidak dilekati olehafiks, tetapi hanyaberfungsi sebagai imperatif, seperti dalamcontoh kalimat Mon ghi ta ngakan, jhjhnnakakanghllu! kalaubelum makan, makanlah dulu kuenya! dan Oll ta lmpo, (sapdna) tompa jh tonton! agar tidak lelah, (sepedanya) naikilah jangandituntun. Oleh karena tidak dapat berfungsi selain imperatif, verba pangkal tidak dapat digunakan sebagai unsur kalimat selain imperatif, seperti *Sngko ghell lakakan jhjhn. sayatadi sudahmakan kue dan *Kan ta lmpo polana tompa sapd. tidak lelah karena naik sepeda; untuk dapat berterimaverbanyaharusdijadikanverbaturunan sehingga menjadi Sngko ghell la ngakan jhjhndanKanta lmpopolana nompa sapd. Verba asal dalam BM jumlahnya relatif terbatas; lebih sedikit daripada verba pangkal. Contoh-contoh yang termasuk verba pangkal adalah berkalari, kalowar keluar, lbt lewat, mola mulai, ntar pergi, jhgh bangun, onggh naik, toju duduk, dan tdung tidur. Dalam konteks sintaksis, verba asal dalam BM dapat berdiri sendiri dan dapat juga berfungsi sebagai imperatif, seperti contoh kalimat Arapa bnama berka? kenapakamukok berlari dan Jamal la jhghpokol ghell pokol lma Jamal sudah bangun pukul lima tadi; dapat juga digunakansebagai imperatif, seperti padaBerka oll kacapo! berlarilah agar tidak terlambat/ nututi! danJhgh lapokol lma, s abhjnga Sobbhu! bangunlah sudah pukul lima, untuk sholat Subuh!. Verbaturunandapat dikelompokkanmenjadi empat jenis, yakni (1) verba berafiks, (2) verba bereduplikasi, (3) verbakomposisi, dan(4) verba berproses gabung. Verba berafiks adalah verba yangdibentuk dengancaramenambahkanafiks pada bentuk dasar. Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang. Verba kom- posisi adalah verba yang berupa kata majemuk; yangdibentukdengancaramenggabungkandua buah verba. Verba berproses gabung adalah verba yang dibentuk melalui gabungan proses afiksasi dan reduplikasi. 337 Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura AfiksBMyangberfungsi sebagai pembentuk verbaadalah prefiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks pembentuk verbaantaralain: N-, a-, ma-, ta-, ka- , pa-, nga-, -, ka-, dan pa-. Contoh-contoh penggunaannyaadalah potputih menjadi mot berpuasa putih, jhln jalan menjadi ajhln berjalan, jhgh bangun menjadi majhgh membangunkan, tegghu pegang menjadi tategghu terpegang, pandi mandi menjadi kapandi gunakan untuk mandi, mandhp rendah menjadi pamandhprendahkanlah,bl beri tahu menjadi ngabl memberitahukan, bhteklempar menjadi bhtekdilempar, lmpo payah menjadi kalmpomenyebabkanpayah, danmolepulang menjadi pamoldipulangkan. Sufikspembentukverbaadalah-danaghi. Contoh penggunaannya adalah sllem selam menjadi sllemm selamilah, tabbhu tabuh menjadi tabbhui tabuhilah, bhtek lempar menjadi bhtegghghi lemparkanlah, ghib bawa menjadi ghibghi bawakanlah, dan pl pilih menjadi plaghi pilihkanlah. Konfiks pembentuk verbaantaralainadalah N-, N-aghi, N-ana, a-, a-aghi, a-an, ma-, ma- an, ma-ana, ma-aghi, -, -ana, dan -aghi. Contoh-contoh penggunaannya adalah bjr bayar menjadi majri membayari, belli beli menjadi mellaghi membelikan, sar cari menjadi nyaraghi mencarikan, tambh obat menjadi nambhna akan mengobati, buj garam menjadi abuji menggarami, ghuna guna menjadi aghunaaghi menggunakan, pajung payung menjadi apajunganmengguna- kan payung, mandhp rendah menjadi mamandhbhi menjadikanlebihrendah, nangs menangis menjadi manangsanmenyebabkan menangis, lak suami menjadi malakanaakan menikahkan (wanita), kn kecil maknghi mengecilkan untuk, kemm kencing menjadi kemm dikencingi, tamb tambah menjadi tambna akanditambahi, danbhteklempar menjadi bhtekaghi dilemparkan. Afiks pembentuk verba dalam BM pada umumnya tidak dapat dilesapkan. Pelesapan afiksakanmenyebabkankalimat yangdituturkan menjadi terasajanggal. Misalnya, tuturan Ajhuwl angghuy kabhndh ajhuwln kalambhi. Menjual perhiasan akan digunakan sebagai modal berjualanbaju tidakdapat diubahmenjadi *Ajhuwl angghuybhndhajhuwlnkalambhi dan Sapa sngala pss diy ghell?Siapa yang mengambil uang di sini tadi? tidak dapat diubah menjadi *Sapa s kala pss diy ghell?. Jenis kata yang dapat dijadikan sebagai bentuk dasar verbaadalahverbapangkal, verba asal, ajektiva, nomina, numeralia, adverbia, dan pronominapenunjuk. Contoh-contohnya adalah abbher terbang, peggh putus,semma dekat, bin istri, duw dua, bisa bisa, dan d enj kesini dapat dijadikanverba: ngabbher terbang, mapeggh memutuskan, masemma membuat dekat, abinberistri, maduwmenjadikandua, mabisa menjadikan bisa, dan madenj menjadikanke sini. Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang. Dalam BM, jenis verba bereduplikasi jumlahnyasangat terbatas karena verba pangkal dan verba asal bila direduplikasi umumnya berfungsi sebagai kata imperatif. Contoh verba bereduplikasi dalam BM adalah nga-nga ingat-ingat, du-ngadudumengaduh- aduh, dan ghir-ghighir marah-marah. Verba bereduplikasi yang berfungsi sebagai kata imperatif adalah lik-bhlik balik-baliklah, wl- jhuwl cepatlah jual, kan-kakan cepatlah makan, dan la-kala cepatlah ambil. Verba komposisi adalah verba yang berupa kata majemuk. Verba komposisi dalam BM dibentukdengancaramenggabungkanduabuah verba yang berbentuk sama, misalnya tola-bli pergi-pulang, nyorot-nyandher mundur maju, dan onggh-toronnaik turun. Verbaberproses gabungadalahverbayang dibentuk melalui gabungan proses afiksasi dan reduplikasi. Prefiks yang dapat berkombinasi dengan reduplikasi dalam pembentukan verba adalah N-, a-, ma-, ta-, ka-, nga-, -, ka-, pa-. Contoh-contohnya adalahabs> ngabs> bs- ngabsmelihat-lihat, ghru>aghru>aru-ghru menggaruk-garuk, ngod> d-mangod berlagak muda, labu> talabu> bu-talabu Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 338 terjatuh-jatuh, bhuko>kabhuko>kako-bhuko gunakan sebagai selimut, bhiru> ngabhiru> ru- ngabhiru kelihatanhijau-hijau, amb>amb> b-amb ditunggu-tunggu, andi> kaandi> kadi-andi dijadikansimpanan, dan talabu>bu- talabu> pabu-talabudibuat terjatuh-jatuh. Penggunaan prefiks ka- dan pa- dalam verbaberproses gabung berafiks danberedupli- kasi yang bentuk dasarnya berupa bentuk tunggal sering bervariasi dengan-ka- dan - pa-, sehinggakadi-andi dijadikansimpanan dapat dituturkan di-kaandi dan pabu-talabu dibuat terjatuh-jatuh dapat dituturkan bu- patalabu. Sufiks yang dapat berkombinasi dengan reduplikasi dalam pembentukan verba adalah - an, -, -aghi. Contoh-contoh penggunaannya adalah tdung> dung-tdungan tidur-tiduran, amb> b-amban menunggu-nunggu, ghighir> ghigghiri> ghir-ghigghiri marah- marahilah, lowang> lowang> wang-lowang kurang-kurangi, ontal>ontallaghi>tal-ontallaghi lempar-lemparkanlah, dan kal> kalaghi> l- kalaghi gali-galikanlah. Konfiks yang dapat berkombinasi dengan reduplikasi dalampembentukanverbaadalahN- , N-aghi, N-ana, a-, a-aghi, a-an, -, -ana, dan -aghi. Contoh-contoh penggunaannya adalahpanas>manas>nas-manasmemanas- manasi, mell> mellaghi> l-mellaghi mem- beli-belikan, antor> ngantorraghi> tor-ngantor- raghi menabrak-nabrakkan, tamen> name- nana>men-namenanaakanmenanam-nanami, pasang>pasang>sang-pasangdipasang- pasangi, tabur>taburna>bur-taburnaakan ditabur-naburi, danconglet>conglettaghi>let- conglettaghi dibenam-benamkan. Jenis kata yang dapat dijadikan sebagai bentuk dasar verba berproses gabung adalah verba pangkal, verba asal, ajektiva, nomina, numeralia, dan adverbia. Contoh-contoh peng- gunaannya dnt> adnt> at-dnt me- nunggu-nunggu, loppa>pa-maloppaberlagak/ pura-pura lupa, semma> pasemma> pa- semma-semma dibuat dekat-dekat, plan>l- mlnmemilih-milih, sttong>patong-sttong dibuat/diisi satu-satu, danbnn>pan-bnn dijadikan tidak wajar. Tabel 2: Bentuk Verba BM 339 Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura PERILAKUSINTAKSIS VERBA Perilaku sintaksis verba dapat dilihat ber- dasarkan ada-tidaknya nomina yang men- dampingi verba dalam konstruksi kalimat dan hubunganverbadengannominapendampingnya. Berdasarkan ada-tidaknya nomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas verba transitif danverbaintransitif. Verbatransitif dapat dibedakanatas: (1) verbamonotransitif, (2) verba ditransitif, dan (3) verba transitif-intransitif. Verbamonotransitif dalamBMdapat berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal yang berfungsi sebagai verba monotransitif adalah verba pangkal, seperti: jhemmor jemurlah pada kalimat Jhemmor kalambhina! jemurlahbajunya!danplpilihlah pada kalimat Pl s ghus-bhghus! pilihlah yang bagus-bagus!. Verba pada kedua contoh kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan menjadi *jhemmor kalambhina! dan *pl s ghus- bhghus! Bentuk kompleks yang berfungsi sebagai verba monotransitif aktif umumnya berafiks N-, a-, ma-, -, N-, a-, dan ma-; sedangkanuntuk verba monotransitif pasif digunakan -, pa-, - , dan pa-. Seperti contoh kalimat Faruk matoronpao Faruk memanenmangga dan Sapa s nyapo tanyan? Siapa yang menyapu halaman?. Biladipasifkan, keduakalimat tersebut akanmenjadi PaonapatoronFaruk Mangganya dipanen Faruk dan Tanyannya sapo sapa? Halamannyadisapu siapa? Verba ditransitif aktif umumnya berafiks N- aghi, a-aghi, nga-, dan ma-aghi; sedangkan untuk verba ditransitif pasif digunakan -aghi, ka-aghi, dan pa-aghi. Untuk afiks N-aghi dan a-aghi digunakanbentuk pasif yangsama, yakni -aghi. Misalnya, kalimat Alfinmellaghi Hilman kalambhi anyar Alfin membelikan Hilman baju baru dan Agung aghibghi Erni jhmoAgung membawakan Erni jamu; bila dipasifkan akan menjadi Hilman mellaghi kalambhi anyar bi Alfin Hilman dibelikan baju baru oleh Alfin dan Erni ghibghi jhmobiAgung Erni dibawakan jamuolehAgung. Verbatransitif-intransitif umumnyaberafiksN- , baik yang hanya mengalami proses afiksasi maupun yang bereduplikasi, misalnya pada Jrya la mar ngakan (nas) (Anak) itu sudah makan(nasi) danPakKalbunls-nols/nonols Bapak Kepala Desamenulis(sesuatu). Verba intransitif adalah verba yang tidak diikuti oleh nomina sebagai objeknya. Verba intransitif dapat dibedakan atas verba intransitif bentuktunggal, verbaintransitif bentukkompleks, dan verbaintransitif berpreposisi. Bentuktunggal yang berfungsi sebagai verba intransitif adalah verba asal, seperti: berka lari, lbt lewat, dtengdatang, mol pulang, dan toju duduk. Afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verbaintransitif bentuk kompleks antara lain: N-, a-, danma-; seperti padakatangopi minumkopi, ngoli menjadi koli, apako terpaku, danmaduw menjadi dua. Verba intransitif berprefiks N- adalah yang bentuk dasarnya berupa nomina bukanalat, seperti: ngopi, nyat, ngokos, mca, ngoli, dan nyupir. Verba intransitif berprefiks a- adalah verba yang bentuk dasarnya berupa (1) verba pangkal dan (2) nomina bukan alat dan berupa alat yang secara fonologis dapat dilekati olehprefiksN-, tetapi prefiksa-nyatidakberfungsi sebagai verba transitif. Prefiks N- dalam BM tidak dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berfonem awal: konsonan bersuara, baik yangberaspirasi maupunyangtidak beraspirasi, kecuali /b/, semi-vokal, konsonangetar, konsonan sampingan, dan konsonannasal (Sofyan, 2005), misalnya pada kalimat Bherrss ma la abgi, sapa s magi? Berasnya kok sudah terbagi, siapa yang membagi?, Palstranna ma abeddhi? Lantainya kok berpasir? dan Rya sennarra ta apancng Ini senarnya tidak berpancing. Verba intransitif berprefiks ma- adalahyangbentukdasarnyaberupaajektivadan numeralia, seperti pada Lrra la macellep, ta pat panas lehernya sudah agak dingin, tidak begitu panas dan Ma samp toghel matello capo apa? Koksampai patahmenjadi tigakena apa?. Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 340 Verba intransitif berpreposisi adalah verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Verba intransitif jenis ini jumlahnya sangat terbatas, yakni antara lain masok (ka) masuk (ke), kalowar (dri) keluar (dari), mangkat (ka/dri) berangkat (ke/dari), dteng(ka/ dri) datang (ke/dari), ngabs (ka/d) memandang pada, aghntong ka bergantung pada, nga ka teringat pada. Contoh peng- gunaannya adalah Jupri la ghell kalowar dri bengkona Jupri sudahtadi keluar dari rumahnya dan Bil s majhu mon aghntong ka orng towaterros?Kapan(yang) akanmajukalau ber- gantung padaorang tua terus?. Tabel 3: Verba BMberdasarkanAda-Tidaknya Nomina Pendampingnya HUBUNGANVERBADENGANNOMINA Berdasarkanhubungannyadengannomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas (1) verba aktif, (2) verba pasif, (3) verba antiaktif atau ergatif, dan (4) verba antipasif. Verba aktif dalamBMselalu berupa bentuk kompleks, baik hanya berafiksasi maupun berproses gabung afiksasi dan reduplikasi. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba aktif adalahN-, a-, N-, N-aghi, a-, a-aghi, nga-, ma-, dan ma-aghi. Contohnyaadalahngantos menunggu, ngabs melihat, bs-ngabs melihat-lihat, ajhln berjalan, nambi menambahi, ngrmmaghi mengirimkan, abhrengng menemani, aghluyyghi mengadukkan, ngaghuludhuk bergemuruh, dan malbri melebari. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah Bri emma aghbyygi jhjhnna Bi Ennor. Kemarin ibu membuatkan Bibi Nur kue; Bil mosmlap, orng majngajhuwli di-andina. Kalaumusimpaceklik, nelayanmenjuali barang- barangnya; Arya, malbri lobngngakancng polana cop ghllu. Ini, melebari lubang(nya) kacing karena terlalusempit. Verba pasif dalamBMselalu berupa bentuk kompleks, baik hanya berafiksasi maupun berproses gabungafiksasi danreduplikasi. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba pasif adalah -, pa-, -, pa--aghi, ka-aghi, dan pa-aghi, misalnyapadakatajhuruk didorong, ruk-jhuruk didorong-dorong, pabcca dibasahkan, pnjhung diselendangi 341 Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura paranyng diperkeras (suaranya), sa- mbhungngaghi disambungkan, kasabbhughi di(jadi)sabukkan, danpabrssaghi disembuh- kanoleh. Verba antiaktif dalam BM selalu berupa bentukkompleks, baikhanyaberafiksasi maupun berproses gabungafiksasi danreduplikasi. Afiks yangdigunakanuntuk membentukverbaantiaktif adalah ta-, seperti pada kata tatoju terduduk, taka tersangkut, dan ju-tatoju terduduk- duduk. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah Anana tatoju ka pacarrn. Anaknya terduduk kecomberan danOrngkn padna sngko ta tabitong. orangkecil seperti sayatidak masuk hitungan tidak dapat dijadikan kalimat *Ananamatatoju kapacarrn. dan*Orngkn padna sngko ta mitong. Selainitu, verbaantiaktif dalamBMdijumpai pada verba yang terdapat pada konstruksi pasif karena konstruksi pasif dalamBMberkonstruksi Aspek+Peran+Agen; berbeda dengan bahasa Indonesia yang menggunakan konstruksi Aspek+Agen+Peran. Kalau dalam bahasa Indonesiaperan/ perbuatan diletakkan setelah agen/pelaku, dalam BM agen/pelaku diletakkan setelah peran/perbuatan (Sofyan, 2007b). Contohnyaadalah Soraddh ghi bca bi sngko Suratnya masih dibaca oleh saya; Obhddhghi ta nombi al Obatnyabelum diminumoleh adik; dan Alnala (mar) pandii bi bna? Adiknya sudah dimandikan oleh kamu?. Verbapadakalimat-kalimat tersebut tidak dapat dijadikan verba aktif sehingga dapat dikategorikan sebagai verba antiaktif. Oleh karena itu, kalimat-kalimat tersebut tidak dapat diubah menjadi *Soraddh ghi sngko bca; *Obhddh ghi ta al nom; dan *Alna la (mar) bna pandii?. Verba antipasif dalam BM dapat berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal yang berfungsi sebagai verba antipasif adalah verba pangkal dan verba asal, seperti kombi kupas dan dhurmas bilas. Bentuk kompleks yangberfungsi sebagai verbaantipasif adalah bentuk yang berafiks , -aghi, dan an; seperti pada kata bhrengng temanilah, bjrrghi bayarkanlah, tdungan suka tidur, mellan suka membeli, dan matodusn mem- permalukan. Contoh penggunaan verba antipasif dalam kalimat adalah Kombi paona! Kupaslah mangganya!, Bhrengng alna! Temanilah adiknya!, Pssna bjrrghi ka ghuruna! Uangnya bayarkan kepada gurunya!, Anton sakolaan mellan jhjhn. Anton di sekolah seringmembeli kue, dan Snga, jh matodusn orng towa. Awas, jangan mempermalukan orang tua. Verba pada kalimat-kalimat di atas tidakdapat dipasifkankarenaimperatif dalamBM selalu dituturkan dalambentuk aktif, tidak dapat dituturkandalam bentukverbapasif (lihat Sofyan, 2007b). Oleh karena itu, verba aktif pada contoh kalimat di atas tidak dapat dipasifkan sehingga tidak dapat dijadikan *kombi paona!; *bhrengng alna!; *Pssnabjrrghi ka ghuruna!; *Anton sakolaan bellian jhjhn.; dan *Snga, jh patodusn orng towa. Tabel 4: Hubungan Verba dengan Nomina Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 342 MAKNAVERBA Berdasarkan maknanya, verba dapat di- bedakan atas (1) kausatif, (2) benefaktif, (3) resiprokal, (4) refleksif, (5) lokatif, (6) repetitif, dan (7) imperatif. Verba kausatif adalah verba yang menyatakanperbuatanmenyebabkanmenjadi. Verba kausatif dalam BM umumnya ditandai denganpenggunaanafiksma- padabentukdasar ajektiva, seperti madlemmendalamkan,majhu menjauhkan, majhgh membangunkan, mabhingongmembingungkan, dan mabhghus menjadikan bagus. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah Dayat s madlem lobngnga Dayat yang menyebabkan dalam lubangnya dan Sapa s majhgh rya, jh ghell robbhu?siapayangmenyebabkanberdiri ini, (orang) tadi roboh?. Verbabenefaktif adalahverbayangmenyata- kanperbuatandilakukan untuk oranglain. Verba benefaktif ditandai denganpenggunaanafiks N aghi, a-aghi, dan ma-aghi, misalnya pada kata ngalaaghi mengambilkan, mellaghi membeli- kan, mablighi mengembalikan (untuk orang lain), makapngghirrghi meminggirkan (milik orang lain), aghbyyghi membuatkan, dan ajhuwllghi menjualkan. Contohpenggunaan- nya dalam kalimat adalah Sngko dri mablighi songkonaFaruk snjhmNanang Saya dari mengembalikan topi Faruk yang dipinjam Nanang dan Bnn sngko s ajhu- wlghi motorra Jamal Bukan saya yang men- jualkanmotor(nya) Jamal. Verbaresiprokal adalahverbayangmenyata- kanperbuatansaling berbalasan. Verbaresipro- kal umumnyaberupareduplikasi danpenggunaan kata salng saling, misalnya pada kata alu- ghellu berpelukan, ayom-syom berciuman, ghu-tegghun saling pegang, salng sabbh saling kunjung, dansalng bles saling balas. Verba refleksif adalah verba yang menyata- kan perbuatan yang objeknya diri sendiri atau dilakukanuntukpelakunyasendiri. Verbarefleksif umumnyaditandai denganpenggunaanafiksa-, misalnya pada kata akaca bercermin, asoroy bersisir, ajhemmor berjemur, adhndhn berdandan, dan acokor bercukur. Verbalokatif adalahverbayangmenyatakan perbuatan yang objeknya berupa tempat. Verba lokatif umumnya ditandai dengan penggunaan afiksN- dana-, misalnyapadakataadtengng mendatangi, namenn mananami, nyabbhi mengunjungi, asopo menyapu, danabhers membersihkan. Dalam tuturan sering terjadi ketumpangtindihanpenggunaanantaraafiks dengan afiks an yang bermakna melakukan, sehingga kedua afiks tersebut sering dikatakan sama-sama sebagai pembentuk verba lokatif. Kata nyabbhi dan nyabbhn, asapo dan asapoan, serta abhers dan abhersan di- anggapsama. Padahal, padakalimat yangverba- nya berafiksN-andan a-an terdapat unsur yang dilesapkan sehingga menjadi tampak seperti verbalokatif. Contoh-contoh penggunaannya dalam kalimat adalah Imamnamenntegghll Imam menanami ladangnya dan Imam namennan cabbhi tegghllImamseringmenanamlombok di ladangnya; Yanti asapo tanyan Yanti menyapu halaman dan Yanti asapoan () tanyanYanti menyapudi halaman; serta Antos ghllu sakejjh y, Ita ghi abhers jedding Tunggu sebentar ya, Ita masih membersihkan kamar mandi dan Antos ghllu sakejjh y, Ita ghi abhersan() jedding Tunggu sebentar ya, Itamasih bersih-bersih(di) kamar mandi. Verba repetitif adalah verba yang menyata- kanperbuatandilakukansecaraberulang-ulang. Verba repetitif umumnya: berafiks N-an serta berupa reduplikasi yang berkombinasi dengan afiks N-, ta-, dan an serta menggunakan kata amposuka/sering atausegghut sering, misalnya pada kata mellan sering membeli, tdungan sering tidur, nangsan sering menangis, lok- ologhn memanggil-manggil, kol-mokol memukul-mukul, bu-talabu terjatuh-jatu, ampo ghighir suka/sering marah, dan segghut co- ngocoseringmemperdaya. Verbaimperatif dapat berupabentuk tunggal danbentuk kompleks. Verbabentuktunggal yang bermaknaimperatif adalahverbapangkal. Verba bentuk kompleks yangbermaknaimperatif dapat berupareduplikasi danafiksasi. 343 Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura Verba imperatif yang berupa reduplikasi berbentuk dasar verba pangkal, verba asal, dan verba turunan; sedangkan yang berupa afiksasi ditandai dengan penggunaan afiks: pa-, ka-, -, -aghi, dan an. Contoh verba imperatif bentuk kompleks adalah la-kala (cepatlah) ambillah, l-mol (cepatlah) pulanglah, la-ngala (cepat- lah) mengambil, patngghu perlihatkanlah, paambu berhentikanlah, kajhuko jadikanlah (sebagai) lauk, kol kulitilah, buwngngaghi buangkanlah, dankabbn lebihkebawahlah. SIMPULAN Berdasarkan tujuan dan analisis yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan verba pangkal dalam BM tidak dapat berdiri sendiri secarasintaksis, kecuali sebagai imperatif; tidak dapat diikuti oleh jhna dengan sangat; dan tidak dapat didahului oleh ta tidak. Verba asal mempunyai ciri-ciri: dapat berdiri sendiri secara sintaksis, dapat diikuti oleh jhna dengan sangat; dandapat didahului olehta tidak. Verba turunan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni berafiks, bereduplikasi, komposisi, dan berproses gabung. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verbaditransitif, danverbatransitif- intransitif. Verbamonotransitif yangberupabentuk tunggal selaluberupaverbapangkal, sedangkan yangberupabentukkompleksumumnyaberafiks: N-, a-, ma-, -, N-, a-, dan ma-. Verba ditransitif selalu berupa bentuk kompleks, yang ditandai dengan penggunaan afiks: N-aghi, a- Tabel 5: Makna Verba dalamBM aghi, nga-, dan ma-aghi. Verbatransitif-intransitif umumnya berafiks N-. Verba intransitif bentuk tunggal selaluberupaverbaasal. Verbaintransitif bentuk kompleks ditandai dengan penggunaan afiks: N-, a-, dan ma-. Dalam kalimat, verba intransitif berprefiks ma- umumnya menduduki fungsi keterangan atau mengandung makna keadaan atau proses. Verba aktif, verba pasif, dan verba antiaktif dalamBMselalu berupa bentuk kompleks. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba aktif adalah N-, a-, N-, N-aghi, a-, a-aghi, nga-, ma- , dan ma-aghi. Afiks yang digunakan untuk membentuk verbapasif adalah-, pa-, -, pa- -aghi, ka-aghi, dan pa-aghi. Verba antiaktif selaluberupabentukkompleks berprefiksta- dan verba pasif yang terdapat pada konstruksi pasif. Verba antipasif dalam BM dapat berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks, serta yang berfungsi sebagai imperatif. Bentuk tunggal yang berfungsi sebagai verba antipasif adalah verba pangkal dan verba asal. Bentuk kompleks yang berfungsi sebagai verbaantipasif adalahbentuk yang berafiks , -aghi, dan an. Verba kausatif umumnya ditandai dengan penggunaanafiks ma-. Verbabenefaktif ditandai dengan penggunaan afiks N-aghi, a-aghi, dan ma-aghi. Verba resiprokal umumnya berupa reduplikasi danpenggunaankata salngsaling. Verba refleksif umumnya ditandai dengan penggunaan afiks a-. Verba lokatif umumnya ditandai dengan penggunaan afiks N-. Verba repetitif umumnya: berafiks an, berupa Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344 344 reduplikasi yang berkombinasi dengan afiks ta- atau N-, serta menggunakan kata ampo suka/ sering atau segghut sering. Verba imperatif dapat berupa bentuk tunggal, reduplikasi, dan afiksasi. Afiks pembentuk verbaimperatif adalah pa-, ka-, -, -aghi, dan an. DAFTARRUJUKAN Asmoro, M. Wiryo. 1917. Ktab Lambnna Paramasastra Madhoer Djhoegh. Naghr Btawi: Pengettjapanna Kangdjeng Goeperment. Balai Bahasa Surabaya. 2005a. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Balai Bahasa Surabaya. 2005b. Putusan Seminar Bahasa Madura. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kentjono, Djoko (Ed.). 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. . 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Lauder, Multamia RMT. 2004. Pelacakan Bahasa Minoritas dan Dinamika Multikultural Makalah disampaikan dalam Simposium Kajian Bahasa, Sastra, dan Budaya Austronesia III 19-20 Agustus 2004. Denpasar: Universitas Udayana. Moeliono, Anton M. (ed.). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Penninga, P. dan H. Hendriks. 1942. Madurese in een Maand Practische Handleiding voor het Aanleren van de Madurese Taal. Semarang: G.T.C. van Dorp & Co. N.V. Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono. Ramlan, M. 1991. Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius. Soegianto, Soetoko, Soekarto, Ayu Soetarto, Sri Kustiati. 1986. Sintaksis Bahasa Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sofyan, Akhmad. 2005. Fungsi Gramatik Prefiks {N-}, {a-}, {ma-} dal am Bahasa Madura Dialek Sumenep Jurnal Humanika Vol.18 No.4 Oktober 2005. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. . 2007a. Dialek dan Tingkat Tutur dalam Bahasa Madura dalam Jurnal Medan Bahasa Vol. 1 No.1 Juni 2007. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. . 2007b. Beberapa Keunikan Linguistik Bahasa Madura dalam Jurnal Humaniora Volume 19, Nomor 3, Oktober 2007, hal. 232-240. . 2010. Fonologi Bahasa Madura dalam Jurnal Humaniora Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, hal. 207-218. Sudaryanto.1988. Metode Linguistik Bagian Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukardi, Azis. 2001. Kasusastraan Madura Kembang Sataman. Jember: Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. Uhlenbeck, E.M. 1982. Kajian Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Djambatan.