You are on page 1of 11

Induksi persalinan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada ibu hamil untuk merangsang munculnya

kontraksi pada rahim sehingga proses persalinan dapat terjadi. Dari yang tadinya tidak terjadi tanda-tanda
melahirkan kemudian dilakukan tindakan sehingga terjadi kontraksi. Hal ini dilakukan oleh para medis agar
mempermudah bayi keluar dari rahim dengan cara yang normal. Induksi persalinan ini dilakukan oleh beberapa
faktor. Salah satunya ketika kehamilan memasuki tanggal yang telah di perkirakan untuk lahir, bahkan bisa lebih
dari waktu 9 bulan atau kehamilan yang lewat dari waktunya. Di mana masa kehamilan melebihi waktu 42
minggu, namun masih belum terjadi persalinan. Masalah yag dihasilkan jika masa kehamilan melewati waktu
ialah plasenta tidak dapat memberikan nutrisi juga pertukaran CO2/O2 yang kemudian sang bayi mempunyai
resiko kematian di dalam rahim.

Sumber : Jenis-jenis Induksi Persalinan http://bidanku.com/jenis-jenis-induksi-persalinan#ixzz329IUiDyh
Berikut penjelasan dr. Fakriantini Jayaputri Sp.OG dari RSU Prikasih Fatmawati Jakarta, sebagaimana
diulasMom & Kiddie.

Induksi Persalinan Secara Medis

-Infus Oksitosin

Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, namun hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos
uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada
proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Begitu proses persalinan
dimulai, serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan
kontraksi uterus selanjutnya.

Untuk menghasilkan efek pada uterus maka diperlukan dosis yang adekuat. Dosisnya antara 4 sampai 16
miliunit permenit. Dosis untuk tiap orang berbeda-beda, namun biasanya dimulai dengan dosis rendah sambil
melihat kontraksi uterus dan kemajuan persalinan.

Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada bumi
maupun janin, maka diperlukan syaratsyarat seperti kehamilan aterm, ukuran panggul normal, tidak ada CPD,
dan servik telah matang.

-Prostaglandin

Pemberian prostaladin dapat merangsang otok-otot polos termasuk juga otot-otot rahim. Pemakaian
prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (nalador) dan pervaginam
(prostaglandin vagina suppositoria).

Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif untuk memperpendek proses
persalinan, menurunkan angka cesar dan menurunkan angka skor kurang dari 4.

-Cairan Hipertonik Intra Uteri

Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan
janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea dan lain-lain. Kadang-
kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.
Namun cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan
gangguan pembekuan darah.

Induksi Persalinan Secara manipulatif

-Amniotomi

Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik bagian bawah depan (fore water) atau
bagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus yaitu drewsmith catheter atau dengan omnihook yang
sering dikombinasikan dengan pemberian oksitosin.

Beberapa teori mengemukakan bahwa amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40 persen sehingga
tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks. Ada pula yang mengatakan amniotomi
menyebabkan berkurangnya aliran darah di dalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan,
sehingga berkurangnya oksigenasi otototot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.

Selain itu, ada pula yang mengatakan amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks
di mana di dalamnya terdapat banyak sarafsaraf yang merangsang kontraksi rahim.

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tandatanda permulaan persalinan, maka harus
diikuti dengan cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin.

Perlu diperhatikan, dalam amniotomi bisa menyebabkan infeksi intrauteri, prolapsus funikuli, gawat janin dan
tanda-tanda solusio plasenta bila ketuban sangat banyak dikeluarkan.

-Pemakaian Foley Catheter

Foley Catheter digunakan untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan. Kontraindikasi terjadi jika ada
riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin terhambat dan infeksi vaginal.

-Pemakaian Rangsangan Listrik

Induksi melalui rangsangan listrik ini dengan dua elektrode yang diletakkan dalam servik dan ditempelkan pada
dinding perut. Kemudian dialirkan listrik untuk memberi rangsangan pada serviks sehingga menimbulkan
kontraksi rahim.

-Rangsangan Puting Susu (Breast Stimulation).

Rangsangan puting susu dapat memengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis, sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim. Rangsangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pijat
ringan dengan ibu jari di daerah areola mammae pada salah satu puting susu.

Untuk menghindari lecet bisa menggunakan minyak atau baby oil. Pijat ringan ini dapat dilakukan setengah jam
hingga satu jam, lakukan sehari maksimal 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan pijat pada kedua payudara
secara bersamaan, karena dikhawatirkan terjadi perangsangan yang berlebihan.
(tty) http://health.okezone.com/read/2013/03/03/483/770260/jenis-jenis-induksi-perlu-moms-tahu

Persalinan Normal
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil,
tanpa memakai alat bantu, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi). Proses
persalinan normal biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Terjadinya persalinan membutuhkan tiga faktor penting, yaitu kekuatan ibu saat mengejan, keadaan
jalan lahir, dan keadaan janin. Ketiganya harus dalam keadaan baik, sehingga bayi dapat dilahirkan.
Dengan adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat didorong kebawah, dan masuk kerongga
panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul,posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu
dekat dengan dada janin. Posisi ini akan memudahkan kepala janin lolos melalui jalan lahir, yang
diikuti dengan beberapa gerakan selanjutnya. setelah kepala keluar, bagian tubuh janin yang lain
akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki.
Persalinan Dibantu Alat
Jika pada fase kedua/ kala dua persalinan tidak maju dan janin tidak juga lahir, sedangkan Anda
sudah kehabisan tenaga untuk mengejan, maka dokter akan melakukan persalinan berbantu, yaitu
persalinan dengan menggunakan alat bantu yang disebut forsep atau vakum. Jika tidak berhasil
maka akan dilakukan operasi caesar.
Persalinan dibantu Vakum (Ekstrasi Vakum)
Disebut juga ekstrasi vakum. Vakum adalah seatu alat yang menggunakan cup ppenghisap yang
dapat menarik bayi keluar dengan lembut.
Cara kerjanya sangat sederhana, yaitu vakum diletakan diatas kepala bayi, kemudian ada selang yang
menghubungkan mangkuk ke mesin yang bekerja dengan listrik atau pompa. Alat ini berpungsi
membantu menarik kepala bayi ketika Anda mengejan. Jadi tarikan dilakukan saat Anda mengejan,
dan saat mulut rahim sudah terbuka penuh (FASE KEDUA) dan kepala bayi sudah berada dibagian
bawah panggul.
Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta nyawa ibu
atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan
banyak tenaga, maka dokter akan melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya
dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia) juga merupakan alasan
dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan. Daam keadaan demikian, Anda tidak boleh
mengejan terlalu kuat karena mengejan dapat mempertinggi tekanan darah dan membahayakan
jiiwa Anda. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung
janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang menandakan
bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen (HIPOKSIA).
Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu lebih dari 10 menit. Namun, dibutuhkan waktu
sekitar 45 menit untuk menjalani seluruh prosedur.
EFEK SAMPING
Selain sesuai dengan keadaan diatas, vakum baru boleh dikerjakan bila sarat-saratnya terpenuhi.
Sarat tersebut yaitu panggul ibu tidak sempit, artinya dapat dilewati oleh janin, janin tidak terlalu
besar, pembukaan sudah lengkap, dan kepala janin sudah memasuki dasar panggul ibu. Jika sarat
tersebut tidak terpenuhi, misalnya janin terlalu besar dan kepala janin masih terletak tinggi didalam
panggul, maka operasi seksio caesaria adalah pilihannya.
Efek samping dari persalinan dengan dibantu vakum ini adalah terjadi perlukaan yang lebih luas pada
jalan lahir, juga pendarahan dijalan lahir. Sedangkan pada bayi, resiko vakum secara umum adalah
terjadinya luka atau lecet dikulit kepala. Inipun dapat diobati dengan obat anti septik. Kondisi ini
biasanya akan hilang sendiri setelah bayi usia seminggu. Resiko yang lebih berat adalah terjadinya
pendarahan diantara tulang-tulang kepala (cephal hematome), juga terjadi pendarahan dalam otak.
Metode dan cara
Berikut beberapa metode dan cara melahirkan dengan vakum sebagaimana diolah dari berbagai sumber, yaitu:
Observasi. Sebelum memutuskan untuk melakukan persalinan yang dibantu dengan vakum, observasi
secara cermat akan dilakukan oleh ahli medis mengenai ada atau tidaknya indikasi membahayakan
kesehatan serta nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Beberapa indikator yang menjadi pertimbangan
adalah persalinan yang terlalu lama, preeklamsia, serta keadaan janin yang gawat seperti hipoksia.
Metode. Metode ekstraksi vakum dilakukan ketika calon ibu dalam keadaan mengejan dan mulut rahim
sudah terbuka penuh dan kepala bayi sudah berada di bawah panggul.
Prinsip kerja. Menurut beberapa sumber, cara kerja ekstraksi vakum adalah
pemberian tekanan negatif yang memberikan efek menghisap dan diletakkan pada kepala bayi. Akibat
tekanan negatif ini, maka pada kepala bayi akan terbentuk kaput yang bermanfaat untuk tempat penarikan
saat calon ibu mengejan.
Tenaga tambahan. Penggunaan alat ekstraksi vakum pada persalinan bantuan hanya berguna sebagai
tenaga tambahan untuk mengeluarkan kepala bayi saat calon ibu mengejan. Kekuatan dan teknik menarik
kepala bayi yang dilakukan bersamaan dengan mengejan inilah yang terkadang menimbulkan resiko
komplikasi atau gangguan kesehatan baik ringan ataupun serius pada bayi, terutama apabila tidak
dilakukan oleh tenaga ahli.
Demikianlah metode atau cara melahirkan dengan vakum yang sebaiknya perlu diketahui oleh calon ibu. Akan
lebih bijak apabila sebelum memutuskan penggunaan metode bantuan melahirkan dengan vakum, dilakukan
konsultasi yang mendetail pada tenaga ahli yang akan menangani proses kelahiran untuk menghilangkan
kecemasan dan ketakutan akan kondisi janin ataupun calon ibu ketika keputusan ekstraksi vakum harus
dilakukan. Semoga bermanfaat.
http://www.dunia-ibu.org/artikel/ibu-hamil/cara-melahirkan-dengan-vakum.html
Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep)
Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam menyerupai sendok. Berbeda
dengan vakum, persalinan yang dibantu forsep bisa dilakukan meski Anda tidak mengejan, misalnya
saat terjadi keracunan kehamilan, asma, atau penyakit jantung. Persalinan dengan forsef relatip
lebih beresiko dan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa
dilakukan juga apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik.
Dokter akan meletakan forsep diantara kepala bayi dan memastikan itu terkunci dengan benar,
artinya kepala bayi dicengkram dengan kuat dengan forsep. Kemudian forsep akan ditarik keluar
sedangkan ibu tidak perlu mengejan terlalu kuat. Persalinan forsep biasanya membutuhkan
episiotomi.
Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada tenaga, atau ibu dengan penyakit
hipertensi yang tidak boleh mengejan, forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat
janin ketika janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan. Apabila persalinan yang dibantu
forsep telah dilakukan dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi, maka operasi caesar harus segera
dilakukan.
Pada bayi dapat terjadi kerusakan saraf ketujuh (nervus fasialis), luka pada wajah dan kepala, serta
patah tulang wajah dan tengkorak. Jika hal itu terjadi, bayi harus diawasi dengan ketat selama
beberapa hari. Tergantung derajat keparahannya, luka tersebut akan sembuh sendiri. Sedangkan
pada ibu, dapat terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya rahim (ruptur uteri).
Persalinan Dengan Operasi Caesar
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai persalinan dengan operasi caesar, anda bisa membaca
artikel di bawah ini:
Persalinan Dengan Operasi Caesar
Persalinan Di Dalam Air
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai persalinan di dalam air, anda bisa membaca artikel di
bawah ini:
Persalinan Di Dalam Air


Sumber : Jenis-Jenis Persalinan http://bidanku.com/jenis-jenis-persalinan#ixzz329J6wkcQ

Ini sumber untuk bishopscore http://www.medicinestuffs.com/2008/10/bishop-score-nilai-
bishop.html
Induksi persalinan
Jika hari taksiran kelahiran sudah lewat, dokter anda akan mendiskusikan perlu tidaknya induksi persalinan.
Induksi persalinan adalah penggunaan obat-obatan untuk memicu proses persalinan. Persalinan dipicu dengan
melebarkan mulut rahim sehingga siap untuk persalinan.
Persalinan anda dapat diinduksi tergantung dari:
- Kondisi kesehatan ibu dan janin
- Seberapa jauh tahap persalinan yang telah dilalui
- Apabila mulut rahim sudah mulai membuka
- Hasil pemeriksaan janin dalam keadaan normal.
Dokter akan menyarankan untuk melakukan induksi persalinan setelah 1-2 minggu dari tanggal taksiran
kelahiran. Beberapa metode menginduksi kelahiran adalah:
- Pematangan dan pembukaan mulut rahim. Obat yang digunakan adalah prostaglandin, dapat diberikan
melalui vagina atau diminum.
- Pemecahan kantung ketuban. Pemecahan air ketuban dapat merangsang kehamilan dalam beberapa
jam.
- Penggunan hormone oksitosin melalui infuse. Hormone oksitosin merangsang rahim untuk berkontraksi.
Terdapat beberapa risiko saat induksi persalinan oleh karena itu, janin akan dimonitor selama proses induksi.
Apabila anda merasa kuatir untuk melahirkan setelah tanggal taksiran persalinan, diskusikanlah dengan dokter
anda, mana yang terbaik untuk bayi dan anda. (WK)
Sumber : American College Obstetrics and Gynecology http://milissehat.web.id/?p=1433


A. Pengertian
Sectio cecarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding perut atau vagina (Mochtar 1998). Menurut Wiknjosastro (2002) sectio cecarea adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Mansjoer (1999) berpendapat bahwa sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan rahim. Ahli lain berpendapat bahwa sectio cecarea adalah persalinan melalui
sayatan pada dinding abdomen yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur
kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba 1998).
Operasi caesar atau sering disebut seksio sesarea menurut Adjie (2002) adalah melahirkan janin melalui janin
melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim. Operasi Caesar atau sectio caesaria adalah proses
persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi
(Apa itu operasi caesar 2007).

B. Klasifikasi
Klasifikasi sectio cecarea menurut Manuaba (1999) yaitu
1. Sectio cecarea klasik menurut Sanger
Sectio cecarea ini lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah rahim, memanjang pada korpus uteri
dilakukan dengan sayatan kurang lebih 10 cm, dengan indikasi :
a. Sectio cecarea yang diikuti dengan sterilisasi
b. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan
perdarahan
c. Dada letak lintang
d. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul (PAP)
e. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.
Keuntungan dilakukan sectio cecarea klasik yaitu mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas.
Sedangkan kerugian dilakukan sectio cecarea klasik antara lain kesembuhan luka operasi relatif sulit,
kemungkinan terjadinya ruptura uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar dan kemungkinan terjadinya
perlengketan dengan dinding abdomen lebih besar.
2. Sectio cecarea transperitoneal profunda (SCTP) menurut Kehrer
Sectio cecarea dengan insisi melintang konkaf pada segmen bawah rahim. Indikasi yang berasal dari ibu
antara lain primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai dengan preterm, kelainan letak,
cephalopelvic disproportion (CPD), kesempitan panggul, kehamilan yang disertai penyakit seperti penyakit
jantung serta diabetes melitus (DM).
Indikasi yang berasal dari janin antara lain gawat janin, malposisi dan malpresentasi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil dan kegagalan persalinan vakum atau forcep ekstraksi.
Keuntungan dilakukan SCTP antara lain segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan lebih baik serta tidak
banyak menimbulkan perlekatan. Sedangkan kerugiannya meliputi terdapat kesulitan pada waktu
mengeluarkan janin dan terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan.
3. Sectio cecarea hiserektomi menurut Porro
Operasi sectio cecarea histerektomi ini dilakukan secara histerektomi supra vaginal untuk menyelamatkan jiwa
ibu dan janin dengan indikasi sectio cecarea disertai infeksi, atonia uteri dan perdarahan, solusio plasenta dan
disertai tumor pada otot rahim.
4. Sectio cecarea ekstra peritoneal
Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan antibiotika dan untuk menghindarkan
kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari sectio cecarea ini adalah menghindari
kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus.

C. Indikasi
Menurut Saifuddin (2001), ada dua indikasi dalam penentuan sectio cecarea yaitu :
1. Indikasi ibu antara lain disproporsi kepala panggul (CPD), cistosia jaringan lunak, disfungsi uterus dan
plasenta previa
2. Indikasi janin antara lain janin besar, gawat janin dan letak lintang.
Menurut statistik tentang 3509 kasus sectio cecarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlin (1968), indikasi
sectio cecarea adalah disporposi janin panggul, gawat janin, plasenta previa, pernah dilakukan sectio cecarea,
kelainan letak, incoordinate uterin action serta pre-eklampsia dan hipertensi (Wiknjosastro 2002).
Operasi caesar hanya boleh bila ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa), Bayinya besar, umumnya punya
berat lebih dari 4,2 kg (macrosomia)., Letak bayi melintang atau sungsang, Proporsi panggul ibu dengan
kepala bayi yang tidak pas, sehingga dikhawatirkan persalinan macet (cephalo pelvic disproportion/CPD),
Kepala bayi lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus), Detak jantung janin melambat (fetal distress), Ibu
hamil menderita herpes genital, hipertensi, dan AIDS, Tali pusar bayi putus, Proses persalinan normal
berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia)
(Apa itu operasi caesar 2007).

D. Kontraindikasi
Menurut Oxorn (1996), kontra indikasi dilakukan sectio cecarea yaitu :
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan
ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
2. Kalau janin lahir, ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio cecarea ektra peritoneal tidak
tersedia
3. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan
atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

E. Komplikasi
Komplikasi dilakukannya sectio cecarea menurut Wiknjosastro (2002) antara lain :
1. Infeksi puerperal, dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
2. Perdarahan disebabkan oleh banyak pembuluh darah yang terputus, terbuka, atonia uteri serta perdarahan
pada placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan bila reperitoneali
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan sekarang.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu post partum sectio cecarea menurut Hamilton (1995), Mochtar (1998), Manuaba (1999),
dan Saifuddin (2002) adalah :
1. Observasi kesadaran penderita
a. Pada anestesi lumbal, kesadaran penderita baik oleh ahli bedah karena ibu dapat mengetahui hampir semua
proses persalinan
b. Pada anestesi umum, pulihnya kesadaran oleh ahli bedah diatasi dengan memberikan oksigen menjelang
akhir operasi.
2. Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital (TTV)
a. Pengukuran meliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan (tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit
dalam 1 jam berikutnya dan selanjutnya tiap jam). Keseimbangan cairan melalui produksi urin dengan
perhitungan (produksi urin normal 500-600 cc, pernafasan 500-600 cc, penguapan badan 900-1000 cc).
Pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan 20 tetes permenit (1 cc permenit), infus
setelah operasi sekitar 2 x 24 jam.
b. Pemeriksaan paru meliputi (kebersihan jalan nafas, ronkhi basah untuk mengetahui adanya edema perut),
bising usus menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus), perdarahan lokal pada luka operasi,
kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah dan perdarahan pervaginam.
c. Perawatan luka insisi
1. Luka insisi dibersihkan di desinfeksi lalu ditutup dengan kain penutup luka, secara periodik luka dibersihkan
dan diganti.
2. Jahitan diangkat pada hari ke 6-7 post operasi, diperhatikan apakah luka sembuh atau dibawah luka
terdapat eksudat. Jika luka dengan eksudat sedikit ditutup dengan band aid operative dressing. Luka dengan
eksudat sedang ditutup dengan regal filmated swaba, sedangkan luka dengan eksudat banyak ditutup dengan
surgical pads atau dikompres dengan cairan suci hama lainnya, sedangkan untuk memberikan kenyamanan
bergerak bagi penderita sebaiknya pakai gurita.
d. Diit
1. Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah pasien flatus, lalu dimulai dengan pemberian
makanan dan minuman oral.
2. Pemberian sedikit minum sudah dapat diberikan 6-10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh.
3. Setelah cairan infus dihentikan berikan makanan bubur saring, minum air buah dan susu kemudian secara
bertahap makanan lunak dan nasi biasa
4. Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari, makan dengan diit berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi
selama 40 hari pasca operasi atau persalinan dan kapsul vitamin A (200.000 unit).
e. Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi
nyeri diberikan obat anti nyeri, penenang seperti pethidin IM dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak
10-15 mg atau secara infus. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri akan hilang sendiri.
f. Mobilisasi
1. Mobilisasi secara bertahap berguna untuk membantu penyembuhan penderita secara psikologis. Hal ini
memberikan kepercayaan pada penderita bahwa dia mulai sembuh.
2. Miring ke kanan dan kekiri dimulai 6-10 jam pasca operasi (setelah sadar)
3. Hari ke 2 penderita dapat duduk selama 5 menit dan hari ke 3-5 mulai berjalan
g. Eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menghalangi involusi uterus karena itu
dianjurkan pemasangan kateter tetap. Bila tidak dipasang, dilakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca
operasi, kecuali jika pasien dapat kencing sendiri sebanyak 8-9 jam. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda
selama 2-3 hari setelah melahirkan karena edema pre-persalinan, diit cairan, obat-obatan dan analgetika
selama persalinan. Diharapkan bila belum BAB anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran,
minum air dalam jumlah lebih dari biasa, berikan obat pelunak feses, laksatif ringan atau suposituria sesuai
instruksi.
h. Obat-obatan
1. Antibiotik, kemotherapi dan anti inflamasi
a) Sebelum dilakukan uji biakan dan uji kepekaan, pilih antibiotik pembunuh kuman gram negatif sebagai obat
suntikan dan pembunuh gram positif sebagai obat oral
b) Setelah uji biakan dan uji kepekaan diketahui, beri obat berpedoman pada hasil tersebut
c) Dosis obat harus tepat, adekuat dan berspektrum kuat.
2. Obat pencegah kembung
Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar kerja saluran pencernaan, contohnya Alinamin
F, Prostigmin, Perimperan
3. Obat lain
Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roborantia dan anti inflamasi. Bila
pasien anemia diberi transfusi, hal ini disebabkan pembedahan banyak darah yang hilang, baik dari luka insisi
maupun dari luka bekas menempelnya plasenta.
i. Perawatan rutin
Setelah operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat pemeriksaan rutin bagi penderita pasca bedah yang
diteruskan pada dokter atau perawat dikamar tempat penderita dirawat. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan dan pengukuran adalah tekanan darah, jumlah nadi per menit, frekuensi pernafasan per
menit, jumlah cairan masuk dan keluar (rutin), suhu badan, pemantauan tinggi fundus uteri (TFU) dan
kontraksi uterus.
j. Lochea
Lochea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Intervensi yang dilakukan antara lain perawatan luka
yaitu dilakukan pada waktu pagi dan sore sebelum mandi, sesudah BAB atau buang air kecil (BAK) dan bila
penderita merasa tidak nyaman karena lochea berbau atau keluhan rasa nyeri.
k. Payudara
Pada masa nifas payudara dilakukan secara rutin dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering. Payudara
dibersihkan setiap hari sebelum mandi dengan air bersih tanpa sabun untuk mengurangi resiko infeksi,
menggunakan bra yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada puting susu setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang
tidak lecet. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan
dengan menggunakan sendok.
l. Hubungan seksual
Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
m. Kembalinya menstruasi
Menstruasi biasanya terjadi 12 minggu post partum pada wanita yang tidak menyusui dan 36 minggu post
partum pada yang menyusui.
n. Keluarga Berencana
Masa post partum merupakan masa yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi karena pada saat ini
motivasi penggunaannya lebih tinggi.
o. Nasihat pasca operasi
Hal-hal yang dianjurkan pasca operasi antara lain dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun
dengan memakai kontrasepsi, kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik, bersalin
ke rumah sakit yang besar

G. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Doenges (2001), fokus pengkajian pasien dengan sectio cecarea yaitu :
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosi dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien atau
pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin
mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
c. Eliminasi
Kateter mungkin terpasang, urine jernih, pucat, bising usus tidak ada samar atau jelas.
d. Makanan atau cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
e. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan distensi pada awal.
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma abdomen bedah atau insisi, nyeri
penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen dan efek-efek anestesia.
g. Pernafasan
Bunyi paru jelas vesikuler.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau
banyak.
i. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin atau hematokrit untuk mengkaji perubahan dari kadar pre-operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan, sedangkan urinalisis, kultur urine, darah vaginal dan
lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individu.
http://keperawatanmaternitas02.blogspot.com/2010/07/sectio-cecarea.html


Risiko Persalinan Cesar bagi Ibu dan Bayi
Indikasi Medis Persalinan Caesar
Sebenarnya, dokter kandungan Anda hanya boleh menyarankan pilihan untuk melahirkan dengan metode caesar jika terdapat
indikasi:
Ibu mengalami eklampsia atau kejang dalam kehamilan sehingga bisa membahayakan proses melahirkan normal.
Kondisi panggul ibu yang sempit, dan bobot bayi yang cukup besar (biasanya di atas 4 kg) sehingga tidak memungkinkan untuk
melahirkan normal.
Plasenta previa, atau kondisi plasenta menutupi jalan lahir bayi.
Kelainan jantung pada ibu.
Terjadi pendarahan yang cukup banyak selama kehamilan.
Infeksi rahim, tumor di rahim, di indung telur, atau di vagina yang menghalangi jalan lahir.
Dinding rahim menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim.
Bayi dalam posisi sungsang.
Kembar siam, kehamilan kembar tiga atau lebih.
Kondisi gawat janin.
Risiko Persalinan Caesar bagi Ibu
Terlepas dari banyaknya permintaan untuk persalinan caesar, sebenarnya prosedur ini memiliki risiko yang cukup tinggi.
Persalinan caesar memiliki risiko kematian ibu 3 kali lebih besar dibandingkan persalinan normal. Angka kematian langsung
akibat persalinan caesar adalah 5,8 dari setiap seratus ribu persalinan.
Selain itu, anggapan bahwa melahirkan normal jauh lebih sakit dibandingkan melahirkan caesar juga tidak sepenuhnya benar.
Persalinan dengan bedah caesar memiliki angka kesakitan sekitar 27,3 persen lebih tinggi dibandingkan persalinan normal.
Peningkatan risiko akibat persalinan caesaradalah:
Kemungkinan 5 kali lebih besar untuk mengalami henti jantung.
Kemungkinan 3 kali lebih besar untuk dilakukan pengangkatan rahim atau histerektomi karena terjadi pendarahan sebagai
komplikasi persalinan caesar.
Kemungkinan 3 kali lebih besar untuk mengalami infeksi masa nifas.
Kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami sumbatan pembuluh darah.
Risiko Persalinan Caesar bagi Bayi
Persalinan caesar ternyata tidak hanya memengaruhi kondisi ibu, tapi juga bayi yang dilahirkan. Risiko kematian bayi, risiko
gangguan pernafasan bayi, risiko gangguan otak bayi dan risiko trauma bayi menjadi 3,5 kali lebih besar dibandingkan
persalinan normal.
Bahkan ketika bayi Anda yang dilahirkan caesar tidak mengalami masalah di atas, persalinan caesarmemiliki dampak cukup
besar terhadap daya tahan tubuh anak. Prof. Patricia Lynne Conway, Adjunct Associate Professor, School of Biotechnology and
Biomolecular Science di The University of New South Wales mengatakan bahwa berbagai penelitian yang dilakukan
menunjukkan adanya perbedaan komposisi mikrobiota saluran cerna pada bayi yang dilahirkan secara caesardibandingkan
dengan bayi yang dilahirkan normal. Padahal mikrobiota memiliki peranan penting dalam pematangan sistem daya tahan tubuh
bayi, khususnya dalam membentuk toleransi oral (mulut) dan mengurangi risiko alergi. Ini bisa memengaruhi daya tahan tubuh
bayi karena meski sistem imunitas usus telah matang pada bayi yang lahir cukup bulan, namun fungsi perlindungan ususnya
memerlukan rangsangan kolonisasi bakteri pada awal kehidupan bayi.
Bayi lahir caesar membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan bayi yang lahir
normal. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang lahir caesar memiliki waktu pembentukan mikrobiota saluran
cerna yang tertunda serta memiliki risiko lebih tinggi akan berbagai jenis penyakit, ujar Prof. Conway.
http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=birth&id=341

Mengenal Forsep dan Vakum

Image by : Dokumentasi Ayahbunda
Inilah alat penolong persalinan alami ketika bunda tak kuat lagi mengejan. Cari tahu
kegunaannya.

Beda forsep dan vakum.
Bentuk: Forsep berbentuk mirip tang, sedangkan vakum seperti topi.
Pemakaian: Forsep, yang ditemukan dr.Peter Chamberlain, pemakaiannya sudah sangat
popular di berbagai penjuru dunia, sementara 5% persalinan di Amerika dan Eropa ditolong
oleh vakum.
Fungsi: Forsep dapat menggantikan tenaga ibu yang sama sekali sudah tidak mampu
mengejan. Vakum digunakan bila ibu masih kuat mengejan, walau tidak dengan kekuatan
penuh.

Penggunaan. Forsep dan vakum baisanya digunakan pada kondisi persalinan:
Janin atau ibu mengalami gangguan kesehatan pada persalinan kala 2 ketika mulut rahim
sudah terbuka lengkap. Misalnya, denyut jantung janin tiba-tiba melemah (gawat janin), atau
ibu tidak mampu lagi mengejan, misalnya karena hilang kesadaran atau gara-gara penyakit
asma kambuh.
Proses persalinan kala 2 tidak mengalami kemajuan. Bayi tetap belum bisa dilahirkan setelah
ibu mengejan selama 30 menit sampai 2 jam.
Ibu mengalami masalah kesehatan yang mengakibatkan tidak diperbolehkan mengejan.
Misalnya, terkena pre-eklampsia berat dengan tekanan darah yang tidak terkontrol, atau ibu
menderita kelainan jantung berat.
Apakah ibu harus dibius? Pada pemakaian kedua alat ini, Anda tidak perlu dibius terlebih
dahulu,

Risiko.
Pada bayi: cedera pada kepala, yaitu ketika forsep atau vakum dipaki pada saat kepala janin
sudah di dasar panggul. Tapi risiko ini relative kecil kemungkinannya.
Pada ibu: cedera atau luka pada jalan lahir. Risiko ini juga amat kecil.

Pasca persalinan. Tidak ada penanganan khusus pasca perasalinan. Baik penanganan pasca
perasalinan dan proses penyembuhan ibu, sama seperti persalinan biasa tanpa alat bantu.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/mengenal.forsep.dan.vakum/001/001/821/1/4

http://www.docstoc.com/docs/6240825/tinjauan-pustaka-seksio-sesarea

You might also like