Laporan ini membahas integrasi Multi-Service Transmission Platform (MSTP) Huawei OptiX OSN 550 pada jaringan XL. OptiX OSN 550 adalah perangkat transmisi optik berorientasi paket yang mendukung layanan multi-guna untuk CPE pada layer akses. Perangkat ini memiliki kapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya rendah, dan struktur compact. Laporan ini menjelaskan implementasi MSTP menggunakan OptiX OSN 550 untuk mengintegrasikan
Laporan ini membahas integrasi Multi-Service Transmission Platform (MSTP) Huawei OptiX OSN 550 pada jaringan XL. OptiX OSN 550 adalah perangkat transmisi optik berorientasi paket yang mendukung layanan multi-guna untuk CPE pada layer akses. Perangkat ini memiliki kapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya rendah, dan struktur compact. Laporan ini menjelaskan implementasi MSTP menggunakan OptiX OSN 550 untuk mengintegrasikan
Laporan ini membahas integrasi Multi-Service Transmission Platform (MSTP) Huawei OptiX OSN 550 pada jaringan XL. OptiX OSN 550 adalah perangkat transmisi optik berorientasi paket yang mendukung layanan multi-guna untuk CPE pada layer akses. Perangkat ini memiliki kapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya rendah, dan struktur compact. Laporan ini menjelaskan implementasi MSTP menggunakan OptiX OSN 550 untuk mengintegrasikan
INTEGRASI MSTP (MULTI -SERVI CE TRANSMI SSI ON PLATFORM) HUAWEI OPTIX OSN 550 PADA JARINGAN XL
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD ARIF BAYU AJI 21060111140153
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT XL AXIATA TBK
Dengan judul INTEGRASI MSTP (MULTI -SERVI CE TRANSMI SSI ON PLATFORM) HUAWEI OPTIX OSN 550 PADA JARINGAN XL
Disusun oleh : Muhammad Arif Bayu Aji 21060111140153
Universitas Diponegoro Semarang 7 Maret s/d 2 April 2014
Telah disahkan pada tanggal : .
Mengetahui : Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Ir. Agung Warsito, DHET NIP 195806171987031002 Dosen Pembimbing
Sukiswo, ST. MT. NIP 196907141997021001
iii
BUKTI PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT XL AXIATA TBK
Dengan judul INTEGRASI MSTP (MULTI -SERVI CE TRANSMI SSI ON PLATFORM) HUAWEI OPTIX OSN 550 PADA JARINGAN XL
Universitas Diponegoro Semarang 7 Maret s/d 2 April 2014
Telah diperiksa pada tanggal : .
Mengetahui : PT XL AXIATA TBK
MANAJER TRANSMISSION IP-T
Agus Ruseno NIK 90001883 SR. ENGINEER TRANSMISSION IP-T
Ruli Hari Nurdiansyah NIK 90005174
iv
ABSTRAK
OptiX OSN 550 merupakan perangkat telekomunikasi dengan sistem transmisi optic yang berorientasi pada paket TDM generasi baru untuk multi-layanan CPE, yang diposisikan pada access layer diantara end-to-end produk Hybrid Multi-Service Transmission Platform (MSTP). Karakteristik sistem ini sendiri yakni berkapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya yang rendah, dan compact structure. OptiX OSN 550 mendukung Multi-Protocol Label Switching (MPLS), Multi-Protocol Label Switching- Transport Profile (MPLS), Pseudo Wire Emulation Edge-to-Edge (PWE3), Ethernet, ATM, WDM, SDH, and PDH. Dengan teknologi ini, jaringan murni TDM, jaringan murni PTN atau jaringan Hybrid dapat ditetapkan. Sebagai perangkat access-layer, OptiX OSN 550 terhubung dengan OptiX OSN 550 yang lain untuk memberikan solusi lengkap yang meliputi backbone-layer, aggregation-layer, dan tentu access-layer itu sendiri. OptiX OSN 550 juga memenuhi kebutuhan 2G/3G/LTE base station backhaul dan tuntutan layanan akses pada perusahaan provider Pada laporan kerja praktek ini, penulis mengambil pokok bahasan mengenai integrasi MSTP pada jaringan XL dengan menggunakan perangkat OptiX OSN 550 seperti yang telah dijabarkan di atas.
Kata kunci : MSTP, OptiX OSN 550, transmisi
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala kenikmatan iman dan kesehatan, dan karunia-Nya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktek berjudul INTEGRASI MSTP (MULTI -SERVI CE TRANSMI SSI ON PLATFORM) HUAWEI OPTIX OSN 550 PADA JARINGAN XL. Kerja praktek merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa selain perkuliahan, praktikum, dan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Hal ini dianggap penting dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa, dan mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya. Dengan melakukan kerja praktek penulis mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan tujuannya bahwa selama kerja praktek mahasiswa diharapkan dapat memahami keunggulan teknologi MSTP dalam jaringan dengan menggunakan perangkat Huawei OptiX OSN 550 Pelaksanaan kerja praktek ini berjalan dengan baik berkat bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Agung Warsito, DHET. selaku ketua jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. 2. Bapak Budi Setiyono, ST. MT. selaku koordinator kerja praktek jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. 3. Bapak Sukiswo, ST. MT. selaku pembimbing kerja praktek di jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. 4. Bapak Agus Ruseno selaku Manajer IP-Transformation di PT XL Axiata Tbk 5. Mas Ruli Hari Nurdiansyah selaku pembimbing kerja praktek di PT XL Axiata Tbk 6. Mbak Resi, Mas Angga, dan Mas alif atas ilmu yang diajarkan di PT XL Axiata Tbk. vi
7. Kedua orang tua ku tercinta yang selalu mengingatkan penulis untuk menjaga kesehatan selama perantauan. 8. Mas Muhammad Airul Mutaqin yang senantiasa memberikan nasehat dan arahan dalam belajar. 9. Hanan Laras Indi yang selalu memberikan semangat dan motivasi 10. Seluruh teman teman angkatan 2011 atas dukungan dan persaudaraannya selama ini. 11. Serta pihak pihak lain yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari segenap pembaca untuk perbaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, April 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii BUKTI PENGESAHAN ................................................................................. iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2.Tujuan Kerja Praktek .......................................................................... 2 1.3 Tempat dan Pelaksanaan Kerja Praktek ............................................. 2 1.4 Metode Pengumpulan Data................................................................. 2 1.5.Pembatasan Masalah ........................................................................... 3 1.6.Sistematika Penyusunan ..................................................................... 3 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... 5 2.1 Sekilas XL ......................................................................................... 5 2.2 Tonggak Sejarah XL ........................................................................... 8 2.3 Visi .................................................................................................... 10 2.3.1 Nilai Nilai XL.................................................................... 10 2.3.2 FEEL 3.0 .............................................................................. 11 2.4 Lambang Perusahaan ........................................................................ 12 2.5 Struktur Pemegang Saham XL ......................................................... 13 2.6 Struktur Organisasi ........................................................................... 14 BAB III DASAR TEORI ............................................................................. 16 3.1. Broadband Network ......................................................................... 16 3.1.1 2G Global System for Mobile Communication ................. 17 3.1.1.1 Struktur Jaringan GSM ............................................ 17 viii
3.1.2 3G Universal Mobile Telecommunication Service............ 21 3.1.2.1 Struktur Jaringan UMTS .......................................... 21 3.2. Transmisi ......................................................................................... 25 3.2.1 Guided Transmission Media ................................................ 25 3.2.2 Unguided Transmission Media ............................................ 26 3.3 Multiplexing ..................................................................................... 27 3.3.1 Time Division Multiplexing (TDM) ...................................... 27 3.3.2 Frequency Division Multiplexing (FDM) ............................ 29 3.3.3 Code Division Multiplexing (CDM) ..................................... 29 3.4 OSI Layer.......................................................................................... 30 3.5 PDH .................................................................................................. 32 3.6 SDH .................................................................................................. 33 3.6.1 Struktur Frame SDH............................................................. 33 3.6.2 Proses Multiplexing SDH..................................................... 34 3.6.2.1 Mapping ................................................................... 35 3.6.2.2 Multiplexing Orde Rendah ...................................... 35 3.6.2.3 Multiplexing Orde Tinggi ........................................ 35 3.7 Ethernet ............................................................................................. 36 3.8 IP Address ......................................................................................... 37 3.8.1 Subnetting IP Address .......................................................... 38 3.9 VLAN ............................................................................................... 39 3.10 MPLS .............................................................................................. 39 BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 41 4.1 Huawei OptiX OSN 550 ................................................................... 41 4.2 Fitur OptiX OSN 550 ...................................................................... 43 4.3 Dukungan Layanan pada OSN550 ................................................... 44 4.3.1 Service Overview (Packet) ................................................... 44 4.3.1.1 Layanan Ethernet (E-Line dan E-Lan) .................... 44 4.3.1.2 Layanan Circuit Emulation Service (CES) .............. 46 4.3.1.2.1 Mode emulasi .............................................. 46 4.3.1.3 Layanan ATM/IMA ................................................. 47 ix
4.3.1.3.1 Layanan ATM ............................................. 47 4.3.1.3.2 Layanan IMA .............................................. 49 4.3.2 Service Overview (TDM) ..................................................... 51 4.3.2.1 Layanan Ethernet (EPL/EVPL/EPLAN/EVPLAN) 51 4.3.2.1.1 Layanan EPL ............................................... 51 4.3.2.1.2 Layanan EVPL ............................................ 52 4.3.2.1.3 Layanan EPLAN ......................................... 54 4.3.2.1.4 Layanan EVPLAN ...................................... 55 4.3.2.2 Layanan SDH/PDH ................................................. 56 4.4 Proteksi dan Redudansi .................................................................... 57 4.4.1 Proteksi Pada Perangkat ....................................................... 57 4.4.1.1 Redudansi Daya ....................................................... 57 4.4.1.2 Redudansi Kipas Pendingin ..................................... 58 4.4.1.3 Redudansi pada Modul System Control, Switching, dan Timing ............................................................... 58 4.4.2 Network Level Proteksi ........................................................ 58 4.4.2.1 PW APS ................................................................... 58 4.4.2.2 ERPS ........................................................................ 59 4.4.2.3 MSTP ....................................................................... 61 4.5 Integrasi MSTP OSN 550 pada jaringan XL .................................... 64 4.5.1 Awal Mula Pengintegrasian MSTP pada jaringan XL ......... 64 4.5.2 Integrasi OSN 550 Site B220 Terminal Wonogiri ............... 65 4.5.3 Contoh Konfigurasi MSTP untuk Servis 3G Pringapus....... 72 4.5.4 Alokasi Tunnel Ambarawa Prembun ................................ 76 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 5.2 Saran ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lambang PT XL Axiata Tbk ........................................................ 12 Gambar 2.2 Struktur pemegang saham XL ...................................................... 13 Gambar 2.3 Diagram struktur organisasi ......................................................... 14 Gambar 2.4 Gambar diagram pembagian direktorat ........................................ 14 Gambar 2.5 Gambar struktur organisasi transmission development ................ 15 Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan GSM ............................................................. 17 Gambar 3.2 GERAN ........................................................................................ 18 Gambar 3.3 Arsitektur Jaringan UMTS ........................................................... 21 Gambar 3.4 UTRAN ........................................................................................ 22 Gambar 3.5 Kabel serat optik .......................................................................... 26 Gambar 3.6 Perangkat radio microwave (Indoor Unit dan Outdoor Unit) ...... 26 Gambar 3.7 Proses sederhana Multiplexing-Demultiplexing ........................... 27 Gambar 3.8 TDM ............................................................................................. 27 Gambar 3.9 Skema pengiriman frame Synchronous TDM .............................. 28 Gambar 3.10 Skema pengiriman frame Synchronous TDM ............................ 28 Gambar 3.11 FDM ........................................................................................... 29 Gambar 3.12 Model Osi Layer......................................................................... 30 Gambar 3.13 Struktur frame STM-1 ................................................................ 34 Gambar 3.14 Proses Multiplexing SDH ........................................................... 34 Gambar 3.15 Contoh sederhana penerapan VLAN.......................................... 39 Gambar 3.16 Arsitektur jaringan MPLS .......................................................... 40 Gambar 4.1 OptiX OSN 550 ............................................................................ 41 Gambar 4.2 Aplikasi Jaringan OptiX OSN 550 ............................................... 42 Gambar 4.3 Arsitektur OptiX OSN 550 ........................................................... 43 Gambar 4.4 Ilustrasi layanan E-Line pada sebuah jaringan. ............................ 45 Gambar 4.5 Ilustrasi layanan E-LAN pada sebuah jaringan. ........................... 45 Gambar 4.6 Diagram Jaringan untuk CES ....................................................... 46 Gambar 4.7 Aplikasi khas dari ATM PWE3 (mode enkapsulasi cell one-to-one) ............................................... 48 xi
Gambar 4.8 Aplikasi khas dari ATM PWE3 (mode enkapsulasi cell N-to-one) .................................................. 49 Gambar 4.9 Transmisi IMA ............................................................................. 49 Gambar 4.10 Pengaplikasian teknologi IMA ................................................... 50 Gambar 4.11 Layanan EPL berbasis port ........................................................ 51 Gambar 4.12 Layanan Port-Shared EVPL ...................................................... 52 Gambar 4.13 Layanan EPVL berbasis VLAN ID ............................................ 52 Gambar 4.14 Layanan EPVL berbasis MPLS.................................................. 53 Gambar 4.15 Layanan EPVL berbasis QinQ ................................................... 53 Gambar 4.16 Layanan EPLAN ........................................................................ 54 Gambar 4.17 Layanan EVPLAN ..................................................................... 55 Gambar 4.18 Redudansi tegangan DC pada OptiX OSN 550 ......................... 57 Gambar 4.19 Redundansi tegangan AC untuk OptiX OSN 550 ...................... 57 Gambar 4.20 Modul redundasi untuk OptiX OSN 550 (system control, switching, dan timing board) ........................................................................ 58 Gambar 4.21 Contoh dari PW APS.................................................................. 59 Gambar 4.22 Implementasi ERPS.................................................................... 60 Gambar 4.23 Diagram Spanning Tree Protocol (STP) .................................... 61 Gambar 4.24 Kekurangan dari STP/RSTP ...................................................... 62 Gambar 4.25 Pengoptimalan STP/RSTP dengan MSTP ................................. 63 Gambar 4.26 Topologi Ring pada MSTP ........................................................ 64 Gambar 4.27 Topologi tree node-B ................................................................. 65 Gambar 4.28 Design alokasi OSN550 Hut Wonogiri Hut Sukoharjo (sebelum ada B220) .................................................................. 65 Gambar 4.29 Letak site Terminal Wonogiri pada peta geografis .................... 67 Gambar 4.30 Design alokasi OSN550 pada site B220 Terminal Wonogiri .... 68 Gambar 4.31 Tampilan pada NMS sebelum site B220 terintegrasi ................. 69 Gambar 4.32 Email konfirmasi site B220 telah terintegrasi ............................ 69 Gambar 4.33 Tampilan pada NMS sesudah site B220 terintegrasi ................. 70 Gambar 4.34 Tampilan Konfigurasi modul OSN 550 site B220 Terminal Wonogiri ................................................................... 70 xii
Gambar 4.35 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Ambarawa ..................... 72 Gambar 4.36 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Ambarawa ..................... 73 Gambar 4.37 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun......................... 73 Gambar 4.38 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun......................... 74 Gambar 4.39 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun......................... 75 Gambar 4.40 Screenshoot database alokasi Tunnel Ambarawa-Prembun....... 76 Gambar 4.41 Design Topologi yang dilewati tunnel Ambarawa Prembun .. 76
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pencapaian dari tahun ke tahun .......................................................... 8 Tabel 3.1 Standar frame dan kecepatan SDH .................................................. 33 Tabel 3.2 IP address dalam format desimal dan biner ..................................... 37 Tabel 3.3 Kelas IP address ............................................................................... 37 Tabel 4.1 Layanan E-Line dan E-LAN yang didukung oleh OptiX OSN 550 ............................................................................... 44 Tabel 4.2 Daftar kategori layanan yang didukung OptiX OSN 550 pada mode TDM .............................................................................. 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, masyarakat sangat bergantung terhadap kebutuhan teknologi telekomunikasi. Karena dengan teknologi ini, masyarakat mampu berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Dengan adanya perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini, menuntut pengguna jasa telekomunikasi untuk memberikan layanan yang mudah, murah, efisien, dan fleksibel. Untuk itu, hal ini menjadikan persaingan ketat bagi perusahaan- perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi untuk dapat mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, memuaskan perusahaan dan tentunya menguntungkan perusahaan itu sendiri. PT XL Axiata Tbk. Selalu berusaha untuk melayani masyarakat Indonesia dan selalu berkembang menjadi yang lebih baik. Menanggapi tuntutan masyarakat akan kebutuhan akses jaringan yang cepat, murah, efisien, dan fleksibel, maka tentu saja dibutuhkan suatu fasilitas telekomunikasi yang mampu memenuhi semua itu. Perencanaan yang dilakukan harus dapat menghasilkan tingkat pelayanan yang baik dan dapat diandalkan, sebab peningkatan permintaan jasa telekomunikasi akan menimbulkan masalah rumit yaitu semakin meningkatnya kemacetan dalam jaringan akibat meningkatnya aliran trafik. Diperkenalkanlah MSTP (Multi-Service Transport Platform), merupakan perangkat telekomunikasi modular buatan Huawei yang mendukung PDH, SDH, Ethernet, layanan ATM dll yang membentuk solusi transportasi multi-layanan yang optimal. MSTP mampu membawa trafik data dalam jumlah besar yang ditransmisikan antar MSTP melalui fiber optic. Tak hanya itu pada MSTP ini juga memiliki proteksi Self-Healing Ring (SHR) yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang aman dan handal.
2
1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan dan manfaat dari Kerja Praktek secara umum adalah sebagai berikut: a. Memenuhi kurikulum yang ada di Teknik Elektro Universitas Diponegoro. b. Membiasakan diri sejak dini tentang suasana di dunia kerja yang sesungguhnya. c. Mencari ilmu pengetahuan baru yang mungkin tidak didapatkan dibangku kuliah. Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan Kerja Praktek pada PT XL Axiata Tbk. adalah sebagai berikut : a. Mempelajari prinsip kerja, perangkat, dan fungsi dari sistem Multi-Service Transmission Platform (MSTP). b. Mempelajari bagaimana melakukan planning integrasi sistem MSTP OSN 550 pada jaringan telekomunikasi PT. XL Axiata Tbk. c. Mempelajari cara memonitor jaringan MSTP melalui Network Management System (NMS).
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja Praktek dilaksanakan di PT XL Axiata Tbk grha XL jakarta tepatnya di Jalan Mega Kuningan Lot E4-7 No.1, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Kerja praktek dilakukan selama kurang lebih satu bulan mulai tanggal 7 Maret 2014 sampai dengan 2 April 2014.
1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan laporan ini, penulis menerapkan beberapa metode untuk memperoleh data yang diperlukan diantaranya : 1. Metode Wawancara Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seorang informan atau otoritas (ahli yang berwenang dalam suatu sejarah masalah). Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pembimbing 3
lapangan yang telah ditunjuk oleh pihak PT XL Axiata Tbk sebagai pendamping dalam menuntun pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan agar setiap masalah yang ada dapat teratasi dengan baik dan benar. 2. Metode Studi Literatur Metode studi literatur yaitu cara untuk mengumpulkan data atau tulisan dengan cara mencari sumber-sumber literatur ataupun buku dari berbagai perpustakaan yang berguna sebagai referensi dalam penyusunan laporan. Selain itu, penulis juga mencari dan mempelajari referensi tambahan dari internet sesuai dengan laporan kerja praktek yang disusun.
1.5 Pembatasan Masalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi permasalahan pada : 1. Laporan ini tidak membahas tentang dasar switching, routing dan IP. 2. Laporan ini hanya akan mengenalkan sedikit mengenai OptiX OSN 550 3. Laporan ini hanya membahas teori umum pada Multi-Service Transmission Platform.
1.6 Sistematika Penyusunan Untuk menjelaskan kerja praktek yang dilakukan di PT XL Axiata Tbk Jakarta maka penyusun menyusun laporan secara garis besar yang dikelompokkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Merupakan uraian umum yang memuat latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, tempat dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data, pembatasan masalah, dan sistematika penyusunan laporan. BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi tentang sejarah singkat perusahaan, kegiatan usaha, visi dan misi, serta struktur organisasi PT XL Axiata Tbk Jakarta. 4
BAB III : DASAR TEORI Dalam bab ini berisi mengenai penjelasan broadband 2G dan 3G serta SDH, PDH, dan Ethernet. BAB 1V : PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis dan penjelasan mengenai layanan yang didukung oleh OptiX OSN 550 serta implementasinya pada jaringan PT XL Axiata Tbk. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan ringkasan laporan dari hasil Kerja Praktek yang penulis lakukan di PT XL Axiata Tbk. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sekilas XL PT XL Axiata Tbk. (selanjutnya disebut XL atau Perseroan) merupakan salah satu penyedia layanan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. XL menawarkan berbagai produk dan layanan telekomunikasi seperti Percakapan, SMS, layanan berbasis Data dan layanan tambahan lainnya kepada lebih dari 90% penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta orang. Berdiri pada 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari, XL mulai beroperasi sebagai perusahaan perdagangan barang dan jasa umum. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM. Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon selular. Perseroan juga mengubah namanya menjadi PT Excelcomindo Pratama, sesuai dengan perjanjian kerjasama antara Grup Rajawali dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). Setelah sembilan tahun menjadi perusahaan swasta, XL kemudian melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) pada September 2005 dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat itu, XL merupakan anak perusahaan Indocel Holding Sdn. Bhd., yang sekarang dikenal sebagai Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., yang seluruh sahamnya dimiliki oleh TM International Sdn. Bhd. (TMI) melalui TM 6
International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI berganti nama menjadi Axiata Group Berhard (Axiata). Pada tahun yang sama PT Excelcomindo Pratama Tbk. juga berganti nama menjadi PT XL Axiata Tbk. untuk kepentingan sinergi. Saat ini, sebagian besar saham XL dipegang oleh Axiata melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. (66,6%) dan Emirates Telecommunications Corporation atau Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3%), dan sisanya dipegang oleh masyarakat (20,1%). XL dikenal sebagai pelopor layanan selular kepada anggota masyarakat biasa di Indonesia melalui program tarif hemat Rp1/detik pada tahun 2007, yang memungkinkan lebih banyak penduduk berpenghasilan menengah ke bawah menikmati layanan telepon selular. XL telah berkembang dari perusahaan kecil yang menjual layanan dasar telepon menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di tanah air, dengan infrastruktur jaringan dan layanan yang sangat luas di seluruh tanah air. XL menyediakan layanan untuk pelanggan ritel dan menawarkan solusi bisnis kepada pelanggan perusahaan. Jaringan XL menggunakan teknologi GSM 900/DCS 1800 dan IMT-2000/3G. XL juga memiliki beberapa lisensi, termasuk closed regular network (leased line), internet service provider (ISP), Voice over Internet Protocol (VoIP), dan Internet interconnection services (NAP). XL bahkan telah memperoleh lisensi untuk e-Money (uang elektronik) dari Bank Indonesia, yang memungkinkan XL menyediakan layanan pengiriman uang. Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, XL senantiasa berusaha meningkatkan layanan menyeluruh (end-to-end) dan terus berinovasi untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan pelanggan. XL selalu dinamis dalam mengelola dan menjalankan 7
usahanya, bersedia belajar, cepat beradaptasi dengan perubahaan di industri atau keadaan pasar sehingga mampu memberikan atau menyediakan layanan berkualitas prima kepada pelanggan
8
2.2 Tonggak Sejarah XL Tabel 2.1 Pencapaian dari tahun ke tahun Tahun Pencapaian 1996 Memperoleh ijin seluler sistem GSM 900 dan resmi beroperasi secara komersial dengan focus di area Jakarta, Bandung dan Surabaya. 1997 Membangun jaringan microcell terpadu di kasawan Segitiga Emas Jakarta. 1998 Meluncurkan brand proXL untuk produk layanan prabayar. 2000 Mulai memasuki pangsa pasar di Sumatera dan Batam. 2001 Mendapatkan alokasi spektrum DCS 1800 dan menyelesaikan pembangunan jaringan utama serat optik. Menghadirkan layanan M-banking dan M-Fun 2002 Mendapatkan alokasi jaringan ke daerah Kalimantan dan Sulawesi. Meluncurkan layanan sirkit sewa dan IP (Internet Protocol). 2004 Melakukan re-branding logo XL dan mengubah brand proXL dengan produk-produk baru, yaitu jempol (prabayar), bebas (prabayar) dan Xplor (pasca bayar). 2005 Menjadi anak perusahaan TM Group dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan kode saham EXCL. 2006 Menghadirkan layanan XL 3G yang Pertama Terluas dan Tercepat. 2007 Menjadi pelopor dalam penerapan tarif Rp1/detik. ETISALAT menjadi pemegang saham XL. ETISALAT adalah perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Timur Tengah. Memulai konsolidasi brand menjadi prabayar XL dan pasca bayar XL. 2008 TM Group mengumumkan penyelesaian proses demerger, menghasilkan dua entitas yang terpisah, yaitu Telekom Malaysia Berhad (TM) dan TM International Berhad (sekarang berganti nama menjadi Axiata Group Berhad/Axiata), di mana Indocel Holding Sdn. Bhd.secara tidak langsung merupakan anak perusahaan Axiata melalui TM International (L) 9
Limited. Axiata mengakuisisi seluruh kepemilikan saham XL yang dimiliki oleh Khazanah National Berhad, sehingga kepemilikan Indocel Holding Sdn. Bhd. atas XL menjadi 83,8%. 2009 Melakukan Penawaran Umum Terbatas I dalam rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sejumlah 1.418.000.000 saham baru. 2010 Pemegang saham mayoritas XL Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. melepaskan sebagian sahamnya (setara 20% dari jumlah saham yang diterbitkan) di XL melalui Private Placement dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah saham XL yang dimiliki publik. 2011 XL mengimplementasi Transformasi secara keseluruhan dalam strategi usaha untuk menekuni usaha masa depan di segmen layanan data dan menjamin kesinambungan pertumbuhan jangka panjangnya. XL mengubah fokus pemasaran yang semula menekankan harga terjangkau dengan memperkenalkan motto baru, XLangkah Lebih Maju, yang mana posisi XL sebagai daya tarik bagi konsumen telekomunikasi menjadi meningkat dan lebih berkualitas untuk semua layanan termasuk layanan Data.
10
2.3 VISI Adapun Visi dari PT. XL AXIATA, Tbk adalah : Menjadi Juara Seluler Indonesia - Memuaskan Pelanggan, Pemegang Saham, dan Karyawan. 2.3.1 Nilai Nilai XL Tiga nilai utama XL yang disingkat sebagai ITS XL terdiri dari : Integritas Dapat dipercaya dan selalu mematuhi etika profesi dan bisnis. Segenap jajaran Pimpinan dan Karyawan XL harus: 1. Jujur dalam berbicara dan bertindak. 2. Konsisten antara pikiran, perkataan dan perbuatan. 3. Adil dalam memperlakukan pihak lain. 4. Berdedikasi terhadap perusahaan. 5. Dapat dipercaya dalam mengemban amanat maupun menjalankan tugas. Kerjasama Saling mendukung dan secara aktif terlibat dalam mencapai tujuan bersama. Tidak semua pekerjaan dapat dilakukan secara individual.Kerjasama memungkinkan kita mencapai tujuan yang lebih tinggi. Agar kerjasama dapat berlangsung efektif karyawan XL harus: 1. Berpikiran positif dan terbuka terhadap masukan orang lain. 2. Menghargai perbedaan. 3. Peduli terhadap pihak lain. 4. Komunikatif dalam membangun pengertian yang sama. 11
5. Berbagi pengetahuan dan ketrampilan. 6. Berfokus kepada tujuan bersama. Pelayanan Prima Sepenuh hati memberikan solusi terbaik untuk memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan dalam hal ini tidak hanya pelanggan eksternal yang berada di luar perusahaan, namun termasuk juga pelanggan internal yang mencakup rekan kerja, atasan atau bawahan, dan unit kerja lain di dalam perusahaan. Dalam usaha memberikan layanan unggul, perilaku karyawan XL harus mencerminkan perilaku inti sebagai berikut: 1. Fokus pada pelanggan dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan. 2. Berorientasi pada solusi terbaik. 3. Efisien dan efektif dalam menghasilkan solusi. 4. Sepenuh hati dalam menjalankan tugas. 5. Berorientasi pada kualitas atas produk dan layanan yang diberikan. 6. Proaktif. 7. Inovatif dan Kreatif dalam memberikan solusi. 2.3.2 FEEL 3.0 Pola pikir Transformasi XL yang baru adalah FEEL 3.0 Tegas (Fast-Eager-Lean) Fokus dan tajam dalam bertindak Berambisi dan bermental juara dalam bekerja 12
Melakukan tugas pada level maksimum untuk efektifitas dan efesiensi Persisten dan menyelesaikan tantangan dengan kreatif Sempurna Unggul dalam memberikan layanan yang tepat dan berkualitas Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan internal dan eksternal Mengejar disiplin dalam operasional-melakukan dengan benar sejak pertama Senantiasa melakukan perbaikan terus-menerus Memimpin Berpikir jauh untuk memimpin dan menentukan masa depan industry Aktif berpartisipasi dalam berpikir dan memberikan layanan/produk dan solusi yang inovatif Berambisi dalam memberikan layanan data, selain Voice & SMS Terus menerus mencari kesempatan menjadi yang terdepan didalam kompetisi 2.4 Lambang Perusahaan
Gambar 2.1 Lambang PT XL Axiata Tbk 13
2.5 Struktur Pemegang Saham XL
Gambar 2.2 Struktur pemegang saham XL
14
2.6 Struktur Organisasi Dewan Direksi
Gambar 2.3 Diagram Struktur Organisasi Pembagian Direktorat
Gambar 2.4 Gambar diagram pembagian direktorat
15
Struktur Organisasi Departemen Transmission Development
Gambar 2.5 Gambar Struktur Organisasi Transmission Development
16
BAB III DASAR TEORI
3.1 Broadband Network Teknologi broadband secara umum didefinisikan sebagai jaringan atau servis Internet yang memiliki kecepatan transfer yang tinggi karena lebar jalur data yang besar. Meskipun jalur data yang disediakan untuk penggunanya sangat lebar, teknologi broadband biasanya membagi jalur lebar tersebut dengan pengguna sekitarnya. Namun jika tidak ada yang menggunakan, pengguna akan menggunakan sepenuhnya jalur tersebut. Teknologi broadband atau pita lebar merupakan salah satu teknologi media transminsi yang mendukung banyak frekuensi, mulai dari frekuensi suara hingga video. Teknologi ini bisa membawa banyak sinyal dengan membagi kapasitasnya (yang sangat besar) dalam beberapa kanal bandwidth. Setiap kanal beroperasi pada frekuensi yang spesifik. Secara sederhana, istilah teknologi broadband digunakan untuk menggambarkan sebuah koneksi berkecepatan 500 Kbps atau lebih. Tetapi FCC mendefenisikan broadband dengan kecepatan minimal 200 Kbps. Ada dua jenis jalur lebar yang umum, yaitu DSL dan kabel modem, yang mampu mentransfer 512 Kbps atau lebih, kira-kira 9 kali lebih cepat dari modem yang menggunakan kabel telepon standar. Saat ini, teknologi broadband wireless merupakan tujuan utama dari evolusi teknologi telekomunikasi.
17
3.1.1 2G Global System for Mobile Communication Standar teknologi 2G yang paling banyak digunakan saat ini adalah Global System for Mobile Communication (GSM) yang beroperasi di frekuensi 900, 1800, dan 1900 MHZ. terbagi dalam 3 (tiga) sistem utama, yaitu : Switching System (SS), Base Station 3.1.1.1 Struktur Jaringan GSM
Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan GSM Secara umum, network element dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi: 1. Mobile Station (MS) 2. Base Station Sub-system (BSS) 3. Switching Sub-system (SSS), Mobile Station (MS) merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembicaraan. Terdiri atas: Mobile Equipment (ME) atau handset, merupakan perangkat GSM yang berada di sisi pengguna atau pelanggan yang berfungsi sebagai terminal 18
transceiver (pengirim dan penerima sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Subscriber Identity Module (SIM) atau SIM Card, merupakan kartu yang berisi seluruh informasi pelanggan dan beberapa informasi pelayanan. ME tidak akan dapat digunakan tanpa SIM didalamnya, kecuali untuk panggilan darurat. Data yang disimpan dalam SIM secara umum, adalah: IMMSI (International Mobile Subscriber Identity), merupakan penomoran pelanggan. MSISDN (Mobile Subscriber ISDN), nomor yang merupakan nomor panggil pelanggan. Base Station System(BSS) BSS merupakan suatu sub-jaringan dalam GERAN (GSM Edge Radio Access Network) yang terdiri dari Base Station Controller (BSC) dan satu atau lebih BTS. Dalam GSM jaringan akses dinamakan GERAN.
Gambar 3.2 GERAN 19
Base Station Controller (BSC) BSC secara umum merupakan perangkat yang mengontrol kerja BTS-BTS yang berada di bawahnya dan sebagai penghubung BTS dan MSC. Base Transceiver Station (BTS) Secara umum Base Transceiver Station dalam perangkat GSM berhubungan langsung dengan MS dan berfungsi sebagai pengirim sinyal. Switching Sub System (SSS) Merupakan bagian dari Core Network (CN) terdiri atas: Mobile Switching Center (MSC) merupakan sebuah network element central dalam sebuah jaringan GSM. MSC sebagai inti dari jaringan seluler, dimana MSC berperan untuk interkoneksi hubungan pembicaraan, baik antar selular maupun dengan jaringan kabel PSTN, ataupun dengan jaringan data. SSS merupakan bagian dari Visitor Location Register (VLR) VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan. Home Location Register (HLR) HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location). Serving GPRS Support Node (SGSN) SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN yakni mengantarkan paket data ke MS, update pelanggan ke HLR, dan registrasi pelanggan baru. Authentication Center (AuC) AuC menangani otentikasi dan enkripsi untuk jaringan dan memeriksa keabsahaan pelanggan. Sehingga pembicaraan pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan.
20
Equipment Identity Registration (EIR) EIR adalah database yang menyimpan jalur ponsel pada jaringan menggunakan IMEI. Hanya ada satu EIR per jaringan. Yang terdiri dari tiga daftar. Daftar putih, abu-abu, dan hitam. - Daftar hitam adalah jika IMEI yang ditolak oleh layanan jaringan untuk beberapa alasan. Termasuk jika IMEI yang terdaftar sebagai ponsel yang dicuri atau clonedor jika ponsel rusak atau tidak memiliki kemampuan teknis untuk beroperasi di jaringan tersebut. - Daftar abu-abu adalah daftar IMEI yang dipantau untuk aktivitas yang mencurigakan. - Daftar putih adalah daftar berpenghuni. Itu berarti jika IMEI yang tidak berada pada daftar hitam maupun abu-abu.
21
3.1.2 3G - Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Universal Mobile Telecommunication System (UMTS), teknologi telekomunikasi generasi ke-3 (3G) yang menggunakan teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) sebagai interfacenya. UMTS merupakan lanjutan teknologi dari GSM/GPRS/EDGE, tujuan utamanya adalah untuk memberikan kecepatan akses data yang lebih tinggi dibandingkan dengan GRPS dan EDGE. Diperkenalkan oleh European Telecommunication Standards Institute (ETSI). Pada awalnya sistem UMTS hanya digunakan di Eropa. 3.1.2.1 Struktur Jaringan UMTS
Gambar 3.3 Arsitektur Jaringan UMTS Dapat dilihat dari gambar arsitektur jaringan UMTS diatas, jaringan UMTS dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu : 1. Mobile Station (MS) 2. Radio Network System (RNS) 3. Switching Sub-system (SSS),
22
Mobile Station Merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. Terdiri atas: - Mobile Equipment (ME) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio. - UMTS Subscriber Identity Module (USIM) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Radio Network Subsystem(RNS) RNS merupakan suatu sub-jaringan dalam UTRAN (Universal Terrestrial Radio Access Network) yang terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan satu atau lebih Node B. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN.
Gambar 3.4 UTRAN 23
- RNC Radio Network Controller bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN. - Node-B Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node-B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dan lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), seperti handover dan power control. Switching Sub System (SSS) Dengan melewati Core Network, UMTS juga dihubungkan dengan jaringan telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya antara pengguna UMTS mobile, tetapi juga dengan jaringan yang lain. Berikut elemen yang terdapat dalam Switching Sub System - Mobile Switching Center (MSC) Memiliki fungsi yang sama dengan jaringan GSM, MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call. - Visitor Location Register (VLR) VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan. - Home Location Register (HLR) HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data- data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).
24
- Serving GPRS Support Node (SGSN) SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN yakni mengantarkan paket data ke MS, update pelanggan ke HLR, dan registrasi pelanggan baru. - Gateway GPRS Support Node (GGSN) GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang
25
3.2 Transmisi Secara umum transmisi merupakan bagaimana suatu data dapat dikirimkan dari suatu perangkat komunikasi dan diterima oleh perangkat lainnya lain. Transmisi ini merupakan salah satu konsep penting dalam sistem telekomunikasi sehingga suatu perangkat bisa berkomunikasi dengan perangkat lainnya untuk jarak yang jauh. Media transmisi sendiri dibagi menjadi 2 jenis: - Guided Transmission Media - Unguided Transmission Media 3.2.1 Guided Transmission Media Guided transmission media atau media transmisi terpandu pada media ini gelombang yang ditransmisikan terpandu dalam suatu media padat. Contohnya ada serat optik. Fiber Optic (Serat Optik) Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Berdasarkan mode transmisi yang digunakan serat optik terdiri atas Multimode Step Index, Multimode Graded Index, dan Singlemode Step Index. Keuntungan serat optik adalah lebih murah, bentuknya lebih ramping, kapasitas transmisi yang lebih besar, sedikit sinyal yang hilang, data diubah menjadi sinyal cahaya sehingga lebih cepat, tenaga yang dibutuhkan sedikit, dan tidak mudah terbakar. Kelemahan serat optik antara lain ialah biaya yang mahal untuk pengimplementasiannya, memerlukan konversi data listrik ke cahaya dan sebaliknya yang rumit, memerlukan peralatan khusus dalam prosedur pemakaian dan pemasangannya, serta untuk perbaikan yang kompleks membutuhkan tenaga yang ahli di bidang ini. 26
Gambar 3.5 Kabel serat optik 3.2.2 Unguided Transmission Media Unguided transmission media atau media transmisi tidak terpandu merupakan jaringan yang menggunakan sistem gelombang. Contohnya adalah gelombang mikro. Gelombang mikro Gelombang mikro (microwave) merupakan bentuk gelombang radio yang beroperasi pada frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz), yang meliputi kawasan Ultra High Frequency (SHF), Super High Frequency (SHF) dan Extremely High Frequency (EHF). Gelombang mikro banyak digunakan pada sistem jaringan MAN, warnet dan penyedia layanan internet (ISP). Keuntungan menggunakan gelombang mikro adalah akuisisi antar menara tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang besar, biaya murah karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas, frekuensi tinggi atau gelombang pendek karena hanya membutuhkan antena yang kecil. Kelemahan gelombang mikro adalah rentan terhadap cuaca seperti hujan dan mudah terpengaruh pesawat terbang yang melintas di atasnya.
Gambar 3.6 Perangkat radio microwave (Indoor Unit dan Outdoor Unit)
27
3.3 Multiplexing Multiplexing adalah Tehnik mengkombinasikan sejumlah sinyal (Analog atau Digital) untuk di transmisikan melalui satu media atau saluran, Kemudian disisi penerima, terjadi proses pemisahan gabungan sinyal tersebut yang kemudian diteruskan sesuai dengan tujuan masing-masing, proses ini disebut Demultiplexing. Tujuan utama dari Multiplexing adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel optik. Contoh aplikasi dari teknik multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi jarak jauh, baik yang menggunakan kabel maupun yang menggunakan media udara (wireless atau radio).
Gambar 3.7 Proses sederhana Multiplexing-Demultiplexing Teknik Multiplexing yang umum digunakan ada 3 jenis : - Time Division Multiplexing (TDM) - Frequency Division Multiplexing (FDM) - Code Division Multiplexing (CDM)
3.3.1 Time Division Multiplexing (TDM) Time Division Multiplexing merupakan sebuah proses pentransmisian beberapa sinyal informasi yang hanya melalui satu kanal transmisi dengan masing- masing sinyal di transmisikan pada periode waktu tertentu. 28
Gambar 3.8 TDM TDM sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : - Synchronous TDM
Gambar 3.9 Skema pengiriman frame Synchronous TDM - Asynchronous TDM
Gambar 3.10 Skema pengiriman frame Synchronous TDM
29
3.3.2 Frequency Division Multiplexing (FDM) Frequency Division Multiplexing (FDM) adalah teknik menggabungkan banyak saluran input menjadi sebuah saluran output berdasarkan frekuensi. Jadi total bandwith dari keseluruhan saluran dibagi menjadi sub-sub saluran oleh frekuensi.
Gambar 3.11 FDM 3.3.3 Code Division Multiplexing (CDM) Code Division Multiplexing merupakan teknik multiplexing yang dirancang untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM dan FDM. CDM biasa dikenal sebagai Code Division Multiple Access (CDMA), merupakan sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan mengunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan. Singkatnya, CDM dapat melewatkan beberapa sinyal dalam waktu dan frekuensi yang sama. Tiap kanal dibedakan berdasarkan kode-kode pada wilayah waktu dan frekuensi yang sama.
30
3.4 OSI Layer Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for open networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan singkatan dari Open System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model Model tujuh lapis OSI (OSI seven layer model).
Gambar 3.12 Model Osi Layer Sebelum munculnya model referensi OSI, sistem jaringan komputer sangat tergantung kepada vendor. OSI berupaya membentuk standar umum jaringan komputer untuk menunjang interoperatibilitas antar vendor yang berbeda. Dalam suatu jaringan yang besar biasanya terdapat banyak protokol jaringan yang berbeda. Tidak adanya suatu protokol yang sama, membuat banyak perangkat tidak bisa saling berkomunikasi. Model OSI Layer dibagi menjadi 7 Layer, dengan karakteristtik dan fungsintya masing masing. Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui sederetan protocol dan standar. - Application Layer Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat 31
pesan pesan kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP, FTP, SMTP, dan NFS. - Presentation Layer Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP)). - Session Layer Session layer menentukan bagaimna dua terminal menjaga, memelihara dan mengatur koneksi. Bagaimna mereka saling berhubungan satu sama lain. Koneksi di layer di sebut session. Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara atau di hancurkan. Selain itu, pada layer ini juga dilakukan resolusi nama. - Transport Layer Transport layer bertanggung jawab membagi data menjadi segmen, menjaga koneksi logika end-to-end antar terminal, dan menyediakan penanganan kesalahan (error handling). Berfungsi untuk memecahkan data kedalam paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan yang telah diterima. Selain itu, pada level ini juga membuat tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement) dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan. - Network Layer Network layer bertanggung jawab menentukan alamat jaringan, menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan, menjaga antrian tafik di jaringan. Data pada layer ini berbentuk Paket. Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat Header untuk paket-paket dan kemudian melakukan routing melalui internet-working dengan menggunakan router dan switch layer 3. - Data Link Layer 32
Data link layer menyediakan link untuk data. Memaketkannya menjadi frame yang berhubungan dengan hardware kemudian diangkut melalui media komunikasinya dengan kartu jaringan. Data link layer ini bertugas mengatur komunikasi layer physical antara system koneksi dengan penanganan error. Berfungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokan menjadi format yang disebut frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras (seperti halnya di Media Access Control Address), dan menetukan bagaimana perangkat perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level; ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC). - Physical Layer Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio. 3.5 PDH Standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) yang ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Sesuai namanya, jaringan PDH tidak melakukan sinkronisasi secara sempurna namun menggunakan clock yang cukup akurat (tidak persis/sama di setiap simpulnya). Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut sejumlah besar data melalui peralatan transportasi digital seperti serat optik dan microwave radio sistem
33
3.6 SDH Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron dan mempunyai struktur transport yang didesain untuk mengangkut informasi dalam sebuah jaringan transmisi. Definisi ini merupakan rekomendasi ITU-T G.707 Network Node Interface For The Synchronous Digital Hierarchy (SDH). 3.6.1 Struktur Frame SDH Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125 s. Bit rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada Tabel 1. dibawah ini. Table 3.1 Standar frame dan kecepatan SDH Standar Frame Standar Kecepatan STM-1 155,520 Mbps (155 Mbps) STM-4 622,080 Mbps (622 Mbps) STM-16 2.488,320 Mbps (2,5 Gbps) STM-64 9.953,280 Mbps (10 Gbps)
Frame STM-1 tersusun atas 9 baris, setiap baris terdiri dari 270 kolom (1 kolom = 1 byte). Sembilan byte pertama pada setiap baris terdiri dari daerah Section Overhead, sedangkan byte sisanya adalah daerah informasi (payload). Transmisi dilakukan baris per baris, dimulai dari byte teratas sebelah kiri dan diakhiri oleh byte terbawah sebelah kanan. Struktrur frame STM-1 yang membawa payload dalam VC- 4 tampak pada Gambar 3. dibawah ini. 34
Gambar 3.13 Struktur frame STM-1 Bagian Section Overhead sebagai sinyal manajemen terdiri dari RSOH (Regenerator Section Overhead), MSOH (Multiplex Section Overhead) dan AU pointer[5]. RSOH berfungsi untuk pengendalian pengiriman informasi dari satu node ke node berikutnya dalam jaringan SDH. Semua elemen jaringan SDH berakhir pada RSOH. Sedangkan MSOH mengontrol setiap section antara node elemen jaringan SDH kecuali regenerator dan mengendalikan perantaraan transmisi antara dua elemen multiplekser yang berdekatan atau sejajar. AU pointer berfungsi mengatur pemetaan (mapping) container yang berisi informasi (payload) ke dalam frame STM- N. 3.6.2 Proses Multiplexing SDH Fungsi utama multiplexing adalah untuk memultipleks sinyal digital yang mempunyai bitrate rendah ke sinyal digital yang mempunyai bitrate yang lebih tinggi dan mentransmisikan informasi yang besar itu secara efisien. Dalam ITU-T G.707 direkomendasikan sistem multiplexing SDH seperti pada Gambar 3. 35
Gambar 3.14 Proses Multiplexing SDH Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari sinyal masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas : 3.6.2.1 Mapping Mapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui jaringan SDH. Pertama sinyalsinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu (C-n) sesuai dengan laju bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path Overhead) untuk membentuk Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut dengan mapping. POH berfungsi untuk memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe dari Container. VC merupakan elemen dasar yang akan dikontrol dan diatur dalam sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu VC-11,VC-12, VC-2 disebut dengan VC orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC orde tinggi. 3.6.2.2 Multiplexing Orde Rendah Multiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan multiplexing VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali dilakukan adalah dengan menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary Unit) sesuai dengan VC-nya yang disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan untuk membentuk TUG (Tributary Unit Group). Kemudian menambahkan POH pada TUG sehingga terbentuk VC orde tinggi. 3.6.2.3 Multiplexing Orde Tinggi 36
Multiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi untuk membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde rendah atau langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya multiplexing orde rendah, VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk membentuk AU (Administrative Unit) sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya AU tersebut digabungkan untuk membentuk AUG (Administrative Unit Group). Frame STM-N dibentuk dengan melakukan multiplexing AUG.
37
3.7 Ethernet Ethernet merupakan jenis perkabelan dan pemrosesan sinyal untuk data jaringan komputer yang dikembangkan oleh Robert Metcalfe dan David Boggs di Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1972. Ethernet merupakan sebuah teknologi yang sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai interface yang digunakan untuk konektivitas perangkat komputer maupun laptop, hampir di setiap jaringan LAN (Local Area Network) di seluruh dunia. Selain karena harganya terjangkau, teknologi Ethernet sangat mudah diadaptasi oleh perangkat seperti modem, printer, scanner, faksimile, VoIP phone, serta perangkat teknologi informasi lainnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan senakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan komunikasi data, teknologi Ethernet juga digunakan sebagai interface dari layanan broadband data comunication, yang lebih dikenal dengan nama Metro Ethernet. Arsitektur Ethernet diperkenalkan pada tahun 1970 oleh Xerox, dimana terdapat tiga jenis Ethernet yang dibedakan berdasarkan kecepatan daya akses datanya, yaitu: - Ethernet Memiliki kecepatan akses data 10 Mbit/detik. Standar yang digunakan adalah: 10BaseT, 10BaseF, 10Base2 dan 10Base5. - Fast Ethernet Memiliki kecepatan akses data 100 Mbit/detik. Standar yang digunakan adalah: 100BaseFX, 100BaseT, 100BaseT4 dan 100BaseTX. - Gigabit Ethernet Memiliki kecepatan akses data 1000 Mbit/detik atau 1 Gbit/detik. Standar yang digunakan adalah: 1000BaseCX, 1000BaseLX, 1000BaseSX dan 1000BaseT
38
3.8 IP Address IP Address adalah alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang menggunakan protocol TCP/IP. IP Address terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.1. IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap bit ini disebut sebagai octet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut: XXXXXXXX.XXXXXXXX.XXXXXXXX.XXXXXXXX IP address memiliki range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address umumnya sering ditulis dalam 4 bilangan decimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan notasi decimal bertitik. Setiap bilangan decimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan IP address dalam format biner dan decimal. Tabel 3.2 IP address dalam format desimal dan biner Desimal 192 168 16 72 Biner 11000000 10101000 00010000 01001000
Berdasarkan kelasnya, IP address dibagi menjadi 5 kelas seperti terlihat pada tabel dibawah: Tabel 3.3 Kelas IP address Kelas Oktet pertama Network Host Network maksimum Host maksimum Kelas A 1126 W X.Y.Z 126 16,777,214 Kelas B 128191 W.X Y.Z 16,384 65,534 Kelas C 192223 W.X.Y Z 2,097,152 254 Kelas D 224-239 Multicast Address Multicast Address Multicast Address Multicast Address Kelas E 240-255 eksperimen eksperimen eksperimen eksperimeen 39
Berdasarkan jenisnya IP address dibedakan menjadi 2 macam: - IP Private IP Private adalah suatu IP address yang digunakan oleh suatu organisasi yang diperuntukkan untuk jaringan lokal. Sehingga organisasi lain dari luar organisasi tersebut tidak dapat melakukan komunikasi dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan intranet. Sedangkan Range IP Private adalah sebagai berikut : Kelas A : 10.0.0.0 10.255.255.255 Kelas B : 172.16.0.0 172.31.255.255 Kelas C : 192.168.0.0 192.168.255.255 - IP Public Merupakan IP address yang digunakan pada jaringan lokal oleh suatu organisasi dan organisasi lain dari luar organisasi tersebut dapat melakukan komunikasi langsung dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan internet. Sedangkan range dari IP Public : range IP address yang tidak termasuk dalam IP Private misalkan 11.255.200.192 3.8.1 Subnetting I P Address Subnetting merupakan suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telah anda miliki. Contoh kasus diperlukannya subnetting: Sebuah perusahaan memperoleh IP address network kelas C 192.168.0.0. Dengan IP network tersebut maka akan didapatkan sebanyak 254 alamat IP address yang dapat kita pasang pada perangkat jaringan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan dengan jumlah perangkat misal komputer lebih dari 254. Jika anda hanya menggunakan 30 komputer dalam satu kantor, maka ada 224 IP address yang tidak akan terpakai. Untuk mensiasati jumlah IP address yang tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network yang telah dimiliki menjadi beberapa network yang lebih kecil yang disebut subnet.
40
3.9 VLAN VLAN (Virtual Local Area Network) adalah suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel karena dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi, tanpa bergantung lokasi workstations. VLAN menangani masalah-masalah seperti skalabilitas, keamanan, dan manajemen jaringan.
Gambar 3.15 Contoh sederhana penerapan VLAN 3.10 MPLS Multiprotocol Label Switching (MPLS) adalah teknologi penyampaian paket pada jaringan backbone berkecepatan tinggi yang menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched (layer 2) dan packet-switched (layer 3) yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari keduanya. MPLS merupakan arsitektur network yang didefinisikan oleh IETF (Internet Engineering Task Force). Paket-paket pada MPLS diteruskan dengan protokol routing seperti OSPF, BGP atau EGP. Protokol routing berada pada layer 3 sistem OSI, sedangkan MPLS berada di antara layer 2 dan 3. 41
Gambar 3.16 Arsitektur jaringan MPLS Berikut langkah langkahnya 1. Penggolongan dan pemberian label pada packet. Setelah itu paket akan menuju provider (P). Dari provider, paket akan diteruskan ke inti. 2. Pada inti, paket diteruskan berdasarkan label bukan berdasarkan pada IP address. Label ini menunjukkan penggolongan class (A, B, C, D) dan tujuannya. 3. Menghilangkan label dan meneruskan paket pada sisi penerima.
41
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Huawei OptiX OSN 550
Gambar 4.1 OptiX OSN 550 OptiX OSN 550 merupakan perangkat telekomunikasi dengan sistem transmisi optic yang berorientasi pada paket TDM generasi baru untuk multi-layanan CPE, yang diposisikan pada access layer diantara end-to-end produk Hybrid Multi- Service Transmission Platform (MSTP). Karakteristik sistem ini sendiri yakni berkapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya yang rendah, dan compact structure. OptiX OSN 550 mendukung Multi-Protocol Label Switching (MPLS), Multi- Protocol Label Switching-Transport Profile (MPLS-TP), Pseudo Wire Emulation Edge-to-Edge (PWE3), Ethernet, ATM, WDM, SDH, and PDH. Dengan teknologi ini, jaringan murni TDM, jaringan murni PTN atau jaringan Hybrid dapat ditetapkan. Sebagai perangkat access-layer, OptiX OSN 550 terhubung dengan perangkat OptiX OSN yang lain untuk memberikan solusi lengkap yang meliputi backbone- layer, aggregation-layer, dan tentu access-layer itu sendiri. OptiX OSN 550 juga memenuhi kebutuhan 2G/3G/LTE base station backhaul dan tuntutan layanan akses pada perusahaan provider. Pada gambar dibawah mengilustrasikan aplikasi jaringan OptiX OSN 550 42
Gambar 4.2 Aplikasi Jaringan OptiX OSN 550
43
4.2 Fitur OptiX OSN 550 Perangkat access layer OptiX OSN 550 memiliki fitur kapasitas besar, ketersediaan tinggi, konsumsi daya yang rendah, dan compact structure. OptiX OSN 550 mendukung : - Kapasitas paket switching maksimal 60Gbit/s, kapasitas SDH cross-connect maksimal 20Gbit/s, dan maksimal 4 port 10 GigaEthernet. - 1 + 1 proteksi untuk sistem kontrol, switching, timing, dan unit power supply, dan proteksi jaringan seperti MPLS APS, Multiple Spanning Tree Protocol (MSTP), Ethernet Ring Protection Switching (ERPS), Link Aggregation Group (LAG), Subnetwork Connection Protection (SNCP), dan Multiplex Section Protection (MSP) - Konsumsi daya maksimal 240W, dan biasanya konsumsi daya berkisar 149W - Dimensi perangkat (H x W x D) 88mm x 442mm x 220mm Arsitektur Switch Universal dan Transmisi Multi-Service OptiX OSN 550 memiliki arsitektur switch universal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah. OptiX OSN 550 mendukung koeksistensi domain time division multiplexing (TDM) dan domain packet transport network (PTN).
Gambar 4.3 Arsitektur OptiX OSN 550
44
4.3 Dukungan Layanan pada OSN550 Secara umum OptiX OSN 550 mendukung layanan Ethernet, ATM/IMA/E1, channelized STM-1, EoS, SDH, and PDH. 4.3.1 Service Overview (Packet) 4.3.1.1 Layanan Ethernet (E-Line dan E-LAN) OptiX OSN 550 mendukung layanan Ethernet diantaranya layanan point-to- point E-Line and layanan multipoint-to-multipoint E-LAN. Organisasi standardisasi seperti ITU-T, IETF dan MEF menetapkan frame model untuk layanan layer 2 Ethernet. Dan untuk OSN 550 ini layanan model layer 2 ethernet ditetapkan oleh Metro Ethernet Forum (MEF). Tabel 4.1 Layanan E-Line dan E-LAN yang didukung oleh OptiX OSN 550 Layanan Tipe Layanan E-Line Native Ethernet Point-to-Point secara transparan ditransmisikan oleh layanan E-Line VLAN-berbabis layanan E-Line QinQ-berbasis layanan E-Line ETH PWE3 Layanan E-Line dibawa oleh PW E-LAN Native Ethernet Layanan E-LAN berbasis IEEE 802.1d Layanan E-LAN berbasis IEEE 802.1q Layanan E-LAN berbasis IEEE 802.1ad ETH PWE3 Layanan E-LAN dibawa oleh PW
45
Berikut ilustrasi untuk layanan E-Line dan E-LAN pada sebuah jaringan.
Gambar 4.4 Ilustrasi layanan E-Line pada sebuah jaringan.
Gambar 4.5 Ilustrasi layanan E-LAN pada sebuah jaringan.
46
4.3.1.2 Layanan Circuit Emulation Service(CES) CES membantu menyelesaikan masalah kekurangan sumber serat optik pada access-ring and memungkinkan layanan TDM dapat ditransmisikan secara transparan melalui modus paket murni. Pada lapisan fisik di sisi UNI, perangkat OptiX OSN saling berhubungan dengan CE melalui saluran fisik berikut : - Pengkanalan STM-1 - E1
Gambar 4.6 Diagram Jaringan untuk CES
4.3.1.2.1 Mode Emulasi Perangkat seri OptiX NG-SDH mendukung 2 tipe layanan CES, yakni: o Layanan structure-aware emulasi rangkaian TDM melalui jaringan paket switch (CESoPSN), o Dan structure-agnostic TDM melalui paket (SAToP) CES.
47
Untuk kasus CESoPSN CES: o Perangkat akan mendeteksi format frame, mode frame-alignment, dan informasi timeslot pada rangkaian TDM o Perangkat memproses overhead dan mengekstrak payload pada frame TDM, kemudian perangkat akan memuat timeslot ke payload paket dengan urutan tertentu. Akibatnya, layanan di tiap timeslot yang tetap dan terlihat dalam paket. Untuk kasus SAToP CES: o Perangkat tidak mendeteksi tiap format yang berada pada sinyal TDM, sebaliknya, ia menganggap sinyal TDM sebagai laju bit dengan kecepatan konstan, dan oleh karena itu seluruh bandwidth dari sinyal TDM di-emulasi-kan o Overhead dan payload pada sinyal TDM ditransmisikan secara transparan. 4.3.1.3 Layanan ATM/IMA Perangkat OptiX OSN mendukung layanan ATM/IMA pada mode paket 4.3.1.3.1 Layanan ATM Asynchronous Transfer Mode (ATM), diimplementasikan berbasis pada Cell. Pada mode ATM, teknologi ATM PWE3 di gunakan untuk mengemulasi layanan ATM pada paket jaringan switch (PSN). Oleh karena itu, layanan TDM lama dapat melintasi PSN.
48
Jaringan layanan ATM dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe : - One-to-one - N-to-one - Atau ATM-TRANS Sesuai dengan mode enkapsulasi paket ATM PWE3.
Gambar 4.7 Aplikasi khas dari ATM PWE3 (mode enkapsulasi cell one-to-one) 49
Gambar 4.8 Aplikasi khas dari ATM PWE3 (mode enkapsulasi cell N-to-one)
4.3.1.3.2 Layanan IMA Teknologi Inverse Multiplexing for ATM (IMA) me-multiplex beberapa link ATM kecepatan rendah ke dalam link dengan kecepatan tinggi. Teknologi IMA memberikan kebalikan multiplexing dari aliran cell ATM melalui beberapa link dengan kecepatan rendah dan mengambil aliran asli di penghujung physical link. Gambar di bawah menunjukan bagaimana transmisi IMA
Gambar 4.9 Transmisi IMA Teknologi IMA bekerja dengan mengelompokkan beberapa physical link kedalam bentuk logical link dengan bandwidth besar dimana kecepatannya 50
merupakan penjumlahan dari kecepatan physical link. Bilamana salah satu ataupun beberapa anggota kelompok IMA ditambah/dikurangi ataupun recover/gagal maka perubahan pada logical link hanya pada bandwidthnya. Layanan pada logical link tidak akan terganggu jika bandwidth dari logical link tidak lebih rendah dari syarat bandwidth minimum. Dengan teknologi IMA, transport jaringan dapat mentransmisikan layanan IMA dari perangkat Costumer dengan membentuk kelompok IMA oleh beberapa link berkecepatan rendah (contoh: 3 link E1 yang terlihat pada gambar dibawah).
Gambar 4.10 Pengaplikasian teknologi IMA
51
4.3.2 Service Overview (TDM) 4.3.2.1 Layanan Ethernet (EPL/EVPL/EPLAN/EVPLAN) ETH-OAM meningkatkan fungsi maintenance pada Ethernet Layer 2 dan sangat mendukung verifikasi keberlangsungan dari layanan, layanan commissioning, dan dapat mengetahui lokasi dari jaringan yang down. Berikut tipe layanan Ethernet yang didukung oleh Perangkat OptiX OSN : - EPL (Ethernet Private Line) - EVPL (Ethernet Virtual Private Line) - EPLAN (Ethernet Private LAN) - EVPLAN (Ethernet Virtual Private LAN) 4.3.2.1.1 Layanan EPL EPL menerapkan transmisi point-to-point dari layanan Ethernet. Seperti yang terlihat dari gambar dibawah, layanan Ethernet dari NEs yang berbeda ditransmisikan ke node tujuan melalui VCTRUNKs masing-masing. layanan Ethernet ini juga diproteksi oleh SDH self-healing ring (SHR). Hal ini memastikan transmisi aman dan dapat dihandalkan.
Gambar 4.11 Layanan EPL berbasis port
52
4.3.2.1.2 Layanan EVPL Perangkat OptiX OSN mengadopsi 2 cara untuk mendukung layanan EPVL - Layanan Port-shared EVPL. Layanan-layanan diisolasi oleh tagging VLAN dan membagi bandwidth. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah, klasifikasi trafik dilakukan untuk layanan Ethernet menurut VLAN ID, untuk membedakan VLAN yang berbeda dari berbagai departemen di Perusahaan A. Kedua trafik ditransmisikan pada VCTRUNKs masing-masing.
Gambar 4.12 Layanan Port-Shared EVPL - Layanan VCTRUNK-shared EVPL. Perangkat OptiX OSN mengadopsi 3 cara untuk mengetahui konvergensi dan distribusi dari layanan EVPL. o Layanan EVPL berbasis VLAN ID.
Gambar 4.13 Layanan EPVL berbasis VLAN ID
53
o Layanan EVPL berbasis MPLS
Gambar 4.14 Layanan EPVL berbasis MPLS o Layanan EVPL berbasis QinQ.
Gambar 4.15 Layanan EPVL berbasis QinQ
54
4.3.2.1.3 Layanan EPLAN Dengan layanan EPLAN, NEs dapat berkomunikasi satu sama lain dan secara dinamis berbagi bandwidht, perangkat OptiX OSN mengadopsi Virtual Bridge (VB) untuk mendukung switching Layer 2 pada Ethernet data. Hal ini disebut sebagai layanan EPLAN. Tiap NE pada sistem dapat membuat satu atau beberapa VBs. Kemudian Tiap VB menetapkan table Media Access Control (MAC) address. Sistem memperbarui tabel dengan self-learning. Paket data ditransmisikan melalui pemetaan VCTRUNK sesuai dengan MAC address seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 4.16 Layanan EPLAN
55
4.3.2.1.4 Layanan EVPLAN Layanan EVPLAN dapat membagi bandwidth secara dinamis dan paket data packets pada VLAN yang sama yang terisolasi antara satu dengan yang lain. Ketika layanan data dengan VLAN ID sama mengakses NE yang sama dan membagi bandwidht secara dinamis, layanan EVPLAN mampu memenuhi persyaratan layanan. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah, perangkat OptiX OSN mengadopsi table VB+S-VLAN filter untuk mendukung layanan EVPLAN.
Gambar 4.17 Layanan EVPLAN
56
4.3.2.2 Layanan SDH/PDH OptiX OSN 550 dapat memproses layanan SDH, layanan PDH, dan layanan Ethernet. Tabel 4.2 daftar kategori layanan yang didukung OptiX OSN 550 pada mode TDM. Kategori Layanan Deskripsi SDH layanan SDH standar : STM- 1/STM-4/STM-16 layanan SDH Concatenated standar : VC-4-4c/VC-4-16c layanan SDH Virtual Concatenation standar : VC-4- Xv (X8), VC-3-Xv (X24), VC-12-Xv (X63) PDH layanan E1/T1 dan E3/T3
57
4.4 Proteksi dan Redudansi 4.4.1 Proteksi Pada Perangkat 4.4.1.1 Redudansi Daya 1+1 cadangan untuk catu daya: dua saluran pasokan listrik -48 Volt DC dihubungkan dengan menggunakan dua Modul PIU untuk cadangan. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah OptiX OSN 550 dikonfigurasi dengan sepasang catu daya DC untuk cadangan. Operasi normal tidak terpengaruh jika ada -48 V DC catu daya eksternal yang gagal.
Gambar 4.18 Redudansi tegangan DC pada OptiX OSN 550 Seperti terlihat pada gambar di bawah, OptiX OSN 550 dikonfigurasi dengan sepasang catu daya AC untuk cadangan. Operasi normal tidak terpengaruh jika ada 100 V/240 V catu daya AC yang gagal.
Gambar 4.19 Redundansi tegangan AC untuk OptiX OSN 550
58
4.4.1.2 Redudansi Kipas Pendingin Terdapat 6 kipas pendingin udara, gagal fungsi salah 1 kipas tidak berpengaruh pada kipas yang lain. 4.4.1.3 Redudansi pada Modul System Control, Switching, dan Timing Pada perangkat menyediakan 1+1 backup diantara mana yang aktif dan standby pada modul system control, switching, dan timing.
Gambar 4.20 Modul redundasi untuk OptiX OSN 550 (system control, switching, dan timing board) 4.4.2 Network Level Proteksi Proteksi tidak hanya diberlakukan untuk perangkat saja, agar layanan komunikasi antar perangkat aman dan handal, pada jaringan juga terdapat beberapa proteksi untuk melindungi paket data antara lain PW APS, ERPS dan MSTP 4.4.2.1 PW APS Fungsi Pseudowire Automatic Protection Switching (PW APS) yang di dukung oleh OptiX OSN 550 adalah sebagai berikut : - Proteksi end-to-end PWs - PW aktif dan PW proteksi dibawa dalam tunnel yang berbeda namun memiliki PE local ataupun remote yang sama. - PW proteksi pada sepasang proteksi PW APS tidak membawa trafik tambahan. - Mekanisme PW OAM (berdasar ITU-T Y.1711) ataupun MPLS-TP OAM (berdasar ITU-T Y.1731) digunakan untuk mendeteksi kesalahan dalam PW. 59
Gambar 4.21 Contoh dari PW APS 4.4.2.2 ERPS Ethernet Ring Protection Switching (ERPS) berbasis pada protokol APS dan mekanisme protection switching, ERPS mendefinisikan protokol untuk perlindungan pada ring Ethernet. ERPS berlaku untuk topologi ring Ethernet di Layer 2 Ethernet, dan memberikan perlindungan untuk layanan LAN pada ring Ethernet. Bila jaringan ring dikonfigurasi dengan ERPS, dalam kasus-kasus normal, node utama akan mem-block portnya di satu sisi sehingga semua layanan ditransmisikan melalui port sisi yang lain. Dengan cara ini, paket looping dapat dicegah. Bila link segmen gagal atau NE rusak, pemilik RPL akan membuka port sebelumnya yang di blok sehingga layanan yang tidak dapat ditransmisi melalui link segmen yang rusak dapat ditransmisikan melalui port ini. Dengan cara ini, diperolehlah proteksi ring.
60
Pada gambar dibawah memperlihatkan contoh Jaringan ring Ethernet yang sudah terkonfigurasi dengan ERPS.
Gambar 4.22 Implementasi ERPS Umumnya, pemilik RPL (NE D) memblokir port yang terhubung NE A, dan semua layanan ditransmisikan melalui link NE A<>NE B<>NE C<>NE D. ketika link antara NE A<>NE B rusak, NE D membuka port yang tadi diblokir sehingga layanan dapat ditransmisikan melalui link NE A<>NE D<>NE C<>NE B.
61
4.4.2.3 MSTP Spanning Tree Protocol (STP) digunakan pada jaringan yang terdapat looping. Protokol ini menggunakan algoritma untuk memutus jaringan loop kedalam bentuk jaringan loop-free tree untuk mencegah paket berputar-putar terus tanpa henti dalam jaringan. Dan bila hal ini sampai terjadi akan berakibat jaringan down.
Gambar 4.23 Diagram Spanning Tree Protocol (STP) Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP) adalah versi STP yang dioptimalkan. RSTP menyetabilkan topologi jaringan lebih cepat ketimbang STP. RSTP kompatibel dengan STP. Paket STP dan paket RSTP dapat dibedakan dengan bridge yang menggunakan RSTP untuk menghitung spanning tree. Dibandingkan dengan STP dan RSTP, MSTP memaksimalkan penggunaan bandwidth link dengan membuat beberapa spanning tree yang terpisah. Misalkan contoh jaringan pada gambar dibawah. Paket VLAN 1 dan VLAN 2 ditrasmisikan melalui jaringan. Bila STP/RSTP aktif, dihasilkan spanning tree tunggal dengan switch A sebagai switch root kemudian link antara switch B and switch C akan diblokir. Oleh karena itu, bandwidth dari link ini tidak dimanfaatkan. 62
Gambar 4.24 Kekurangan dari STP/RSTP Jika MSTP diaktifkan dan jaringan ini merupakan daerah MST, maka masing masing VLAN 1 dan VLAN 2 akan dipetakan ke MSTI. Pada gambar dibawah memperlihatkan topologi jaringan. Pada ring: - MSTI 1 : switch A sebagai switch root untuk meneruskan paket dari VLAN 1 - MSTI 2 : switch C sebagai switch root untuk meneruskan paket dari VLAN 2 VLAN yang berbeda diteruskan melalui jalur yang berbeda pula dan semua paket VLAN diteruskan dengan benar. Pembagian beban pun tercapai, sehingga tidak ada bandwidth yang tidak terpakai. 63
Gambar 4.25 Pengoptimalan STP/RSTP dengan MSTP
64
4.5 Integrasi MSTP OSN 550 pada jaringan XL 4.5.1 Awal Mula Pengintegrasian MSTP pada jaringan XL Sebagai salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia PT. XL Axiata Tbk selalu ingin memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat Indonesia. Dalam hal ini PT. XL Axiata Tbk selalu mengikuti perkembangan teknologi dengan menyesuaikan diri dalam pesatnya kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi guna meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan salah satunya dengan cara mengimplementasikan teknologi Multi-Service Transmission Platform dengan menggunakan perangkat Huawei OptiX OSN 550. Dimulai pada tahun 2009 PT. XL Axiata TBK mulai menerapkan sistem MSTP untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, hingga sekarang tahun 2014 pengimplementasian sudah hampir di seluruh Indonesia.
Gambar 4.26 Topologi Ring pada MSTP Integrasi teknologi MSTP pada jaringan XL umumnya menggunakan topologi Ring, yang menerapkan sistem jalur Utama dan jalur Proteksi dimana ketika jalur utama putus maka dapat dialihkan ke jalur yang lain yaitu jalur proteksi. Untuk menghubungkan MSTP OSN satu dengan yang lain menggunakan media fiber optik yang berisi service-service dari BTS (2G) dan Node B (3G) yang berada dalam 1 wilayah dengan MSTP yang bersangkutan seperti yang terlihat pada gambar di bawah. 65
Gambar 4.27 Topologi tree node-B 4.5.2 Integrasi OSN 550 Site B220 Terminal Wonogiri Perencanaan Integrasi OSN550 site B220 Terminal Wonogiri (NE3507) pada jalur existing Wonogiri Sukoharjo merupakan salah satu contoh Implementasi teknologi MSTP. Integrasi untuk site B220 Terminal Wonogiri sendiri ditargetkan selesai pada bulan Maret 2014.
Gambar 4.28 Design alokasi OSN550 Hut Wonogiri Hut Sukoharjo (sebelum ada B220) Dapat dilihat dari desain alokasi MSTP OSN 550 diatas Hut Wonogiri terhubung langsung dengan Hut Sukoharjo sehingga semua trafik data 3G / 2G yang 66
berada diantara wilayah ini akan ditransmisikan ke Hut Sukoharjo ataupun ke Hut Wonogiri (mengacu pada wilayah terdekat pemancar). Kemudian pada jalur ini akan diintegrasikan OSN 550 pada site B220 terminal wonogiri yang berada di antara Wonogiri dan Sukoharjo dapat dilihat pada peta dibawah. OSN550 site B220 terminal wonogiri menggunakan jalur logical existing atau jalur yang sudah tersedia sehingga pada pengintegrasian tidak diperlukan pembuatan jalur logical baru namun tetap membuat jalur physical (dapat dilihat pada peta geografis dibawah). Dengan diintegrasikan OSN 550 pada site B220 terminal wonogiri trafik data yang sebelumnya ditransmisikan ke Hut Wonogiri ataupun ke Hut Sukoharjo dapat diarahkan ke site B220 guna mengurangi load pada pemancar. 67
Gambar 4.29 Letak site Terminal Wonogiri pada peta geografis 68
Gambar 4.30 Design alokasi OSN550 pada site B220 Terminal Wonogiri Setelah diketahui dimana OSN550 akan di integrasikan selanjutnya membuat design-nya pada Microsoft visio. Terlihat pada gambar Site B220 terminal wonogiri slot 10 terhubung dengan slot 7 pada Hut wonogiri dan slot 9 terhubung pada slot 11 pada Hut Sukoharjo, kemudian dari design ini akan di berikan kepada operational team yang terdiri dari vendor dan FOP (Field Operation) yang bersangkutan guna di implementasikan langsung. Warna blok biru dan coklat digunakan untuk membedakan perangkat mana yang sudah terintegrasi dan yang belum, biru untuk perangkat yang belum terintegrasi sedang dalam proses, dan coklat untuk perangkat yang sudah terintegrasi.
Gambar 4.31 Tampilan pada NMS sebelum site B220 terintegrasi 69
Gambar diatas merupakan tampilan pada NMS, terlihat site NE1431 Wonogiri terhubung langsung dengan site NE2284 Sukoharjo.
Gambar 4.32 Email konfirmasi site B220 telah terintegrasi
Gambar 4.33 Tampilan pada NMS sesudah site B220 terintegrasi 70
Gambar 4.34 Tampilan Konfigurasi modul OSN 550 site B220 Terminal Wonogiri Setelah OSN550 site B220 terintegrasi dari NMS dapat kita monitor service- service yang berjalan pada OSN bahkan hingga modul-modul yang terpasang pada perangkat pada gambar diatas merupakan tampilan modul OSN550 site B220 terminal wonogiri pada NMS, tampilan modul OSN550 pada NMS ini merupakan tampilan sesuai bentuk aslinya 71
Contoh Service Traffic OSN 550 Telah dijelaskan pada sub bab sebelum nya teknologi MSTP dapat membawa 2 macam service atau layanan yang berbasis pada paket (packet) dan TDM dimana dari 2 layanan tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa layanan. Misal pada layanan paket (packet service) terdapat layanan E-LAN kependekan dari Ethernet LAN yang membawa trafik VLAN (tagged frame). Pada jaringan XL penggunaan VLAN digunakan untuk mensegmentasi suatu network menjadi beberapa network misalkan untuk network 3G dan 2G. Untuk VLAN 3G dibagi menjadi 2 yakni VLAN 3G_IuB dan VLAN 3G_OAM begitu pula untuk VLAN 2G yakni VLAN 2G_Abis dan VLAN 2G_OAM. VLAN 3G_IuB dan VLAN 2G_Abis merupakan VLAN yang dilalui trafik data 3G / 2G yang membawa data dari Node-B (3G) / BTS (2G) ke RNC (3G) / BSC (2G). Sedangkan untuk VLAN 3G_OAM dan VLAN 2G_OAM umumnya merupakan VLAN yang digunakan untuk proses monitoring setiap node.
72
4.5.3 Contoh Konfigurasi MSTP untuk Servis 3G Pringapus Alamat site Jl. Karangjati - Wonorejo Kp. Tegalsari Rt. 07 Rw. 03 Kl. Pringapus Kb. Semarang - Jawa Tengah Kordinat Long: 711'15.98''(E) lat: 11027'57.69''(N) Pada site Pringapus terdapat Node-B 353B325G dengan VLAN ID IuB 14 dan VLAN ID OAM 2512. Semua trafik data Node-B 353B325G Pringapus akan diteruskan ke RNKBM01 RNC Kebumen 01, melalui NE3475 Ambarawa (sisi dekat Node-B). Kemudian dari site NE3475 Ambarawa akan mentrasmisi trafik data ke Hut Prembun (sisi dekat RNC). MSTP OSN NE3475 Ambarawa (sisi dekat Node-B)
Gambar 4.35 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Ambarawa Tampilan gambar diatas menunjukkan layanan E-LAN VLAN 3G dan VLAN OAM yang melewati OSN pada Site NE3475 Ambarawa, pada kolom Service Name 73
terdapat beberapa VLAN yang melalui site Ambarawa misalkan VLAN 3G_OAM RNKBM01 dimana trafik data dilewatkan melalui 3 port yang terhubung 5-EM6F-1 (Radio), 5-EM6F-2 (MLTN 10.31.43.201), dan 5-EM6F-3 (NodeB Collo) dengan VLAN 2512 (VLAN 3G OAM dari Node-B 353B325G site pringapus). Dari site ini kemudian data akan diteruskan ke site pada sisi RNC.
Gambar 4.36 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Ambarawa Dari NMS dapat kita ketahui tunnel ID yang digunakan untuk jalur transmisi trafik data, terlihat pada site NE3475 Ambarawa Tunnel ID 3315. MSTP Prembun (sisi dekat RNC)
Gambar 4.37 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun Gambar diatas merupakan tampilan NMS OSN pada site Prembun dapat dilihat pada kolom Service Name terdapat beberapa VLAN yang melalui site Prembun, misalkan VLAN 3G OAM RNKBM01, berbeda dengan site Ambarawa 74
pada site Prembun tidak hanya membawa data trafik 1 VLAN ID OAM dan 1 VLAN ID_IuB hal ini dikarenakan site Prembun merupakan site yang berada pada sisi RNC, terlihat pada gambar VLAN 3G_OAM RNKBM01 dibuka VLAN ID OAM 2501 sampai dengan VLAN ID OAM 2524 dengan demikian data VLAN ID OAM 2512 pada site Ambarawa termasuk dalam range VLAN yang dibuka pada site Prembun. Kemudian dari site Prembun diteruskan kembali ke RNC Kebumen 01.
Gambar 4.38 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun Begitu pula untuk VLAN 3G_IuB RNKBM01, terlihat pada gambar VLAN 3G_IuB RNKBM01 dibuka VLAN ID IuB 2 sampai dengan VLAN ID OAM 25 berarti trafik data VLAN ID_IuB 14 pada site Ambarawa termasuk dalam range VLAN yang dibuka pada site Prembun. Kemudian dari site Prembun diteruskan ke RNC Kebumen 01. 75
Gambar 4.39 Tampilan NMS untuk OSN pada Site Prembun Dari NMS pada site Prembun terlihat pula tunnel-tunnel yang melalui site ini, pada gambar diatas terlihat terdapata tunnel ID 3315 yang merupakan tunnel ID dari site Ambarawa.
76
4.5.4 Alokasi Tunnel Ambarawa-Prembun
Gambar 4.40 Screenshoot database alokasi Tunnel Ambarawa-Prembun Sistem transmisi pada MSTP menggunakan sistem tunneling yang mempunyai 2 jalur transmisi, yakni jalur utama (working) dan jalur proteksi (protection). Jalur utama merupakan jalur transmisi aktif yang digunakan untuk mentransmisikan paket data dari OSN satu ke OSN lainnya yang biasanya mempunyai jarak terdekat dengan RNC. Jalur proteksi didesain melalui jalur yang berbeda dengan jalur utamanya, agar jika jalur utama putus, trafik masih bisa lewat dengan aman di jalur proteksi.
Gambar 4.41 Design Topologi yang dilewati tunnel Ambarawa - Prembun
77
Dari gambar diperoleh - Jalur Utama (main) : NE3475-10 Ambarawa <> NE2293-11 Banyumanik <> NE1391-16 Poncol <> NE1390-11 Purwokerto <> NE1399-12 Prembun
5.1 Kesimpulan 1. MSTP Softswitch merupakan perangkat kendali komunikasi data maupun suara melalui jaringan IP (Internet Protocol) 2. Teknologi MSTP dapat membawa 2 macam layanan yang berbasis pada packet (paket) dan TDM. 3. Huawei OptiX OSN 550 merupakan perangkat yang menggunakan teknologi MSTP. 4. Huawei OptiX OSN 550 merupakan perangkat modular sehingga pemakaian dapat disesuaikan dengan kebutuhan 5. OptiX OSN 550 mendukung berbagai layanan transmisi, diantaranya : - Multi-Protocol Label Switching (MPLS) - Multi-Protocol Label Switching Transport Profile (MPLS-TP) - Pseudo Wire Emulation Edge-to-Edge (PWE3) - Asynchronous Transfer Mode (ATM) - Wavelength-Division Multiplexing (WDM) - Synchronous Digital Hierarchy (SDH) - Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) - Dan Ethernet
79
5.2 Saran 1. Pemeliharaan jaringan dan perangkat yang ada agar lebih baik lagi sehingga kebutuhan konsumen akan layanan komunikasi yang lancar dapat terpenuhi 2. Pembaharuan terhadap teknologi komunikasi agar terus dilakukan sesuai kebutuhan dan peningkatan sumber daya utama dalam hal teknologi.