You are on page 1of 7

SISTEM KENDALI OTAK TERHADAP PERNAPASAN

Mekanisme pernapasan di atur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu kimiawi dan
pengendalian oleh saraf.beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang
terletak di dalam medula oblongata,dan kalau di ransang maka pusat itu mengeluarkan
impuls yang di salurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot
interkostalis.
1.Pengendalian oleh saraf
Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan.melalui beberapa radiks saraf servikalis
impuls ini di anatarkan ke saraf frenikus.dan di bagian lebih rendah pada sum-sum
belakang,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk meransang
otot interkostalis.impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostal yang kecepatan kira-kira 15 kali setap menit.impuls eferen yang di ransang oleh
pemekaran gelembung udara,di anatarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam
medulla.
2.Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan
frekuensi,kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan.pusat pernapasan di dalam sum-
sum sanagat peka pada reaksi,kadar alkali darah harus di pertahankan.karbon dioksida
adalah produk asam dari metabolismendan bahan kimia yang asam ini meransang pusat
pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan. Kedua
pengendalian,melalui saraf dan secara kimiawi,adalah penting.tanpa salah satunya orang
tak dapat bernapas terus.Dalam hal ini paralisa otot otot pernapasan (interkostal dan
diafragma),di gunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan lainnya untuk
melanjutkan pernapasan,sebab dada harus bergerka supaya udara dapat di keluarmasukan
ke paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya
pernapasan.Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk
memeberi energi yang di perlukan untuk pekerjaan,akan menimbulkan kenaikan pada
jumlah CO2 di dalam darah dan akibatnya pembesaran ventilasi paru-paru. Emosi,rasa
sakit dan takut misalnya, menyebabkan impuls yang meransang pusat pernapasan dan
menimbulkan penghirupan udara secara kuat.Impuls eferen dari kulit menghasilkan hasil
yang efek serupa,bila badan di celup di air dingin atau menerima guluran air dingin,maka
penarikan napas yang kuat menyusul. Pengendalian secara sadar atas gerakan
pernapasan mungkin,tetapi tidak di jalankan lama,oleh sebab gerakannya adalah
otomatik.suatu usaha u7ntuk menahan napas untuk waktu lama akan gagal karena
pertambahan CO2 yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi dari pria.kalau bernapas secara normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi,dan kemudian ada istrahat sebentar.
Gerakan pernapasan terjadi sewaktu pernapasan: (a).inspirasi dan (b). Ekspirasi .Inspirasi
atau menarik napas ialah proses aktif yang di selenggarakan oleh kerja otot.kontrksi
diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah,yaitu ventrikal.penilaian iga-
iga dan sternum,yang di timbulkan oleh kontrksi otot interkostalis,meluaskan rongga dada
kedua sisi danj dari belakang ke depan.paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk
mengisi ruang yang membesar itu dan udara di tarik masuk kedalam saluran udara.otot
intewrkostal externa di beri peran ke berbagai otot tambahan,hanaya bila inspirasi menjadi
gerak sadar. Pada ekspirasi,udara di paksa keluar oleh pengedoran otot dan karena paru-
paru kempes kembali,di sebabakan sifat elastis paru-paru itu.gerakan ini adalah proses
pasif. Ketika pernafasan sangat kuat,gerkan dada bertambah.otot leher dan bahu
membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga
dibawa bergerak alaenasi dapat kembang kempis.
Kebutuhan tubuh akan oksigen,dalam banyak keadaan oksigen dapat di atur menurut
keperluan.bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang
menjadi kebiru-biruan,bibir,telinga,lengan dan kaki menjadi kebiru-biruan yang di sebut
dengan sianosis. Organ yang berperan dalam pernafasan:

Hidung
Faring
Laring
Trakea
Bronkus
Bronkiolus
Alveolus (Tempat pertukaran antara oksigen dan karbondioksida)

Mekanisme respirasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang dimulai dari peristiwa
masuknya oksigen ke dalam paru-paru, pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam
paru-paru tepatnya di alveolus, sampai proses keluarnya karbondioksida dari tubuh.
Mekanisme respirasi :
Inspirasi (Pemasukan udara ke paru paru)
Ekspirasi (Pengeluaran udaraa ke paru paru)
Mekanisme Inspirasi :
Otot-otot interkostal berkontraksi akibatnya tulang rusuk terangkat. Kontraksi otot interkostal
diikuti oleh kontraksi otot diafragma. Akibat kontraksi kedua otot ini, rongga dada menjadi
membesar. Rongga dada yang bertambah besar menyebabkan tekanan udara di paru-paru
menjadi kecil. Akibatnya udara masuk ke dalam paru-paru.
Mekanisme Ekspirasi :
Otot-otot interkostal berelaksasi akibatnya tulang rusuk turun. Relaksasi otot interkostal
diikuti oleh berelaksasinya otot diafragma. Akibat relaksasi kedua otot ini, rongga dada
menjadi menjadi mengecil. Akibatnya udara keluar dari dalam paru-paru ke
lingkungan.Rongga dada yang mengecil menyebabkan tekanan udara di paru-paru menjadi
besar. Kontrol pernafasan. Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan
pons.
Kelainan pada sistem respirasi
Asma yaitu penyempitan bronkiolus akibat alergen (asap, debu, cuaca, serbuk sari, dll).
Kanker paru paru. Berhubungan dengan merokok karena di dalam rokok terdapat
nitrosamie dan senyawa karsinogen yang dapat memicu mutasi DNA. Kerusakan pada paru
paru yang mengakibatkan kanker dan terbakarnya paru paru. Kerusakan dapat terjadi
karena asap yang masuk ke paru paru sangat panas.
Fungsi Sistem Respirasi :
1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah.
2. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.
3. Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai
keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan
jaringan lain dari patogen.
4. sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi
lainnya.
5. memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior
portion pada rongga hidung.
Sistem respirasi juga dibagi menurut divisinya, yakni :
1. Divisi konduksi
Divisi ini dimulai dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, himgga terminal
bronkiolus
2. Divisi respirasi
Divisi ini dimulai dari bronkiolus hingga alveoli, udara memenuhi kantung paru-paru dan
terjadilah pertukaran gas antara udara dan darah.
Mekanisme Respirasi
Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi internal.
Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara cairan
interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan
pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi
selular, terjadinya di mitokondria.
Berikut adalah tahapan-ahapan dalam respirasi eksternal:
1. Ventilasi pulmoner atau bernapas, melibatkan perpindahan udara secara fisik keluar
masuk paru-paru.
2. Difusi gas, melewati membran respiratori antara ruangan alveolar dan kapiler alveolar
serta melewati kapiler alveolar dan kapiler jaringan.
3. Transportasi oksigen dan karbon dioksida; antara kapiler alveolar dan kapiler jaringan.

Ventilasi Pulmoner
Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi utamanya adalah
untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer memiliki peranan
penting dalam ventilasi pulmoner. Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik
dengan volume. Udara akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.
Kedua hukum ini merupakan dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal
terdiri dari inhalasi/inspirsi dan ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan
volume paru-paru. Perubahan ini menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara
keluar atau masuk paru-paru. Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral
pleura dipisahkan hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi
antara parietal pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing menempel
pada bagian dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan dada dan
diafragma ini akan menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume rongga toraks
berubah ketika diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.
Saat diafragma berkontraksi, volume rongga toraks akan bertambah, ketika diafragma
berelasasi, volume rongga toraks akan berkurang. Sementara pergerakan superior rusuk
dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks bertambah. Pergerakan inferior
rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks berkurang. Saat bernapas
dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak ada pererakan keluar masuk
paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan paru-paru akan berekspansi
untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi ini mengurangi tekanan paru-
paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan karena tekanan dalam paru-paru
lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk sampai volume paru-paru berhenti
bartambah dan tekanan di dalam sama dengan tekanan udara luar. Saat volume rongga
toraks berkurang, tekanan alam paru-paru naik sehingga udara dari paru-paru dikeluarkan
dari saluran pernapasan.
Compliance:
Compliance paru-paru merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru, bagaimana
paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Semakin rendah compliance,
semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan mnegosongkan paru-paru.
Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru, semakin mudah paru-paru
untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Factor yang mempengaruhi compliance
adalah:
Struktur jaringan penghubung dari paru-paru. Kehilangan jaringan penghubung
menghasilkan kerusakan alveolar, seperti pada emfisema, yang meningkatkan compliance
Produksi surfaktan, pada saat ekshalasi, alveoli yang kolaps karena produksi surfaktan
yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome, mengurangi compliance
paru-paru
Mobilitas rongga toraks, arthritis atau kelainan skelet lainnyamempengaruhi artikulasi
rusuk atau kolom spinal juga mengurangi compliance.

Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi
1. Tekanan intrapulmoner
Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan
intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran pernafasan, di
alveoli. Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada umumnya
ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan tekanan
intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet yang berlatih
bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai -30 mmHg
selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang ettap tertutup.
Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat ekshalasi; karena
ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal meningkat dengan
signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
2. Tekanan intrapleural
Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan visceral
pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat mencapai 18
mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan atmosferyang
diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya, kita mencatat
bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya, paru-paru dapat
kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan sempurna. Elastic fiber
tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat untuk mengatasi
ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya melawan ikatan
cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma, menurunkan
tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan setelah ekshalasi
penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui siklus inhalasi dan
ekshalasi normal.

Siklus Respirasi
Satu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali ekshalasi. Jumlah udara yang
keluar atau masuk paru-paru dalam satu siklus respirasi disebut volume tidal. Saat siklus
dimulai, tekanan atmosfer dan intrapulmonar sama besar, tidak ada pertukaran udara.
Inhalasi dimulai dengan penurunan tekanan intrapleural yang diakibatkan ekspansi rongga
dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai, tekanan intrapleural dan
intrapulmonar naik denga cepat, mendorong udara keluar dari paru-paru.
Otot yang Digunakan Saat Inhalasi

Kontraksi diafragma
Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat inhalasi.
Jenis-Jenis Pernapasan
Quiet Breathing

Pada quiet breathing atau eupneu, inhalasi melibatkan kontraksi otot, tapi ekshalasi
merupakan proses yang pasif. Inhalasi melibatkan kontraksi otot diafragma dan interkostal
eksternal.
Forced Breathing
Disebut juga hiperpnea; melibatkan inhalasi dan ekshalasi aktif. Pada pernapasan jenis ini,
otot aksesori ikut berperan dalam inhalasi, sementara pada ekshalasinya yang juga turut
berperan adalah otot interkostal internal. Pada level paling maksimum forced breathing,
kontraksi otot abdominal digunakan dalam ekshalasi.
Ventilasi Alveolar
Ventilasi alveolar adalah jumlah udara yang mencapai alveoli tiap menitnya. Hanya
sebagian dari udara inhalasi yang mencapai permukaan alveoli. Umumnya inhalasi menarik
500 ml udara ke dalam saluran pernapasan. Sebanyak 350 ml masuk ke ruang-ruang
alveolar, sisanya hanya mencapai divisi konduksi dan tidak ikut berpartisipasi dalam
pertukaran gas dengan darah. Udara di alveoli ini mengandung oksigen yang lebih sedikit
dan karbon dioksida yang lebih banyak daripada komposisi di udara.
Kecepatan Respirasi
Kecepatan respirasi adalah jumlah pernapasan dalam satu menit. Kecepatan yang normal
adalah 12 sampai 18 pernapasan per menit. Pernapasan pada anak-anak lebih cepat, yaitu
18-20 kali per menit.

KONTROL RESPIRASI
Dalam kondisi laju respirasi yang tidak seimbang, tubuh akan berusaha mengembalikan
kondisi tersebut dengan mekanisme homeostasis tubuh yang khas. Mekanisme
homeostasis yang terjadi meliputi :
1. Perubahan aliran darah dan transport oksigen pada level lokal
2. Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak


Perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level lokal
Mekanisme ini merupakan mekanisme pengaturan aliran darah dan aliran udara, sebagai
respon atas tekanan parsial gas CO2 dan O2. Pengaturan aliran darah erat kaitannya
dengan tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah, maka pembuluh kapiler alveolar akan
mengalami vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi, pembuluh kapiler alveolar akan
berdilatasi, sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah. Mekanisme pengaturan aliran
udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot polos yang terdapat pada dinding
bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di udara. Kadar CO2 yang tidak
sesuai akan dikenali oleh otot polos ini, lalu memberikan respon berupa bronkokonstriksi
atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus akan berkonstriksi. Sedangkan bila
PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi. Kedua mekanisme yang terjadi merupakan suatu
reaksi otomatis yang dilakukan tubuh, tanpa pengaruh dari sistem saraf pusat maupun
perifer.

Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak
Kontrol respirasi diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di otak
mengatur kerja otot respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter mengatur
output respirasi melalui kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons, dan
neuron motorik pada sumsum tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor neuron
pada sumsum tulang belakang ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun dapat
juga diatur secara volunter melalui jalur kortikospinal.
Kontrol Pusat Respirasi. Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas
dan terletak bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat
respirasi dibagi menjadi DRG (Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory
Group).
DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal dan otot
diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal. VRG merupakan
kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang berfungsi saat
bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif.
Selama respirasi normal :
a. meningkatnya aktivitas DRG selama periode 2 detik, sehingga menstimulasi otot-otot
inspirasi, lalu terjadilah proses inhalasi
b. setelah 2 detik, DRG berubah menjadi inaktif, lalu dibutuhkan waktu 3 sekon untuk
quite dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi. Maka terjadilah ekshalasi normal
(pasif)
Selama bernapas dengan kuat :
a. meningkatnya aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi
b. diakhir inhalasi, otot-otot ekspiratori menstimulasi otot aksesori sehingga mampu
melakukan ekshalasi aktif

Apneustik dan Pneumotaxic Centers
Apneustik dan pneumotaxic center merupakan sepasang nuceli yang mempengaruhi output
respirasi. Pusat pneumotaxic berfungsi membatasi lama inspirasi dan meningkatkan laju
respirasi, dengan menginhibisi apneustik neuron dan membantu proses ekshalasi normal
atau kuat. Selama pernapasan normal, stimulasi dari pusat apneustik membantu
peningkatan intensitas inhalasi sampai 2 sekon.

You might also like