Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits Rasulullah saw. telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah
sebuah kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Hadits Rasulullah saw.
merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-Qur'an. Hadits atau disebut juga
dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada
sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an, sejarah perjalanan hadits tidak
terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa
(sumber aslinya), lebih banyak berlangsung secara hafalan dari pada secara
tulisan. Penyebabnya adalah Nabi sendiri melarang para sahabat untuk menulis
hadits-nya, dan karakter orang-orang Arab sangat kuat hafalannya dan suka
ini, sangat logis sekali bahwa tidak seluruh hadits Nabi terdokumentasi pada
yang cukup banyak, juga banyak istilah-istilah yang digunakan. Pada masyarakat
tentang perkembangan hadits pada masa Nabi Muhammad saw. dan masa
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui
sejarah perkembangan hadits pada masa Rasulullah masih hidup dan setelah
1 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, terj. Anar Mahyuddin, Membuka Pintu
Ijtihad, (Cet. 1; Bandung: Pustaka, 1995), h. 12
BAB II
PEMBAHASAN
Islam, aplikasi atau penerapannya dan pendidikan umat padanya, yang termanivestasi
dalam firman Allah swt yakni Q.S. Ali-Imran (3) ; 164, sebagai berikut:
Hadits merupakan sumber acuan kedua bagi Islam setelah Al-Qur’an. Al-
kaidah dasar Islam; akidah, ibadah, akhlak, muamalat dan adab susilanya.
dalam semuanya itu. Oleh karena itu, harus mengikutinya dan mengamalkan apa
sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadits yang ditulis oleh para sahabat Nabi. Hal
ini disebabkan, Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadits beliau.
Dalam pada itu, Nabi juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadits
beliau. Dalam sejarah, pada zaman Nabi telah terjadi penulisan hadits. misalnya
berupa surat-surat Nabi tentang ajakan memeluk Islam kepada sejumlah pejabat
dan kepala negara yang belum memeluk Islam. Sejumlah sahabat Nabi telah
menulis hadits Nabi, misalnya Abdullah bin 'Amr bin al-'As (w.65 H/685 M),
Abdullah bin 'Abbas (w.68 H/687 M), 'Ali bin Abi Thalib (w. 40 H/661 M),
Sumrah (Samurah) bin Jundab (w. 60 H), Jabir bin Abdullah (w. 78 H/697 M),
dan Abdullah bin Abi Aufa' (w.86 H). Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa
al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-
qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu
4 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Cet. II;
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998), h. 34
sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Secara terminologi, ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat dalam
beberapa definisi yang antara satu sama lain agak berbeda. Ada yang
Segala perkataan Nabi saw, perbuatan, dan hal ihwalnya. Ulama hadits
menerangkan bahwa yang termasuk "hal ihwal", ialah segala pemberitaan tentang
pengertian hadits dengan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa
Ulama hadits yang lain juga mendefiniskan hadits adalah sesuatu yang
didasarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun
sifatnya. 6
Dari ketiga pengertian tersebut, ada kesamaan dan perbedaan para ahli
hadits dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik perkataan
terakhir dari perumusan definisi hadits. Ada ahli hadits yang menyebut hal ihwal
5 Masjfuh Zuhdi, Pengantar Ilmu Hadits, (Cet. 1; Surabaya: Bina Ilmu, 1993), h. 22
6 Ibid, h. 23
atau sifat Nabi sebagai komponen hadits, ada yang tidak menyebut. Kemudian
ada ahli hadits yang menyebut taqrir Nabi secara eksplisit sebagai komponen dari
Nabi saw. yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum syara’.7
Berdasarkan rumusan definisi hadits baik dari ahli hadits maupun ahli
ushul, terdapat persamaan yaitu; memberikan definisi yang terbatas pada sesuatu
ucapan shabat atau tabi'in. Perbedaan mereka terletak pada cakupan definisinya.
Definisi dari ahli hadits mencakup segala sesuatu yang disandarkan atau
bersumber dari Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir.
Sedangkan cakupan definisi hadits ahli ushul hanya menyangkut aspek perkataan
Nabi saja yang bisa dijadikan dalil untuk menetapkan hukum syara'.
kebiasaan yang baik atau yang jelak". Menurut M.T.Hasbi Ash Shiddieqy,8
pengertian sunnah ditinjau dari sudut bahasa (lughat) bermakna jalan yang
dijalani, terpuji, atau tidak. Sesuai tradisi yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah,
7 Ibid.
segala yang dinukilkan dari Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang
sesudahnya.
selalu bertemu dan berinteraksi dengan beliau secara bebas. Bahwa tidak ada
ketentuan protokol yang menghalangi mereka bergaul dengan beliau. Yang tidak
dibenarkan, hanyalah mereka langsung masuk ke rumah Nabi, dikala beliau tak
ada di rumah, dan berbicara dengan para isteri Nabi, tanpa hijab. Nabi bergaul
dalam hadlar. 9
Seluruh perbuatan Nabi, demikian juga ucapan dan tutur kata Nabi
contoh dan pedoman hidup mereka. Para sahabat sangat memperhatikan perilaku
Nabi dan sangat memerlukan untuk mengetahui segala apa yang disabdakan
Untuk itu, "menurut riwayat al-Bukhari, Ibnu Mas'ud pernah bercerita bahwa
9 Ibid
menyampaikan haditsnya dengan berbagai cara, sehingga membuat para sahabat
Ada beberapa teknik atau cara Rasul saw. dalam menyampaikan Hadits
kepada para sahabat, yang disesuaikan dengan kondisi para sahabatnya. Untuk
itu, teknik atau cara yang digunakan Nabi saw. dalam menyampaikan Hadits,
sebagai berikut:
al-'Ilmi. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk
melalui para sahabat tertentu, yang kemudian oleh para tersebut disampaikannya
kepada orang lain. Hal ini karena terkadang ketika ia mewurudkan suatu Hadits,
para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja, baik karena disengaja oleh
Rasul saw. sendiri atau secara kebetulan para sahabat yang hadir hanya beberapa
orang saja, bahkan hanya satu orang, seperti Hadits-hadits yang ditulis oleh
Abdullah bin Amr bin al-'Ash. Untuk hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan
para sahabat, jika ada hal-hal yang berkaitan dengan soal di atas, karena segan
Melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada'
dan fathu Makkah. Melalui perbuatan langsung yang disaksikan oleh para
sahabatnya (jalan musya'hadah), seperti yang berkaitan dengan praktek-praktek
langsung kepada Nabi saw. Melihat kenyataan ini, umat Islam pada saat itu
secara langsung memperoleh Hadits dari Rasul saw. sebagai sumber Hadits, baik
itu berupa perkataan, perbuatan dan taqrir. Antara Rasul saw. dengan mereka
tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuan
mereka. Para sahabat menerima Hadits dari Rasul saw. adakalanya langsung dari
beliau sendiri, mereka langsung mendengar atau melihat contoh perilaku yang
dilakukan Nabi saw, baik karena ada sesuatu soal yang diajukan oleh seseorang
kepada Nabi lalu Nabi menjawabnya, atau karena Nabi sendiri yang memulai
pembicaan tentang suatu persoalan. Indah sekali, betapa bahagia dan indahnya
Cara para sahabat menerima hadits pada masa Rasulullah saw. berbeda
cara yang dilakukan oleh generasi setelah itu. Cara para sahabat menerima di
masa Nabi Muhammad saw. dilakukan oleh sahabat yang dekat dengan beliau,
yang besar untuk memperoleh hadits dari pada Rasulullah saw. itu sendiri. Oleh
karena itu, mereka berusaha kesar mengikuti Rasulullah saw., agar perbuatan,
perkataan atau taqrir beliau dapat mereka terima atau mereka liat secara
langsung.10
10 Nawir Yuslem, Ulumul Hadits (Cet. 1; Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001), h. 88
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kegiatan tulis menulis dan juga kegiatan
pendidikan di dunia Islam telah berlangsung sejak zaman Nabi SAW masih
hidup. Ini dapat dilihat dengan adanya bukti-bukti bahwa ketika nabi masih
hidup, para sahabat banyak yang mencatat hal-hal yang diimlakan beliau kepada
mereka. Ada juga sejumalah sahabat yang menyimpan surat-surat nabi atau
orang. Selain itu ada juga aturan registrasi nama orang-orang yang mengikuti
perang.
gudang kertas yang berhimpitan dengan rumah Utsman bin Affan. Dan
para gubernur. Rasulullah SAW yang menjadi kepala negara Madinah semenjak
bisa bertemu dengan beliau secara langsung tanpa adanya birokrasi yang rumit
seperti sekarang ini. Rasulullah SAW bergaul dengan mereka di masjid , di pasar,
rumah dan dalam perjalanan. Segala ucapan perbuatan dan kelakuan Rasulullah
saw. yang kita kenal sabagai hadits akan menjadi ushwah bagi para sahabat r.a.
Tidak dapat kita sangkal bahwa tidak semua sahabat mendengar satu hadits
secara bersamaan, sehingga ada sahabat yang menuliskan hadits dalam shahifah
agar tidak tercecer, seperti shahifah Abdullah bin Amru bin Ash.
Dan ternyata setelah Rasulullah SAW meninggal dunia sahifah-sahifah
berisi hadits-hadits Rasullah SAW seperti sahifah Sa’ad Ibnu Abu Ubadah,
Sahifah Jabir Ibn Abdullah, Samurah Ibn Jundab dan yang lainnya.
kodifikasi hadits ini tidak dilakukan secara formal seperti halnya al-Qur’an
sampai abad pertama Hijriyah berlalu, padahal bisa saja para sahabat
pelaksanaannya amat sukar. Sebab mereka tahu sewaktu Nabi SAW wafat jumlah
sahabat yag mendengarkan dan meriwatkan dari beliau 114.000 orang. Setiap
sebuah hadits di hadapan segolongan sahabat yang tidak didengar oleh golongan
lain.
M Hasbi Asyiddiqi,11 yang membagi kedalam beberapa periode pada masa Nabi
dan sahabat, yaitu pada abad pertama, M Hasbi Asyiddiqi membagi menjadi tiga
Rasulullah SAW atau dari sahabat lain, karena para sahabat tersebar di penjuru
negeri, ada yang di Dusun, dan ada yang di kota. Adakalanya diterangkan oleh
istri-istri rasul seperti dalam masalah kewanitaan dan rasulullah SAW juga
cara :
a. Dengan lafadz asli, yakni menurut lafadz yang mereka dengar dari Rasulullah
Saw.
Nabi.12
Kecuali itu, pada masa Rasulullah SAW sudah ada catatan hadits-hadits
beliau seperti Abdullah bin Amru, dan pernah suatu waktu Rasulullah SAW
berkhutbah, setelah seorang dari Yaman datang dan berkata. ”Ya Rasulullah
sahifah berisi hadits pada masa Rasulullah SAW kita tidak akan berani
12 Ibid., h. 38
diteliti ternyata ada hadits yang menyatakan bolehnya penulisan hadits, seperti
ب َفَواّلِذى َنْفِسى ِبَيِدِه َما يَْخُرُج ِمُن فمى ِإّل َحّق
ْ اْكُت
Artinya : ”Tulislah, maka jiwaku yang berada ditangan-Nya tidaklah keluar dari
mulutku kecuali kebenaran”
1. Bahwa larangan menulis hadits itu, telah dimansukh oleh hadits yang
memerintahkan menulis.
2. Bahwa larangan itu bersifat umum, sedang untuk beberapa sahabat khusus
diizinkan.
4. Bahwa larangan itu dalam bentuk kodifikasi secara formal seperti mushaf al-
5. Bahwa larangan itu berlaku pada saat wahyu-wahyu yang turun belum dihafal
dan dicatat oleh para sahabat, setelah dihafal dan dicatat, menulis hadits
diizinkan.
berarti oleh yang menemani yang lain tanpa dibatasi jumlah dan waktu, itulah
sebabnya para ahli hadits mengemukakan rumusan tentang sahabat yang akag
sedikit beda dengan satu dengan yang lainnya. Salah satu ahli hadits
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a., pengembangan
hadits tidak begitu pesat, hal ini disebabkan kebijakan kedua khalifah ini dalam
penyebarannya.
Hakim meriwayatkan; pernah suatu malam Abu Bakar r.a merasa bimbang
sekali, pagi harinya ia memanggil putrinya Aisya r.a dan meminta kumpulan
Lain halnya ada masa khalifah Utsman dan Ali r.a, mereka sedikit
berhati-hati agar tidak bercampur dengan al-Qur’an, Khalifash Ali r.a, melarang
awam, karena beliau sendiri memiliki sahiofah yang berisi kumpulan hadits.
13 Mustafa Amin Ibrahim Al-Fazi Muhadarafih, Umulum Al-Hadits (Kairo; Jami’ul Al-
Ashar, 1971), h. 44
Pada masa Khulafa Rasyidin, periwayatan sangat sedikit dan agak lamban,
terutama pada masa Abu Bakar dan Umar. Pada masa ini periwayatan hadits
Umar tidak menjawab sekalipun. Abu Musa pun tidak jadi masuk kerumah
Umar. Ketika melihat Abu Musa tidak ada lagi, lalu Umar mengejarnya sampai
ketemu dan bertanya pada Abu Musa, kenapa anda berbalik? Abu Musa
menjawab, bahwa kata Rasulullah saw. barang siapa mengucapkan salam tiga
kali baru tidak dijawab maka tidak dibenarkan masuk kedalam rumah tersebut.
Lalu Umar mengatakan, saya tidak percaya apa yang kamu sampaikan sebelum
kamu menghadirkan seorang saksi, yang menjadi saksi apa yang kamu
sampaikan.14
Hattab dan Abu Bakar, Usman Ibnu Affan pun termasuk sahabat yang sangat
Para sahabat selalu berusaha agar periwayatan hadits bisa tersebar luas
keberbagai pelosok daerah Hal ini terwujud setelah Rasulullah saw. wafat, yang
penyebaran hadits.
ilmu agama kepada masyarakat yang baru memeluk agama Islam, maka khalifah
Usman Ibnu Affan serta Ali Ibnu Abi Thalib, mulai memberikan kelongggaran-
satu sama lain, sehingga terjadi keikhtisaran riwayat al-Hadits, serta peningkatan
didapat dari seorang sahabat atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan
saat itu, berita itu kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain yang
kebetulan sedang tidak hadir atau tidak menyaksikan. Kemudian berita itu
selanjutnya lagi yaitu para tabi'it-tabi'in dan seterusnya hingga sampai kepada
Pada masa Sang Nabi masih hidup, Hadits belum ditulis dan berada dalam
benak atau hapalan para sahabat. Para sahabat belum merasa ada urgensi untuk
15 Daniel Djuned, Paradigma Baru Study Ilmu Hadits (Cet. 1; Banda Aceh: Citra Karya,
2002), h. 13
Diantara sahabat tidak semua bergaulnya dengan Nabi. Ada yang sering
menyertai, ada yang beberapa kali saja bertemu Nabi. Oleh sebab itu Al-Hadits
yang dimiliki sahabat itu tidak selalu sama banyaknya ataupun macamnya.
Demikian pula ketelitiannya. Namun demikian diantara para sahabat itu sering
diteladani, ditaati dan diamalkan sahabat bahkan umat Islam pada umumnya pada
selalu berada dalam kendali dan pengawasan Nabi Muhammad baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya para sahabat tidak mudah
oleh umat Islam dimasa Nabi Muhammad hidup ini oleh ahli Hadist disebut
Al Hadist.
Meski pada masa itu Al Hadist berada pada ingatan para sahabat, namun
2. 'Ali bin Abi Thalib (dalam shahifahnya mengenai huku-hukum diyat yaitu
Adapun masa perkembangan hadits pada sahabat dibagi dalam beberapa masa
yakni:
1. Masa Penggalian
Setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 11 H / 632 M) pada awalnya
sahabat besar selalu menjadi pusat perhatian para sahabat kecil terutama para
tabi'in. Meski memerlukan perjalanan jauh tidak segan-segan para tabi'in ini
diterima atau digalinya dari sumbernya yaitu para sahabat. Meski begitu,
sekaligus sebagai catatan pada masa itu adalah Al Hadist belum ditulis
apalagi dibukukan.
2. Masa Penghimpunan
Musibah besar menimpa umat Islam pada masa awal Kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib. Musibah itu berupa permusuhan diantara sebagian umat Islam
yang meminta korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Pihak-pihak yang
kemudian bergeser kepada bidang Syari'at dan Aqidah dengan membuat Al-
(dibukukan) tidak sedikit yang telah hafal. Hanya saja mereka yang
yang marfu', mauquf dan maqtu'. Al-Hadits marfu' ialah Al-Hadits yang
berisi perilaku sahabat dan Al-Hadits maqthu' ialah Al-Hadits yang berisi
c. Musaddad Al Bashri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu:
agak lambat dan hati-hati, tetapi karena perkembangan maka para sahabat
Muhammad saw.
A. Saran
Nabi Muhammad, yang sangat penting untuk diketahui. Karena ini merupakan
Djuned, Daniel. Paradigma Baru Study Ilmu Hadits. Cet. 1; Banda Aceh: Citra
Karya, 2002
Muhadarafih, Mustafa Amin Ibrahim Al-Fazi. Umulum Al-Hadits. Kairo; Jami’ul Al-
Ashar, 1971
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Cet.
2; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadits. Cet. 1; Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001
PERKEMBANGAN HADITS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
DAN SAHABAT
Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah BPKI
Semester I Prodi Ekonomi Islam Jurusan Syariah
Oleh
KELOMPOK VII
– ST. RAHMAWATI
– AGUSTINA
– MURSALIM
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan Allah Swt. karena atas rahmat dan
Perkembangan Hadits Pada Masa Nabi Muhammad saw. dan Sahabat, dapat
Shalawat dan taslim atas junjungan Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmat
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, makalah
ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, dan masih banyak kekurangan yang perluh
alamin.
Penulis,
Kelompok VII
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan dan Kegunaan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Hadits pada Masa Nabi Muhammad saw. 4
B. Perkembangan Hadits pada Masa Sahabat 14