You are on page 1of 165

LAHIRNYA PERMATA HATI BUNDA

PEMICU 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Anggota Kelompok
Ketua : Wahyu Wijasena A.P 405070106
Sekertaris : Ellen Aristika G 405070083
Penulis : Richie Santoso 405070115
Anggota :
1. Fajar Permata Sari 405070032
2. Jacky Tansil 405070061
3. Dian Wijayanti 405070076
4. Stephanie Wibisono 405070001
5. Viencensia 405070090
6. Julian 405070095
7. Marcella Dian 405070096
8. Ferdy Sanjaya 405070118
9. Erik Aditya 405070051

Tutor: dr. Linda

Skenario
Ny. Bunda, 25 th, G1P0A0 38 minggu, inpartu. Sejak 3 hari
sebelumnya mengalami demam 39C, ketuban pecah 22 jam
sebelum pembukaan lengkap, warna hijau agak berbau.
Persalinan berlangsung cukup lancar, bayi lahir spontan, laki-
laki, tidak segera menangis. Bayi tamapk pucat, merintih dan
gerakannya lemah. Dilakukan resusitasi prosedur standar.
Sementara bayi dikeringkan, dihangatkan, dan dipotong tali
pusatnya, diperoleh nilai APGAR 4. berat badan 2200 gr, PB
47 cm, LK 32 cm, LD 28cm. Tidak ditemukan tanda trauma
lahir atau malformasi
Setelah kondisi stabil bidan segera membungkus bayi dan
dibawa keruang perawatan, pada saat IMD, ny. Bunda
mendapat kesulitan karena putingnya terbenam. Dalam
catatan kehamilannya Ny. Bunda perokok pasif.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus ini?
LO
Memahami kriteria bayi normal
Memahami penanganan bayi lahir
Memahami kelainan neonatus:
Kejang
Sepsis
Hipoglikemi
Hipotermia
MAS
Asfiksia
RDS
pneumonia
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi BBL
Memahami kelainan payudara yang mempersulit laktasi

APGAR
Tanda-tanda 0 1 2
A : Apperience (warna
kulit)
Pucat atau biru Tubuh merah Seluruh tubuh merah
P : Puls (frekuensi
jantung)
Tidak ada detak
jantung
Dibawah 100, lemah
dan lamban
Diatas 100, detak
jantung kuat
G : Grimace (reaksi
terhadap Rangsangan)
Tidak ada respon Menyeringi atau kecut Menangis
A : Activity (tonus otot) Tidak ada gerakan Ada sedikit Seluruh ekstremitas
bergerak aktif
R : Respiration
(pernapasan)
Tidak ada Pernapasan perlahan,
bayi terdengar
merintih
Menangis kuat
Klasifikasi klinik :
1. Nilai 7-10 : bayi normal
2. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
Pada kasus APGAR 4
Perilaku bayi normal
Newborn behaviorperilaku yang dapat
diamati oleh orang tua atau pemeriksa yang
mempunyai tujuan menilai fungsi integritas
bayi&mengetahui kontribusi BBL terhadap
sistem bayi-orang tua
Karakteristik :
Pipi kemerahan & montok
Mata yang mungkin masi terpejam atau sedikit
terbuka
Kepala mungkin mendatar&punya bentuk tidak
beraturan sesudah lahir,mungkin lebih besar dan
tidak proposional dibanding tubuh bayi
Mungkin terdapat goresan akibat kuku bayi
Telinga tidak beraturan
Daun telinga msih lemas/kaku terlipat ke bawah
Dalam waktu seminggupenampilan berubah
Bentuk kepalalebih bulat
Mata terpejammata terbuka&terjadi
koordinasi mata
Berat akan turun sedikit
Bentuk telinga normal dalam 1 bulan

Langkah-langkah petanda sisi pandang
bayi
Bayi berkomunikasi(menangis & tersenyum)
Bayi akan tanggap dengan suara
Sebelum lahir bayi dapat mendengar & melihat
Mata bayi akan terbelalak dan terbuka lebar bila
sebuah benda terang/sinar di dekatkan wajahnya
Indra pengecap bayi mulai bekerja
Mengetahui perilaku yang di harapkan dari seorang
bayi
Refleks BBL
Rooting refleks
Refleks menghisap:bila diletakkan benda di mulut bayi maka bayi
sudah siap menghisap
Refleks terkejut:menggerakan tangan&kaki bila ia terkejut,biasanya
disertai menangis
Refleks tonik:bayi memutar kepala ke satu sisi disertai gerakan
memegang lengan yang sama
Refleks memegang:bayi akan memegang erat benda yang
diletakkan ke tangan kanan nya
Refles melangkah:kaki bayi mencoba melangkah bila di tegakkan
Lengan paha dan dagu bayi bergetar bila menangis(ssp belum
sempurna)
Ciri-ciri bayi normal&sehat
Berat badan 2500-4000 gram
Panjang badan 48-52 cm
Lingkar badan 30-38 cm
Lingkar kepala 33-35 cm
Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian
menurun sampai 120-160 x/menit.
Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun
sampai 40 x/menit.
Bayi menangis dengan keras dan nyaring.
Warna kulit kemerahan, dari muka, bibir, hingga tangan dan bagian kaki
Lengan dan tungkai bergerak aktif, tangan mengepal dan menekuk di siku,
tungkai setengah tekuk di sendi paha dan lutut.
Napas bayi teratur dan tenang, dinding dada dan dinding perut bergerak
teratur

Semua anggota badan lengkap sempurna, dari
ujung kaki hingga ujung rambut. Tak terkecuali
lubang mulut, lubang dubur dan pusar.
Tinja pada hari pertama sampai ke-7 berwarna
hijau, hari berikutnya berubah jadi kuning.
Sedangkan warna urin jernih atau kekuningan.
Warna putih mata tetap putih, tidak kuning.
jika di usia 4 minggu dinilai semua fungsi
tubuh baik, berarti normal.
Ukuran antropometrik
Ukuran antoprometik BBL LAKI-LAKI PEREMPUAN
Berat lahir(kg) 3,53(2,53-4,34) 3,4(2,55-4,15)
Panjang lahir(cm) 56,6(52,8-60,9) 55,3(51,5-59,3)
Lingkar kepala(cm) 35,8(32,1-38,5) 34,7(32,3-37,7)
Berat badan lahir(birthweight)
Berat badan neonatus pada saat kelahiran,
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.
Bayi berat lahir cukup : >2500 g.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight
infant :kurang dari 1500 - 2500 g.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low
birthweight infant : 1000 - 1500 g.
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) /
Extremely very low birthweight infant : <1000 g.
Lahir hidup(live birth)
Pengeluaran lengkap suatu hasil konsepsi
(bayi), tanpa memandang masa kehamilannya,
di mana, setelah terpisah dari ibunya, bayi
menunjukkan tanda kehidupan seperti
gerakan napas, pulsasi jantung, pulsasi tali
pusat, atau pergerakan otot, tanpa
membedakan keadaan tali pusat sudah
dipotong atau belum ataupun masih
terhubung dengan plasenta.
Kematian janin
Kematian sebelum terjadinya pengeluaran
yang lengkap hasil konsepsi dari ibunya, tanpa
memandang masa kehamilan. Kematian
ditandai dengan tidak adanya usaha
pernapasan atau tanda-tanda kehidupan yang
lain seperti pulsasi jantung, pulsasi tali pusat
atau pergerakan otot-otot.
Lahir mati(Still birth)
Kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati,
yang telah mencapai umur kehamilan 28
minggu atau berat lahir sekurang-kurangnya
1000 g.

Kematian perinatal
Kematian pada masa kehamilan 28 minggu sampai
dengan 7 hari sesudah lahir.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) :
jumlah kematian perinatal dikali 1000 lalu dibagi
dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati.
Kematian neonatal dini (early neonatal death)
Kematian bayi pada 7 hari pertama sesudah lahir. (jika
kurang dari satu hari, gunakan hitungan yang sesuai -
jam atau menit).
Kematian neonatal lanjut (late neonatal death)
Kematian bayi pada hari ke 7 - 28 sesudah lahir.
Adaptasi neonatal
Proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di
luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut
juga homeostasis. Bila terdapat gangguan
adaptasi : bayi akan sakit.
Homeostasis
1.kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi
vital
2. bersifat dinamis
3. dipengaruhi tahap tumbuh kembang,
termasuk masa pertumbuhan dan
perkembangan intrauterin.
Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai
gangguan mekanisme adaptasi.
Adaptasi segera : fungsi-fungsi vital (sirkulasi,
respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan
dan metabolisme).

Homeostasis neonatus ditentukan oleh
keseimbangan antara maturitas dan status
gizi.
Kemampuan homeostasis pada neonatus
berdasarkan usia kehamilan :
1. cukup bulan : memadai
2. kurang bulan : tergantung masa gestasi.
Matriks otak belum sempurna, mudah terjadi
perdarahan intrakranial. Angka kejadian sindrom
gawat napas neonatus dan hiperbilirubinemia
tinggi.
3. lewat waktu : terjadi hambatan pertumbuhan
janin intrauterin akibat penurunan fungsi
plasenta, terjadi hipoksia janin.

Evaluasi neonatus
menilai tahap pertumbuhan dan
perkembangan janin, kesesuaian usia
kehamilan
menilai adaptasi neonatal (skor Apgar, refleks)
menilai fisik neonatal secara sistematik
(ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi)
memberi identifikasi : jenis kelamin, berat
badan, panjang badan
menentukan penanganan yang diperlukan
Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi
1. kurang bulan (preterm infant) : kurang 259
hari (37 minggu)
2. cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294
hari (37-42 minggu)
3. lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294
hari (42 minggu) atau lebih

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa
gestasi
dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya :
1. neonatus cukup/kurang/lebih bulan
(NCB/NKB/NLB)
2. sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan
(SMK/KMK/BMK)

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
NORMAL
Asuhan yang diberikan pada bayi
selama jam pertama setelah kelahiran.





- Klem dan potong tali pusat
- Resusitasi Neonatus
- Jagalah agar bayi tetap hangat
- Kontak dini dengan ibu
- Inisiasi Menyusui Dini
- Nilai Pernapasan, Pelabelan
- Profilaksis mata
- Pemberian vitamin K
- Pengukuran berat dan Panjang lahir

Dalam waktu 24 jam, bayi tidak mengalami
masalah apapun lanjutkan pengamatan
pernapasan,warna dan aktifitasnya.

Aspek penting dari asuhan bayi baru lahir
Jagalah agar bayi tetap kering&hangat.
Usahakan adanya kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibunya sesegera mungkin.

ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
NORMAL
ASUHAN BAYI BARU LAHIR
BERMASALAH
BAYI BARU LAHIR DENGAN KONDISI ATAU MASALAH :
-Tidak bernapas atau napas megap-megap
- Sukar bernapas (Retraksi dinding dada & suara merintih)
- Sianosis
- Prematur atau BBLSR
- Letargi
- Hipotermia
- Kejang

BAYI DGN MASALAH YANG PERLU PERHATIAN DI KAMAR BERSALIN :
- BBLR
- Potensial infeksi bakteri (KPD &KPL)
- Potensial sifilis (Ibu dgn gejala atau serologis positif)
PENANGANAN
TIDAK BERNAPAS ATAU MEGAP-MEGAP
- Keringkan bayi
- Letakan bayi di tempat yang keras & hangat
- Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dlm
melakukan tindakan perawatan dan resusitasi



PENANGANAN
SIANOSIS

Jika bayi sianosis atau sukar bernapas
(Frek. < 30/ > 60 x/mnt tarikan dinding dada
atau merintih)
- Isap mulut&hidung untuk memastikan jalan napas
- Beri Oksigen 0,5 l/mnt lewat kateter hidung atau nasal prong
- Rujuk ke kamar bayi atau ketempat pelayanan yang dituju.

Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dgn kain lunak, kering,
selimuti, dan pakai topi untk mencegah kehilangan panas.

LETARGI
Jika bayi letargi (tonus otot rendah, tidak ada
gerakan), sangat mungkin bayi sakit
berat&segera dirujuk ke tempat pelayanan
yang sesuai.

KEJANG
Kejang dapat disebabkan oleh meningitis,
ensefalopati, atau hipoglikemia.
- Pastikan bayi dijaga tetap hangat.
- Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan
yang mempunyai NICU.
BAYI PREMATUR&KETUBAN PECAH
LAMA &ASIMPTOMATIS
Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri
atau jika ketuban pecah lebih dari 18 jam
meskipun tanpa tanda klinis infeksi :
- Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu
tetap menyusui.
- Lakukan kultur darah dan berikan antibiotika
dosis pertama.
SEPSIS NEONATORUM
DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah
bayi selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat
berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges,
Marylyn E. 2000, hal 871)
insidens
Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang
berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering
menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam
setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam
setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang
didapat di rumah sakit).
ETIOLOGI
Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia.
Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (paling sering, 50 70 %).
Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya
gonokokus,
malaria, sifilis, dan toksoplasma
candida alibicans,
virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria,
rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan
Faktor predisposisi
Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Ibu yang berstatus sosio-
ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi
berkulit putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
Kurangnya perawatan prenatal
Ketuban pecah dini (KPD)
Prosedur selama persalinan.
Faktor predisposisi
Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
Faktor predisposisi
Faktor diluar ibu dan neonatal
Bayi mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Penggunaan kateter
vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.colli
KLASIFIKASI SEPSIS
Sepsis dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan
atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
Sepsis lanjutan/nosokomial
terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan bayi, sering mengalami komplikasi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat
mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu :
Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan
PATOFISIOLOGI
Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal atau sebelum lahir, kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk kedalam
tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Parasit yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis
dan toksoplasma.
Pada masa intranatal atau saat persalinan
infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina
dan serviks naik mencapai korion dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus
masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi
pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi
melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat
infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui
alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
Mikroorganisme (bakteri,virus,jamur,dll)
Infeksi
Menghasilkan endotoksin
system kardiovaskuler Bakteremia & septicemia system pernafasan
vasodilatasi pembuluh darah Dianggap benda asing Co2 tertahan dalam tubuh
Gangguan perfusi jaringan
Reaksi immunologic peningkatan Hco3
Hipertermi asidosis respiratori
diaporesis takhipnoe
output berlebih
gangguan pemenuhan cairan
Ggn pemenuhan O2
menekan pusat kesadaran di hipotalamus
resiko terjadi syok
MANIFESTASI KLINIS
Umum : hipertermi kemudian hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum
Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih,
sianosis.
Sistem kardiovaskuler : sianosis, hipotensi, takikardi, bradikardia.
Sistem saraf pusat : tremor, kejang, penurunan kesadaran
Hematologi : ikterus, splenomegali, pucat, pendarahan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah rutin (hb, leuko, trombosit, CT, BT, LED, SGOT,
SGPT)
Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal
pungsi dapat mendeteksi organisme.
DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya inflamasi.
KOMPLIKASI
Meningitis
Hipoglikemia
asidosis metabolik
Koagulopati
gagal ginjal
disfungsi miokard
perdarahan intrakranial
ikterus/kernikterus
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Suportif
Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
Awasi adanya hiperbilirubinemia
pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida
seperti Gentamicin.
Pada sepsis nosokomial,mempertimbangkan flora di ruang perawatan,
sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau
sefalosforin generasi ketiga.
Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang
sesuai. Terapi dilakukan selama 10-14 hari. Bila terjadi Meningitis, antibiotic
diberikan selama 14-21 hari dengan dosis yang sesuai
PENCEGAHAN
Pada masa Antenatal
pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,
asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu
dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
Pada masa Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
Pada masa pasca Persalinan
Rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya,
jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih,
perawatan luka umbilikus secara steril
Kejang Pada Neonatus
Definisi
Gangguan sementara fungsi otak dengan manifestasi
gangguan kesadaran episodik disertai abnormalitas
sistem motorik atau otonomik.

PATOFISIOLOGI
Terjadi akibat pelepasan muatan listrik yang berlebihan
terus-menerus (depolarisasi neuron).

Etiologi
Hipoksik-iskemik ensefalopati
general (asfiksia neonatorum)
fokal (infark karena kelainan arteri atau vena)
Perdarahan intrakranial (intraventrikular, subdural, trauma)
Infeksi SSP (TORCH, meningitis, sepsis)
Gangguan metabolik :
transient (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
kelainan metabolisme bawaan (a.l.: defisiensi piridoxin)
Kelainan kongenital SSP (hidrosefalus, hidransefali, porensefali, kelainan
pembuluh darah otak)
Ensefalopati bilirubin (kern ikterus)
Maternal drug withdrawal (heroin, barbiturates, methadone, cocaine,
morfin)
Idiopatik

GEJALA KLINIS
Subtle (samar) : kedipan mata, gerakan seperti mengayuh, apnea
lebih dari 20 detik dengan detak jantung normal, tangisan
melengking, mulut seperti mengunyah/ menghisap
Tonik (fokal dan general) : gerakan tonik seluruh ekstremitas, fleksi
ekstremitas atas disertai ekstensi ekstremitas bawah
Klonik (fokal dan multifokal) Fokal : gerakan ritmis, pelan,
menghentak klonik. Multifokal : gerakan klonik beralih dari
ekstremitas yang satu ke ekstremits yang lain tanpa pola spesifik.
Mioklonik (fokal, multifokal, general) : gerakan menghentak
multipel dari ekstremitas atas dan bawah.

DIAGNOSIS
Anamnesis : riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu dan obat yang dipakai
selama kehamilan, problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi
persalinan)
Pemeriksaan fisik : bentuk kejang, iritabel, hipotoni, high pitch cry,
gangguan pola nafas, perdarahan kulit, sianosis, ikterus, ubun-ubun besar
cembung
Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa gas
darah, punksi lumbal, kultur darah, bilirubin direk dan total, pemeriksaan
urine
Pemeriksaan radiologi : USG dan CT Scan kepala
Pemeriksaan EEG

PENATALAKSANAAN
Pertahankan homeostasis sistemik (pertahankan jalan nafas,
usaha nafas dan sirkulasi)
Terapi etiologi spesifik :
Dekstrose 10% 2 ml/kg BB intravena bolus pelan dalam 5
menit
Kalsium glukonas 10 % 200 mg/kg BB intravena (2 ml/kg
BB) diencerkan aquades sama banyak diberikan secara
intra vena dalam 5 menit (bila diduga hipokalsemia)
Antibiotika bila dicurigai sepsis atau meningitis
Piridoksin 50 mg IV sebagai terapeutik trial pada defisiensi
piridoksin, kejang akan berhenti dalam beberapa menit

PENATALAKSANAAN
Terapi anti kejang :
Fenobarbital : Loading dose 10-20 mg/kg BB intramuskuler dalam 5 menit, jika
tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 30 menit.
Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin: loading dose 15-20 mg/kg BB intra vena
dalam 30 menit.
Rumatan fenobarbital dosis 3-5 mg/kgBB/hari dapat diberikan secara
intramuskuler atau peroral dalam dosis terbagi tiap 12 jam, dimulai 12 jam setelah
loading dose.
Rumatan fenitoin dosis 4-8 mg/kgBB/hari intravena atau peroral dalam dosis
terbagi tiap 12 jam.
Penghentian obat anti kejang dapat dilakukan 2 minggu setelah bebas
kejang dan penghentian obat anti kejang sebaiknya dilakukan sebelum
pulang kecuali didapatkan lesi otak bermakna pada USG atau CT Scan
kepala atau adanya tanda neurologi abnormal saat akan pulang.
Diazepam

Hipoglikemia

Etiologi
1. kelainan yang menyebabkan pemakaian
glukosa berlebihan dan
2. produksi glukosa kurang.
Kelainan yang menyebabkan pemakaian
glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme

Etiologi :
Bayi dari ibu penderita diabetes dengan kadar gula
tidak terkontrol.
tumor yang memproduksi insulin.
defek genetik
Hiperinsulinisme pemakaian glukosa

Defek pada pelepasan glukosa
Kelainan ini sangat jarang,
defek siklus Krebs mengganggu pembentukan
ATP
Defek pada produksi energi alternatif
mengganggu penggunaan lemak sebagai energi,
tubuh sangat tergantung pada glukosa.
Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidisme.
Kelainan yang menyebabkan
kurangnya produksi glukosa
Simpanan glukosa tidak adekuat
Pada bayi lahir prematur, bayi SGA(KMK),
malnutrisi.

Kelainan pada produksi glukosa hepar

Etiologi :
defisiensi Glukose-6- phosphatase (enzim2
lainnya yang berfungsi dalam metabolisme
glukosa)
gaslactosemia,
intoleransi fruktose herediter,

Kelainan hormonal
Etiologi : panhypopituitarisme,
defisiensi hormon pertumbuhan,
defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.


pembentukan energi alternatif dan
merangsang produksi glukosa.
Toksin
Etanol menghambat glukoneogenesis melalui
hepar sehingga dapat menyebabkan
hipoglikemia.
Intoksikasi salisilat bertambahnya sekresi
insulin dan hambatan pada glukoneogenesis
Klasifikasi hipoglikemia pada bayi dan anak
Neonatus Transien
Neonatus / bayi atau anak menetap
Neonatus Transien

1. Berhubungan dengan tidak adekuatnya fungsi
substrat atau enzim-enzim
a. Prematuritas
b. SGA (KMK)
c. Bayi kembar kecil
d. Bayi dengan distres respirasi berat
e. Bayi dari ibu toksemia gravidarum
2. Berhubungan dengan hiperinsulinemia
a. Bayi dari ibu Diabetes
b.Eritroblastosis foetalis
Neonatus / bayi atau anak menetap

1. Hiperinsulinemia
2. Defisiensi hormon
3. Kekurangan substrat
4. Penyakit Glycogen storage
5. Ganguan glukoneogenesis
6. Defek enzim lain

Gejala
Pada neonatus tidak spesifik
asimptomatik
tremor, peka rangsang, apnea dan sianosis,
hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma,
tangisan nada tinggi, nafas cepat dan pucat.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar gula darah
Beta hidroksi butirat, asam laktat, asam lemak
bebas, asam amino (kuantitatif) dan elektrolit
(untuk melihat anion gap).
Pemeriksaan hormonal: insulin, kortisol,
hormon pertumbuhan.
Pemeriksaan faal hepar.
Pemeriksaan urin: keton dan asam amino
PENCITRAAN
USG abdomen
Bila hipoglikemi hiperinsulinisme menetap,
CT Scan dan MRI hanya sedikit membantu untuk
membedakan bentuk fokal atau difus.
MRI kepala Bila dicurigai hipopituitarisme,
dilakukan, untuk melihat tumor pada hipofisis
atau hipotalamus,
endoscopic ultrasound
transhepatic venous sampling
PENGOBATAN
Tujuan utama
secepat mungkin mengembalikan kadar gula
darah kembali normal,
menghidari hipoglikemia berulang sampai
homeostasis glukosa normal dan
mengkoreksi penyakit yang mendasari terjadinya
hipoglikemia.
Pengobatan
Pada neonatus, bila hipoglikemia terjadi pada bayi
aterm asimptomatik,
minum ASI atau larutan glukosa atau susu formula
bila tidak dapat minum berikan akses intravena
Terapi pertama yang dianjurkan adalah pemberian infus
glukosa intravena 1 gram/kgBB (glukosa 50%, 2 ml/kgBB),
diikuti dengan 10 mg/kgBB/menit (glukosa 30%, 50
ml/kgBB/24 jam).
gula darah harus dipantau terus menerus paling sedikit
selama 24 jam setelah gula darah stabil. Kemudian infus
glukosa diturunkan perlahan-lahan sesuai dengan
meningkatnya kemampuan minum peroral.
Pembedahan
tumor yang memproduksi insulin.
PROGNOSIS
Keadaan hipoglikemia harus cepat didiagnosis
dan diobati dan tentunya harus dicari
penyebabnya.
Kelambatan pengobatan dapat menyebabkan
kerusakan otak, bahkan sampai kematian,
khususnya pada bayi prematur dan bayi baru
lahir.
TERMOREGULASI
Adl kemampuan untuk menyeimbangkan
antara produksi dan hilangnya panas dalam
rangka menjaga suhu tubuh dalam keadaan
normal. Pada BBL sangat terbatas.
Suhu normal BBL : 36 36,5C / 96,8 - 97,7 F
Suhu basal tubuh (rektal) : 36,5-37,5 C /
97,7 -99,5 F

HIPOTERMIA:
Kehilangan panas > laju pembentukan panas
suhu di bawah 36,5 yang dibagi:
Sedang :32-36 C
Berat : <32 C
HIPERTERMI:
pembentukan panas > kehilangan panas
peningkatan suhu >37,5 C

RISIKO TERJADI GANGGUAN
TERMOREGULASI
Bayi preterm dan bayi kecil lainnya dihubungkan
dengan tingginya rasio luas permukaan tubuh
dibanding BB.
Bayi dgn sepsis
Bayi dgn tindakan resusitasi lama
Bayi IUGR
Bayi dgn kelainan bawaan khususspt pd
meningomielokel, omfalokel, gastroskisis
BBL dgn ggn saraf sentral spt perdarahan intrakranial,
obat2an asfiksia
HIPOTERMI - MEKANISME
Penurunan produksi panas
gagalnya sis endokrin dan terjadi basal metabolisme tubuh produksi
panas, mis pd disfungsi kelenjar tiroid, adrenal , pituitaria
Peningkatan panas yang hilang
Konduksi : kontak kulit BBL dengan alas dingin
Konveksi : kulit BBL dengan aliran udara yang dingin, mis:
inkubator dgn jendela terbuka.
Radiasi : perpindahan dari objek panas ke objek dingin.
Evaporasi : penguapan mll permukaan kulit dan tr. Respiratorius
Kegagalan termoregulasi: kegagalan hipotalamus karena
hipoksia Intrauterin, defek neurologik, obat
prenatal(anestesi)
RESPON-PENURUNAN SUHU TUBUH
Shivering thermoregulation/ ST
Mengigil secara involunter akibat kontraksi otot panas
Non shivering termoregulation/NST
Stimulasi sis saraf simpatis oksidasi jaringan lemak coklat
panas
Vasokontriksi perifer
Stimulasi sis saraf simpatis saraf perifer memicu otot
arteriol kontriksi vasokontriksi mengurangi aliran
darah ke kulit dan mencegah hilangnya panas
Pada BBL responnya dengan proses oksidasi
lemak coklat
Selama tahun pertama jalur ST mengalami
peningkatan dan NST mengalami penurunan
Jar lemak coklat :tinggi trigliserida, jaringan kaya
kapiler, terdiri dari protein yang akan membatasi
enzim dalam proses produksi panas maka apabila
lemak dioksidasi terbentuk produksi panas
Walaupun paparan dingin menginisiasi
timbulnya pernafasan saat kelahiran tanpa
penanganan yang baik suhu tubuh bayi turun 0,1-
0,3C setiap menit.


HIPOTERMI
TANDA GEJALA
Akral dingin
Bayi tidak mau minum
Kurang aktif
Kutis marmorata
Pucat
Takipne/ takikardi


Hipotermi berkepanjangan:
Peningkatan konsumsi oksigen
Distres respirasi
Ggn keseimbangan asam basa
Hipoglikemia
Defek koagulasi
Sirkulasi fetal persisten
GGA
Enterokolitis nekrotikan
DIAGNOSIS
Pengukuran suhu melalui aksila, rektal atau
kulit
Aksila paling dianjurkan karena aman, mudah
sderhana
Rektal paling dianjurkan untuk pertama kali
pada semua BBL sekaligus sbg skrining adanya
anus imperforatus
MANAJEMEN
Kesempatan untuk bertahan hidup ditandai
dengan keberhasilan usahanya dalam
mencegah hilangnya panas dari tubuh
BBL dirawat dalam lingkungan suhu netral
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah
Waktu timbulnya < 2 hari
Suhu tubuh 32-36,4C
Gangguan napas
DJ <100/menit
Malas minum
Letargi
Hipotermia sedang
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah
Waktu timbulnya < 2 hari

suhu tubuh <32C
Tanda hipotermia sedang
Kulit teraba keras
Napas pelan dan dalam
Hipotermia berat
Tidak terpapar dingin/ panas
berlebihan
suhu tubuh berfluktuasi 39-39C
meskipun ada dilingkungan suhu
stabil
fluktuasi terjadi sesudah periode
suhu stabil
Suhu tubuh tidak
stabil
(pertimbangkan
dugaan sepsis)
lingkungan sangat panas,
terpapar matahari, didalam
inkubator, atau dibawah
pemancar panas
suhu tubuh > 37,5C
Tanda dehidrasi
Malas minum
RR>60x
DJ>160x
Letargi
iritabel
Hipertermia
Hipotermi berat
Hangatkan dibawah pemancar panas
Beri pakaian hangat, topi dan selimut
Hindari paparan panas berlebihan
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan
infus tetap terpasang di bwah pemancar
Nilai tanda gawat pada bayi
Ambil sample darah dan beri antibiotik yang sesuai
Beri ASI setelah bayi siap
Periksa suhu tubuh setiap jam jika naik 0,5C berarti baik
Setelah suhu normal : pantau 12 jam kemudian
Pantau bayi 24 jam setelah antibiotik diberhentikan

Hipotermi sedang
Pakaian hangat, topi, selimut hangat
PMK jika ada ibu/ pengganti ibu
Bila tidak, gunakan pemancar, inkubator, ruangan hangat
Hindari panas berlebihan
Berikan ASI lebih sering
Amati tanda kegawatan (ggn napas, kejang)
Periksa suhu bayi tiap jam
Bila suhu tidak naik atau naik pelan cari tanda sepsis
Setelah suhu normal : pantau 12 jam

10 langkah proteksi termal
1. Ruang melahirkan yang hangat
2. Pengeringan segera
3. Kontak kulit dengan kulit
4. Pemberian ASI
5. Tidak segera memandikan/ menimbang bayi
6. Pakaian dan selimut bayi yang adekuat
7. Rawat gabung
8. Transportasi hangat
9. Resusitasi hangat
10. Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat

Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa
CO2 meningkat) dan asidosis.
Penyebab
Berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan
menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan
pada kejadian asfiksia.
Gejala
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap,
denyut jantung kurang dari 100 x/menit,
kulit sianosis,
pucat,
tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.
Diagnosis ; afgar score
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemeriksaan penunjang
Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas
darah, serum elektrolit
Penyulit
- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema
serebri, palsi serebralis
- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal
persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema
paru
- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
- Hematologi : DIC
Penatalaksanaan
Resusitasi
Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat
bagan)
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30
detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
- Asistolik.
Dosis :
- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-
0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang
setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.

Dosis :
- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :
- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi
harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with
drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m
Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih
dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan,
glukosa darah dan elektrolit)
MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
DEFINISI
Aspirasi dari cairan amnion yang berisi
mekonium pada trakhea janin atau bayi baru
lahir saat di dalam uterus atau saat bernafas
pertama kali
Etiologi
usia kehamilan lebih dari 40 minggu,
janin mengalami hipoksia dalam kandungan,
dan
ibu hamil mengidap hipertensi atau diabetes
melitus atau penyakit jantung, dan sebagainya
Patofisiologi
Mekonium dalam cairan amnion asfiksia
dalam kandungan peningkatan peristaltik
usus & relaksasi otot sfingter ani mekonium
keluar terhisap janin obstruksi saluran
napas komplit atau parsial & vasospasme
pulmoner
Patofisiologi
Partikel garam dalam mekonium luka bakar
kimia pada jaringan paru
Pneumothoraks
Hipertensi pulmonal persisten
Pneumonia
Faktor Risiko
Kehamilan post matur
Preeklampsia
Ibu menderita diabetes
Ibu menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra uterin
Gejala
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan /
adanya mekonium di dalam cairan ketuban
Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika
mekonium telah dikeluarkan lama sebelum
persalinan)
Ketika lahir, bayi tampak lemas / lemah
Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
Gejala
Takipneu
Apneu
Tampak tanda-tanda post maturitas (berat
badannya kurang, kulitnya mengelupas)
Hipoksia
Hipoventilasi
Diagnosa
Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin
menunjukkan bradikardia
Ketika lahir, cairan ketuban mengandung
mekonium (berwarna kehijauan)
Bayi memiliki nilai apgar yang rendah (< 5)
Dengan laringoskopi, pita suara tampak
berwarna kehijauan

Diagnosa
Dengan stetoskop, terdengar suara
pernapasan yang abnormal (ronki kasar)
Analisa gas darah (pH rendah, pO
2
rendah,
pCO
2
tinggi)
Rontgen thorax (ada bercak di paru-paru)
Penatalaksanaan
Segera setelah bayi lahir, dilakukan
pengisapan lendir dari mulut bayi
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat
janin, dimasukkan selang ke trakea bayi dan
dilakukan pengisapan lendir
Jika tidak ada tanda gawat janin dan bayinya
aktif serta kulitnya berwarna kehijauan,
dianjurkan tidak melakukan pengisapan trakea
yang terlalu dalam
Penatalaksanaan
Jika mekoniumnya agak kental, digunakan larutan
garam untuk mencuci saluran udara
Dimonitor secara ketat
Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
Antibiotik (untuk mengatasi infeksi)
Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk
menjaga suhu tubuh)
Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru
tetap mengembang)
Prognosis
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini
akan membaik
Angka kematian mencapai 28 % dari seluruh
kejadian
Tergantung dari
Jumlah mekonium yang teraspirasi
Derajat infiltrasi paru
Tindakan suctioning yang cukup
Komplikasi
Pneumonia aspirasi
Pneumotoraks
Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
Gangguan pernapasan yang menetap
SGNN
SINDROM GAWAT NAPAS NEONATUS
Sindrom gawat napas neonatus ialah suatu
sindrom yang terdiri dari beberapa gejala
klinik:
Sesak napas: dyspnea, napas cuping hidung
Retraksi dinding toraks (epigastrium, suprasternal,
intercostal saat inspirasi)
Takipnea (frekuensi pernapasan > 60/ menit)
Sianosis sentral: lidah biru pada udara kamar
Merintih (Grunting) saat ekspirasi
Auskultasi: suara vesikuler
Minimal 2 gejala sesak napas

Etiologi
Pulmonal
Penyakit membran hialin (PMH)
SGNN sepintas (SGNNS)
Aspirasi mekonium
Perdarahan paru
Pneumonia (sebagai komplikasi
korioamnionitis)
Pneumonia aspirasi
Non-Pulmonal
Jantung
Cacat bawaan (PDA gagal jantung)
Penumoperikard
Otak
Perdarahan
Edema
Obat-obatan
Darah
Hipovolemia
Transfusi antar fetus
Hiperviskositas/ polisitemia
Anemia berat
Dinding toraks
Distrofi dinding toraks
Pneumomediastinum
Metabolik
Hipoglikemia
Hipotermia
Asidosis metabolik
Kelainan bawaan
Hernia diafragmatika
Obstruksi saluran napas atas
Tata Laksana
Klinis SGNN
Pengobatan awal
Foto toraks segera
Pengobatan suportif

Pengobatan awal
Pemberian oksigen
Nutrisi parenteral
Pengendalian suhu tubuh bayi (36,5 - 37C)
Atasi kelainan metabolik (asidosis dg NaHCO
3
pH darah 7,30 7,40)
Antibiotika bila perlu infeksi sekunder

Pengobatan definitif
Tergantung etiologi
Rujukan
PMH(PENYAKIT MEMBRAN HIALIN)
adalah suatu keadaan dimana kantung udara
(alveoli) pada paru-paru bayi tidak dapat tetap
terbuka karena tingginya tegangan permukaan
akibat kekurangan surfaktan
Etiologi
Kekurangan surfaktan paru (prematur, bayi IPDM)
Bubbles Test (-) & Shake Test (-)
Sebelum lahir: bubbles test (cairan amnion)
shake test (cairan lambung)
Patofisiologi
Kekurangan surfaktan paru ekspirasi akhir,
alveolus kolaps udara berkumpul di
bronkus radiologis bronkogram udara
Terjadi atelektasis paru eksudasi (cairan
dengan kadar protein tinggi) ke rongga
alveoli terbentuk membran hialin
Radiologis
Gambaran/ pola retikulogranuler difus
Bronkogram udara (BGU) + PRG
Mediastinum melebar batas jantung kabur
+ PRG + BGU
Hipo-aerasi paru kolaps seluruh paru
(WHITE LUNG)
Tata Laksana
Beri zat asam
Pertahankan suhu (36,5C - 37C)
NPT (TPN) Total Parenteral Nutrition
Ventilasi : tekanan saluran napas positif
Kontinu (CPAP = Continuous Positive Airway
Pressure) atelektasis alveolus
Analisis gas darah: PaO
2
< 50 mmHg
Ventilasi dengan tekanan positif intermiten terkontrol
(IPPV)
Keseimbangan pertukaran gas tubuh dapat diatur
RDS - Pendahuluan
Komponen permukaan yang aktif seperti
fosfatidil-kolin dan fosfatidilgliserol melekat stabil
pada alveoli.
Tegangan permukaan mendorong permukaan
udara-air menyebabkan droplet air menjadi
terpisah (bead up).
Pada paru, tegangan permukaan cenderung
menyebabkan alveoli kolaps. Suatu komponen
seperti surfaktan mengurangi tegangan
permukaan dan memungkinkan alveoli tetap
terbuka.
Pada nafas pertama saat lahir. Paru yang terisi
cairan, tekanan permukaan dan tekanan sensitif
jaringan mendorong penghalang pada nafas
pertama. Saat lahir, gas menggantikan cairan
untuk membuka alveoli. Setelah alveoli terbuka
selama beberapa nafas pertama, lapisan
permukaan-aktif menstabilkan alveoli.
Nafas pertama memerlukan tekanan pembukaan
sektiar 60 sampai 80 cm Hg untuk melewati efek
dari tegangan permukaan dari permukaan udara-
air, terutama saluran nafas kecil dan alveoli.
Setiap nafas berikutnya, memerlukan tekanan
yang lebih sedikit untuk mengembangkan volume
udara pada paru.
RDS
RDS adalah penyakit dari paru yang imatur
secara anatomi dan fisiologi. Secara anatomis
paru prematur tidak dapat memberikan
oksigenasi dan ventilasi yang cukup, karena
kantung-kantung alveolar belum berkembang
secara lengkap, menyebabkan daerah
permukaan pertukaran gas berkurang.

RDS diafragma kontraksi tekanan inspirasi yang
menggerakan volume lebih kecil pada paru dari yang
diharapkan dan secara terus-menerus menciptakan
sternal yang besar dan retraksi interkostal pada dinding
dada hipoksemia.
RDS terjadi pada infant yang lahir prematur dan
konsekuensinya adalah perkembangan paru yang
imatur secara anatomis dan fisiologis.
infant prematurproduksi surfaktan terbatas dan
penyimpanannya akan segera habis. Produksi surfaktan
lebih jauh dihilangkan oleh keadaan yang tidak
menguntungkan lainnya seperti konsentrasi oksigen
yang tinggi, drainase paru yang buruk, higiene paru
yang berlebihan, atau efek dari penanganan
pernafasan.
Etiologi
Prematur dan konsekuensinya adalah perkembangan
paru yang imatur secara anatomis dan fisiologis.
Infant prematur:
atelektasis dari kolapsnya alveoli terminal karena
kekurangan surfaktan nampak setelah beberapa jam
pertama setelah kelahiran.
produksi surfaktan terbatas dan penyimpanannya akan
segera habis.
Produksi surfaktan lebih jauh dihilangkan oleh keadaan
yang tidak menguntungkan lainnya seperti konsentrasi
oksigen yang tinggi, drainase paru yang buruk, higiene
paru yang berlebihan, atau efek dari penanganan
pernafasan.
Pemeriksaan Fisik
takipneu dan mendengkur, adanya flare dan
retraksi selama beberapa menit pertama dari
kelahiran.
Warna kepucatan atau sianosis dapat juga
nampak.
Garis tengah trakea dan adanya denyut apikal
yang normal.
Auskultasi :penurunan suara nafas dan kadang
terdengar ronkhi.
Banyak dari infant ini menjadi hipotensi dengan
pengisian kapiler yang lambat.

Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax
berkurangnya volume paru
bronkogram udara
Retikulogranulariti
paru yang terlihat lebih opak.

Pencegahan
Perjalanan tunggal dari pemberian steroid antenatal telah
menurunkan insiden dan keparahan dari RDS, kecacatan
dan kematian pada infant dengan masa gestasi kurang dari
32 minggu. Bahkan pada sebagian perjalanan nampaknya
pemberian steroid menguntungkan.
Tidak ada keuntungan dari pemberian surfaktan pada infant
prematur
Pemberian surfaktan pada paru yang sebelumnya tidak
terventilasi menghambat pemaparan yang menyebabkan
BPD/CLD (misalnya oksigen dan barotrauma) dan pada
pelepasan sekunder sitokin dari respon inflamasi.
Pemberian surfaktan yang telambat (bahkan setelah 15
menit dari onset ventilasi bantuan) dapat mengurangi
keuntungan dari surfaktan.
KELAINAN PAYUDARA
Mastitis
peradangan pada payudara
Ada 2 macam
Mastitis gravidarum
Mastitis puerperalis
Penyebab : staphylococcus aureus putting
luka/lecet
Tingkatan mastitis
Tingkat awal peradangan
Nyeri setempat
Tingkat abses
Abses, demam, kulit di atas abses mengkilap

Pengobatan
Tingkat awal peradangan support sehingga
tidak menggantung, memberi antibiotik 7-10 hari
Tingkat abses insisi dan memasukkan drain
penrose
Nekrosis lemak payudara
Tumor keras di payudara
Ada retraksi kulit sama dengan ca mammae
Etiologi
Trauma (berperan dalam biopsi)
Nekrosis lemak yang luas, infeksi menahun, ada
giant cells, dan infiltrasi limfosit dalam sediaan
mikroskopik
Terapi : biopsi dan eksisi
Ektasia duktus laktiferus
Istilah
Plasma cell mastitis
Comedo mastitis
Abses menahun
Menimbulkan retraksi puting susu
Peradangan sub akut karena obstruksi duktus
laktiferus
Pada jaringan periduktal ditemukan sel plasma
Terapi : biopsi dan eksisi
Fibrioadenoma
Banyak terjadi pada wanita 20-25 tahun berkaitan
dengan hormon estrogen
Tanda dan gejala
Dapat timbul soliter atau multipel
Gampang digerakkan
Berbentuk licin/lobulated
Bebas dari jaringan payudara sekitar
Besarnya tidak berubah karena siklus haid
Puting susu tidak ada perubahan
Tidak nyeri spontan/nyeri tekan
Terapi : biopsi dan eksisi

Kista sarkoma filodes
Fibroadenoma yang meliputi seluruh mammae
Di permukaan tumor ada jaringan seperti lembaran 2 buku
Biasanya jinak, potensi pada sarkoma
Timbul pada usia 35-40 tahun
Kulit di atas tumor mengkilap, regang, tipis, merah, pembuluh
darah balik melebar
Jarang terjadi metastatis
Tumor tumbuh cepat nekrosis dan radang pada kulit
Tindakan
Mastektomi dan pengangkatan fascia pektoralis
Radiasi pasca bedah
Sarkoma
Jarang ditemukan
Tumor besar pada mammae dapat sebesar
kepala bayi

Kanker payudara
Terbanyak pada usia 40-49
Klasifikasi
Klasifikasi patologik
Klasifikasi klinik
Klasifikasi patologik
Kanker puting susu (paget disease)
Bentuk kanker yang dalam tahap permulaan
manifestasinya seperti eksim menahun putting susu yang
biasanya menebal dan merah
Merupakan suatu tumor subareoral, bisa teraba
Prognosis baik
Merupakan kanker intraduktal yang tumbuh di bagian
terminal dari duktus laktiferus
Jarang terjadi di indonesia
Ciri-ciri patologik
Sel-sel paget(seperti pasir)
Hipertrofi sel epidermoid
Infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis

Kanker duktus laktiferus
Non infiltrating papilary carcinoma
Bisa terbentuk dalam tiap duktus laktiferus
Kadang-kadang sulit dibedakan dari papiloma
Comedo carcinoma
Terdiri dari sel-sel kanker non papilary dan intraduktal
Sering dengan nekrosis sentral
Pada permukaan potongan terlihat seperti kelenjar
Jarang terjadi pada saluran saja, biasanya mengadakan
infiltrasi ke sekitarnya menjadi infiltrating comedo
carcinoma
Kanker duktus laktiferus
Adenokarsinoma dengan infiltrasi dan fibrosis
Lazim ditemukan
Fibrosis umumnya agak besar dan keras
Disebut pula kanker tipe schirrhus, infiltrasi ke kulit dan
ke dasar
Medularry carcinoma
Biasanya terletak sangat dalam di dalam kelenjar
mammae, biasanya tidak besar, kadang disertai kista
dan mempunyai kapsul
Kurang infiltratif dibanding tipe schirrhus
Metastasis ke axila sangat lama
Prognosis lebih baik
Kanker dari lobulus
Sering timbul sebagai karsinoma in situ yang
membesar
Mikroskopik : lobulus/ kumpulan lobulus yang
berisi kelompok sel-sel asinus dengan beberapa
mitosis
Apabila terjadi infiltrasi hampir tidak dapat
dibedakan dari tipe schirrhus
Klasifikasi klinik
TNM
Tumor
Nodule
metastase
T1 tumor 2cm/kurang
T1a tidak ada perlekatan ke fascia pektoralis
T1b dengan perlekatan ke fascia pektoralis
T2 tumor 2-5cm
T2a tanpa perlekatan
T2b dengan perlekatan
T3 tumor > 5cm
T3a tanpa perlekatan
T3b dengan perlekatan
T4 tumor dengan besar berapa saja namun
dengan infiltrasi ke dinding toraks atau kulit
T4a dengan fiksasi ke dinding toraks
T4b dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit yang
berbiji-biji
N0 kelenjar limfe regional
N1 teraba di aksila homolateral kelenjar
limfe yang dapat digerakkan
N1a kelenjar limfe yang diduga bukan anak
sebar
N1b kelenjar limfe yang diduga anak sebar
N2 kelenjar limfe aksila homolateral,
berlekatan satu sama lain atau kejaringan
sekitar
N3 kelenjar limfe intra atau supra klavikular
homolateral
M0 tidak ada anak sebar
M1 anak sebar jauh ditambah infiltrasi kulit
sekitar payudara
Stadium
I
T1a N0/N1a M0
T1b N0/N1a M0
II
T0 N1b M0
T1a N1b M0
T1b N1b M0
T2a N0/N1a M0
T2b N0/N1a M0
T2b N1b M0
Stadium
III
T3 dengan N apa saja M0
T4 dengan N apa saja M0
T N2 M0
T N3 M0
IV
Setiap T dengan N apa saja M1
Pengobatan
Stadium 1
Modified mastektomi radikal tanpa pengangkatan muskulus pektoralis
mayor dan minor dengan pengangkatan kelenjar ketiak dan
raidoterapi
Stadium 2
Sama dengan stadium 1 ditambah sitostatika
Stadium 3
Radioterapi atau eksisi tumor yang apert dan pemberian terapi atau
hormon
Sebelum menopause : ooforektomi bilateral
Stadium 4
Sebelum menopause oorforektomi
Metastasis panggul
Adranelektomi
Apabila tidak menolong dilakukan hipofiksektomi
Kemoterapi bukan sebagai single drug treatment tetapi sebagai
multiple drug regiment
Prognosa
Besarnya tumor primer
Banyaknya kelenjar aksila yang terkena
Fiksasi ke dasar tumor primer
Invasi ke pembuluh darah
Tingkatan tumor anaplastik
Umur atau keadaan menstruasi
kehamilan
Masalah yang sering pada ibu menyusui
Payudara bengkak
Kelainan putting susu
Putting susu nyeri dan lecet
Saluran susu tersumbat
Radang payudara
Abses payudara
ASI kurang
Bayi bingung putting
Bayi enggan menyusu
Payudara bengkak
Biasanya setelah har ke-3 atau 4 setelah melahirkan
Payudara terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri
Disebut engorgement yang diakibatkan karena adanya stasis di vena dan
pembuluh getah bening
Tanda bahwa asi mulai banyak disekresi
Jika dalam keadaan ini ibu menolak menyusui payudara akan bertambah
bengkak atau penuh karena sekresi asi terus berlangsung, bayi tidak
disusukan, tidak ada refleks oksitosin
Jika hal tersebut terus berlangsung maka payudara dan areola akan lebih
menonjol, putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap
Bila keadaan seperti itu kulit payudara merah, mengkilap dan ibu
merasa demam
Kelainan putting susu
Putting datar ketika menyusui akan lebih tegang
dan menonjol karena otot polos berkontraksi,
meskipun demikian akan tetap mempersulit proses
menyusui
Putting terbenam jika sebagian atau seluruhnya
masuk/terbenam ke dalam areola
Dapat dikarenakan tumor / penyempitan saluran susu
Harus dikoreksi secepatnya
Pada ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan asi
terlebih dahulu dengan pompa sebbelum menyusui
bayinya
Putting nyeri/lecet
Biasanya karena posisi menyusui salah
Pemakaian sabun/cream/lotion yang dapat
mengiritasi putting susu
Frenulum linguae bayi pendek sehingga
menyebabkan bayi sulit menyusu menutupi
areola, hanya pada putting saja

Saluran susu tersumbat
Sumbatan pada 1/lebih saluran susu
Disebabkan karena
Tekanan : misal pemakaian bh terlalu ketat
Komplikasi dari payudara bengkak asi yang
tertimbun mengakibatkan sumbatan
Harus segera ditangani karena dapat berlanjut
menjadi radang payudara

Radang payudara
Infeksi pada payudara yang memberikan reaksi
sistemik
Biasanya terjadi 1-3 minggu pasca melahirkan
Gejala kulit tampak lebih merah, payudara lebih
keras serta nyeri dan berbenjol-benjol
Ibu dianjurkan menyusui bayinya agar tidak terjadi
stasis
Pengobatan antibiotik, antipiretik, analgetik

Abses payudara
Komplikasi radang payudara
Payudara tampak merah mengkilap, benjolan
tidak sekeras pada radang tetapi terlihat lebih
penuh berisi cairan
Pemberian asi dihentikan untuk sementara
Nipple confusion
Karena pemberian susu formula dan asi yang
bergantian
Hal ini dikarenakan menyusui pada ibu memerlukan
usaha yang lebih keras daripada menyusu dari dot
Bayi menjadi enggan untuk menyusu dari ibunya
Tanda-tanda menyusu asi seperti menyusu dot,
waktu menyusu terputus-putus atau bayi menolak
menyusu ibu
Bayi enggan menyusu
Bayi dengan gejala tambahan perlu dibawa ke
dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut
Enggan menyusu juga dapat disebabkan
karena cara menyusui yang salah, pemberian
susu formula dan makanan tambahan terlalu
dini, sariawan, IMD yang telat, dll
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus ini bayi lahir cukup bln
akan tetapi didapatkan berat badan rendah
Pada kasus ini terjadi KPD , ketuban berwarna
hijau dan berbau.
Pada saat bayi lahir tidak segera menangis
tampak pucat merintih, gerakan lemah
kemungkinan mengalami asfiksi, hipoglikemia
Proses laktasi terhambat akibat puting susu
ibu terbenam
SARAN
Melakukan pemeriksaan lanjutan
Proses laktasi masih bisa dilakukan dengan
suction.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar neonatologi, edisi pertama, Jakarta:
IDAI, 2008
http://pediatrics-
undip.com/journal/HIPOGLIKEMIA%20PADA%
20BAYI%20DAN%20ANAK.pdf
THANK YOU

You might also like