You are on page 1of 3

1/3

Hari di Kejadian 1


Kejadian 1 secara keseluruhan didominasi oleh kemunculan kata hari (yom). Kata ini telah
menimbulkan berbagai macam pendapat di antara para penafsir. Apakah yom di Kejadian 1
merujuk pada hari dalam arti 24 jam? Seandainya benar, bagaimana penghitungan hari ke-1
sampai ke-3 (sebelum penetapan matahari dan bulan)? Seandainya tidak, apakah yang
dimaksud dengan yom di pasal ini?

Pandangan tradisional yang dianut oleh sebagian besar orang Kristen menganggap yom di
Kejadian 1 sebagai hari dalam pengertian 24 jam. Ada beberapa alasan yang biasanya dipakai
oleh penganut pandangan ini. Pertama, kata petang dan pagi lebih mengarah pada hari
dalam arti 24 jam. Kedua, asal usul pengudusan hari Sabat (Kel 20:11) didasarkan pada kisah
dari Kejadian 1:1-2:3. Keluaran 20:11 sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit
dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya

Sebagian kecil sarjana menolak pandangan tradisional di atas. Mereka mengusulkan bahwa di
pasal 1 hanya sekedar menunjukkan enam hari Musa mendapatkan visi dari Allah tentang
penciptaan, bukan enam hari Allah mencipta. Usulan ini dalam perkembangannya tidak
banyak diikuti oleh para sarjana, karena kitab Pentateukh secara umum adalah kitab sejarah
(bukan kitab nabi atau apokaliptik) yang menekankan sumber dan cara mediasi penglihatan.
Teks juga tidak memberi indikasi yang jelas tentang waktu dan tempat Musa mendapat
penglihatan dari Allah (bandingkan ayat 1-2 yang tidak memiliki kata hari), padahal dalam
tulisan apokaliptik biasanya dijelaskan waktu dan tempat seseorang menerima penglihatan
(band. Yeh 37:1; Dan 7:1). Selain itu, tafsiran ini bertentangan dengan bagian Alkitab lain
yang mengajarkan bahwa Allah menciptakan bumi selama enam hari (Kel 20:11; 31:17),
bukan Musa menerima penglihatan selama enam hari.

Sarjana lain mencoba memahami yom secara sastra. Mereka mengatakan bahwa hari-hari
yang digambarkan di Kejadian 1 tidak boleh dipahami secara kronologis, melainkan
dipahami dari segi keindahan struktur sastranya. Keindahan ini tersirat dari paralelisme
(kesejajaran) yang ada: hari 1-3 merupakan persiapan (tempat), sedangkan hari 4-6
merupakan pengisian.

Hari 1 : terang benda-benda penerang : hari 4
Hari 2 : cakrawala dan air ikan dan burung : hari 5
Hari 3 : darat hewan darat dan manusia : hari 6

Walaupun pandangan ini kelihatannya masuk akal, namun ada beberapa keberatan serius
yang dimunculkan. Pertama, tumbuh-tumbuhan di hari ke-3 lebih cocok berada pada hari ke-
6, karena tumbuhan termasuk kategori pengisian, bukan persiapan (tempat). Kedua, air di hari
ke-2 tidak merujuk pada laut karena laut baru muncul pada hari ke-3, sehingga tidak cocok
sebagai tempat hidup ikan. Ketiga, genre Kejadian 1 adalah narasi (atau paling tidak, prosa
yang memiliki ritme), bukan puisi.

Pandangan lain yang mulai banyak dianut oleh para sarjana adalah pendapat yang
menyatakan bahwa yom merujuk pada periode waktu tertentu yang panjangnya bervariasi.
Yom menurut penganut pandangan ini hanya dipahami sebagai ungkapan yang menunjukkan
2/3
periode kerja Allah saja. Seberapa lama periode tersebut tidak dibahas dalam teks, sehingga
kita tidak perlu berspekulasi tentang rentang waktu tersebut. Penjelasan di bawah ini akan
membuktikan bahwa pendapat ini lebih bisa diterima daripada pendapat yang menganggap
yom selama 24 jam.

Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa Kejadian 1 ditulis bukan untuk
menunjukkan berapa lama Allah menciptakan alam semesta. Kejadian 1 ingin menunjukkan
bahwa Allah yang memimpin perjalanan bangsa Israel di padang gurun (Keluaran-Ulangan)
adalah Allah yang sama yang menciptakan alam semesta. Tujuan lain adalah menunjukkan
bahwa benda-benda yang biasa disembah bangsa-bangsa kafir waktu itu (matahari, laut,
binatang tertentu) hanyalah ciptaan saja, bahkan lebih rendah daripada manusia. Bertolak dari
hal ini, yom lebih baik diinterpretasikan sebagai periode tertentu yang tidak spesifik, karena
penulis kitab Kejadian juga tidak menekankan hal itu.

Alkitab juga memberikan bukti bahwa kata yom tidak selalu berarti 24 jam. Yom bisa berarti
jangka waktu yang tak tentu (band. Kej. 2:4; 5:1; 29:7; 35:3). Pemunculan kata yom di
Kejadian 2:4 juga mendukung pendapat bahwa yom bukan 24 jam. Kejadian 2:4 pada hari
(LAI:TB tidak menerjemahkan kata ini) Allah menciptakan langit dan bumi. Penggunaan
yom di sini jelas memiliki rentang waktu (durasi) lebih dari 24 jam (lima hari? enam hari?).

Dari sisi tata bahasa Ibrani, kata yom menunjukkan periode waktu yang tidak tertentu. Hal ini
bisa dilihat dari ketidakadaan artikel di depan kata yom (ASV/RSV/NASB). Terjemahan yang
lebih hurufiah terdapat di Young Literal Translation. YLT menerjemahkan hari satu, hari
dua, dst., (bukan hari ke-1, hari ke-2, dst.), karena yom di sini memang berbentuk
cardinal number (angka biasa), bukan ordinal number (angka urutan).

Penyelidikan yang lebih teliti terhadap aktivitas penciptaan di hari ke-6 menunjukkan bahwa
hari ke-6 pasti lebih dari 24 jam.
Kejadian 2:18 menyiratkan durasi waktu tertentu selama Adam menjalankan tugasnya
(memelihara dan mengusahakan taman Eden), hingga akhirnya Allah melihat tidak baik
manusia seorang diri saja untuk melakukan perintah di ayat 15.
Rasa kesepian dan kebutuhan terhadap seorang pendamping yang dialami Adam (2:20)
pasti merupakan suatu proses panjang.
Tindakan Adam menamai semua bintang (2:19-20) pasti membutuhkan waktu lebih dari
24 jam.
Dalam Kejadian 2:23 ada satu keterangan waktu yang tidak diterjemahkan oleh LAI:TB,
yaitu kata hapaam, yang seharusnya diterjemahkan sekarang setelah sekian lama
(now at length atau this at last, RSV). Kejadian 29:34 sekali ini (hapaam) suamiku
akan lebih erat kepadaku. Hapaam dalam teks ini merujuk pada waktu setelah
melahirkan tiga anak (ayat 34b). Kejadian 46:30 sekarang (hapaam) bolehlah aku
mati. Hapaam dii sini dihitung mulai kejadian di pasal 37 (ketika Yusuf dikabarkan
telah meinggal). Dari penggunaan kata hapaam di Kejadian terlihat bahwa kata ini
merujuk pada rentang waktu yang lama. Tidak heran, ketika Adam melihat Hawa, ia
berkata sekarang setelah sekian lama!

Frase jadilah petang dan pagi (Kej 1:5, 8, 13, 19, 23, 31) hanya bersifat simbolis, karena
dianggap sesuai dengan gambaran kesempurnaan/kegenapan satu periode kerja Allah.
Petang-pagi tidak mungkin merujuk pada hari 24 jam, karena frase ini sudah muncul di hari
ke-1 sampai ke-3, sebelum penetapan matahari dan bulan di hari ke-4. Selain itu, Alkitab
3/3
memberikan petunjuk bahwa orang Yahudi menghitung hari dari pagi sampai petang, bukan
dari petang sampai pagi (Kej 19:33-34; Hak 6:38; 21:4 bdg. Yoh 4:6b jam sembilan= jam
ketiga).

Peraturan Sabat yang didasarkan pada kisah penciptaan juga tidak boleh diartikan secara
hurufiah begitu saja. Hal ini sebaiknya dipahami sebagai sebuah analogi. Seandainya hari ke-
7 penciptaan identik dengan hari ke-7 dalam peraturan Sabat, atas dasar apa hari ke-7 (Sabat)
berdurasi 24 jam, sedangkan Kejadian 2:3 tidak memberikan indikasi jelas bahwa Allah
beristirahat selama sehari (bandingkan absennya rujukan petang-pagi di hari ke-7)? Di
samping itu, peraturan tentang Sabat yang lain, misalnya tahun Sabat (Kel 23:10-11; Im 25:3-
7) dan Sabat pembebasan (7x7 tahun?, Im 25:8-17), menyiratkan bahwa hari ke-7 dan
peraturan Sabat hanya bersifat analogi (bukan identik).

Dari seluruh pemaparan di atas, argumentasi yang mendukung yom sebagai suatu
periode/jangka waktu tertentu tampaknya lebih bisa diterima. Walaupun demikian, ada
beberapa hal yang perlu kita dipahami. Pertama, penafsiran yom sebagai suatu periode waktu
tertentu tidak selalu menyiratkan bahwa periode tersebut adalah periode panjang (jutaan
tahun). Seandainya satu periode berdurasi jutaan tahun, bagaimana tumbuhan di hari ke-3
bisa berkembang biak sedangkan binatang yang membantu perkembangbiakan tanaman baru
diciptakan satu atau dua periode berikutnya? Selain itu apa alasan Allah perlu menunggu
jutaan tahun sebelum Ia menciptakan yang lain?

Kedua, penafsiran ini tidak boleh semata-mata hanya untuk mengharmoniskan Kejadian 1
dengan ilmu pengetahuan (sains). Konklusi ini ditentukan oleh teks Kejadian 1 itu sendiri.
Alkitab tidak perlu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan, karena Alkitab adalah sumber
kebenaran tertinggi. Yang perlu diubah adalah cara orang percaya menafsirkan Alkitab. #

You might also like