You are on page 1of 11

PENETAPAN HCG DENGAN TEKNIK IMUNOKROMATOGRAFI

Oktaviani Naulita Turnip


B1J011021




LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gonadotropin pada manusia dinamakan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang merupakan hormon yang terdapat dalam urin wanita hamil
muda setelah implantasi yang diproduksi oleh jaringan trofoblast. Oleh karena itu
penetapan HCG dalam urin sejak lama dipakai sebagai indikator kehamilan. Uji
serologik HCG dalam cairan tubuh disamping digunakan untuk menentukan
kehamilan juga dapat dipakai untuk menunjang diagnosis kehamilan di luar
kandungan, memperkirakan terjadinya abortus, tumor trofoblastik dan beberapa jenis
tumor lain yang tidak berasal dari trofoblast (Kresno, 2000).
Beberapa hormon-hormon yang berperan dalam reproduksi diantaranya
adalah GnRH, FSH dan LH (Yatim, 1982). Makin banyak jumlah oosit akan semakin
banyak jumlah embrio yang diperoleh dari keberhasilan fertilisasi, dan sebagai hasil
ahkirnya angka kehamilan klinispun akan semakin tinggi (Adnyana, 2006). Menurut
Kreiner (1990), gonadotropin korion manusia diabsorpsi dengan baik setelah
pemberian secara intraseluler dan mempunyai waktu paruh biologik 8 jam,
sedangkan LH 30 menit. Perbedaannya terletak pada tingginya asam sialat yang
terdapat pada HCG, dibandingkan dengan yang terdapat pada LH. Hal ini tampaknya
dimodifikasi dalam badan sebelum diekskresikan ke urine, karena waktu paruh yang
diukur oleh immunoassay lebih panjang dari yang diukur oleh bioassay.
Menurut Kreiner (1990), dalam beberapa hari setelah penanaman
blastosis,sel-sel yang akan berkembang menjadi plasenta mulai menyekresikan
gonadotropin korionik manusia atau Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Aksi
hormone ini sama dengan aksi FSH dan LH, tetapi berlawanan dengan hormone-
hormon ini, sekresi HCG tidak dihambat oleh tingginya kadar progesteron dan
estrogen. Jadi HCG ini memungkinkan kehamilan berlangsung di luar akhir siklus
menstruasi normal. Awal terdapatnya HCG dalam air seni wanita hamil merupakan
dasar bagi uji kehamilan yang paling sering digunakan.


B. Tinjauan Pustaka
Penetapan HCG dengan teknik imunokromatografi merupakan uji
laboratorium bagi wanita untuk mengetahui kehamilan. Uji ini menggunakan urin
yang diperiksa beta HCG-nya, yaitu suatu metode imunokromatografi dengan
menggunakan teststrip yang berisi antibodi monoclonal anti HCG sebagai zona test
yang dilekatkan pada latek yang berwarna merah, dan sebagai zona kontrol adalah
anti HCG dari IgG mouse. Dasar yang digunakan dalam teknik ini adalah reaksi
antigen-antibodi dengan HCG sebagai antigen. Konsentrasi HCG dalam darah dan
urin maternal memuncak selama trisemester pertama. Konsentrasi HCG pada darah
dan urin memperlihatkan puncak-puncak yang sejajar sekitar 60 hari setelah
konsepsi, kemudian menurun ke kadar yang rendah tepat sebelum akhir kehamilan
(persalinan). Kadarnya dalam urin memuncak sampai 20.000 hingga 100.000 IU per
hari dan menurun pada kehamilan lanjut hingga nilainya 4.000 sampai 11.000 IU per
hari (Speicher dan Smith, 1996).
HCG dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan, tidak lama sesudah
penetasan embrio di lapisan yang berkenaan kandungan. Biasanya HCG dapat
dideteksi oleh uji kehamilan dalam 7-10 hari setelah konsepsi.
Test ini mampu mendeteksi kehamilan sejak hari pertama setelah anda kehilangan
periode haid. lebih lanjut ke dalam kehamilan, anda adalah yang lebih tinggi tingkat
kadar HCG di dalam urine. Metode HCG selain digunakan pada urine manusia juga
digunakan pada urine hewan ruminansia. HCG sering digunakan dalam protokol
sinkronisasi estruspada ternak. Hormon ini mempunyai efek menyerupai Lutenizing
Hormone (LH) yaitu dapat menginduksi terjadinya ovulasi, pembentukan korpus
luteum dengan merangsang pembentukan asesori corpora lutea (CL), meningkatkan
sistesis progesteron dan memperpanjang daya hidup dari CL, modifikasi dinamika
folikulat dan meningkatkan frekuensi terjadinya siklus tiga gelombang folikel
(Sianturi, 2012).
Alat test uji kehamilan ini mendeteksi adanya HCG di dalam urine yang
mengandung konsentrasi 25mIU/ml (Milli-International Units) atau lebih besar.
Konsentrasi HCG pada wanita-wanita yang tidak hamil normalnya adalah
5.0mIU/ml. Pada saat periode terakhir tidak terjadi menstruasi, level urin HCG
sekitar 100mIU/ml dengan tingkat teringgi mencapai 100,000 sampai
200.000mIU/ml dilihat pada akhir trimester pertama (Speicher dan Smith, 1996) .

C. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kehamilan
seseorang melalui penetapan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan teknik
imunokromatografi.



















II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan HCG dengan
teknik Imunokromatografi adalah: tempat urine (botol film), sampel urine wanita
hamil muda, sampel urine wanita normal (tidak hamil), teststrip Acon (antigen
HCG).

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Urin dituang pada botol film.
2. Teststrip dibuka, kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing botol film yang
berisi urine wanita hamil maupun urine wanita normal (tidak hamil)
Catatan: dalam mencelupkan teststrip tidak boleh melebihi tanda garis pada
teststrip.
3. Hasil dibaca setelah 5 menit.
Interpretasi Hasil:
1. Hasil negatif ditunjukkan oleh adanya satu garis berwarna merah pada zona
kontrol (di atas zona test = tidak hamil). Apabila pada zona ini tidak terbentuk
garis berarti reagen inaktif (rusak) atau kadar HCG lebih kecil dari 50 IU/l.
2. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya dua buah garis berwarna merah pada zona
test dan zona kontrol. Artinya terdapat HCG dengan kadar > 50 IU/l (hamil).







III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil




Gambar 1. Hasil Positif Gambar 2. Hasil negatif
Teststrip pada urin wanita hamil memberikan hasil:
1. Positif (+) ditunjukkan dengan adanya dua buah garis berwarna merah pada zona
test dan zona kontrol
2. Negatif (-) ditunjukkan oleh adanya satu buah garis berwarna merah pada zona
kontrol

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa uji imunokromatografi
dengan menggunakan teststrip acon (antigen HCG) terhadap sampel urin wanita
hamil kurang dari 3 bulan menunjukkan reaksi positif yang ditunjukkan dengan
timbulnya dua garis merah pada teststrip yaitu pada zona test dan zona kontrolnya.
Ini berarti sample urin wanita hamil tersebut mengandung HCG. Sedangkan uji
imunokromatografi pada sampel urin wanita tidak hamil menunjukkan hasil negatif
yang ditandai munculnya satu garis merah pada zona kontrol dari teststrip. Ini berarti
pada sample urin tersebut tidak mengandung HCG. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wallace (2012), jika interpretasi hasil HCG urine menunjukkan adanya dua garis
merah muda, maka menunjukkan terjadinya kehamilan. Sedangkan apabila hanya
menunjukkan satu garis merah muda, menandakan tidak terjadinya kehamilan.
Menurut Baratawidjaja (2002), bahwa di dalam urin wanita yang hamil muda
terdapat HCG dengan kadar lebih dari 50 IU/l, sedangkan pada urin wanita yang
tidak hamil tidak terdapat HCG. Komposisi reagen pada teststrip dengan metode
imunokromatografi adalah terdiri dari antibodi monoklonal anti HCG (sebagian zona
test) yang diletakkan pada partikel lateks berwarna merah dan sebagai zona kontrol
adalah anti HCG dari IgG mouse.
Teknik imunokromatografi untuk penetapan kadar HCG berdasarkan
interaksi antigen-antibodi. Antibodi yang digunakan adalah anti HCG yaitu suatu anti
hormonal terhadap HCG dan antibodi IgG mouse (Wide dan Gamzell, 1960).
Immunoglobulin pada dasarnya ditandai dengan huruf G, A, M, D, E di belakang Ig.
Immunoglobulin jenis IgG adalah immunoglobulin yang paling berlimpah, molekul
ini mencapai konsentrasi yang berarti baik intrafaskuler maupun ekstravaskuler
(Baratawidjada, 2002). Immunoglobulin ini mempunyai waktu paro relatif lama yaitu
23 hari, molekul antibodi IgG disusun oleh rantai polipeptida yang terikat satu sama
lain oleh ikatan disulfida dengan berat molekul 22.000 yang disebut rantai ringan
(light chains) dua yang lain dengan berat molekul 55.000 disebut rantai berat (heavy
chains) (Bellianti, 1993).
Mekanisme imunokromatografi pada praktikum ini yaitu bila teststrip
dicelupkan pada urin yang telah berisi sampel, maka akan terjadi pergerakan
(migrasi) urin ke atas membawa partikel lateks ke area reaksi yaitu zona test dan
kontrol. Bila urin mengandung HCG (sebagai antigen) maka akan bereaksi dengan
anti HCG pada partikel lateks membentuk kompleks antigenantibodi yang terikat
pada zona test dan menimbulkan garis pertama yang berwarna merah. Kelebihan
kompleks antigen-antibodi (HCG dan anti HCG) akan melanjutkan migrasinya ke
zona kontrol dan berikatan dengan anti HCG dari IgG mouse serta membentuk garis
kedua yang berwarna merah. Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat diartikan bahwa di
dalam urin wanita yang hamil muda terdapat HCG dengan kadar lebih dari 50 IU/l,
sedangkan pada urin wanita yang tidak hamil tidak terdapat HCG. Komposisi reagen
pada teststrip dengan metode imunokromatografi adalah terdiri dari antibodi
monoklonal anti HCG (sebagian zona test) yang diletakkan pada partikel lateks
berwarna merah dan sebagai zona kontrol adalah anti HCG dari IgG mouse
(Davidoff,2012).
Penetapan ada tidaknya HCG menggunakan tes peck memiliki kelebihan
yaitu dapat digunakan untuk urine yang kadar HCGnya rendah sekitar 25 IU/L,
akurasinya cukup tinggi, kekurangan alat ini adalah harganya cukup mahal,
sedangkan pada reaksi aglutinasi (reaksi sekunder) mempunyai kelebihan, sedangkan
kekurangannya hasilnya tidak terlihat jelas kalau kadar HCG terlalu rendah dan harus
dilihat dibawah mikroskop (Brown, 1961).
Kehamilan merupakan tahapam penting dimana telah disetimasikan 30-70%
konsepsi manusia tidak dapat bertahan hingga masa kelahiran. Bruckner et al.,
(2012) menyatakan bahwa HCG beredar dalam darah dan urine satu minggu setelah
fertilisasi. Penggunaan teknik penentuan HCG secara sederhana yang dilakukan
dapat menentukan seorang wanita hamil atau tidak namun tidak dapat menentukan
usia kehamilannya. Kadar HCG tertinggi adalah 120 IU/ml serum yang didapatkan
pada hari ke 62 setelah menstruasi terakhir dan kadar terendah adalah 10 IU/ml pada
hari ke 154 setelah menstruasi terakhir, kemudian kadarnya akan naik kembali 20
IU/ml pada hari ke 200 setelah fertilisasi dan kadarnya tidak berubah sampai
kehamilan berakhir, tetapi kharakteristik HCG adalah bersifat lutoetropik yaitu HCG
akan diproduksi tertinggi pada pagi hari, sehingga urine wanita hamil bisa saja
hasilnya dianggap negatif apabila pengambilan sampel urine dilakukan selain pada
pagi hari sehingga kadarnya tidak mencapai maksimal atau bisa kurang dari 50 IU/ml
(Kaiin, 2010).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum kali ini dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Pada urin wanita hamil yang diuji memakai metode imunokromatografi atau
memakai testrip akan menunjukkan hasil positif yaitu berupa dua garis
berwarna merah pada zona test dan zona kontrol, hal ini berarti terdapat
HCG dengan kadar .50 IU/L. Apabila terbentuk garis warna merah hanya
satu garis yaitu pada zona kontrol maka hasil dikatakan negatif.
2. Urine wanita hamil yang diuji memakai metode tes peck terbentuk tanda
positif pada tempat penanda, sedangkan pada metode aglutinasi (reaksi
sekunder) hasil pofitif apabila terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hasil
negatif apabila tidak terjadi penggumpalan.















DAFTAR REFERENSI
Adnyana, IB. P. 2006. Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respon Ovarium
Terhadap Stimulasi Ovulasi. Journal Peny Dalam (7) : 3.

A.W. Davidoff, et. al. 2012. Open labeled, uncontrolled pharmacokinetic study of a
single intramuscular hCG dose in healthy male volunteers. 1Stem Cell
Therapeutics Corp., 2University of Calgary, Calgary, Alberta, Canada and
3Departments of Neurology and Anatomy & Neurobiology, University of
California, Irvine, USA.

Bellianti, J.A. 1993. Immunologi III. UGM Press, Yogyakarta.

Bratawijaja, K. G. 2002. Imunologi Dasar. Edisi 5. FKUI Press, Jakarta.

Brown. 1961. Progesteron and Defence Mechanism of Pregnancy. Little Brown
Company, Boston.

Bruckner T.A., K.B. Saxton, M. Pearl, R. Currier, and M. Kharrazi. 2012. A test of
maternal human chorionic gonadotropin during preganancy as an adaptive
filter of human gestations. Proc. R. Soc. B. (279) : 4604-4610.

Kaiin, 2010. Induksi Superovulasi dengan Kombinasi CIDR, Hormon FSH dan HCG
pada induk Sapi Potong. Media Peternakan : 141-146.

Kreiner, J. and R. J. Mortensen. 1990. Infection, Resistence and Immunity. Harper
and Row Publisher, New York

Kresno, S. B. 2000. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Penerbit
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Sianturi, R.G. 2012. Optimasi Inseminasi Buatan pada Kerbau Lumpur (Bulbalus
bulbalis) Melalui Teknik Sinkronisasi Estrus dan Ovulasi. JITV (17) : 92-99.

Speicher, C.E dan N.W. Smith. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif
EGC, Jakarta.

Wallace, L.D. 2012. Administration of Human Chorionic Gonadotropin at Embryo
Transfer Induced Ovulation of a First-Wave Dominant Follicle and Increased
Progesterone and Transfer Pregnancy Rates.

Wide, L dan Gamzell, C.A. 1960. An Immunological Pregnancy Test. John Willey
and Sons, New York.

Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito, Bandung.

You might also like