You are on page 1of 8

1 | BLOK 24

LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan tentang Kolibasilosis pada unggas meliputi Etiologi Pencegahan !
2. Bagaimana cara Isolasi dan Identifikasi Kolibasilosis ?

PEMBAHASAN
1. KOLIBASILOSIS
Etiologi
Kolibasilosis merupakan kelompok penyakit pada unggas yang disebabkan
sejumlah serotipe Escherichia coli yang bersifat patogen dan dapat menyerang ayam dari
semua kelompok umur. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini paling banyak dilaporkan
pada ayam, kalkun, dan itik. Bakteri E. coli dapat menyebabkan penyakit primer pada ayam,
tetapi dapat juga bersifat sekunder mengikuti penyakit lainnya, misalnya berbagai penyakit
pernapasan dan pencernaan. Penyakit ini bertanggung jawab atas kerugian secara ekonomi
pada industri perunggasan di berbagai negara di dunia sehubungan dengan adanya gangguan
pertumbuhan, penurunan kualitas karkas dan telur, penurunan daya tetas atau reproduksi yang
sulit ditanggulangi. Tidak ada bukti yang dapat meneguhkan bahwa serotipe E. coli patogen
yang diisolasi dari unggas dapat menular pada manusia dan hewan mamalia lain.
Kolibasilosis pada ayam telah dilaporkan dari berbagai negara di dunia. Di Indonesia,
penyakit ini dapat ditemukan di berbagai peternakan di berbagai daerah pada ayam pedaging
maupun petelur pada semua kelompok umur (Tabbu, 2000).
Escherichia coli termasuk dalam divisi Gratellicutes, kelas Cyanobacteria, famili
Enterobactericeae, genus Eschericia dan species Eschericia coli (Murray et al., 1948).
Escherichia coli diisolasi pertama kali oleh Escherich pada tahun 1885 dari feses (Merchant,
1996). Bakteri tersebut mempunyai morfologi batang pendek, bervariasi dari bentuk cocoid
bipolar ke bentuk filamen panjang (Merchant, 1996). Bersifat gram negatif, tidak tahan asam,
terwarnai seragam, tidak membentuk spora, biasanya berukuran 2-3 x 0,6 . Organisme ini
dapat berubah-ubah dalam ukuran dan bentuk. Beberapa strain motil dan mempunyai flagella
peritrichous (Calnek et al., 1991). Pertumbuhan terjadi pada kisaran suhu antara 10-46
0
C.,
pertumbuhan baik pada suhu 20-40
0
C dan pertumbuhan optimum pada suhu 37
0
C (Burrows,
1950). Escherichia coli disebut juga opportune pathogen oleh karena penyakit yang
ditimbulkannya bersifat sekunder mengikuti stres atau penyakit lain misalnya Gumboro.
Bakteri E. coli yang bersifat patogen mempunyai suatu struktur dinding sel yang disebut pili,
2 | BLOK 24

yang tidak ditemukan pada serotipe yang tidak patogen (Tabbu, 2000). Serotipe E. coli yang
sering menyerang unggas adalah O
1
, O
2
, O
35
dan O
78
. Keempat serotipe ini dapat
mengakibatkan koliseptisemia yaitu kolibasilosis yang disertai beredarnya E. coli pada
sirkulasi darah ayam (Tabbu, 2000).
Penyakit ini biasanya ditemukan pada lingkungan yang kotor dan berdebu atau pada
sekelompok ayam yang mengalami imunosupresif akibat penyakit infeksius atau mengalami
stres akibat lingkungan. Kuman ini dapat ditemukan didalam litter, kotoran ayam, debu atau
kotoran lain dalam kandang serta lingkungannya, pakan dan minuman atau sumber air
misalnya air sumur. Penularan E. coli dapat berlangsung secara kontak langsung antara ayam
yang sakit dengan ayam yng sensitif dan secara tidak langsung dapat terjadi melalui kontak
antara ayam yang sensitif dengan bahan-bahan yang tercemar oleh leleran tubuh atau feses
ayam yang menderita kolibasilosis (Tabbu, 2000). Terjadinya infeksi melalui kontak
langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor dan bukan dari ayam
ke ayam. Jadi penyakit ini berasal dari kondisi lingkungan (Akoso, 1998).
Patogenesis E.coli












Lingkungan yang kotor, sanitasi
jelek, kelembaban yang tinggi.
Penyakit lain : Gumboro,
Mareks, koksidiosis
Stress pada ayam dan
sistim imun turun
Ayam E.coli
Faktor virulensi :
a. Toxin (LT dan ST
toxin)
b. Antipagosit (capsule,
K antigen dan LPS)
c. Pertahanan terhadap
reaksi serum bakterial
(LPS dan K Antigen
d. Pertahanan terhadap
reaksi. imunitas
(capsule, K antigen ,
LPS dan antigenic
variasi)
Kolibasilosis
Degenerasi melemak pada hepar,
enteritis, ooforitis dan metritis.
Akibat keradangan:
hiperfibrinogenemia,
heterofilia, limfopenia
Monositosis dan anemia
normositik normokromik
3 | BLOK 24

Gejala Klinis
Gejala klinis kolibasilosis tidak spesifik dan tergantung pada umur hewan, lamanya
infeksi dan organ yang terlibat (Purchase, 1989).
Kolibasilosis menunjukkan adanya gejala yang berupa kurus, bulu kusam, nafsu
makan turun, lesu dan abdomen membesar. Selain itu pertumbuhan juga terganggu, diare,
bulu kotor atau lengket disekitar pantatnya (Akoso, 1998). Kolibasilosis dapat menimbulkan
berbagai gejala atau syndroma penyakit, antara lain:
1. Airsacculitis
Infeksi pada air sac biasanya diikuti perikarditis dan perihepatitis fibrinosa yang
biasanya mengikuti infeksi oleh mycoplasma, infectious bronchitis, Newcastel
Disease atau Laryngotracheitis virus. Secara mikroskopik terlihat air sac menebal
dan sering terdapat eksudat kaseus. Secara mikroskopik, lesi mengandung edema
dan infiltrasi heterofil. Terdapat banyak proliferasi fibroplastik dan akumulasi
sejumlah besar heterofil nekrotik di dalam eksudat kaseus.
2. Omphalitis (navel infection)
Ditandai dengan depresi, septisemia, kematian yang bervareasi, terjadinay
abnormalitas material yolk dan peritonitis.
3. New Duck Syndrome
Ditandai dengan airsacculitis, pericarditis, perihepatitis, peritonitis. Pada beberapa
kasus sering dapat pula diisolasi adanya Pasteurella antipestifer.
4. Acute septicemia
Biasanya terjadi pada ayam muda yang ditandai dengan adanya kematian
mendadak. Pembengkakan parenkim organ, adanya hemorragi petecie, pericarditis
dan peritonitis.
5. Enteritis
Ditandai dengan terjadinya diare. Adanya enteritis pada usus apabila dilakukan
nekropsi dan biasanya juga disertai dengan adanya eksudat mukus. Eschericia coli
dapat diisolasi dari parenkim organ.
6. Salpingitis
4 | BLOK 24

Pada ayam layer biasanya ditandai dengan adanya distensi oviduk yang disertai
dengan adanya massa mengkeju.
7. Coligranuloma
Ditandai dengan adanya nodul pada traktus intestinal dan liver.
8. Synovitis adan arthritis
Ditandai dengan adanya kelemahan dari salah satu atau semua dari sendi gerak.
Persendian yang terkena akan membengkak dan jika dibuka dapat ditemukan
cairan bening atau mengkeju didalam persendian tersebut.
(Whitemon and Bickford, 1983)
Perubahan Makroskopik dan Mikroskopik
Kolibasilosis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Perubahan makroskopik dan
mikroskopik berbagai sindroma dari E. coli yang terisolasi adalah :
1. Omfalitis
Perubahan yang mencolok adalah yolk sac belum terserap, ukurannya lebih besar dari
normal dengan isi, viskositas dan warna yang abnormal. Isi yolk sac yang semula kental
dan berwarna kuning kehijauan menjadi encer, hijau kecoklatan, dan berbau tidak sedap,
dapat pula menjadi lebih kental menyerupai keju. Secara mikroskopik, dinding yolk sac
akan terlihat edematus disertai oleh penebalan akibat adanya zona jaringan ikat di bagian
luar, diikuti berturut-turut oleh lapisan sel radang yang terdiri atas heterofil dan
makrofag, kumpulan giant cells, zona heterofil yang mengalami nekrosis bercampur
gumpalan bakteri dan di bagian dalam akan terlihat isi yolk sac. Pada sejumlah kasus
dapat juga ditemukan adanya beberapa sel plasma di dalam yolk sac.
2. Koliseptisemia
Pada kolibasilosis bentuk koliseptisemia ditemukan perihepatitis fibrinosa yang ditandai
oleh permukaan hati yang tertutup oleh suatu selaput berfibrin berwarna kelabu.
Perikarditis fibrinosa ditandai dengan perikardium yang menebal, berwarna kelabu dan
melekat pada dinding jantung. Ginjal akan membesar dan berwarna kehitaman akibat
fungsinya menyaring toksin yang dihasilkan E. coli. Air sac yang terinfeksi akan terlihat
menebal dan kadang-kadang terdapat eksudat kaseus pada permukaan. Secara
mikroskopik akan terlihat penebalan kapsula Glissoni hepar akibat infiltrasi heterofil,
5 | BLOK 24

limfosit dan proliferasi fibroblas dan adanya daerah nekrosis multifokal, yang disertai
oeleh infiltrasi heterofil dan limfosit. pericarditis terjadi megikuti septikemia dan
biasanya diikuti dengan myocarditis. Pada awal infeksi akan terlihat adanya heterofil pada
epikardium, pada kondisi melanjut akan tampak makrofag. Pada bagian myocardium
yang berbatasan dengan epikardium akan terlihat akumulasi limfosit.
3. Airsacculitis
Infeksi pada air sac biasanya diikuti perikarditis dan perihepatitis. Air sac menebal dan
sering terdapat eksudat kaseus. Secara mikroskopik, lesi mengandung edema dan infiltrasi
heterofil. Terdapat banyak proliferasi fibroplastik dan akumulasi sejumlah besar heterofil
nekrotik di dalam eksudat kaseus.
4. Salpingitis
Ditandai dengan bentuk ova yang tidak teratur, ova berwarna kekuningan dan kerapkali
ditemukan adanya folikel yang berubah menjadi cyst atau ruptur. Oviduk dapat
mengalami obstruksi oleh adanya material yang mengkeju ataupun bagian dari telur yang
pecah. Secara mikroskopik, reaksi jaringan dalam oviduk ringan dan sebagian besar
akumulasi heterofil di bawah epithelium.
5. Sinovitis dan arthritis
Persendian yang terkena akan membengkak dan jika dibuka dapat ditemukan cairan
bening atau mengkeju didalam persendian tersebut.
6. Koligranuloma
Terdapat nodul (granuloma) sepanjang usus dan hepar. Secara mikroskopik terdapat
nekrosis koagulasi pada hepar, dengan infiltrasi heterofil dan giant cell pada tepi daerah
nekrosis.
7. Enteritis
Isi usus terlihat encer, kekuningan dan bercampur busa. Mukosa usus mengalami kongesti
dan kadang-kadang mengalami deskuamasi.
(Tabbu, 2000; Calnek, 1997; Whiteman and Bickford, 1983)
Diagnosa kolibasilosis hanya berdasarkan pada isolasi E. coli tidak diragukan
kepastiannya. Diagnosa dapat dilakukan dengan isolasi dan identifikasi agen penyebab
6 | BLOK 24

dengan mengisolasi material dan lesi yang menciri pada EMB. Infeksi E. coli ditandai adanya
koloni methalic sheen pada EMB (Purchase et al, 1989; Whiteman dkk, 1989).
Diagnosa
Diagnosa kolibasilosis selain didasarkan pada gejala klinis yang nampak harus pula
didasarkan pada pemeriksan patologi yang didukung oleh isolasi dan kultur kolibasilosis
untuk menetapkan tipe coliform ke dalam satu dari serotipe yang terkenal patogen (Whiteman
et al., 1989).
Diferensial diagnosa
Penyakit yang mirip dengan infeksi yolk sac adalah penyakit pulorum. Penyakit yang
mirip dengan koliseptisemia adalah kolera unggas bentuk akut atau per akut, salmonellosis,
dan stafilokokosis. Penyakit saluran reproduksi (salpingitis) lain yang mirip adalah
salmonellosis. Koligranuloma mirip dengan tuberkulosis, Avian parathyphoid dan taeniasis.
Diferensial diagnosa untuk artritis adalah stafilokokus artritis, infeksius sinovitis dan artritis.
Peritonitis dapat disebabkan oleh chlamydia, pasteurella dan streptokokus. Air saculitis dapat
juga disebabkan karena bakteri lain, mycoplasma dan chlamydia (Tabbu, 2000, Purchase,
1989).
Pengendalian
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dan
peralatan terutama tempat minum dan makan dengan baik, mengusahakan agar jumlah ayam
dalam satu kandang tidak terlalu padat, memisahakan ayam yang sakit, melakukan
penggantian litter kandang dan melakukan pengaturan ventilasi dan temperatur kandang
dengan baik. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan antibiotik misalnya enfroflaxacin
dan juga dengan diberikan multivitamin.

2. METODE ISOLASI dan IDENTIFIKASI KOLIBASILOSIS
Sebelum dilakukan nekropsi terlebih dahulu dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Pengambilan sampel darah dilakukan sebelum ayam dieutanasi dan dinekropsi.
Pengambilan darah secara intrakardial dengan menggunakan spuit 3 ml, kemudian dibuat
preparat apus darah pada obyek glass. Selanjutnya darah dimasukkan dalam tabung steril
7 | BLOK 24

yang berisi anti koagulan EDTA untuk pemeriksaan darah rutin meliputi penghitungan
eritrosit, leukosit, TPP, PCV, Hb, MCV, MCH, MCHC dan fibrinogen. Preparat apus darah
dengan pengecatan Giemsa digunakan untuk pemeriksaan diferensial leukosit dan parasit
darah.
Hewan dieutanasi dengan cara emboli intrakardial yaitu dengan memasukkan udara
kedalam jantung melalui spuit. Setelah ayam mati, dilakukan nekropsi sesuai dengan
prosedur. Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, dan incisi pada
organ-organ yang dicurigai mengalami perubahan. Organ-organ tersebut, dipotong dan
dimasukkan dalam kontainer plastik yang berisi formalin 10%, serta dilakukan pemeriksaan
secara mikroskopik dengan membuat preparat histopatologi. Organ-organ yang dicurigai
mengalami perubahan adalah hepar, pulmo, perikardium,jantung, yolk sack lien, jejunum dan
secum.
Pemeriksaan mikrobiologi menggunakan sampel hepar dilakukan untuk mengisolasi
dan mengidentifikasi bakteri yang dicurigai, yaitu E. coli. Bakteri ditanam pada media Eosin
Methylene Blue (EMB), setelah didapatkan biak murni dilanjutkan dengan pengujian pada
media agar Triple Sugar Iron, indol pada media pepton, MR-VP, sitrat, urease dan agar
semisolid.


8 | BLOK 24



DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T., 1998. Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Burrows, W., 1950. Textboox of Bacteriology. Fifteenth Edision. W.B. Saunders Company.
Philadelphia, London.
Calnek, B.W., 1991. Disease of Poultry. Ninth edition. Iowa State University Press, Ames,
Iowa, USA.
Purchase, H.G., Lawrence, H.a., Domermuth, C.H. and Pearson, J.E., 1989. Collibacillosis in
A Laboratory Manual for The Isolation and Identification of Avian Pathogens. 3
rd
Ed,
Kendall Hunt Publishing Company. Iowa. USA
Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Volume 1. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Tabbu, C.R., 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Volume 2. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

You might also like