You are on page 1of 6

Zahra Puspita (1102011301)

SOMNOLEN (obtundasi, letargi) : yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
BRADIKARDIA : Bradikardia adalah detak jantung abnormal lambat, biasanya di bawah 60 denyut per
menit pada orang dewasa.
HIPERPIREKSIA : adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2C kenaikan suhu tubuh
sampai setinggi 41,2 C atau lebih, dan atau lebih.
THYPOID TONGUE : lidah berlapis putih kotor kecoklat-coklatan yang merupakan sisa-sisa makanan, sel
epitel mati dan bakteri .
UJI WIDAL
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji
Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami
pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam
jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum.Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji
hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan
dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat
digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990)
mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan
nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada
kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal
sebesar 64-74%dan spesifisitas sebesar 76-83%.Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan
beberapa faktor antara lain sensitivitas,spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status
imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari
masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang
digunakan.Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan
interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan
tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid
(penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,manfaatnya masih
diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi
(cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer)
pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan
peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat.Penelitian oleh Darmowandowo di RSU
Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.

Beberapa hal yang sering disalah artikan :
1. Pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian yang salah. Uji widal
hanya menunjukkan adanya antibodi terhadap kuman Salmonella.
2. Pemeriksaan widal yang diulang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil positif dianggap masih
menderita tifus, ini juga pengertian yang salah. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat
pengobatan, hasil uji widal tetap positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan
sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan. Hasil ulang pemeriksaan widal positif setelah mendapat
pengobatan tifus, bukan indikasiuntuk mengulang pengobatan bilamana tidak lagi didapatkan gejala
yang sesuai.Hasil uji negatif dianggap tidak menderita tifus :Uji widal umumnya menunjukkan hasil
positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karenaitu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari, sering kali
hasilnya masih negatif dan baru akan positif bilamana pemeriksaan diulang. Dengan demikian,hasil uji
widal negatif,terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan
tifus.Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid :1. Tetap harus didasarkan adanya gejala
yang sesuai dengan penyakit tifus.2. Uji widal hanya sebagai pemeriksaan yang menunjang
diagnosis.Seorang tanpa gejala,dgn uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.Memang
terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di daerah endemik,yang mana
sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi,sehingga menunjukkan hasil uji widal
positif. Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif pada 78%
populasi orang dewasa. Untuk itu perlu kecermatan dan kehatihatian dalam interpretasi hasil
pemeriksaan widal.
PENILAIAN
Titer widal biasanya angka kelipatan :
1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640
.- Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).- Titer 1/160 : masih dilihat dulu
dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer.Jika ada, maka dinyatakan (+).- Jika 1 x pemeriksaan
langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas. Uji Widal
didasarkan pada :- Antigen O ( somatic / badan )- Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak
)Jika masuk ke dalam tubuh kita, maka timbul reaksi antigen-antibodi.
ANTIBODI terhadap Antigen O : setelah 6 sampai 8 hari dari awal penyakit.Antigen H : 10-12 hari dari
awal penyakit.Uji ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang (moderate).Pada kultur yang
terbukti positif, uji Widal yang menunjukkan nilai negatif bisa mencapai 30 persen.Beberapa
keterbatasan uji Widal ini adalah:
1. Negatif Palsu
Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negarakita, demam >
kasih antibiotika > nggak sembuh dalam 5 hari > tes Widal menghalangi respon antibodi.Padahal
sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah.
2. Positif Palsu
- Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H
juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya,dan bisa menimbulkan hasil
positif palsu (false positive).Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).-
Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll.Pada daerah yang endemik seperti Indonesia
(apalagi Jakarta, bagi yang hobi makan gado-gado, ketoprak ) ditentukan nilai batas minimal pada
populasi normal.Sehingga kemungkinan seseorang menderita demam tifoid sangat besar pada nilai
minimal titer tertentu.
Diagnosa Pasti :
GAL CULTURE
( waktu yg dibutuhkan : +/- 1 minggu ).
CARIER
Sulit untuk menghilangkan sifat carrier (titer antibodi dalam darah kita menjadi negatif), mengingat
Indonesia endemik tifoid . Tapi ini tidak masalah. Yang penting tidak jatuh sakit.














DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam
bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya
turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid
adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita,
anak-anak dan dewasa.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan
antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini
terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan
kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid :
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman
sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa
yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid :
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga
terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini
mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat
tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam
tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya
terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual
yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat
mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan
cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang
air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa
banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

Diagnosa Penyakit Demam Tifoid :
Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium
sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang
(lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal
positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman
Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine
dan faeces.
Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali
berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan
pembawa kuman (carrier).
Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada
diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan
selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue
fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid :
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi,
serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan
mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan.
Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh
duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing
(Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah
kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu
perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti
ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi
pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.



Komplikasi Penyakit Demam Tifoid :
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan usus
karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak (ensefalopati)
kadang ditemukan juga pada anak.
Diet Penyakit Demam Tifoid :
Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang
dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
Tidak mengandung banyak serat.
Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya
hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid :
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan
(antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman
Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa
(tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
Sumber : (http://www.infopenyakit.com).

You might also like