A. Pendahuluan Reformasi hukum merupakan salah satu amanat penting dalam rangka pelaksanaan agenda reformasi nasional. Di dalamnya tercakup agenda penataan kembali berbagai institusi hukum dan politik mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat pemerintahan desa, pembaharuan berbagai perangkat peraturan perundang-undangan mulai dari Undang-Undang Dasar sampai ke tingkat Peraturan Desa, dan pembaharuan dalam sikap, cara berpikir dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dengan perkataan lain, dalam agenda reformasi hukum itu tercakup pengertian reformasi kelembagaan (Institutional reform, reformasi perundang-undangan (instrumental reform, dan reformasi budaya hukum (cultural reform. Pembenahan sistem dan politik hukum sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan !angka "enengah #asional $%%&-$%%' salah satunya diarahkan pada kebi(akan untuk memperbaiki struktur (kelembagaan hukum dan staf peradilan serta kualitas sistem peradilan yang terbuka dan transparan, menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi agara peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bah)a hukum dapat diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran. *etika Daniel +. ,e- memberikan kata pengantar dalam bukunya, Islamic .ourts in Indonesia/ 0 +tudy in the Political 1ases of ,egal Institutions, menyatakan bah)a Peradilan 0gama di Indonesia yang tampak rapuh ternyata tidak hanya tegak berdiri tetapi (uga tumbuh lebih kuat, sedangkan di beberapa negara Islam institusi hukum keagamaan banyak yang dibatasi dan atau dihapus. Pandangan tersebut didasarkan pada kenyataan bah)a Peradilan 0gama itu dihadapkan pada berbagai kontra-ersi dan tantangan, baik pada masa 2 | pen(a(ahan maupun pada a)al kemerdekaan. #amun demikian, ia terhindar dari kerapuhan bahkan posisinya men(adi lebih kuat. Dalam rentang )aktu 34 tahun terakhir (2'5$-$%%6 Peradilan 0gama mengalami berbagai perubahan yang berarti. Perubahan itu antara lain berkenaan dengan dasar hukum penyelenggaraan peradilan, kedudukan, susunan, dan kekuasaannya. 1ahkan mengalami lompatan ketika badan Peradilan 0gama ber)enang menerima, memutuskan, dan menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syari7ah tanpa kontro-ersi. +ementara itu, ekonomi syari7ah merupakan entitas baru dalam masyarakat Islam Indonesia. +elan(utnya, ketika UU #omor 2& 8ahun 2'5% tentang *etentuan-ketentuan Pokok *ekuasaan *ehakiman diundangkan Peradilan 0gama memiliki kedudukan yang kuat dan se(a(ar dengan peradilan lain, yakni Peradilan Umum, Peradilan "iliter, dan Peradilan 8ata Usaha #egara, sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman. 9ang membedakan keempat penyelenggara kekuasaan kehakiman itu ditentukan oleh bidang yirisdiksi yang dilimpahkan undang-undang kepadanya. #amun demikian, pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama, dalam hal ini Pengadilan 0gama, tidak memiliki kemandirian untuk melaksanakan putusannya sebelum dikukuhkan oleh Pengadilan #egeri (dalam lingkungan Peradilan Umum, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal :3ayat ($ UU #omor 2 8ahun 2'5& tentang Perka)inan. Institusi pengukuhan itu baru dihapus ketika disahkan dan diundangkan UU #omor 5 8ahun 2'6' tentang Peradilan 0gama. *edudukan dan kemandirian Peradilan 0gama lebih kuat ketika diundangkan UU #omor 5 8ahun 2'6'. +elan(utnya hal itu lebih kuat lagi berdasarkan ketentuan Pasal $& ayat ($ UUD 2'&4 hasil amandemen, ;Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah "ahkamah 0gung dan badan peradilan yang berada di ba)ahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha $ | negara, dan oleh sebuah "ahkamah *onstitusi<. *etentuan konstitusi itu ditindaklan(uti dengan UU #omor & 8ahun $%%& tentang *ekuasaan *ehakiman= kemudian UU #omor 3 8ahun $%%: tentang Perubahan atas UU #omor ' 8ahun 2'6' tentang Peradilan 0gama. Pergeseran B. Paradigma Peradilan Agama +etiap yang pernah mempela(ari se(arah peradilan agama akan mengetahui, politik kolonial sangat mengecilkan peradilan agama. Politik mengecilkan tidak hanya dalam mengurangi yuridiksi, melainkan segala syarat pengadilan yang layak ditiadakan= pengadilan agama tidak mandiri. +emua putusan baru mempunyai kekuatan eksekusi kalau sudah disetu(ui pengadilan negeri, yang dikenal dengan sebutan fiat eksekusi. *eadaan serba kurang diperhatikan berlan(ut terus setelah merdeka. +uatu ketika kantor pengadilan agama menempati satu bagian mas(id, berada dalam lingkungan *antor Urusan 0gama, dan lain-lain keadaan yang serupa itu. *eadaan berubah setelah ada UU #omor 2& 8ahun 2'5%. Pengadilan ditempatkan sedera(at dengan lingkungan badan peradilan lain. Pernah ada kesalahan, karena UU #omor 2 8ahun 2'5& mencantumkan lagi pranata fiat eksekusi. >al ini kemudian dikoreksi oleh PP #omor ' 8ahun 2'54. +e(ak saat itu, tidak ada lagi praktek fiat eksekusi. Pranata tersebut benar-benar hapus setelah ada UU #omor 5 8ahun 2'6'. >al itu menun(ukkan tentang suatu dinamika Peradilan 0gama di tengah-tengah kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang ma(emuk. Dinamika itu secara bertahab menu(u ke arah kema(uan. Ini terlihat dalam berbagai ketentuan UU #omor 5 8ahun 2'6' yang sarat dengan pergeseran paradigma dari ;peradilan semu< yang cenderung menampakkan diri sebagai instansi pemerintahan men(adi pengadilan yang sesungguhnya (court of la), yang memiliki ciri/ hukum acara dan minutasi dilaksanakan secara benar, administrasi dilaksanakan secara tertib, dan putusan dilaksanakan 3 | oleh pengadilan yang memutuskan perkara. 0tas perihal tersebut dalam UU #omor 5 8ahun 2'6' mengandung beberapa perubahan penting, bahkan terdapat beberapa ketentuan baru yang mencirikan pergeseran paradigma tersebut, yaitu antara lain tentang/ 2. Dasar >ukum penyelenggaraan peradilan. +ebelum UU #omor 5 8ahun 2'6' diundangkan, dasar hukum penyelenggaraan Peradilan 0gama ber-ariasi. +ebagian merupakan produk pemerintah kolonial 1elanda, dan sebagian produk pemerintah Republik Indonesia. Dasar hukum itu meliputi berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu/ a Peraturan tentang Pengadilan 0gama di !a)a dan "adura (+taatsblad 8ahun 266$ #omor 24$ dan +taatsblad 8ahun 2'35 #omor 22: dan :2%= b Peraturan tentang *erapatan ?adi dan *erapatan ?adi 1esar untuk sebagian Residensi *alimantan +elatan-8imur (+taatsblad 8ahun 2'35 #omor :36 dan :3'= dan c Peraturan Pemerintah #omor &4 8ahun 2'45 tentang Pembentukan Pengadilan 0gama@"ahkamah +yar7iyah di luar !a)a dan "adura (,embaran #egara 8ahun 2'45 #omor ''. $. *edudukan Pengadilan. +ebelum berlakunya UU #omor 5 8ahun 2'6' terdapat ketidakse(a(aran antara pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama dengan pengadilan lainnya, khususnya antara Pengadilan 0gama dengan Pengadilan #egeri. >al itu tercermin dengan adanya institusi pengukuhan putusan Pengadilan 0gama oleh Pengadilan #egeri. 1erdasarkan UU #omor 5 8ahun 2'6' kedudukan pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama se(a(ar dengan pengadilan dalam lingkungan Peradilan lainnya. *etentuan pengukuhan putusan Pengadilan 0gama oleh Pengadilan #egeri, dinyatakan dicabut. Dengan demikian, Pengadilan 0gama memiliki kemandirian untuk melaksanakan putusannya sendiri yang & | dilaksanakan oleh (urusita. *e(urusitaan merupakan institusi bari di dalam susunan organisasi Pengadilan 0gama. 3. *e)enangan Pengadilan "enurut ketentuan Pasal &' ayat (2, ;Pengadilan 0gama bertugas dan ber)enang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang- orang yang beragama Islam di bidang/ a. Perka)inan= b. *e)arisan, )asiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Isla= c. Aakaf dan shadaBah<. >al itu menun(ukkan bah)a ke)enangan pengadilan di !a)a-"adura dikembalikan sebagaimana ke)enangan yang berlaku sebelum tahun 2'35. dengan perkataan lain, ke)enangan pengadilan tersebut ;lebih luas< dibandingkan pada masa sebelumnya (2'35-2'6'. +edangkan ke)enangan Pengadilan 0gama yang lainnya tidak mengalami perubahan. #amun demikian, menurut PP #omor &4 8ahun 2'45 ke)enangan tersebut (selain perselisihan antara suami dengan isteri berhubungan dengan<hukum yang hidup< diputus menurut hukum agama Islam. *ini, pengganti ;hukum yang hidup< itu adalah hukum Islam sebagaimana dinyatakan dalam Pen(elasan Umum undang-undang tersebut. &. *edudukan >akim. "enurut ketentuan pasal 24 ayat (2, hakim diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku *epala #egara atas usul "enteri 0gama berdasarkan persetu(uan "ahkamah 0gung. >al yang sama berlaku bagi hakim dalam lingkungan Peradilan Umum dan hakim dalam lingkungan Peradilan 8ata Usaha #egara. Dalam men(alankan tugasnya, hakim memiliki kebebasan untuk membuat keputusan, terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh pihak lainnya. 4. >ukum 0cara 4 | "enurut ketentuan pasal 4&, ;>ukum acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama adalah hukum 0cara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini<. >al itu menun(ukkan bah)a hukum acara yang berlaku adalah hukum tertulis. Di samping itu, adanya kekecualian dan kekhususan yang diatur dalam UU #omor 5 8ahun 2'6'. kekhususan itu meliputi prosedur cerai talak, cerai gugat, cerai dengan alasan zina, dan biaya perkara. +ebelum berlakunya undang-undang tersebut, hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama tersebar dalam berbagai sumber, baik hukum tertulis maupun hukum tak tertulis. :. Penyelenggaraan administrasi peradilan. Dalam lingkungan Peradilan 0gama terdapat dua (enis administrasi, yaitu administrasi peradilan dan administrasi umum. !enis pertama berkenaan dengan administrasi perkara dan teknis yudisial. +edangkan (enis kedua berkenaan dengan administrasi kepega)aian, keuangan, dan tata usaha. Cleh karena itu, di pengadilan terdapat dua (enis (abatan pengelola kedua (enis administrasi itu. +ecara keseluruhan kedua (enis administrasi tersebut dikelola oleh panitera yang merangkap sebagai sekretaris pengadilan. +ecara khusus, administrasi peradilan dikelola oleh )akil panitera= sedangkan administrasi umum dikelola oleh )akil sekretaris. +ebelum berlakunya UU tersebut administrasi pada pengadilan bercorak tunggal, dan dikelola oleh panitera kepala. +elan(utnya, ketika dilakukan perubahan UU #omor 5 8ahun 2'6' men(adi UU #omor 3 8ahun $%%:, (uga terdapat beberapa perubahan. >al paling menon(ol adalah bidang yurisdiksi yang diberikan kepada pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama. >al itu menun(ukkan pergeseran paradigma badan peradilan yang semula : | terbatas pada bidang domestik (ah)al syakhshiyah bergeser ke arah bidang yang lebih luas, yakni bidang domestik dan publik (muamalah, terutama di bidang zakat, infak, dan ekonomi syari7ah dalam suatu sistem peradilan satu atap. Pergeseran paradigma itu berkonsekuensi terhadap perluasan subyek hukum, tidak hanya orang tetapi (uga badan hukum. 0dapun tentang perubahan, Dainuddin Ea(ari mengin-entarisasi 24 pasal yang mengalami perubahan termasuk satu pasal sisipan. Di antara perubahan tersebut yang cukup menon(ol adalah sebagai berikut. Pertama, tentang Peradilan 0gama, yang didefinisikan sebagai ;salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu<. Perkara tertentu dalam ketentuan pasal $, merupakan hasil perubahan dari Perkara Perdata sebagaimana ketentuan UU #omor 5 8ahun 2'6'. >al itu memberi peluang kepada pengadilan untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana ((inayah sebagaimana men(adi ke)enangan "ahkamah +yar7iyah di Propinsi #anggroe 0ceh Darussalam yang men(adi bagian dalam lingkungan Peradilan 0gama. *edua, tentang pengkhususan pengadilan. Dalam pasal 30, sebagai sisipan antara pasal 3 dengan pasal &, diatur, ;dalam lingkungan Peradilan 0gama dapat diadakan pengkhususan pengadilan yang diatur dengan Undang-Undang. *etentuan ini dapat dihubungkan dengan ketentuan pasal 24 UU #omor & 8ahun $%%&, ;Peradilan +yari7ah Islam di Propinsi #anggroe 0ceh Darussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan Peradilan 0gama sepan(ang ke)enangannya menyangkut ke)enangan Peradilan 0gama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepan(ang ke)enangannya menyangkut ke)enangan Peradilan Umum<. *etiga, tentang pembinaan dan penga)asan. "enurut ketentuan pasal 4, ;Pembinaan teknis peradilan, organisasi, 5 | administrasi, dan finasial pengadilan dilakukan oleh "ahkamah 0gung<. +ementara itu, menurut pasal 2$, ;Pembinaan dan penga)asan umum terhadap hakim dilakukan oleh *etua "ahkamah 0gung<. *etentuan ini merupakan implementasi sistem peradilan satu atap sebagaimana diamanatkan dalam UU #omor 34 8ahun 2''' yang kemudian diganti dengan UU #omor & 8ahun $%%&. *eempat, tentang pengangkatan hakim. "enurut ketentuan pasal 24, ;>akim pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul *etua "ahkamah 0gung<. *etentuan ini merupakan salah satu konsekuensi dari sistem peradilan satu atap yang melepaskan keterlibatan "enteri 0gama dalam proses pengangkatan dan pemberhentian hakim. *elima, tentang ke)enangan pengadilan. "enurut ketentuan pasal &', ;Pengadilan 0gama bertugas dan ber)enang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang- orang yang beragama Islam di bidang/ a perka)inan= b )aris= c )asiat= d hibah= e )akaf= f zakat= g infaB= h shadaBah= dan i ekonomi syari7ah. 1erdasarkan pada sembilan tugas peradilan agama tersebut terdapat paradigma baru dalam lingkungan peradilan agama, yaitu pengaturan tentang tugas peradilan agama dalam menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syari7ah. Dalam pen(elasan undang-undang ini dinyatakan bah)a yang dimaksud dengan ekonomi syari7ah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip- prinsip syari7ah, antara lain meliputi/ 1ank syari7ah, lembaga keuangan mikro syari7ah, asuransi syari7ah, reasuransi syari7ah, reksadana syari7ah, obligasi syari7ah dan surat berharga ber(angka menengah syari7ah, sekuritas syari7ah, pembiayaan syari7ah, dana pensiun lembaga keuangan syari7ah, dan bisnis syari7ah. 0pa yang terkandung dalam ketentuan di atas, selain memperluas kompetensi absolut pengadilan, (uga menghapus ketentuan tentang pilihan hukum 6 | sebagaimana dimuat dalam Pen(elasan Umum UU #omor 5 8ahun 2'6'. *eenam, tentang sengketa hak milik. "enurut ketentuan pasal 4% ayat ($, ;0pabila ter(adi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (2 yang subyek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, obyek sengketa tersebut diputus oleh Pengadilan 0gama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam pasal &'<. *etentuan ini selain menambah keluasan ke)enangan pengadilan dalam lingkungan peradilan agama (uga mempertegas kemandiriannya, terutama dalam menyelesaikan sengketa hak milik atau sengketa lain di kalangan orang-orang yang beragama Islam. *etu(uh, tentang itsbat kesaksian rukyat hilal. "enurut ketentuan pasal 4$0, ;Pengadilan 0gama memberi itsbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan a)al bulan pada tahun >i(riyah<. *etentuan ini dapat dipandang sebagai penyambung matarantai hubungan antara pengadilan dengan Departemen 0gama, yang secara historis lahir dan dibesarkan oleh dan dalam Departemen itu meskipun yang diatur hanya aspek peradilannya sa(a. 0tas perihal tersebut, dalam pen(elasan pasal itu dinyatakan, ;selama ini Pengadilan 0gama diminta oleh "enteri 0gama untuk memberikan penetapan (itsbat terhadap kesaksian orang yang telah melihat atau menyaksikan hilal bulan pada setiap memasuki bulan Ramadhan dan a)al bulan +ya)al tahun >i(riyah dalam rangka "enteri 0gama mengeluarkan penetapan secara nasional untuk penetapan penanggalan 2 (satu Ramadhan atau 2 (satu +ya)al. Pengadilan 0gama dapat memberikan keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan )aktu sholat<. Perubahan-perubahan tersebut memiliki dimensi ganda. Pertama, sebagai peluang bagi badan Peradilan 0gama untuk melaksanakan tugas utamanya secara maksimal sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi para pencari keadilan. *edua, ' | sebagai tantangan untuk melengkapi berbagai kebutuhan yang dapat mendukung berfungsinya pengadilan tersebut. 1erkenaan dengan dimensi kedua ini, terdapat tuntutan kebutuhan internal dan eksternal agar pengadilan dapat men(alankan fungsinya secara maksimal. Pertama, kebutuhan atas ketersediaan hukum substantif di bidang ekonomi syari7ah. Penyusunan dan perumusan hukum substantif ini dapat dikatakan mudah tapi sulit. "udah, karena relatif netral dan penggunaannya terbatas. 8idak sepeka hukum keluarga, apalagi hukum ke)arisan yang akan berbenturan dengan sistem kekerabatan yang dianut oleh berbagai kelompok etnis. +ulit, karena ekonomi syari7ah belum men(adi entitas yang a(eg dalam masyarakat Islam Indonesia yang sebagian besar komunitas pedesaan dan berada dalam pengaruh mazhab +yafi7i. Cleh karena itu, penyusunan dan perumusan membutuhkan )aktu yang memadai, termasuk untuk memilih instrumen hukum yang dapat menghindarkan ge(olak. Dalam konteks ini, apa yang tersurat dalam "a(allah al-0hkam al-70dliyah dapat di(adikan salah satu referensi meskipun bermazhab >anafi. *edua, manakala hukum substantif itu telah dirumuskan membutuhkan sosialisasi secara maksimal, terutama di kalangan masyarakat yang membutuhkannya. +osialisasi hukum, ini relatif agak mudah karena yang membutuhkannya terbatas terutama kalangan pelaku bisnis yang terkonsentrasi di perkotaan. 0tas perihal yang sama, sosialisasi hukum perka)inan, hukum ke)arisan, dan hukum per)akafan sebagaimana terhimpun dalam *ompilasi >ukum Islam masih memerlukan sosialisasi karena kepatuhan hukum masyarakat terkadang masih mendua. *etiga, berkenaan dengan kepatuhan hukum masyarakat menun(ukkan bah)a perkara yang diterima dan diputus pengadilan relatif menurun ketimbang pada masa a)al berlakunya UU #omor 2 8ahun 2'5&. terdapat indikasi ;praktik peradilan< di luar pengadilan yang berada di luar (angkauan peraturan perundang-undangan. 1oleh 2% | (adi, norma lokal yang dipandang sakral di(adikan ru(ukan dalam memecahkan sengketa dalam keluarga terutama perceraian, yang men(adi perkara terbesar yang diterima dan diputus oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama. *omposisi Peradilan 0gama dalam +istem +atu 0tap Aacana tentang peradilan satu atap telah muncul pada masa Crde 1aru, terutama bagi pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum. Fagasan itu muncul di kalangan praktisi hukum, terutama pengacara. Pengadilan itu dibina dan dia)asi oleh dua badan penyelenggara negara, yakni yudikatif dan eksekutif. Pembinaan teknis yudisial oleh "ahkamah 0gung, sedangkan pembinaan organisasi, administrasi dan finansial oleh Departemen *ehakiman (kini Departemen >ukum dan >ak 0sasi "anusia. >al itu dipandang sebagai praktik pembinaan yang dualistis, yang dapat memecah kebebasan dan kiner(a pengadilan terutama hakim. 8ugas fungsionalnya dibina dan dia)asi oleh "ahkamah 0gung= sedangkan nasibnya ditentukan oleh Pemerintah (Departemen *ehakiman. Aacana itu semakin berkembang ketika muncul tuntutan reformasi total sebagai respon terhadap krisis berbagai bidang. Reformasi itu bergulir untuk merombak tatanan berbagai bidang kehidupan masyarakat bangsa, termasuk GpenyatuatapanH pengadilan dalam lingkungan Peradilan 0gama, Peradilan "iliter, dan Peradilan 8ata Usaha #egara. 0)al reformasi (2''' dimulai dengan mengamandemen Undang-Undang Dasar 2'&4 yang pada masa Crde 1aru ditabukan. 0tas perihal yang sama pada tahun itu disahkan dan diundangkan sebanyak 4: buah undang-undang, termasuk UU #omor 34 8ahun 2''' yang di(adikan dasar kebi(akan peradilan satu atap. "enurut ketentuan Pasal 22 ayat (2 UU #omor 34 8ahun 2''', ;(2 1adan-badan Peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2% ayat (2, secara organisatoris, administratif, dan finansial berada di ba)ah kekuasaan "ahkamah 0gung<. +edangkan menurut ketentuan pasal 22 | 220 ayat (2 dan ayat ($, ;(2 Pengalihan organisasi, administrasi, dan finansial sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2 dilaksanakan secara bertahap, paling lama 4 (lima tahun se(ak Undang-undang ini mulai berlaku= ($ Pengalihan organisasi, administrasi, dan finansial bagi Peradilan 0gama )aktunya tidak ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2. +ebagai pelaksanaan kebi(akan peradilan satu atap itu dilakukan perubahan beberapa undang-undang yang produknya adalah UU #omor & 8ahun $%%& tentang *ekuasaan *ehakiman (sebagai pengganti UU #omor 34 8ahun 2''' tentang Perubahan atas Undang-undang #omor 2& 8ahun 2'5% tentang *etentuan-ketentuan Pokok *ekuasaan *ehakiman= UU #omor 4 8ahun $%%& tentang Perubahan atas UU #omor 2& 8ahun 2'64 tentang "ahkamah 0gung= UU #omor 6 8ahun $%%& tentang Perubahan atas Undang-Undang #omor $ 8ahun 2'6: tentang Peradilan Umum= UU #omor ' 8ahun $%%& tentang Perubahan atas UU #omor 4 8ahun 2'6: tentang Peradilan 8ata Usaha #egara= dan UU #omor 3 8ahun $%%: tentang Perubahan atas Undang-Undang #omor 5 8ahun 2'6' tentang Peradilan 0gama. C. Sisem Sau Aa! Dari se(umlah komentar mengenai makna satu atap sistem peradilan, terkadang terkesan ada ketidak tepatan memahami cakupan sistem peradilan satu atap. Untuk lebih memahami hal tersebut, perlu diperhatikan dua fungsi utama pengadilan. Pertama, memeriksa, dan memutus perkara, lazim (uga disebut tugas mengadili. Dalam tugas memeriksa dan memutus perkara termasuk tugas-tugas kepaniteraan dan ke(urusitaan yang berkaitan dengan fungsi memeriksa, memutus, dan melaksanakan putusan. "elaksanakan putusan, yang lazim disebut eksekusi harus ditempatkan sebagai satu rangkaian memeriksa dan memutus perkara. +uatu perkara baru dianggap 2$ | selesai kalau sudah dilaksanakan. *arena itu, dalam memutus perkara seorang hakim harus memperhitungkan (uga pelaksanaannya. +uatu putusan yang tidak dapat dilaksanakan tidak bermanfaat bagi pencari keadilan. 0palagi kalau suatu putusan malah melahirkan perkara baru. *edua, membina organisasi, menyelenggarakan administrasi keuangan dan kepega)aian. Eungsi pertama, lazim disebut sebagai fungsi yudisial ((udicial function. Ini yang disebut "ontesBuieu dan seterusnya sampai hari ini sebagai kekuasaan kehakiman atau kekuasaan peradilan ((udicial po)er. Di manapun dan kapanpun hanya pengadilan yang mempunyai kekuasaan mengadili atau kekuasaan memeriksa dan memutus perkara. 0da kemungkinan suatu badan yang bukan badan peradilan tetapi men(alankan fungsi peradilan, yang dalam dunia ilmu pengetahuan hukum (legal science disebut sebagai badan peradilan semu (Buacy (udicial, Buasirechtspraak. *arena biasanya kompetensi badan ini di lapangan hukum administrasi, maka dalam khazanah hukum 1elanda disebut ;Buasiadministratiefrechtspraak<. Aalaupun bersifat semu, harus dipenuhi syarat sebagai badan peradilan yaitu harus independen. 0dapula badan lain yang biasanya disebut ;badan kehormatan< atau ;ma(elis kehormatan< atau ;de)an kehormatan<. 1adan ini bukan penegak hukum, melainkan penegak etika. Penegakkan etika adalah penegakkan disiplin. +anksi etik adalah disiplin. *adang-kadang kita bercampur aduk antara penegak hukum dan penegak etika (disiplin. 8etapi ada (uga badan kehormatan sebagai forum pembelaan sebelum sanksi hukum di(atuhkan, misalnya ;ma(elis kehormatan hakim<. 1adan-badan administrasi dapat (uga memutus yang bersifat menghukum seperti ;schorsing<, tetapi tidak bersifat mengadili, karena itu dapat digugat ke pengadilan. *ekuasaan kehakiman harus independen, lepas dari pengaruh kekuasaan lain. Dalam kaitan dengan sistem satu atap, hal tersebut telah ada dan di(alankan se(ak Indonesia merdeka karena merupakan 23 | perintah UUD, bahkan telah ada se(ak masa kolonial. >al ini menun(ukkan sistem satu atap untuk fungsi memeriksa dan memutus perkara, termasuk membuat ketetapan, telah di(alankan pengadilan atas dasar ketentuan UUD dan per)u(udan salah satu asas negara berdasarkan hukum. Dengan demikian, sistem satu atap yang dimulai UU #omor 34 8ahun 2''', yang kemudian diatur kembali dalam UU #omor & 8ahun $%%&, hanyalah mengenai soal keorganisasian, ketenagaan (kepega)aian dan keuangan, bukan mengenai kekuasaan kehakiman. *alau demikian, mengapa satu atap dianggap penting untuk menun(ang independensi kekuasaan kehakimanI 1arangkali hal ini merupakan kasus khusus Indonesia dan beberapa negara lain seperti 8hailand, yang pernah mengalami kekuasaan kediktatoran yang mempengaruhi kekuasaan kehakiman. Dibanyak negara, seperti negara Jropa, bahkan 0merika +erikat, masalah organisasi, ketenagaan, dan keuangan atau bagian tertentu dari urusan-urusan tersebut, di(alankan oleh Pemerintah. Indonesia selama Crde ,ama dan Crde 1aru, mengalami pengaruh Pemerintah terhadap kekuasaan kehakiman melalui )e)enang keorganisasian, ketenagaan dan keuangan tersebut. 1ahkan di masa Crde ,ama, diciptakan hukum (UU #omor 2' 8ahun 2':& yang memberi )e)enang kepada Presiden untuk mencampuri suatu proses peradilan yang sedang ber(alan. Pemindahan urusan organisasi, ketenagaan, dan keuangan ke "ahkamah 0gung, memba)a konsekuensi perubahan tanggung(a)ab pembinaan peradilan. +elama ini ada dua pembinaan peradilan. Pertama, "ahkamah 0gung= membina dan menga)asi (alannya peradilan (fungsi yudisial yang di(alankan pengadilan tingkat pertama dan banding. *edua, Departemen dan "01J+ 8#I membina keorganisasian, ketenagaan, dan keuangan. +e(ak satu atap, "ahkamah 0gung men(adi pembina tunggal, baik untuk fungsi peradilan maupun urusan keorganisasian, 2& | ketenagaan, dan keuangan. +emua lingkungan peradilan ada di ba)ah tanggung(a)ab "ahkamah 0gung. 8erdapat kebaikan dan kekurangan sistem satu atap, yaitu sebagai berikut/ a. *ebaikan= pertama, ada kesatuan pembinaan, kesatuan tanggung(a)ab, kesatuan perencanaan, dan kesatuan program. *esatuan ini sangat penting untuk meningkatkan efesiensi, efektifitas, penghematan sumber daya (resources, dan kesatuan komando. "emudahkan kendali dan kontrol serta menentukan pertanggung(a)aban. *edua, ada pembinaan yang sama terhadap semua lingkungan badan peradilan. *etiga, pengadilan akan mengikuti standar-standar menimal yang telah ber(alan. *eempat, lebih memudahkan membangun kesatuan korp. 8idak akan ada perasaan lingkungan tertentu lebih unggul dari lingkungan peradilan lain. +ebaliknya peradilan tertentu tidak pula merasa rendah dari lingkungan peradilan lainnya. #amun perlu dicatat, persamaan tidak berarti serba sama. *alau dibutuhkan berbeda tetap harus berbeda. Dalam hal tertentu dianggap baik di(alankan atau ditempati lingkungan peradilan umum biarkan tetap pada peradilan umum. Persamaan tidak harus diartikan harus menerima tempat dan (atah yang sama. *alau suatu saat, suatu lingkungan karena keadaan harus agak berlebih harus diterima secara )a(ar. +emua lingkungan peradilan harus memupuk semangat satu untuk semua dan semua untu satu. +atu me)akili semua dan semua me)akili yang satu. b. *ekurangan. Pertama, organisasi "ahkamah 0gung mungkin men(adi terlalu besar, sistem pengelolaan lebih kompleks, penga)asan dan pembinaan internal men(adi lebih sulit. >al yang sangat memerlukan perhatian yaitu kemungkinan percampuran yang tidak sehat antara administrasi perkara dan administrasi bukan perkara. Untuk mengurangi kekurangan tersebut diperlukan sistem pengorganisasian dan administrasi yang canggih, kumpulan 24 | tenaga yang cakap, trampil, dan berintegritas, serta partisipasi sosial yang baik. *edua, acapkali dirasakan tidak mudah menyesuaikan diri dengan keadaan baru, sehingga ada kemungkinan )u(ud berbagai kebimbangan atau perasaan belum terima, bahkan ada semacam perasaan gegar budaya (cultural shock dalam lingkungan yang baru termasuk berbagai purbasangka yang tidak bermanfaat. >al ini dapat mempengaruhi kelancaran upaya membangun kesatuan dan persatuan di antara semua lingkungan badan peradilan. D. Anara Peluang dan Tanangan Sisem Sau Aa! +atu atap adalah peluang dan sekaligus tantangan. +ebagai peluang, satu atap memberi dasar untuk mempercepat ;pembaharuan< peradilan agama untuk menge(ar ketinggalan dari lingkungan badan peradilan lain terutama lingkungan peradilan umum. *etinggalan- ketinggalan tersebut meliputi prasarana dan sarana, sistem managemen yang meliputi organisasi, ketenagaan, keuangan, penga)asan (kendali dan e-aluasi. Di balik peluang, satu atap menimbulkan pula berbagai tantangan, antara lain/ 2 perubahan )a)asan, yang mencakup antara lain, sebagai subsistem peradilan, harus membangun kesadaran kesatuan, kesadaran men(adi peradilan yang mampu melakukan aktualisasi menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dan perkembangan baru. $ membangun sikap percaya diri untuk bersama-sama lingkungan peradilan lain membangun tata peradilan yang ber)iba)a, terhormat, dan dihormati. 3 perubahan tata ker(a untuk me)u(udkan sistem satu atap sebagai suatu kenyataan yang meningkatkan kepuasan pencari keadilan, baik dalam penanganan perkara sistem pengelolaan administrasi, termasuk suasana lingkungan ker(a. & perubahan penampilan yang akan menambahkan ke)iba)aan. 4 meningkatkan terus kualitas untuk men(adi hakim yang baik. 2: | E. Penuu! *ebi(akan pembinaan +atu 0tap oleh "ahkamah 0gung merupakan salah satu upaya untuk me)u(udkan kemandirian kekuasaan kehakiman dan menciptakan putusan pengadilan yang tidak memihak (impartial. .etak biru yang dibuat dalam rangka mendukung "ahkamah 0gung untuk melaksanakan pembinaan satu atap lembaga peradilan telah dibuat secara komprehensif. >al ini dimaksudkan untuk menetapkan langkah-langkah perioritas dalam pembenahan lembaga peradilan. Untuk menu(u ke arah itu akan dihadapkan kepada berbagai tantangan, yang melibatkan unsur normatif, unsur sumberdaya manusia, dan unsur sumberdaya am)al. 0tas perihal tersebut ada beberapa agenda yang dihadapkan kepada berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap efektifitas tugas badan peradilan 0gama serta kiner(a unsur-unsur manusia di dalamnya pada masa penyatuatapan. Pertama, meningkatkan efektifitas tugas pengadilan terutama dalam memenuhi ha(at para pencari keadilan dengan dukungan kemudahan dari "ahkamah 0gung. Diharapkan peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan dapat dilaksanakan secara efektif dan merata. *edua, meningkatkan profesionalisme para hakim dan (a(aran pendukungnya sehingga produk ker(anya memiliki kualitas yang tinggi dan mampu memberi kontribusi bagi pengembangan hukum Islam dalam konteks sistem hukum nasional. *etiga, mempersiapkan sumber daya manusia yang siap mengabdikan diri dalam lingkungan Peradilan 0gama, baik sebagai hakim maupun panitera. >al terakhir dapat dilakukan melalui ker(a sama antara "ahkamah 0gung dengan Eakultas +yari7ah sebagaimana pernah dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan calon hakim dan calon panitera pengganti pada a)al hingga pertengahan tahun 2''%-an. +elain itu, Eakultas +ayari7ah dapat memberikan kontribusi dalam penyiapan ;calon< ad-okat yang akan mengabdikan diri dalam lingkungan Peradilan 0gama. 25 | 26 | DA"TAR PUSTA#A 0bdullah, 0bdul Fhani, ;0natomi #orma Ideal dalam 8afsir >istorik Undang-Undang Peradilan 0gama<, Pidato Disampaikan dalam Upacara Pengukuhan Furu 1esar Ilmu Peradilan 0gama, pada Eakultas +yari7ah, I0I# +unan Funung D(ati, 1andung, 8anggal 22 "aret $%%%. 0nonimus, >impunan Peraturan Perundang-undangan tentang Penyatuatapan Peradilan 0gama ke "ahkamah 0gung, !akarta/ Proyek Penyusunan Rancangan Undang-Undang Direktorat Pembinaan Peradilan 0gama, $%%&. 1isri, .ik >asan, ;Paradigma Peradilan 0gama dalam *ebi(akan Peradilan +atu 0tap<, "akalah +eminar ;Paradigma 1aru Peradilan 0gama Dalam +istem Peradilan +atu 0tap< di !atinagor, +umedang, $%%5. KKKKKK-, Peradilan 0gama di Indonesia, !akarta/ Ra(a Frafindo Persada, $%%% . KKKKKK-, Peradilan Islam dalam tatanan "asyarakat Indonesia, 1andung/ Rema(a Rosdakarya, 2''5. Ea(ari, Dainuddin, ;Paradigma 1aru Peradilan 0gama<, makalah disampaikan dalam *egiatan +osialisasi Undang-Undang tentang Peradilan 0gama, 8anggal 2$ !uli $%%: di !akarta. ,e-, Daniel +., Islamic .ourts in Indonesia/ 0 +tudy in the Political 1ases of ,egal Institutions, ,os 0ngeles/ Uni-ersity of .alifornia, 2'5$. "anan, 1aBir, Eakultas +yari7ah dalam Perspektif Peradilan +atu 0tap, "akalah +eminar ;Paradigma 1aru Peradilan dalam +istem Peradilan +atu 0tap<, !atinagor, +umedang, $%%5. +abrie, Duffran, ed., Peradilan 0gama dalam Aadah #egara Pancasila/ Dialog tentang RUUP0, .iputat/ ,ogos Aacana Ilmu, $%%2. 2' | #ATA PENGANTAR Pu(i dan syukur penulis pan(atkan hanya kepada 0llah +A8 8uhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-#ya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, dengan lancar. +hala)at salam semoga selalu terlimpahcurahkan kepada #abi 1esar "uhammad +0A, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan berterimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, khususnya untuk 1apak Dosen yang bersangkutan yang telah membimbing penulis. +emoga amal ibadah mereka dibalas oleh 0llah dengan berlipat ganda. 0minL.. +elan(utnya penulis minta saran yang membangun agar ke depannya pembuatan makalah men(adi lebih baik, dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya kepada penulis, dan umumnya bagi para pembaca. .ipasung, !anuari $%2$ Penulis $% | SISTEM PERADILAN AGAMA DI INDONESIA DALAM ANALISIS SISTEM PERADILAN SATU ATAP MA#ALA$ Dia(ukan Untuk "emenuhi +alah +atu 8ugas "ata *uliah Pembahasan *itab *aidah Peradilan Islam Disusun Oleh: #ama / RC1I0#8C #P" / 2%.$$$$.2 8k.@+mt. / II @ IM Eak. @ !ur./ +yariah @ !+ INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG SINGAPARNA TASI#MALA%A &'(& $2 |