You are on page 1of 20

Input data ETABS

MINGGU, 15 JANUARI 2012


http://irerrormt.blogspot.com/2012/01/analisa-etabs-proyek-p3son-hambalang.html
Analisa ETABS proyek P3SON hambalang
sentul pada bangunan Asrama Senior Elit
Putra
IV. TUGAS KHUSUS


4.1 Umum
Pada bab ini tugas khusus yang akan diselesaikan adalah mengenai analisis
kekuatan konstruksi pada Proyek Pembangunan Lanjutan Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional terutama pada
bangunan Asrama Senior Elit Putra menggunakan program analisis
ETABS versi 9.7.0

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kriteria Perencanaan
a. Peraturan dan Referensi Perencanaan
1. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI-1726-2002.
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-
2002.
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
SKBI.1.3.53.1987.
4. Paulay.T, Park R, Reinforced Concrete Structures, John Wiley and Sons,
1975.
5. Computers and Structures, Inc., Analysis Reference Manual for SAP2000,
ETABS, and SAFE, October 2005.

b. Konfigurasi dan Sistem Struktur
Sesuai SNI 1726 ps.4.2.1 bentuk denah bangunan Asrama Senior Elit Putra
merupakan konfigurasi gedung yang beraturan namun berdasarkan tinjauan
elevasi gedung pada masing-masing lantai, bangunan ini merupakan
bangunan yang tidak beraturan. Oleh karena itu dalam peninjauan perilaku
struktur saat menerima beban lateral gempa dianalisa secara dinamis.
Penetapan sistem struktur gedung merupakan Sistem Rangka Pemikul
Momen (SRPM), sesuai SNI 1726 ps.4.3., dalam hal ini sistem penahan
beban lateral terdapat pada rangkaian portal pada arah melintang maupun
longitudinal.


Gambar 4.1 Tipikal Denah Lantai 1 Asrama Senior Elit Putra
c. Syarat Kekakuan dan Komponen Struktur
Pengaruh retak pada komponen struktur akibat beban gempa
diperhitungkan pada analisis struktur, sehingga momen inersia penampang
komponen struktur utuh (I
gross
) akan dikalikan prosentase efektifitas
penampang < 1 sebagaimana diatur pada SNI 2847 maupun SNI 1726.
d. Stiffeness and Drift Limitations
Parameter yang digunakan untuk mengestimasi kekakuan bangunan
gedung adalah simpangan antar lantai (drift index) yang didefinisikan
sebagai rasio antara defleksi maksimum puncak bangunan dengan tinggi
total bangunan. Pemilihan nilai drift indexdan kekakuan yang cukup dalam
perencanaan struktur harus dilakukan agar bangunan tidak berdeformasi
melebihi drift indexpada saat mengalami beban ekstrim. SNI 1726 2002
mengatur beberapa parameter untuk mengendalikan drift index yaitu:
1. Pembatasan waktu getar alami fundamental
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai
waktu getar alami fundamental T
1
dari struktur gedung harus dibatasi,
bergantung pada koefisien . Untuk wilayah gempa tempat struktur gedung
berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan:
T1 < n
dimana koefisien ditetapkan menurut tabel 8 SNI 1726 2002.
2. Kinerja batas layan
Untuk memenuhi persyartan kinerja batas layan struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur
gedung tidak boleh melampaui R/0,03 kali tinggi tingkat yang
bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil.
3. Kinerja batas ultimit
Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan
struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan
suatu faktor pengali sebagai berikut:
- Untuk struktur gedung beraturan
= 0,7 R
- Untuk struktur gedung tidak beraturan
= 0,7 R

4.2.2 Material Konstruksi
a. Material beton
Kuat beton yang disyaratkan, fc = 20 MPa
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700fc = 21019 MPa
Angka Poisson, = 0,2
Modulus geser, G = Ec / [2(1+) ] = 9602345 kN/m
2

b. Material baja tulangan
Diameter 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa
Diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 MPa

4.2.3 Dimensi Frame
a. Balok
- Lantai 1 (LT. 1, LT.1a, LT. 2)
- Balok TB
1
,TB
2
: 500 x 750 mm
- Balok TB
3
: 400 x 600 mm
- Balok TB
4
: 500 x 700 mm
- Balok TB
5
: 350 x 600 mm
- Balok OV
1-2
: 350 x 600 mm
- Balok TBD : 350 x 800 mm
- Balok TBa : 300 x 650 mm
- Balok S
1
, S
2
, S
3
: 350 x 650 mm

- Lantai 2 (LT.2, LT.1a, LT.2)
- Balok B
1
, B
2
: 400 x 650 mm
- Balok B
3
, B
6
: 300 x 500 mm
- Balok B
4
, B
5
, B
7
: 350 x 600 mm
- Balok B
8
, B
9
: 250 x 600 mm
- Balok B
10
: 200 x 600 mm
- Balok S
1
, S
3
: 350 x 600 mm
- Balok S
2
: 300 x 500 mm
- Balok S
4
: 250 x 500 mm

- Lantai 2a
- Balok B
1
, B
2
: 400 x 650 mm
- Balok B
3
, B
6
, B
4
: 350 x 600 mm
- Balok B
5
: 350 x 800 mm
- Balok S
1
: 350 x 600 mm
- Balok S
2
, S
4
: 300 x 600 mm
- Balok S
5
: 350 x 600 mm
- Balok S
6
: 250 x 500 mm
- Balok S
7
: 250 x 600 mm

- Lantai 3a, 4a, 5a, 6a
- Balok B
1
, B
2
: 400 x 650 mm
- Balok B
3
, B
6
, B
4
: 350 x 600 mm
- Balok B
5
: 350 x 800 mm
- Balok S
1
: 350 x 600 mm
- Balok S
2
, S
4
: 300 x 600 mm
- Balok S
5
: 350 x 600 mm
- Balok S
6
: 250 x 500 mm
- Balok S
7
: 250 x 600 mm

- Lantai 3, 4, 5, 6
- Balok B
1
, B
2
: 400 x 650 mm
- Balok B
3
: 350 x 500 mm
- Balok B
4
, B
5
, B
7
: 350 x 600 mm
- Balok B
6
: 300 x 500 mm
- Balok B
8
, B
9
: 250 x 600 mm
- Balok B
10
: 200 x 600 mm
- Balok S
1
, S
3
: 350 x 600 mm
- Balok S
2
, S
5
: 300 x 500 mm
- Balok S
4
: 250 x 600 mm
- Balok S
6
: 250 x 500 mm
b. Kolom
- Kolom K1 : 550 x 800 mm (pondasi - lantai 4)
- Kolom K1 : 500 x 800 mm (lantai 4 - atap)
- Kolom K2 : 750 x 750 mm
- Kolom K3 : 250 x 700 mm
- Kolom K4 : 700 x 700 x 300 mm
- Kolom K5 : 300 x 900 mm
c. Plat Lantai dan Atap
Berdasarkan gambar shop drawing untuk tebal plat lantai dan atap yang
digunakan adalah 150 mm.

4.2.4 Analisa Pembebanan
a. Beban Gravitasi
- Beban mati pada plat lantai
1. Beban hidup
Beban hidup (PPI83 tabel 3.1) = 250 kg/m
2

2. Beban mati
Beban mati lantai bangunan :
Beton = 2400 kg/m
3

Keramik = 25 kg/m
2

Spesi per cm tebal = 21 kg/m
2

Langit langit dan penggantung = 11 kg/m
2

Beban mati pada plat lantai :
Beton = 1x1x0,12x2400 = 288 kg/m
2

Berat pasir tebal 5 cm = 0,05x16 = 80 kg/m
2

Keramik = 1x1x25 = 25 kg/m
2

Spesi = (0,03/0,01) x 21 = 63 kg/m
2

Jadi, beban mati pada plat lantai = 451 kg/m
2

- Beban pada bordes
1. Beban hidup
Beban hidup (PPI83 tabel 3.1) = 300 kg/m
2

Faktor reduksi (PPI83 tabel 3.3) = 0,75
Beban hidup pada plat lantai = 0,75 x 300 = 225 kg/m
2

2. Beban mati
Beban mati lantai bangunan :
Beton = 2400 kg/m
3

Keramik = 25 kg/m
2

Spesi per cm tebal = 21 kg/m
2

Beban mati pada bordes :
Beton = 0,15 x 2400 = 360 kg/m
Keramik + Spesi = 1 x 1x25 = 25 kg/m
Spesi = (0,02/0,01) x 21 = 42 kg/m
Jadi, beban mati pada plat bordes = 427 kg/m
2

- Beban pada balok
1. Beban mati
Dinding batu bata = 250 kg/m
2

Beban mati merata tiap 1 m dinding :
Tinggi dinding lantai = 3,6 x 250 = 900 kg/m
- Beban pada tangga
1. Beban hidup
Beban hidup tangga (PPI83 tabel 3.1) : 300 kg/m
2

Faktor reduksi (PPI83 tabel 3.3) = 0,75
Beban hidup pada plat lantai = 0,75 x 300 = 225 kg/m
2

= 27
o

225/cos = 252,52 kg/m
2

2. Beban mati
Plat tangga = 0,25 x 2400 = 600 kg/m
2

Keramik = (0,24 + 0,2)x1x3,2x25 = 35,2 kg/m
2

Spesi = (0,24+0,2)x1x3,2x21 =29,568 kg/m
2

Jadi beban mati pada plat lantai tangga = 664,768 kg/m
2

664,768/cos =746,0866 kg/m
2

- Beban pada atap
1. Beban hidup
Pada gording = beban orang = 100 kg/m
Pada atap = hujan =(40 (0,8x44,5)) = 4,52 kg/m
2

2. Beban mati
Penutup atap corrugated metal sheet = 15 kg/m
2

b. Beban Angin
Beban angin = 25 kg/m
2

Faktor reduksi (PPI83 tabel 4.1) = 0,8
Beban angin = 0,8 x 25 = 20 kg/m
2

Beban hidup = 4,52 x 6 = 0,2712 kN/m
c. Beban gempa
Beban gempa pada perencanaan struktur bangunan gedung Asrama Senior
Elit Putra P3SON di Hambalang-Sentul, Jawa Barat ini ditinjau secara
dinamis sebagaimana ketentuan yang ditetapkan dalam SNI 1726-2002.
Hal ini dilakukan mengingat bahwa dari sisi keteraturan bentuk geometri
bangunan secara vertikal, bangunan asrama ini masuk dalam kategori
bangunan yang tidak teratur.
Fungsi response spectrum sesuai peta wilayah gempa untuk daerah Sentul
Jawa Barat adalah wilayah resiko gempa 4 (lihat gambar 4.2). Hasil tes
tanah menunjukkan bahwa nilai SPT pada lokasi proyek berkisar antara 30
60 pada kedalaman kurang dari 30 meter sehingga tinjauan percepatan
gerakan tanah berada pada media tanah sedang.

Gambar 4.2 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan
dasar dengan perioda ulang 500 tahun

Metode analisis yang digunakan terhadap gempa :
1. Metode Statik Ekivalent
Untuk menghindari penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, maka perlu dilakukan kontrol
terhadap waktu getar yang diperoleh. Syarat yang harus dipenuhi : T < n

Tabel 4.1 Koefisien yang membatasi waktu getar alami fundamental
struktur gedung

Batasan periode getar
T = 0,0731(H)
3/4
= 0,0731 (25,2)
3/4
= 0,82218 detik
= 0,17 (wilayah zona gempa 4)
jadi, T < .n
0,82218 < 0,17(6)
0,82218 < 1,02 .ok!
Kurva respons spektrum gempa rencana untuk wilayah gempa zona 4 dengan kondisi tanah
sedang menurut SNI-03-1726-2002 adalah seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Respons Spektrum Gempa Rencana
Nilai spektrum gempa rencana dihitung sebagai berikut :
Gempa statik, T = 0,82218 detik, maka :
C1 = 0,42/T = 0,42/0,82218 = 0,5108.
Untuk taraf kinerja struktur gedung daktail parsial, maka diambil :
faktor daktilitas, = 3. Ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur
gedung :
f1 = 1,6. Maka : R =.f1 = 4,8.
Fi = gaya horisontal pada masing-masing taraf lantai.
I = faktor keutamaan (diambil, I = 1).
Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5) yang bekerja
di atas taraf penjepitan lateral.
Koefisien gaya geser dasar gempa arah
X = C1.I/R = 0,5108 x 1/4,8 = 0,1064.
Koefisien gaya geser dasar gempa arah
Y = C1.I/R = 0,5108 x 1/4,8 = 0,1064.
Koefisien tersebut diinputkan kedalam ETABS untuk gempa statik arah X (GEMPAX) dan gempa
statik arah Y (GEMPAY).

2. Metode analisis Response Spectrum
Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total
struktur terdiri dari berat sendiri elemen struktur (BS), beban mati (MATI) dan beban hidup
(HIDUP) yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5. Percepatan gempa diambil dari data zona 4 Peta
Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002).
Nilai spectrum respons tersebut dikalikan dengan suatu factor skala (scale
factor) yang besarnya = g x I/R dengan g = percepatan grafitasi (g = 981
cm/det
2
). Scale factor = 9,81 x 1 / 4,8 = 2,044. Analisis dinamik dilakukan
dengan metode superposisi spectrum response, dengan mengambil respon
maksimum dari 4 arah gempa, yaitu 0
o
, 45
o
, 90
o
, dan 135
o
. Nilai redaman
untuk struktur beton diambil, Damping = 0,05. Digunakan number
eigen NE = 3 dengan mass partisipation factor 90 % dengan kombinasi
dinamis (modal combination) CQC dan directional combination SRSS.
Karena hasil dari analisis spectrum response selalu bersifat positif (hasil
akar), maka perlu faktor +1 dan 1 untuk mengkombinasikan dengan
response statik.

3. Metode Analisis Dinamik Time History
Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok
digunakan untuk analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh
gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi
sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati
dengan gerakan tanah yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan
hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data percepatan gerakan
tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari
akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei
1940.
Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat
dianggap 5% dari redaman kritisnya. Faktor skala yang digunakan = g x
I/R dengan g = percepatan grafitasi (g = 981
cm/det
2
). Scale factor = 9,81 x 1 / 4,8 = 2,044 Untuk memasukkan beban
gempa Time History ke dalam ETABS maka harus didefinisikan terlebih
dahulu ke dalam Time History Case dan akselerogram tersebut terjadi
selama 10 detik, maka dengan interval waktu 0,1 detik, jumlah output
stepnya menjadi = 10/0,1 = 100. Data-data tersebut diinputkan ke dalam
ETABS untuk gempa Time History arah X dan Y.
d. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan untuk analisa struktur bangunan
asrama senior elit putra proyek P3SON, sebagai berikut :
- U = 1,4DL
- U = 1,2DL + 1,6LL
- U = 1,2DL+1,0LL+1,6WL
- U = 0,9DL + 1,3WL
- U = 1,2DL+1,0LL+1,0EL
- U = 0,9DL+1,1(1,3EL)
- U = 1,0DL+1,0LL
Di mana:
DL : Beban mati
LL : Beban hidup
EL : Beban gempa
WL : Beban angin

4.2.5 Pemodelan Struktur
Analisa struktur terhadap bangunan asrama senior elit putra P3SON di
Hambalang Sentul ini, menggunakan prinsip metode elemen hingga (finite
element method) dengan memanfaatkan program bantu analisa struktur
ETABS v.9.7.0 Pemodelan struktur portal 3 dimensi dirancang sebagai
sistem rangka pemikul momen untuk kategori menengah. Hal ini berarti
bahwa penahan beban gravitasi (beban sendiri struktur, beban mati
tambahan, beban hidup) dan beban lateral(angin, gempa), sepenuhnya
dipikul oleh frame system. Oleh karena itu balok dan kolom dirancang
sebagai suatu kesatuan model elemen portal yang harus mampu
memberikan respons atas pembebanan yang berupa gaya normal, lintang,
dan momen pada 6 derajat kebebasan (degree of freedom). Kondisi
tersebut dilakukan dengan tidak memberi batasan derajat kebebasan
(Ux,Uy,Uz,Rx,Ry,Rz = 0) pada masing-masing nodal. Namun demikian
khusus untuk elemen kolom, nodal pada kaki kolom
di restrain secara fixed untuk membatasi perpindahannya
(Ux,Uy,Uz,Rx,Ry,Rz 0) lihat gambar 4.3
Model area load digunakan untuk simulasi beban merata tributary
area pada struktur plat lantai, beban dinding sebagai line loadsedangkan
reaksi akibat tumpuan struktur tangga dan rangka atap dimodelkan
sebagai joint load. Beban lateral angin pada kedua arah sumbu utama
global x dan y ditinjau sebagai area load yang secara horizontal bekerja
pada null element yang dipasang pada perimeter bangunan, dimana null
element ini tidak akan mempengaruhi kekakuan element maupun mass
source nya.
Pengaruh beban gempa pada struktur bangunan ditinjau dengan
menggunakan metode response spectrum analysis sebagaimana program
default yang terdapat pada fitur ETABS v.9.x.x untuk peninjauan beban
gempa. Dimana fungsi response spectrumdimodifikasi untuk user define
disesuaikan dengan wilayah zona gempa 4 dan kondisi tanah sedang.

Gambar 4.3 Model undeformed shape bangunan senior elit putra proyek
P3SON


Gambar 4.4 Model pembebanan pada bangunan senior elit putra proyek
P3SON


4.2.6 Hasil Analisa Struktur
Secara kualitatif gaya-gaya berupa momen, gaya lintang, dan gaya normal
pada elemen struktur senior elit putra dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 4.5 Tipikal diagram momen lentur (M
33
)


Gambar 4.6 Tipikal diagram gaya lintang (F
22
)


Gambar 4.7 Tipikal diagram gaya normal (Axial Force)

Desain kekuatan penampang balok dan kolom menggunakan kode ACI318M-99 yang terdapat
pada design library ETABS release 9.7.0

You might also like