Professional Documents
Culture Documents
)
Uji disolusi perlu karena tablet hancur belum tentu larut, tidak hancurnya
tablet juga belum tentu tidak larut karena ada proses difusi
Kecepatan pelepasan obat dapat dikurangi dengan menurunkan kecepatan
disolusi obat
Caranya:
- Memperbesar ukuran partikel
- Menambahkan matriks (polimer) yang dapat terdisolusi dengan
lambat, ditambahkan molekul yang hidrophobik (misal:
lemak/wax, metil selulosa)
- Disalut dengan suatu film
Mekanisme:
o Difusi: perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke rendah
o menggunakan hukum Ficks
(
)
Sistem reservoir; memperoleh suatu sediaan lepas lambat. Pelepasan
terjadi dengan cara difusi, dimana zat obat keluar dari inti dan keluar.
Berdasarkan hukum Ficks, kecepatan obat keluar berdasarkan waktu dan
tebal membran akan konstan. Polimer: etil selulosa, eudragit RS dan RL.
Konsentrasi obat dalam tubuh dikondisikan konstan bila terjadi suatu Sink
Condition (perbedaan konsentrasi obat dalam obat dan GIT harus besar,
jadi jangan sampai larutan di luar obat menjadi jenuh). Dalam sistem
reservoir juga terdapat stagnant layer yang mengapit membran reservoir.
(
Perhitungan juga memperhatikan apakah kondisi zat aktif hidrofilik atau
hidrophobik:
Zat aktif Hidrofilik, maka penyalut atau membran bersifat
hidofobik sedangkan stagnant layer aquos difusinya cepat/
hidrofilik. Oleh karena itu, akan dikendalikan oleh polimer
membran Pm << Pa, maka:
Zat aktif Hidrophobik, maka difusi cepat di polimer mebran karena
sama-sama hidrofobik. Oleh karena itu, akan dikendalikan oleh
lapisan air (solvent layer) Pm >> Pa, maka:
Jika permeabilitas dan konsentrasi obat pada reservoir konstan, maka akan
didapatkan kinetika orde 0
Lag time= butuh waktu dahulu utk bisa orde nol
Burst effect = langsung orde nol
Qt/Q0 = k. t
Cara menghitung fluks: menggunakan persamaan linear (y = a + bx)
dengan y = M/A dan x = t. Maka fluks adalah b
Sistem matriks; pada sistem ini, ada suatu eksipien yang mengendalikan
pengeluaran zat obat. Hanya saja, letak zat obat tersebar secara merata
(terdispersi) dalam matriks. Sehingga obat lepas begitu saja. untuk sistem
ini, polimernya harus memiliki kekuatan gel yang cukup.
Tipe matriks:
Homogen; dalam polimer matriks, zat obat terdistribusi secara
sempurna sehingga terdisolusi secara bersamaan
Berpori; berpori karena memang zatnya berpori atau dibuat
dengan menggunakan bahan yang mudah larut dalam air. Molekul
yang mudh larut itu akan terlarut lebih dahulu sehingga
meninggalkan pori yang akan memicu keluarnya zat aktif.
Persamaan Higuchi (homogen)
Karena terdapat matriks yang berupa ruang kosong, maka jarak akan
semakin panjang sehingga persamaan ini tidak konstan
[(
]
Qt/ Q0 = K t
Persamaan Higuchi (berpori)
Dipengaruhi oleh tortuositi (lekukan-lekukan pada pori)
Cara menghitung n:
1. Menggunakan persamaan linear untuk mencari persamaan Y = a + bx
Sustained release :
a. Reservoir
- hidrofilik: difusi cepat tapi lebih cepat matriks
- hidrofobik:difusi (orde nol )
b. Matriks
- hidrofilik: difusi, disolus
- hidrofobik:difusi (higuchi t )
matriks
Sistem bioerodible SR
Mekanismenya difusi (zat aktif yag keluar). Terkadang ada molekul obat
yang sulit keluar sehingga butuh bantuan untuk mengeluarkannya. Dimana
polimer yang digunakan akan terdegradasi (secara kimia) atau tererosi
(berdasarkan fisik). Dimana zat aktif yang terdapat pada matriks akan ikut
keluar. Tidak dipungkiri bisa terjadi reaksi antara obat dengan polimer
saat sedang terdegradasi
Polimer: PLA, PGA dan PLGA keluarga polieter. Dalam polimer,
susunan kimia dan perbandingannya akan mempengaruhi laju terkikisnya
obat dan polimer.
Repeat action; tablet salut yang memiliki berbagai macam granul
obat. Granul-granul tersebut pecah dan terdisolusi dengan cara dan
mekanisme yang berbeda. Dengan demikian, pasien seakan-akan
mengkonsumsi obat yang sama dalam waktu yang berbeda
o Controlled release; obat yang kecepatan pelepasannya dikendalikan.
Kecepatan pelepasan obat benar-benar diperhatikan agar pelepasannya tetap
konstan dan kadarnya diusahakan tetap sama dalam sistemik
Kurva Obat Controlled Release (merah)
c. Targeted release; obat bila masuk ke reseptor x, yang bukan reseptornya, akan
muncul efek samping. Oleh karena itu, dibuatlah targetting release. Pelepasan yang
terencana tempat dan waktunya. Kita dapat mengatur sedemikian rupa bagaiman
acaranya agar zat aktif obat terakumulasi pada bagian tertentu tubuh. Jadi, jika zat
aktif sudah lepas, diatur perginya obat ke reseptornya/sel nya/inti sel/jaringan/organ.
Contoh: obat kanker (kemoterapi)
o Passive Targeting; mengikuti mekanisme distribusi farmakologis di dalam
tubuh secara normal. Hanya nanopartikel.
o Active Targeting; Nanopartikel + punya petunjuk arah untuk menuju sel target
dan juga punya pengenal. Terkadang menggunakan antibiotik dan ligan
sebagai targeting groups
Selama diperjalanan, sediaan targetting release tidak boleh berhenti pada yang
bukan menjadi targetnya. Maka dari itu, dikasih pelindung agar tidak ada zat
aktif yang terbuang. Oleh karena itu, targetting release bisa dikurangi dosis
sediaannya.