You are on page 1of 11

I.

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Salah satu mikroorganisme yang tumbuh di perairan adalah
mikroalga, Mikroalga merupakan bentuk tumbuhan yang paling primitif.
Tumbuhan ini umumnya hanya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti
benang. Tumbuhan ini tampak warna-warni indah sesuai dengan zat
warna atau pigmen yang dikandungnya. Umumnya lebih dikenal sebagai
fitoplankton atau ganggang yang hidupnya melayang-layang di laut
ataupun air tawar. Mikroalga adalah salah satu organisme yang dapat
tumbuh pada rentang kondisi yang luas dipermukaan bumi. Mikroalga
biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang lembab atau benda-benda
yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair pada
lingkungan dipermukaan bumi. Mikroalga dapat hidup disemua tempat
yang memiliki cukup sinar matahari, air dan karbon- dioksida (Yusadi
2003).
Fitoplankton di laut dikenal sebagai produser primer dan berada
pada tropik level pertama, Peranan phytoplankton tersebut sebagai pakan
alami bagi biota biota laut khususnya biota laut herbivora, salah satu
pengembangan budidaya pakan alami adalah phytoplankton dari jenis
Chlorophyceae yaitu Chlorella sp. Jenis Phytoplankton ini banyak
digunakan sebagai pakan yang langsung diberikan pada benih ikan atau
udang maupun dengan cara tidak langsung dengan diberikan ke
zooplankton terlebih dahulu yang selanjutnya zooplankton diberikan
sebagai pakan pada benih ikan atau udang. Chlorella sp juga diketahui
sebagai penghasil bermacam jenis karotenoid, seperti -karoten, -
karoten, anthaxanthin, neoxanthin, zeaxanthin dan lutein (Kusmiati 2010)
Pertumbuhan Chlorella sp sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan, diantaranya unsur hara dalam media kultur serta
kualitas air seperti salinitas, pH, suhu, intensitas cahaya yang optimum.
Banyak media kultur yang sudah dikenal diantaranya media Walne, media
Guillards f/2 dan media Erdscheiber adalah media kultur yang cocok
digunakan untuk budidaya phytoplankton jenis Chlorophyceae seperti
Chlorella sp (Prihatini 2005).
II.Pembahasan
2.2 Bioekologi Chlorella sp
2.2.1 Taksonomi Chlorella sp
Berdasarkan taksonominya chlorella sp memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
SubKingdom : Viridaeplantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophycea
Ordo : Chlorococcales
Famili : Oocystaceae
Genus : Chlorella sp
(Yusadi 2003)
2.2.2 Morfologi Chlorella sp
Chlorella merupakan alga yang termasuk ke dalam organisme
uniselular.jenis sel nya adalah eukariotik dengan kemampuan fotosintesis
untuk menghasilkan makanannya.struktur sel mikroalga chlorella vulgaris
dapat di lihat pada gambar 2.1.




Gambar 2.1 Struktur sel Chlorella
(sumber: http://www.biologie.uni-hamburg.de/b-
online/library/webb/BOT311/Chlorophyta/Chlorophyta-100.htm)

Inti sel atau nukleus merupakan organel yang terdapat dalam sel
mikro alga.inti sel mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan
bentuk DNA linier panjang yang membentuk kromosom dengan beragam
jenis protein. Pada saat proses pembelahan terjadi,materi genetik yang
berada dalam inti sel induk di turunkan kepada sel anak hasil pembelahan
mitosis (Suriawiria 1985)
Fungsi utama nukleus adalah mengontrol seluruh aktifitas sel
seperti fotosintesis dan kapan pada saat pembelahan terjadi. Nukleus juga
berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel.
Memproduksi RNA untuk kode protein,sebagai tempat sintesis ribosom
dan tempat replika DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)
Pada saat terjadi pembelahan akan terbentuk nukleus dalam inti
sel. Nukleus merupakan anak inti sel yang muncul saat sel akan
mengalami pembelahan. Nukleus terbentuk dari kumpulan RNA (Ribo
Nucleic Acid) yang berperan dalam sintesis protein (Yusadi 2003).
2.2.3 Reproduksi
Reproduksi Chlorella adalah aseksual dengan pembentukan spora
yang merupakan bentuk miniatur dari sel induk. Tiap satu sel induk
(parrent cell) akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 spora yang kelak akan
menjadi sel-sel anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari induknya
(gambar 2.2). Proses reproduksi Chlorella dapat dibagi menjadi 4 tahap
(Rusyani 2007) yaitu:
1) Tahap pertumbuhan, pada tahap ini sel Chlorella tumbuh
membesar.
2) Tahap pemasakan awal saat terjadi peningkatan aktivitas sintesa
yang merupakan persiapan awal pembentukan spora.
3) Tahap pemasakan akhir, pada tahap ini spora terbentuk.
4) Tahap pelepasan spora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti
oleh pelepasan spora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda.
2.2.4 Fase pertumbuhan Chlorella sp.
Perkembangbiakan fitoplankton dalam media kultur dapat diamati
dengan melihat pertambahan besar ukuran sel fitoplankton atau dengan
mengamati pertambahan jumlah sel dalam satuan tertentu.dan cara yang
kedua yaitu dengan menghitung kelimpahan atau kepadatan sel
fitoplankton dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangbiakan
fitoplankton dalam media kultur. Ada dua metode penghitungan kepadatan
fitoplankton yaitu menggunakan sedgwich rafter dan menggunakan
haemocytometer. Penggunaan haemocytometer lebih sering digunakan
dibandingkan sedgwich rafter karena lebih mudah. (Nining 2003).
Secara garis besar pola pertumbuhan semua species mikroalga
tergolong sama. Saat kultifasi di lakukan terjadi fase pertumbuhan yang
terbagi menjadi lima tahap dapat pada gambar 2.3 .









Gambar 2.2 Siklus reproduksi Chlorella sp.










Gambar 2.3 Kurva Perkembangbiakan Chlorella sp.
(Sumber: Nining 2003)

1). Fase lag (Lag Phase)
Merupakan fase pertama pada pertumbuhan mikroalga saat
kultifasi.fase ini terjadi setelah pemberian inokulum ke dalam media kultur
di mana terjadi penundaan pertumbuhan yang di karenakan Chlorella sp
melakukan adaptasi terhadap medium yang baru sebelum terjadi
pembelahan sel.adaptasi di sini merupakan masa penyesuaian terhadap
medium baru yan kaya akan nutrisi setelah di pindahkan dari medium
sebelumnya di mana sel-sel kekurangan metabolit dan enzim.pada fase
ini kemungkinan mikroalga dapat mengalami stressing secara fisiologi
karena terjadi perubahan kondisi lingkungan dari media awal ke media
baru.
2). Fase logaritmik/eksponesial (Log Phase)
Fase logaritmik merupakan fase lanjutan dari fase lag, dimana
pada fase ini Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju
pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum
maka laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal.
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), Chlorella sp. Dapat
mencapai fase ini dalam waktu 5-7 hari.
3). Fase penurunan laju pertumbuhan (Declining Growth)
Pada fase ini tetap terjadi pertambahan jumlah sel namun laju
pertumbuhannya menurun. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi yang
tinggi dalam media hidup dan nutrien yang tersedia tidak mencukupi
kebutuhan populasi yang bertambah dengan cepat pada fase
eksponensial. Tidak seimbangnya jumlah nutrien dengan populasi yang
ada mengakibatkan hanya sebagian mikroalga yang mendapat nutrisi
dengan cukup untuk tumbuh dan membelah.
4). Fase Stasioner
Pada fase stasioner jumlah sel cenderung konstan. Pada fase ini
laju reproduksi dan laju kematian relatif sama. Penambahan dan
pengurangan jumlah fitoplankton seimbang sehingga kepadatannya relatif
tetap (stasioner).
5) fase kematian
Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar daripada
laju reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan secara
geometrik. Penurunan kepadatan sel fitoplankton ditandai dengan
perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH
media, ketersediaan hara, dan beberapa faktor lain yang saling terkait
satu sama lain.
2.3 Kultur Chlorella sp.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangbiakan Chlorella sp dalam
kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: media, nutrien atau
unsur hara, cahaya, suhu, serta salinitas. Nutrien terdiri atas unsur-unsur
hara makro (macronutrients) dan unsur hara mikro (micronutrients). Unsur
hara makro terdiri dari N, K, Mg, S dan P. Dan Unsur hara mikro terdiri
dari Fe, Cu, Zn, Mn, B, dan Mo (Chilmawati 2008).
Pada saat kultur fitoplankton nutrien harus tetap terpenuhi guna
menunjang perkembangbiakan fitoplankton. Unsur N, P, dan S penting
untuk sintesa protein. Unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat.
Unsur Cl dimanfaatkan untuk aktivitas kloroplas, unsur Fe dan unsur Na
berperan dalam pembentukan klorofil. Ada berbagai macam tipe kultur
diantaranya tipe kultur indoor, Outdoor,Closed, Open, Axenic, Non axenic,
Continous, Semi continous, dan Batch. Pada masing-masing tipe memiliki
kelebihan dan kekurangan (Amini S 2002). seperti yang tertera pada tabel
2.1.










Tabel 2.1 Tipe kultur kelebihan dan kekurangannya
Tipe kultur Kelebihan Kekurangan
Indoor Dapat di kontrol (predictable) Mahal
Outdoor Murah Sulit
dikontrol
Closed Kontaminasi kurang Mahal
Open Murah Mudah
terkontaminasi
Axenic Predictable Mahal,sulit
Non-Axenic Murah,lebih mudah Sulit
dikontrol
Continuous Efisien,laju produksi tinggi Sulit,alat
mahal
Semi-continuous Mudah,agak efisien Kualitas
bervariasi
Batch Paling mudah Tidak efisien

III.Penutup
3.1 Kesimpulan
Chlorella sp merupakan organisme autotrof dan eukariotik. Autotrof
berarti dapat menghasilkan energi sendiri dengan cara fotosintesis karena
sudah memiliki klorofil. Sedangkan eukariotik artinya sel tunggal namun
telah mengandung inti sel. Chlorella sp mempunyai waktu generasi yang
sangat cepat, Oleh karena itu dalam jangka waktu yang relatif singkat sel
akan berkembang sangat cepat, Pada umumnya perbanyakan sel terjadi
dalam kurun waktu 4 - 14 jam. Fase pertumbuhan chlorella sp tergantung
pada lingkungan pendukungnya, pola pertumbuhan berdasarkan jumlah
sel dapat dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu fasa tunda (lag phase),
fase eksponensial (log phase), fase penurunan laju pertumbuhan , fase
stasioner dan fase kematian.
Kisaran suhu optimal bagi perkembangbiakan Chlorella sp adalah
antara 25-30
o
C salinitas 20-24
0
/
00
intensitas cahaya 4000 lux. pH
berkisar antara 4,5-9,3. namun secara umum kisaran pH yang optimum
untuk kultur Chlorella adalah antara 7-9 dengan kadar Karbondioksida 1-
2%.

Daftar Pustaka

Amini S dan Antik Erlina, 2002. Penelitian Kandungan Asam Lemak
Fitoplankton Jenis Chlorella sp. Tawar dan Laut Sebagai Pakan
Larva Ikan Dan Kemungkinannya Sebagai Suplemen Pangan
Manusia. Lap. Penelitian. Dirjen. Perikanan Budidaya. BBPAP.
Chilmawati, D dan Suminto. 2008. Penggunaan Media Kultur Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. Program Studi
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Saintek
Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 71 78.
Kusmiati,Ni Wayan S. Agustini,Swasono R. Tamat dan Mellia
Irawati.2010. Ekstraksi dan Purifikasi Senyawa Lutein dari
Mikroalga Chlorella vulgaris Galur Lokal Ink. Pusat Penelitian
Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong Bogor. Fakultas
Farmasi, Universitas Pancasila, Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta. Vol. 5 (1), hal.30-34.
Nining, Berta Putri, Chilmawati, dan Ratna Yuniati.2003 Pertumbuhan
Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan pH
awal. Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia. MAKARA, SAINS, VOL. 9, NO. 1, hal: 1-6.
Prihantini, N. B., Putri. B. dan Ratna. Y. 2005. Perumbuhan Chlorella
spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) Dengan Variasi pH Awal.
Departemen Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Indonesia. Depok.
Rusyani, E., Sapta A.I.M. dan Lydia E., 2007. Budidaya Fitoplankton
Skala Laboratorium dalam Budidaya Fitoplankton dan
Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan: 9.
Lampung. hal. 48-59.
Yusadi D.2003.Budidaya Chlorella sp. Dirjen Menengah Kejuruan. Dirjen
Pendidikan dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
224 hal.Suriawiria, U. 1987. Biomassa Alga Perairan dan Manfaat
Chlorella sp. Kursus Singkat Dasar Teknologi Farmasi. PAU
Bioteknologi ITB. Bandung.


MAKALAH MIKROBIOLOGI LAUT
Bioekologi dan Kultur Mikro Alga (Chlorella sp)





Oleh:
Syaifuddin
12.03.411.00056


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014

You might also like