Laporan ini membahas masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi perempuan berusia 12 bulan yang tidak mau makan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi dijelaskan seperti genetik, lingkungan pra dan pasca lahir, serta tahap-tahap perkembangan normal bayi. Jenis imunisasi yang sesuai dengan standar juga dibahas.
Laporan ini membahas masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi perempuan berusia 12 bulan yang tidak mau makan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi dijelaskan seperti genetik, lingkungan pra dan pasca lahir, serta tahap-tahap perkembangan normal bayi. Jenis imunisasi yang sesuai dengan standar juga dibahas.
Laporan ini membahas masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi perempuan berusia 12 bulan yang tidak mau makan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi dijelaskan seperti genetik, lingkungan pra dan pasca lahir, serta tahap-tahap perkembangan normal bayi. Jenis imunisasi yang sesuai dengan standar juga dibahas.
Andi Rizky Fatir 2010730122 Hanna Anggitya 2010730138 Indra Permana Sugina 2010730140 Mimi Azmiyati 2010730144 Ika Febriyani 2008730104 Amelia Azzahra D 2010730121 Dewi Sri Juliana 2010730128 Moh. Himowo Karnan 2010730143 Rivanti Asmara Wijaya 2010730157 M. Fatony Hadikusuma 2010730142
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 2
SKENARIO GANGGUAN TUMBUH KEMBANG BAYI
Seorang anak perempuan B umur 12 bulan BB 7300 gram, PB 65 cm, Lingkar kepala 41 cm, dibawa oleh ibunya karena tidak mau makan. Riwayat kelahiran ditolong oleh bidan dengan BB 2500 gram, PB 48 cm, LK 33 cm, tidak langsung menangis, setelah 3 menit bayi menangis lemah. Pasien dirawat di Perinatalogi selama 5 hari. Penimbangan 3 bulan terakhir berturut-turut beratnya naik 100 gram tiap bulan (usia 10 bulan 7100 gram, usia 11 bulan 7200 gram, usia 12 bulan 7300 gram). Saat usia 7 bulan pasien pernah dirawat karena kejang lama sampai tidak sadar. Pada saat ini sehari-hari anak makan bubur dengan sayur, lauk pauk berupa tahu, temped dan kadang telur. Usia 3 bulan pasien sudah diberi susu formula, pisang, dan bubur bayi karena sering menangis. Imunisasi BCG diperoleh saat umur 2 bulan, polio 5 kali terakhir waktu PIN, hepatitis B umur 40 hari dan 3 bulan, DPT umur 4 bulan dan 6 bulan. Pasien bias tengkurap bolak-balik usia 5 bulan, belum bias duduk sendiri dan berdiri sendiri. Kadang-kadang pasien mengoceh, tangan belum bisa memegang kerincingan dengan kuat. Belum bisa makan biskuit sendiri, tak tahu main cilukbaa. Lingkungan rumah jendela kamar selalu ditutup karena takut pasien masuk angin, lubang angin ditutup kertas karena nyamuk sering masuk. Mainan yang ada di rumah : kerincingan, boneka, dan sepeda roda tiga. Pasien anak pertama, tinggal hanya dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien tak banyak bicara.
3
BAB I HASIL DISKUSI
1.1 Istilah/kata sulit BCG (Bacillus Calmette-Guerrin) adalah imunisasi untuk kekebalan bakteri TB
1.2 Kata/kalimat kunci 1. Anak perempuan 12 bulan 2. BB 7300 gr, PB 65 cm, LK 41 cm 3. KU: tidak mau makan 4. Lahir : BB 2500 gr, PB 48 cm, LK 33 cm, tak langsung menangis, menangis setelah 5 menit 5. 3 bulan berturut2 BB naik 100 gr (usia 10 bulan 7100 gram, usia 11 bulan 7200 gram, usia 12 bulan 7300 gram) 6. Usia 7 bulan kejang lama sampai tak sadar 7. Sehari-hari bubur, sayur, lauk pauk,tahu, tempe, kadang telur 8. Sejak usia 3 bulan, konsumsi susu formula, pisang, bubur bayi, sering menangis 9. Riwayat imunisasi : BCG 2 bulan, Polio 5x terakhir waktu PIN, hepatitis B umur 40 hari & 3 bulan, DPT umur 4 bulan dan 6 bulan 10. Usia 5 bulan bisa tengkurap bolak-balik, belum bisa duduk dan berdiri sendiri 11. Bayi mengoceh kadang-kadang, tangan belum bisa memegang kerincingan 12. Bayi tidak bisa bermain cilukbaaaa..!! 13. Jendela kamar selalu ditutup, takut bayi masuk angin. 14. Lubang angin pintu ditutup dengan kertas karena nyamuk sering masuk 15. Mainan bayi : kerincingan, boneka, sepeda roda tiga 16. Pasien tinggal dengan kedua orangtuanya 17. Ibu tak banyak bicara
4
1.3 Analisa Masalah
5
1.4 Pertanyaan-pertanyaan 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak? 2. Bagaimana tahap-tahap normal tumbuh kembang anak 0-12 bulan? 3. a. Sebutkan jenis imunisasi yang diberikan pada anak usia 0-12 bulan? b. Apakah pemberian imunisasi pada skenario sesuai dengan standar jadwal imunisasi nasional? Jelaskan! 4. Bagaimana mengaplikasikan PB, BB, LK pada scenario ke kurva/table tumbuh kembang anak? 5. a. Apa perkembangan tumbang anak dalam scenario dengan nilai anak sesuai dengan standar normal? b. Bagaimana status gizi anak dalam scenario? 6. a. Bagaimana peran ibu dan lingkungan terhadap tumbuh kembang anak ? b. Jelaskan pola asah,asih,dan asuh pada anak usia 0-12 bulan? c. Permainan yang cocok diberikan anak usia 0-12 bulan? 7. Jelaskan penilaian riwayat partus pasien pada skenario! 8. Bagaimana hubungan ASI terhadap tumbuh kembang anak? 9. Jelaskan dampak riwayat kejang terhadap tumbuh kembang anak! 10. Jelaskan penatalaksaan kasus pada skenario!
6
BAB II PEMBAHASAN
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak? Secara umum terdapat dua faktor utama yg berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu: a. Faktor genetik Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yg telah dibuahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Yang termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yg normal dan patologik, jenis kelamin, suku atau bangsa. Potensi genetik yg bermutu diharapkan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yg optimal. b. Faktor lingkungan Lingkungan yg cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yg kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : a) Faktor lingkungan prenatal b) Faktor lingkungan postnatal a) Faktor lingkungan prenatal 1. Gizi Gizi ibu yg jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Di samping itu pula meyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. 2. Mekanis faktor mekanis seperti posisi fetus yg abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. 7
3. Toksin kimia Masa organogenesis adalah masa yg sangat rentan terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, metahdion, obat-obat anti kanker dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. 4. Endokrin Hormon-hormon yg mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon placenta, hormon tiroid, insulin dan peptide-peptide lain dengan aktivitas mirip insulin. 5. Radiasi Pemakaian radium dan sinar rontgen yg tidak mengikuti aturan dapat menyebabkan kelainan pada fetus. 6. Anoksia embrio Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu b) Faktor post natal 1. Lingkungan biologis Meliputi ras, suku, jenis kelamin, umur yg paling rawan adalah balita, fungsi metabolism, gizi, perawatan kesehatan dan hormone yg aktif membantu tumbuh kembang. 2. Faktor fisik Meliputi cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi (akibat sanitasi yg kurang maka anak akan sering sakit), keadaan rumah. 3. Faktor psikososial Banyak faktor-faktor psikososial yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih saying. 4. Faktor keluarga dan adat istiadat Faktor keluarga dan adat istiadat juga tidak terlepas peranannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, faktor tersebut antara lain : pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu.
8
2. Bagaimana tahap-tahap normal tumbuh kembang anak 0-12 bulan? Tahap-tahap tumbuh kembang anak : 0 - 3 BULAN Belajar angkat kepala & mengikuti objek Tersenyum Bereaksi dengan suara Mengenal pengasuhnya Mengoceh spontan 3-6 BULAN Mengangkat kepala 90 derajat & mengangkat dada dengan bertopang dagu Belajar meraih benda disekitarnya Menaruh benda di mulutnya Memperluas lapangan pandang Tertawa 6-9 BULAN Dapat duduk tanpa dibantu Dapat tengkurap bolak balik Merangkak meraih benda, mendekati seseorang Memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain Memegang benda kecil dengan ibu jari & telunjuk Bergembira melempar suatu benda Mengenal wajah keluarga, takut dengan orang asing Berpartisipasi dalam gerak tepuk tangan 9-12 BULAN Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dituntun Menirukan suara Mengulang bunyi yang didengar Belajar satu atau dua kata Mengerti perintah/larangan yang sederhana Berpartisipasi dalam permainan
9
BERAT BADAN Penambahan berat badan bayi pada tahun pertama berkisar antara: 700 1000 gr/bln pd triwulan I 500 600 gr/bln pd triwulan II 350 450 gr/bln pd triwulan III 250 350 gr/bln pd triwulan IV
PANJANG BADAN Penambahan panjang badan bayi pada tahun pertama berkisar antara: Trimester I : 2,8 4,4 cm / bulan Trimester II : 1,9 2,6 cm / bulan Trimester III : 1,3 1,6 cm / bulan Trimester IV : 1,2 1,3 cm / bulan 10
LINGKAR KEPALA Penambahan ukuran lingkar kepala bayi pada tahun pertama berkisar antara: 0 - 3 bln = 2 cm/bln 4 - 6 bln = 1 cm/bln 6 12 bln = 0,5 cm/bln
11
3. a. Sebutkan jenis imunisasi yang diberikan pada anak usia 0-12 bulan? b. Apakah pemberian imunisasi pada skenario sesuai dengan standar jadwal imunisasi nasional? Jelaskan! Sumber : Sari Pediatri Vol.11 No.6, April 2010 Supported as an educational grant of PT.Pfizer Indonesia
12
13
5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun. 1. IMUNISASI BCG Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan Bakteri tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB. Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG. * Jumlah Pemberian: Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. * Usia Pemberian: Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG 14
* Lokasi Penyuntikan: Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha. * Efek Samping: Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri. * Tanda Keberhasilan: Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. * KontraIndikasi: Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif. 2. Imunisasi Hepatitis B Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati. Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga. 15
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB. * Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. * Usia Pemberian: Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam. * Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. * Efek Samping: Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. * Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. 16
* Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. * Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat. 3. Imunisasi Polio Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal. Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. * Jumlah Pemberian: Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi! * Usia Pemberian: Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP. * Cara Pemberian: Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV. * Efek Samping: Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. * Tingkat Kekebalan: 17
Dapat mencekal hingga 90%. * Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 4. Imunisasi DTP Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi. * Usia & Jumlah Pemberian: Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT * Efek Samping: Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal. Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng. * Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas. Penyakit DTP yang BERBAHAYA 1. Difteri Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir. 18
Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh. 2. Tetanus Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril. Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya. 3. Pertusis Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari. Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih. Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan. 5. Imunisasi Campak Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. 19
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak. Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak. Usia & Jumlah Pemberian: Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella). Efek Samping: 20
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
4. Bagaimana mengaplikasikan PB, BB, LK pada scenario ke kurva/table tumbuh kembang anak? Perempuan, 12 bulan BB 7300 gram, PB 65 cm, LP 41 cm.
21
A BB/U TB/U BB TB 22
Anak perempuan Usia = 12 bulan BB =7300 gram PB = 65 cm STATUS GIZI NCHS (PENILAIAN STATUS GIZI ANAK)
Penilaian Status Gizi Anak Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat.Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut.
Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
23
Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994). Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan. Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi 1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih 2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi 3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk 24
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well- nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS) No Indeks yang digunakan Interpretasi BB/U TB/U BB/TB 1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang + 2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang 3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
25
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut: Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun Jadi untuk indeks BB/U adalah = Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD = status gizi baik Untuk IndeksTB/U adalah = Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD = status gizi pendek Untuk Indeks BB/TB adalah = Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD = status gizi gemuk
Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Age Standard Deviations Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd 15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS Stature Standard Deviations cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd 145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
26
Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Stature Standard Deviations Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd 15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985 Interpretasi Berdasarkan % Berat Badan Ideal Menurut Umur BB saat ini/BB ideal < 70% Gizi buruk BB saat ini/BB idea70% 80% Gizi kurang BB saat ini/BB idea80% 100% Gizi baik BB saat ini/BB idea100% 110 % Gizi lebih BB saat ini/BB idea> 110% Obesitas/Obesity (harus dihitung BMI) Pada scenario: PB <2 persentil, BB persentil 5 LP <5 persentil Untk menilai BB ideal menurut umur maka : 7,3/9,9 = 73,7% (Gizi kurang)
5. a. Apa perkembangan tumbang anak dalam scenario dengan nilai anak sesuai dengan standar normal? b. Bagaimana status gizi anak dalam scenario? 0-6 bulan harus diberikan ASI eksklusif memenuhi 100% kebutuhan 6-12 bulan ASI memenuhi 60-70% kebutuhan, perlu makanan pendamping ASI yg adekuat >12 bulan ASI hanya memenuhi 30% kebutuhan ,ASI tetap diberikan untuk keuntungan lainnya. Perkembangan Ketrampilan Makan Umur
Kemampuan Bayi
Makanan yang diberikan
0-5 bulan
Refleks menghisap dan menellan Refleks melepeh Kontro.lleher kepala punggung lemah
ASI Formula (+Fe)
27
4-6 bulan
Mengatup bibir saat sendojk ditarik ke luar Gerak lidah ke atas ke bawah Duduk dg bantuan Menelan sesendok makanan tanpa tersedak Mengontrol makanan dalam mulut Membuka mulut lihat makanan
Tambahkan makanan saring /halus Bubur sereal Puree kentang/ labu /ubi Puree buah
8-10 bulan
Gerak lidah ke kanan ke kiri Memegang sendok sendiri Mampu mengunyah , ada bbrp gigi, memasukkan jari/ makanan ke mulut Mulai minum dari cangkir/gelas dg bantuan Tambahkan makanan keluarga yg dimodifikasi :kuning telur dihancurkan, finger foods, keju, biskuit , potongan buah, jus buah, kacang yg dilumatkan
10-11 bulan
Gerakan rahang memutar
Tambahkan makanan keluarga
Terlambat mengenalkan makanan padat beresiko timbulnya masalah makan Pengenalan pada usia 6 bulan bayi/anak mau mengkonsumsi makanan keluarga lebih variatif 10 bulan atau lebih mengkonsumsi lebih sedikit jenis makanan dibanding kelompok usia 6 bulan 15 bulan lebih sedikit yg mau makanan keluarga dibanding kelompok pengenalan pada usia 6-9 bulan Pelaksanaan pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak, bertujuan sebagai berikut: 1. Memeberikan nutrient yg sukup untuk kebutuhan ; memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas, pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor. 2. Mendidik kebiasaan yg baik tentang memakan, menyukai dn menentukan makanan yg diperlukan. 28
Kebutuhan Nutrien pada bayi 1. Air Pada masa bayi, terutama bayi muda jumlah air yg dianjurkan untuk diberikan sangat penting, dibandingkan dengan bayi yg lebih tua dan golongan umur selanjutnya, karna air merupakan nutrient yg menjadi medium untuk nutrient lainnya.
Tabel : kebutuhan air rata-rata dari bayi
Umur Air/kgbb/hari(ml) 3 hari 80 100 10 hari 125 150 3 bulan 140 160 6 bulan 130 155 9 bulan 125 145 1 tahun 120 135
2. Energi Komisi ahli FAO/WHO pada tahun 1971 mengemukakan bahwa reuquitmen dari kalori harus disesuaikan dengan berat badan selama masa pertumbuhan Tabel : Kebutuhan energy rata-rata dari bayi Umur Kebutuhan energy ( kal/kgbb/hari) 3 bulan 120 3 5 bulan 115 6 8 bulan 110 9 11 bulan 105 Rata rata selama masa bayi 112 110 ( 100 120 )
3. Protein 4. Lemak 5. Kabrohidrat 6. Rekuiremen vit dan mineral 29
Pengaturan makan untuk bayi Makanan untuk bayi sehat terdiri dari : 1. Makanan utama yaitu air susu ibu ( ASI ) : jika asi sama sekali tidak ada dapat diberikan makanan buatan sebagai penggantinya. 2. Makanan pelengkap terdiri dari buah buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan lain yg sejenis. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan Bayi mulai disusukan sedini mungkin langsung setelah lahir. Waktu dan lama menyusui disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Hindarkan pemberian tambahan seperti madu, air larutann glukosa dan makanan prelakteal lainnya. Jika setelah disusukan kemudian ternyata bayi menjadi kebiruan dan sesak nafas, perlu difikirkan terhadap kemungkinan adanya kelainan seperti obstruksi atau fistula esophagus. Selanjutnya bayi dapat diberikan buah- buahan (pisang) atau biscuit sejak usia 2 bulan sedangkan pemberian makanan lumat sampai lembik ( bubur susu ) pada usia 3 4 bulan, sesuai keperluan bayi masing masing. Bayi umur 5 - 6 bulan Dapat diberikan dua kali bubur susu sehari, buah-buahan dan telur. Bayi umur 6 7 bulan Bayi dapat diberi nasi tim, bahan makanan sumber protein hewani, hati, daging cincang, telur atau tepung ikan dan bahan makanan protein nabati yaitu tahu, tempe, sayuran hijau ( bayam ), buah tomat dan wortel. Umur 8 12 bulan Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim.
30
31
6. a. Bagaimana peran ibu dan lingkungan terhadap tumbuh kembang anak ? b. Jelaskan pola asah,asih,dan asuh pada anak usia 0-12 bulan? c. Permainan yang cocok diberikan anak usia 0-12 bulan? a). Peran ibu dan lingkungan terhadap tumbuh kembang anak Faktor lingkungan : a. Faktor lingkungan prenatal 1. Gizi ibu pada waktu ibu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin,anemia pada bayi baru lahir mudah terkena infeksi,abortus dan sebagainya. 2. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes,dislokasi panggul dan sebagainya. 3. Toksin/zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya penggunaan obat-obatan pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan bawaan. Termasuk ibu hamil yang perokok berat/peminum alcohol dapat melahirkan bayi BBLR,lahir mati,cacat dan sebagainya. 4. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin,kerusakan otak,mikrosefali,atau cacat bawaan lainnya. 5. Infeksi Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah toxoplasmosis,rubella,cytomegalovirus,herpes simplex. 6. Stres Stress yang dialami ibu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan,kelainan kejiwaan dan sebagainya. 7. imunisasi 32
Rhesus dan ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,hidrops fetalis, lahir mati. 8. Anoksia embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat,menyebabkan BBLR. b. Faktor lingkungan post-natal Pada bayi yang baru lahir harus bisa melewati masa transisi, dari system yang teratur yang sebagaian besar tergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme homeostatik itu sendiri. Masa perinatal yaitu masa atara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak. Peran ibu pada tumbuh kembang anak tidak sedikit dalam ekologi anak,yaitu peran ibu sebagai para genetic factor yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobilogisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian. Contoh: pemberian ASI/ menyusui adalah periode gestasi dengan payudara sebagai plasenta eksternal, karena payudara manggantikan fungsi plasenta sebagai sumber nutrisi bagi bayi,tetapi juga mempunyai arti dalam dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan anak-ibu tidak terpustus begitu dilahirkan kedunia. Dengan pemberian asi menstimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Pada skenario ibu yang tak banyak bicara berpengaruh besar pada masa-masa bayi tumbuh dan berkembang karena melalui orang terdekatlah si bayi untuk kebutuhan tumbuh kembangnya. Jadi sangat dibutuhkan peran si ibu bagaimana merawat bayi dengan benar. b). Pola Asah asih dan Asuh anak usia 0-12 bulan Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang anak ,secara umum digolongakan menjadi kebutuhan dasar : 1. Kebutuhan fisik-biomedis ASUH Meliputi: - Pangan /gizi yang cukup merupakan kebutuhan terpenting - Perawatan kesehatan dasar,antara lain imunisasi, pemberian ASI ,pemberian obat jika sakit dll. - Papan/pemukiman yang layak 33
- Higiene perorangan,sanitasi lingkungan. 2. Kebutuhan emosi/kasih sayang ASIH Pada tahun-tahun pertama kehidupan,hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak utuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran si ibu sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih saynag ibu pada tahun-tahun pertama mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental,maupun sosial emosi. 3. Kebutuhan akan stimulasi mental ASAH Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas. c). Permainan yang cocok diberikan anak usia 0-12 bulan? Aktivitas pemainan yang dianjurkan:
34
Mainan yang diberikan :
Dengan memberikan permainan yang sederhana secara tidak langsung merangsang perkembangan sensorik , Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik kasar dan halus 35
seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya
7. Jelaskan penilaian riwayat partus pasien pada skenario!
Nilai Normal PadaSkenario Keterangan Berat Badan 25004000 gram 2500 gram Normal Panjang Badan 4852 cm 48 cm Normal Lingkar Kepala 3337 cm 33 cm Normal
Pemeriksaanfisis yang dilakukan Keadaan normal Lihat postur, tonus, dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan bergerak aktif. Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya Kemerahan atau bisul. Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika bayi sedang tidak menangis. Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit. Tidak ada tarikan dinding Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis. Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer Suhu normal adalah 36,537,5 C Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi menangis. Lihat mata Tidak ada kotoran/secret Lihat bagian dalam mulut Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak 36
ada bagian yang terbelah. Masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, raba langit-langit. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa. Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas. Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat.atau kemerahan sekitar tali pusat Lihat punggung dan raba tulang belakang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili, polidaktili, siemenline, dan kelainan kaki (pesequinovarus dan vagus). Lihat lubang anus Hindari memasukkan alat atau jari dalam memeriksa anus Terlihat lubang anus dan periksa apakah meconium sudah keluar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir. Lihat dan raba alat kelamin luar Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan. Bayilaki-lakiter dapat lubang uretra pada ujung penis Teraba testis di skrotum. Pastikanbayisudahbuang air kecildalam 24 jam setelahlahir. Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin, misalnya hipospadia, rudimenter, kelamin ganda. Timbang bayi Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil penimbangan dikurangi berat selimut Berat lahir 2,5-4 kg. Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu (tidakmelebihi 37
10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian naik kembali. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi Panjang lahir normal 48-52 cm. Lingkar kepala normal 33-37 cm.
APGAR SCORE Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot&iritabilitasreflek) Skor APGAR TANDA 0 1 2 Appearance Biru,pucat Badan pucat,tungkai biru Semuanya merah muda Pulse Tidakteraba < 100/menit > 100/menit Grimace Tidakada Lambat Menangiskuat Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/fleksi tungkai Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat
Penilaian Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2 Nilai tertinggi adalah 10 Nilai 710 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik Nilai 46 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi (asfiksia sedang) Nilai 03 menunjukkan bayi mengalami depress iserius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (asfiksia berat) Jika melihat pada scenario, saat lahir bayi tidak langsung menangis dan pada setelah 5 menit kemudian baru bayi menangis lemah. Maka, bayi dapat dikatakan mengalami asfiksia. Dimana keadaannya adanya bayi yang baru lahir tidak segera bernafas secara teratur secara spontan dan teratur setelah dilahirkan ditandai tidak adanya respon menangis.
38
8. Bagaimana hubungan ASI terhadap tumbuh kembang anak? Manfaat ASI untuk bayi 1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya 2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 3. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat 4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi 5. Komposisi ASI ideal untuk bayi 6. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi 7. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI 8. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI. 9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas 10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan. 11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh. 12. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur. 39
13. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chrons disease, dan Ulcerative Colitis. 14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula. 15. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain. Untuk Ibu Manfaat ASI untuk ibu menyusui 1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan 2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali 3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara. 4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dsb 5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb 6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya 7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril 8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional 9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui
40
9. Jelaskan dampak riwayat kejang terhadap tumbuh kembang anak! Dampak Riwayat Kejang Terhadap Tumbuh Kembang Bayi Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara . Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Sering terjadi pada anakk, terutama golongan umur 6 bulan 4 tahun. Terjainya bangkitan kejang demam bergantung pada umur tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Terjadinya kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsillitis,otitis media akuta, bronchitis dll. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu ddemam berlangsung singkat, umumnya kejang berhenti sendiri, begitu berhenti anak tidak member reaksi apapun sejenak, beberpa detik atau menit kemudian anak terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Klasifikasi kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : a. Kejang Tonik: biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi b. Kejang Klonik : Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. c. Kejang Mioklonik : gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. untuk ini Livingstone(1954,1963) membuat criteria dan membagi kejang dengan 2 macam golongan: 1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) 41
2. Epilepsy yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever) Kriteria livingstone tersebut kemudian dimodifikasi oleh Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta sebagai pedoman untuk membuat diagnosis demam sederhana ialah: 1. Umur anak ketika kejang anatar 6 bulan dan 4 tahun 2. Kejang berlangsung sebentar tidak lebih dari 15 menit 3. Kejang bersifat umum 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam 5. Pemeriksaan saraf sesudah dan sebelum normal 6. Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu suhu normal menunjukan tidak ada kelainan 7. Frekuensi bangkitnya kejang tidak lebih 4 kali dalam setahun Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria modifikasi livingstone digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam. Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari stenga jam) baik bersifat umum atau fokal. Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan dengan IQ, tetapi pada kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah.
10. Jelaskan penatalaksaan kasus pada skenario! Keluhan Utama : tidak mau makan Non medikamentosa: Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna Memberikan berbagai suplemen tambahan (multivitamin) Istirahat yang cukup
Gangguan tumbuh kembang pada pasien 1. Kebutuhan fisik biomedik (ASUH) Memperbaiki nutrisi anak dengan memberikan makanan yang memenuhi zat gizi anak. Dan bentuk makanannya disesuaikan dengan umur anak. 42
Melengkapi imunisasi anak Memperbaiki tingkat kebersihan anak. Mendeteksi dini adanya penyakit (kecurigaan orang tua penting) 2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Ibu/ pun penggantinya yang dekat dengan anak, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya kepada anak. 3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Ibu harus lebih banyak bicara kepada anak, mengajak bermain, melatih anak duduk, berdiri sesuai dengan umur anak, memberikan permainan yang sesuai dengan umurnya. Yang terpenting pula adalah memberikan penyuluhan dan edukasi kepada Ibu mengenai tumbuh kembang anak dan kebutuhan anak. Pada Skenario : Tingkatkan rasa kepedulian sang Ibu Sang ibu tidak banyak bicara Sibuk kepedulian menurun Tidak sibuk, pengetahuan rendah kepedulian menurun Teruskan pemberian ASI Mulai usia 3 bulan sudah diberikan makanan pendamping Ibu merasa tidak percaya diri ASI tidak memuaskan Cara pemberian ASI yang salah ASI tidak memuaskan Perencanaan pemberian gizi Tentukan kebutuhan cairan harian Tentukan kebutuhan kalori sang bayi Pemberian makanan gizi seimbang Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak Perhatikan faktor imunitas anak (imunisasi) Pertumbuhan dengan melihat ada tidaknya peningkatan pada BB, TB, dan LK sesuai dengan Growth Chart. Perkembangan dengan memberikan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan), dan menyesuaikan dengan DENVER II Chart Seorang anak membutuhkan pemukiman yang layak dan sehat (terdapat ventilasi dan sinar matahari yang cukup, serta kebersihan yang terjaga).
43
BAB III SIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : a. Anak perempuan dalam scenario mengalami gizi buruk disebabkan karena malnutrisi, kesalahan/ketidaktepatan dalam pemberian asupan gizi ke anak b. Pertumbuhan dan perkembangan anak perempuan dalam scenario mengalami keterlambatan kemungkinan disebabkan keadaan anak tersebut saat prenatal dan postnatal terlihat dalam riwayat kelahiran dan hasil apgar skor serta grafik pertumbuhan dan perkembangan anak yang berada di bawah nilai normal c. Kurangnya pengetahuan/pendidikan orang tua khususnya ibu dalam pola mengasuh/mendidik anak d. Kesalahan dalam mengikuti program imunisasi hingga dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi anak tersebut
44
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh,I.G.N.2008.Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2011. Modul Materi Dasar 1 KebijakanProgramImunisasi.Jakarta: Ditjen PP & PL Depkes RI Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja edisi tahun 2002 (IDAI) Buku Tumbuh kembang anak, dr. Soetjiningsih SpAK bagian kesehatan anak fakultas kedokteran Universitas Udayana, Bali. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan anak: 1985 :Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hull, David & Derek I. Johnston. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed. 3. Jakarta: EGC http://sobatsehat.com/2009/10/19/7-gangguan-tumbuh-kembang-anak-yang-perlu-kita- ketahui/ http://www.childcare-center.com/masalah.html http://melysaniki.wordpress.com/2012/04/18/askep-kejang-pada-anak/ http://asuh.wikia.com/wiki/Manfaat_ASI http://aufalactababy.com/tag/cdc/ http://posyandu.org/jenis-imunisasi.html www.infobunda.com/pages/imunisasi/index.php