You are on page 1of 20

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Minyak adalah lemak yang berwujud cair pada suhu kamar yaitu 25
0
C.
Minyak merupakan trigliserida (triasil gliserol) dari gliserol dan berbagai asam
lemak. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan
biasanyadigunakan untuk menggoreng bahan makanan.
Minyak goreng ada yang diproduksi dari minyak kelapa sawit, dan ada
juga yang diproduksi dari kelapa. minyak nabati, mengandung asam-asam
lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.
Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D,
E dan K.
Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik
minyak meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih,
titik pelunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, viskositas,
indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik
api. Selain itu juga ada tandar mutu yang merupakan hal yang penting untuk
menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang
menentukan standar mutu yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilanga peroksida.
Mutu minyak goreng yang kita gunakan sangatlah penting. Dalam
praktikum ini menggunakan dua jenis minyak goreng yaitu minyak goreng
kemasan dan minyak goreng curah. Kedua minyak goreng ini mempunyai
kualitas yang berbeda. Parameter uji yang digunakan yaitu viskositas,berta
jenis, indeks bias, turbidity point, asam lemak bebas, bilangan peroksida,
bilangan iod dan kadar air.
Oleh karena itu dilakukan praktikum pengujian kualitas minyak untuk
mengetahui perbedaan kualitas minyak goreng kemasan dan minyak goreng
curah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pengujian kualitas minyak goreng
2. Untuk mengetahui parameter uji kualitas minyak goreng
3. Untuk mengetahui perbedaan kualitas minyak goreng kemasan dan
minyak goreng curah.

























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minyak goreng
Minyak termasuk golongan lipid. Minyak adalah lemak yang berwujud
cair pada suhu kamar yaitu 25
0
C. Minyak merupakan trigliserida (triasil gliserol)
dari gliserol dan berbagai asam lemak (Winarno, 1997).
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan
biasanyadigunakan untuk menggoreng bahan makanan. Minyak goreng berfungsi
sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan
pangan.
Minyak mengandung sejumlah kecil komonen selai trigliserida, yaitu lipid
kompleks (lesithin, cephalin, fosfatida, dan glikolipid), sterol, asam lemak bebas,
lilin, pigmen larut minyak seperti klorofil dan karotenoid, dan hidrokarbon seperti
karbohidrat, protein dan vitamin. komponen tersebut akan mempengaruhi sifat
dan warna minyak (Buckle, dkk., 1987).
Menurut Standar Nasional Industri (SNI) 7709-2012, minyak goreng sawit
adalah "Bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak
sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan
dan telah melalui proses pemurnian dengan penambahan vitamin A".

a. Jenis-Jenis Minyak Goreng
Minyak goreng dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan (Ketaren,
2005) yaitu :
Berdasarkan sifat fisiknya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil)
Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti
peach dan minyak kacang.
Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji mustard.
Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi, minyak ikan paus, salmon,
sarden, menhaden jap, herring, shark, dog fish, ikan lumba-lumba,
dan minyak purpoise.
2. Minyak nabati setengah mengering (semi drying oil), misalnya minyak
biji kapas, minyak biji bunga matahari, kapok, gandum, croton, jagung,
dan urgen.
3. Minyak nabati mengering (drying oil), misalnya minyak kacang kedelai,
biji karet, safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji karet,
perilla, tung, linseed dan candle nut. 2.1.2.2. Berdasarkan sumbernya dari
tanaman, diklasifikasikan sebagai berikut :
Biji-bijian palawija, yaitu minyak jagung, biji kapas, kacang, rape
seed, wijen, kedelai, dan bunga matahari.
Kulit buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa sawit.
Biji-bijian dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit,
cohume. 2.1.2.3.

Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya,
yakni :
1. Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu (asam laurat)
dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah bereaksi/berubah
menjadi asam lemak jenis lain.
2. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty
acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids).
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah
terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi
yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak jumlah ikatan
rangkap itu (poly-unsaturated), semakin mudah bereaksi/berubah minyak
tersebut.
3. Minyak dengan asam lemak trans (trans fatty acid)
Asam lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan, margarin, mentega,
minyak terhidrogenasi, dan terbentuk dari proses penggorengan. Lemak
trans meningkatkan kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol
baik, dan menyebabkan bayi-bayi lahir premature.

b. Sifat-sifat Minyak Goreng
Sifat-sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan sifat kimia (Ketaren, 2005),
yakni:
Sifat Fisik
1. Warna
Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu zat warna alamiah,
yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak
dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat warna
tersebut antara lain dan karoten (berwarna kuning),
xantofil,(berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan)
dan antosyanin(berwarna kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna
dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan
oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat
disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau
rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.
2. Odor dan flavor
Terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.
3. Kelarutan
Minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil), dan
minyak sedikit larut dalam alcohol,etil eter, karbon disulfide dan
pelarut-pelarut halogen.
4. Titik cair dan polymorphism
Minyak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperature
tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih dari satu
bentuk Kristal.
5. Titik didih (boiling point)
Titik didih akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya
rantai karbon asam lemak tersebut.

6. Titik lunak (softening point)
Dimaksudkan untuk identifikasi minyak tersebut.
7. Sliping point
Digunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran
komponen-komponenya.
8. Shot melting point
Yaitu temperature pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
atau lemak.
9. Bobot jenis
Biasanya ditentukan pada temperature 25
0
C, dan juga perlu
dilakukan pengukuran pada temperature 40
0
C.
10. Titik asap, titik nyala dan titik api
Dapat dilakukan apabila minyak dipanaskan. Merupakan criteria
mutu yang penting dalam hubungannya dengan minyak yang akan
digunakan untuk menggoreng.
11. Titik kekeruhan (turbidity point)
Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan
pelarut lemak.

2.2 SNI Minyak Goreng
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 3741-2013, minyak goreng
adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida bersala dari bahan
nabati kecuali kelapa sawit, dengan atau tanpa penambahan kimiawi, termasuk
hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi/pemurnian yang
digunakan untuk menggoreng.






Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-2013
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Warna - Normal
2. Kadar air dan bahan menguap % (b/b) Maks. 0,15
3 Bilangan asam mg KOH/g Maks. 0,6
4. Bilangan peroksida mek O
2
/kg Maks. 10
5. Bilangan pelikan - Negatif
6. Asam linolenat (C18:3) dalam
komposisi asal lemak minyak
% Maks. 2
7. Cemaran logam
7. 1 Kadmium (Cd) mg /kg Maks. 0,2
7.2Timbal (Pb) mg /kg Maks. 0,1
7.3 Timah (Sn) mg /kg Maks.
40,0/250,0
*

7.4 Merkuri (Hg) mg /kg Maks. 0,05
8. Cemaran arsen (As) mg /kg Maks. 0,1
Catatan:
- pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik
-
*
dalam kemasan kaleng
Sumber: Standar Nasional Indonesia

Standar mutu minyak goreng yang baik yaitu memiliki kadar air <
0,01 %, kadar kotoran kurang dari 0,01 %, kandungan asam lemak bebas <
0,30 %, bilangan peroksida < 1 mgO2/g, mempunyai warna, bau, dan rasa
yang normal, dan mempunyai kandungan logam berat serendah mungkin.
Secara umum komponen utama minyak yang sangat menentukan mutu
minyak goreng adalah asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Karena
asam lemak bebas menentukan sifat kimia dan stabilitas minyak,
sedangkan bilangan peroksida menentukan tingkat kerusakan minyak
berdasarkan aromanya.
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya
hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar
dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau
tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah
asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah
kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang
mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C
lebih besar dari 14 (Ketaren, 1986).
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, kejernihan kandungan logam berat, dan bilangan
penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air
kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 %, kandungan
asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 % atau kurang),
bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus
berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat
serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1986).

2.3 Parameter Pengujian Minyak Goreng
Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik
minyak meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih,
titik pelunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, viskositas,
indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik
api. Selain itu juga ada tandar mutu yang merupakan hal yang penting untuk
menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang
menentukan standar mutu yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilanga peroksida (Ketaren, 1986).


2.3.1 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya
air.Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu dkk. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran
fluida yang merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan
yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan viskositas suatu cairan
yang diukur pada suhu tertentu dengan menggunakan viskometer oswald dan
air yang berperan sebagai pembandingnya.
2.3.2 Berat Jenis
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25
o
C). Penentuan bobot jenis
suatu zat cair (air suling, bensin, minyak tanah, minyak kelapa) dengan
metode piknometer, dimana ditimbang lebih dahulu berat piknometer kosong
dan piknometer berisi zat cair yang diuji. Selisih dari penimbangan adalah
massa zat cair tersebut pada pengukuran suhu kamar (25
0
C) dan dalam volume
konstan, tertera pada piknometer.

Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya
volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.


2.3.3 Indeks Bias
Indeks bias adalah perbandingan dari kecepatan cahaya di udara dengan
kecepatan cahaya di dalam medium tertentu atau secara singkat. Derajat
penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah.
Indeks bias tersebut dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian
kemurnian minyak.
2.3.4 Turbidity Point
Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak
atau lemak dengan pelarut lemak. Seperti diketahui, minyak dan lemak
kelarutannya terbatas. Campuran ini kemudian dipanaskan sampai terbentuk
larutan yang sempurna. Kemudian didinginkan dengan perlahan-lahan sampai
minyak dan lemak dengan pelarutnya mulai terpisah dan mulai menjadi keruh.
Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik
kekeruhan. Turbidity point ini berguna untuk mengetahui adanya pengotoran
oleh bahan asing atau pencampuran minyak, contohnya pada minyak dapat
ditentukan dengan mengukur suhu minyak pada saat minyak/lemak cair
berubah menjadi padat. Titik keruh ini tergantung dari adanya aam lemak
bebas (Djatmiko, 1985).

2.3.5 Asam Lemak Bebas (FFA)
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis enzim
selama pengolahan dan penyimpanan (Ketaren, 1986). Biasanya presentase
FFA meningkat dengan waktu dan frekuensi penggorengan, hal ini digunakan
sebagai indikator kualitas minyak. Kandungan FFA yang tinggi akan
berpengaruh terhadap produk gorengan, dalam praktek komersial minyak
diafkir ketika kandungan FFA melebihi 1 % (Tseng et al., 1996).
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
dapat berpengaruh terhadap flavor minyak. Selama proses penggorengan akan
terjadi penguapan kadar air dari bahan. Kadar air bahan dapat berpengaruh
terhadap reaksi hidrolisa selama proses penggorengan. Air makanan dalam
jumlah banyak dapat mempercepat kerusakan minyak (Fardiaz, 1996).
Penentuan presentase asam lemak bebas (FFA) berprinsip pada titrasi
sampel yang dilarutkan dengan alkohol netral oleh NaOH untuk menetralkan
asam lemak bebas.

2.3.6 Bilangan Peroksida
Peroksida merupakan suatu tanda adanya pemecahan atau kerusakan
pada minyak karena terjadi oksidasi (kontak dengan udara) yang menyebabkan
bau/aroma tengik pada minyak. Ukuran dari ketengikan dapat diketahui dengan
menentukan bilangan peroksida. Semakin tinggi bilangan peroksida maka
semakin tinggi pula tingkat ketengikan suatu minyak (ASA, 2000).
Prinsip dari bilangan peroksida adalah : didasarkan pada pengukuran
sejumlah iod yang dibebaskan dari Potasium Iodida (KI) melalui reaksi
oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang didalam medium asam
asetat/kloroform.
Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang
dibebaskan setelah lemak/minyak ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan
KI dalam pelarut Asam asetat glacial 60% dan kloroform 40%kemudian iodin
yang terbentuk ditentukan dengan cara titrasi memakai Na
2
S
2
O
3
. Beberapa
metode untuk menentukan bilangan peroksida telah dikembangkan oleh para
peneliti yang tentu saja masing-masing metode memiliki keunggulan dan
kelemahan. Walaupun demikian, metode iodometri masih dipakai sebagai
metode standar oleh Assocition of Official Analytical Chemist untuk
menentukan angka peroksida dari berbagai minyak (AOAC, 1984).

2.3.7 Bilangan Iod
Bilangan iod adalah jumlah garam) iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Angka iodin mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak.
Banyaknya iodin yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap (Sudarmaji,
2007).
Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap oleh 100 g lemak I2 akan
mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh bebas maupun yang dalam
bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh
dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform (CHCl
3
)
kemudian ditambah larutan iodin berlebihan (0,1 sampai 0,5 g). Sisa iodin yang
tidak bereaksi dititrasi dengan tiosulfat (Winarno, 2004).

2.3.8 Kadar air
Salah satu parameter pengujian minyak goreng yaitu kadar air. Kadar air
pada minyak goreng harus <0,01%. Pengujian kadar air ini menggunakan metode
pegovenanan. Prinsip penghitungan persentase kandungan air adalah selisih berat
contoh sebelum dan sesudah dipanaskan























BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
2. Viskometer berputar
3. Piknometer
4. Refraktrometer Abbe
5. Neraca analitik
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Hot plate
8. Buret
9. Pipet ukur
10. Bulp pipet
11. Beaker glass
12. Termometer
13. Gelas piala
14. Kamar gelap
15. Stirer
16. Oven
17. Desikator
18. Cawan alumunium

3.1.2 Bahan
1. Minyak goreng kemasan dan curah
2. Alkohol
3. Phenopthalin
4. NaOH 0,1 N
5. Pelarut (terdiri dari 60% asam asetat glasial dan 40% kloroform)
6. Larutan pati 1%
7. Sodium tiosulfat (Na
2
S
2
O
3
) 0,1 N
8. Kloroform
9. Yodium bromide
10. KI
11. Aquades

3.2 Skema Kerja
3.2.1 Viskositas
Minyak goreng

Dimasukkan dalam tabung viskometer berputar

Pemasangan rotor

Viskometer berputar dihidupkan

Pembacaan skala

3.2.2 Berat jenis














Penimbangan
Minyak
Pinkometer
Perendaman bak air (25C, 30 menit)
3.2.3 Indeks Bias









3.2.4 Turbidity Point

25 ml Minyak goreng

Dimasukkan dalam beaker glass

Rendam dalam wadah berisi es

Ukur suhu pada saat membentuk kristal












Pembuatan indeks bias
Minyak
Penetesan pada refraktometer
Pendiaman 1-2 menit
3.2.5 Asam Lemak Bebas (FFA)






























Minyak goreng 1 g
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
+ Alkohol 20 ml pada suhu 50-
70C
+ 3 tetes
Phenopthalin
Dipanaskan sampai larut
Dititrasi dengan 0,1 N NaOH
Dilakukan perhitungan kadar ALB
3.2.6 Bilangan Peroksida
5 g minyak goreng





























Hitung bilangan peroksida
+ 0,5 ml larutan pati 1%
+ 30 ml
pelarut
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
Diamkan 2 menit di dalam ruang gelap sambil dikocok
Titrasi dgn larutan sodium tiosulfat 0,1 N
+ 0,5 ml larutan KI
+ 30 ml aquades
3.2.7 Bilangan Iod






























0,1-0,5 g minyak goreng
Dimasukan dalam erlenmeyer tertutup
+ kloroform 10 ml dan 25 ml yodium
bromide
Dibiarkan di tempat gelap selama 30 menit
+ 10 ml KI 15% & 100 ml aquades yang telah dididihkan
Dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,1 N sampai berwarna kuning pucat
+2 ml larutan pati
Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang
3.2.8 Kadar Air






























Botol timbang
Oven suhu 105C, 30 menit
Eksikator 15 menit
Ditimbang (a gram)
Botol + Minyak 1 g
Ditimbang (b gram)
Oven suhu 105C, 4-6 jam
Ditimbang (c gram)
Perhitungan
DAFTAR PUSTAKA

ASA. 2000. Penentuan Bilangan Peroksida. Feed Quality Management
Workshop. Ciawi.
Association of Official Analytical Chemist (1984). Official Methods ofAnalysis
Methodep 28,025.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H. & Wootton, M. 2010. Ilmu Pangan,
Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Djatmiko, Bambang dan A. Pandji Widjaja. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak I.
Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
IPB.

Fardiaz.D, 1996. Perubahan Sifat Fisiko Kimia Bahan Selama Proses Ekstrusi,
Penggorengang dan Pemanggangan. Modul Pelatihan Produk-produk
Olahan Ekstrusi, Bakery dan Frying. Bekasi: Kerjasama Pusat Studi
Pangan dan Gizi dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

Ketaren,S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 3741: 2013. Minyak Goreng. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.

Sudarmaji, S dkk. 2007. Analisa untuk bahan Pangan dan pertanian. Yogyakarta:
Liberty.

Tseng, Y. C., R. Moreira, and X. Sun. 1996. Total Frying-use Time Effects on
Soybean oil Deterioration and on Tortilla Chips Quality. International
Journal of Food Science and Technology. 31: 287-294.

Winarno, F. G., 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Giz. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

You might also like