You are on page 1of 33

1

JUDUL : PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI POLISI PAMONG


PRAJA DALAM MENUNJANG URUSAN ADMINISTRASI
PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

A. Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah. Karena itu didalam pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, antara lain
menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil, dengan
bentuk dan susuman pemerintahannya ditetapkan dengan Undang Undang.
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan
secara berkesinambungan semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan di
bidang pemerintahan umum tetutama upaya menciptakan kondisi ketentraman dan
ketertiban yang mantap di daerah-daerah, suatu kondisi di mana pemerintah dan
masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib, tentram, dan teratur.
Karena itu tugas kepala daerah sebagai penyelenggara pemerintahan umum kepala
praktis bertambah berat. Dalam kaitan itu keberadaan Polisi Pamong Praja dalam
jajaran perangkat pemerintahan daerah mempunyai arti yang strategis membantu
kepala daerah di bidang penyelenggaraan pemerintahan umum.




2


Pasal 120 ayat 1 Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah menyebutkan bahwa :
Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta
untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja
sebagai perangkat daerah


Dalam kaitan ini keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat
wilayah mempunyai arti yang strategis dalam membentuk kepala wilayah
dibidang penyelenggaraan pemerintahan umum, serta penegakan atas pelaksanaan
Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah. Dengan demikian ketentraman
dan ketertiban, dimana tindakan ini dinamakan tindakan prefentif yustisial.
1

Maksudnya penegakan atas pelaksanaan peaturan daerah dan keputusan Kepala
Daerah ini dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan cara inventarisasi
penegak atas pelaksanaan peraturan daerah dan keputusan Kepala Daerah ini
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan cara inventarisasi tata obyek
penegakan peraturan daerah. Karena hal ini akan sangat berguna dalam
menentukan kebijaksanaan yang akan diambil dalam pelaksanaan operasi
penegakan hukum di pemerintah daerah.
Dengan bantuan unsur dari Satuan Polisi Parnong Praja dalam hal pendataan
ini sangat diperlukan dan oleh karena itu pada saat ini telah dipersiapkan register-

1
Ditjen Hukum Perundang-Undangan Departemen Kehakiman, Tugas dan kewenangan PPNS
Pemerintah Daerah Dengan Reformasi di Bidang Hukum,1999, hlm 2




3


register yang diperlukan bagi Polisi Pamong Praja di Kecamatan untuk membantu
melakukan pendataan obyek Peraturan Daerah.
Pada dasarnya Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah pegawai-
pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang diserahkan
kepada Pemerintah Daerah dengan kedudukan sebagai Pegawai Negeri yang
diperbantukan. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Polisi Pamong Praja
dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
hubungannya dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Polisi Pamong Praja
hanya melakukan pelaksanaan pengawasan umum terhadap berlakunya Peraturan
Daerah. Pada prinsipnva PPNS dalam rangka penyidikan tindak pidana terhadap
berlakunya peraturan perundang-undangan dan atau pengamatan untuk
menentukan tindak pidana dalam lingkup peraturan daerah yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing.
Dengan mempertimbangkan atas efisiensi serta tingkat penguasaan/
pengetahuan wilayah/daerah serta mempertimbangkan lnstruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 33 Tahun 1990 tentang pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja
yang antara lain bertugas membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahan umum terutama dibidang pembinaan dan ketertiban di wilayah dan
mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan daerah
yang bersifat non yustisi, maka kewenangan pengawasan umum terhadap




4


ditaatinya peraturan daerah juga dilakukan oleh anggota Satuan Polisi Pamong
Praja.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 1998
tentang Polisi Pamong Praja, pembina PPNS harus lebih cermat mengetahui mana
yang merupakan tugas dan wewenang Polisi Pamong Praja dan mana yang
merupakan tugas dan wewenang PPNS, karena di dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah tersebut disebutkan bahwa tugas Polisi Pamong Praja selain
memelihara ketentraman dan ketertiban di wilayahnya juga mempunyai tugas
melakukan penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah dalam
rangka pemeliharaan ketentraman dan ketertiban Oleh karena itu agar dalam
penegakan peraturan daerah tidak terjadi duplikasi lapangan, perlu dicermati
bahwa tugas dan, wewenang Polisi Pamong Praja hanya sebatas melakukan upaya
bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan tindakan yang dapat
mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat serta melakukan penertiban
terhadap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran atas ketentuan
peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang mengakibatkan
terganggunya ketentraman, dan, ketertiban masyarakat (Pasal 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998).
Pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa:




5


"Dengan peraturan daerah dapat juga ditunjuk pegawai-pegawai daerah
yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas
ketentuan peraturan daerah".

Adapun yang dimaksud pejabat lain didalam Pasal 74 ayat 2 Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 adalah pejabat PNS yang diangkat dan diberi wewenang
khusus untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran peraturan daerah. Pejabat
PNS yang diangkat dan diberi wewenang khusus ini tidak lain dan tidak bukan
adalah penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang diangkat atas usul Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I untuk lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
dan lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II kepada
Menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri, dalam hal ini Sekretaris
Jenderal Departemen Dalam Negeri (Pasal 10 Permendagri Nomor 4 Tahun 1997
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah).
Dengan pengertian ini kewenangan PPNS Pemerintah Daerah hanya dapat
melakukan penyidikan atas pelanggaran pidana yang diatur dalam peraturan
daerah di wilayah hukum PPNS yang bersangkutan bertugas/bekerja. Penegasan
batasan kewenangan PPNS tersebut adalah agar PPNS dalam melakukan
penyidikan benar-benar menguasai materi yang diatur dalam peraturan daerah
tersebut.




6


Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri-RI No..4 Tahun 1997
tentang Penyidikan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa :
" Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Pemerinlah Daerah yang diberi wewenang khusus
oleh Undang-Undang atau melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
peraturan Daerah. "

Yang dimaksud dengan PPNS itu sendiri adalah misalnya, pejabat bea cukai,
pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan yang melakukan tugas penyidikan sesuai
dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing.
Adapun tujuan keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja ini tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembanguuan di daerah, disamping itu untuk menjaga
ketertiban dan ketentraman di wilayah dalam rangka proses penegakan atas
pelaksanaap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
Oleh karena itu, dengan adanya suatu tanggung jawab yang berat, yaitu
upaya untuk mencapai kondisi tentram dan tertib ini tidak semata-mata merupakan
menjadi tugas dan tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja, tetapi justru
diharapkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menumbuhkan dan
memelihara ketentraman dan ketertiban.




7


Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, maka dalam melaksanakan
tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja melakukan berbagai cara; seperti
memberikan penyuluhan, kegiatan patroli dan penertiban terhadap pelanggaran
peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang didahului dengan langkah-
langkah peringatan baik lisan maupun tertulis.
Dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 tentang
Polisi Pamong Praja ini, maka dapat diharapkan penataan dan pembinaan terhadap
Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilakukan secara terarah dan terkoordinasi
dengan baik.
Bertitik tolak pada latar belakng masalah diatas maka dalam penulisan
skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong
Praja Dalam Menunjang Urusan Administrasi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat oleh
Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Bengkulu?




8


2. Bagaimanakah penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah oleh
Satuan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan administrasi Pemerintah
Daerah Khusus Bengkulu?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat tugas Polisi Pamong
Praja dalam urusan administrasi Pemerintah Daerah di Kota Bengkulu?


C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Pemerintah Kota Bengkulu
b. Untuk mengetahui bagaimana penegakan peraturan daerah dan keputusan
Kepala Daerah oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan
administrasi Pemerintah Kota Bengkulu
c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam urusan administrasi Pemerintah
Kota Bengkulu.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsi dan
wewenang polisi pamong praja.




9


b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan bahan referensi bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya yang berkaitan dengan fungsi dan
wewenang polisi pamong praja.
D. Landasan Teori
1. Pengertian Polisi Pamong Praja
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan
secara berkesinambungan semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan
di bidang pemerintahan umum terutama upaya menciptakan kondisi
ketentraman dan ketertiban yang mantap di daerah-daerah, suatu kondisi di
mana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman,
tertib, tentram, dan teratur.
Karena itu tugas kepala daerah sebagai penyelenggara pemerintahan
praktis bertambah berat. Dalam kaitan itu keberadaan Polisi Pamong Praja
dalam jajaran perangkat pemerintah daerah mempunyai arti yang sangat
strategis membantu Kepada Daerah di bidang penyelenggaraan pemerintahan
umum.
Pada dasarnya Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah pegawai-
pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang diserahkan
kepada Pemerintah Daerah dengan kedudukan sebagai pegawai negeri yang




10


diperbantukan. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Polisi Pamong Praja
dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal tersebut merupakan suatu penafsiran dari Pasal 120 (1) UU No.22
Tahun 1999, yang menyebutkan:
Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum
serta untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi
Pamong Praja sebagai perangkat Pemerintah Daerah.

Adapun pengertian Polisi Pamong Praja secara spesifik setelah
berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemeintah Daerah belum dapat
dikemukakan. Karena di dalam UU No. 22 Tahun 1999 dalam hal kaitannya
dengan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan administrasi pemerintah
daerah adalah merupakan konsekuensi dilaksanakannya asas dekonsentrasi
yaitu asas pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala daerah
atau kepada instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah.
Sedangkan pengertian dari Satuan Polisi masih cenderung mengacu pada UU
No. 5 Tahun 1974.
Namun demikian dengan adanya Pasal 120 (1) UU No. 22 Tahun 1999,
dapat ditarik suatu penafsiran tentang, Pengertian daripada Polisi Pamong
Praja yaitu, suatu peraturan Pemerintah Daerah, bertugas membantu kepala
daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam hal penegakan
peraturan daerah dan keputusan kepala daerah guna menjaga ketentraman dan




11


ketertiban umum, Perangkat Pemerintah Daerah di sini adalah pegawai-
pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan.


2. Kedudukan dan Peranan Satuan Polisi Pamong Praja di dalam Menunjang
Urusan Administrasi Pemerintah Daerah

Polisi Pamong Praja secara yuridis formal diatur di dalam Undang
Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Pasal 86
ayat 1 yang menyebutkan:
Untuk membantu kepala wilayah dalam menyelenggarakan pemerintahan
umum diadakan Satuan Polisi Pamong Praja.

Sedangkan didalam Pasal 120 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1999
tentang Daerah menyebutkan bahwa:
Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakan Peraturan Daerah dibentuk Sahian Polisi Pamong Praja
sebagai perangkat Pernerintah Daerah.

Oleh karena itu dengan mengacu Pasal 120 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dikatakan dalam rangka
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan
Peraturan Daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat




12


Pemerintah Daerah. Dengan melihat Pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 yang menyebutkan:
Dengan Peraturan Daerah dapat ditunjuk pegawai-pegawai daerah yang
diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas
ketentuan Peraturan Daerah.

Berdasarkan Pasal 74 ayat 2 UU No: 22 Tahun 1999 yang dimaksud
pegawai-pcgawai daerah di sini adalah pegawai yang bekerja di lignkungan
Pemerintah Daerah atau dengan kata lain Pegawai Negeri Sipil yang diangkat
dan diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
peraturan daerah. Pegawai-pegawai daerah yang diangkat dan diberi wewenang
khusus tersebut tidak lain adalah PPNS yang diangkat atas usul Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I untuk lingkungan Pernerintah Propinsi Daerah
Tingkat I dan Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Dati II kepada
Menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Direktorat
Jenderal Departemen Dalam Negeri dalam Pasal 10 Pemendagri Nomor. 4
Tahun 1997 tentang PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah.
Dengan pengertian ini kewenangan Polisi Pamong Praja di Pemerintah
Daerah, hanya sebatas melakukan upaya bimbingan agar masyarakat tidak
melakukan tindakan yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban
masyarakat serta melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang
melakukan pelanggaran atas ketentuan, Peraturan Daerah dan Keputusan




13


Kepala Daerah yang mengakibatkan terganggunya ketentraman dan ketertiban
masyarakat (Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nornor 6 Tahun 1998). Di dalam
Pasa1 2 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1998 tentang Polisi Pamong Praja
dikatakan bahwa:
Polisi Pamong Praja berkedudukan sebagai pembantu Kepala Wilayah
dalam melaksanakan higas di bidang ketentraman dan ketertiban
masyarakat.

Sedangkan di dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1990
tentang Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja dikatakan bahwa:
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kedudukan sebagai perangkat
dekonsentrasi dan merupakan unsur pelaksana wilayah.


Dengan demikian berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun
1998 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1990 kedudukan
Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah sebagai pembantu kepala wilayah
dan perangkat dekonsentrasi dalam melaksanakan tugas di bidang, ketentraman
dan ketertiban masyarakat di mana di dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung
jawab kepada kepala wilayah melalui pimpinan unit organisasinya.

3. Tugas dan Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja
Adapun tugas yang dibebankan Satuan Polisi Pamong Praja tercantum
didalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998, yaitu Polisi




14


Pamong Praja mempunyai tugas memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat di wilayahnya serta melakukan penegakan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah dalam rangka pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat.
Menurut Instruksi menteri Dalam negeri No. 33 Tahun 1990 tentang
Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja. Tugas dari Satuan Polisi
Pamong Praja adalah :
a. Membantu kepala wilayah dalam meyelenggarakan pemerintahan umum
terutama dibidang pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah.
b. Mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan
daerah dan keputusan kepala wilayah/daerah serta perundangan lainnya
yang menjadi tugas kepala wilayah.
c. Melakukan koordinasi dengan aparat-aparat ABRI dan POLISI serta
aparat ketertiban lainnya di wilayah masing-masing apabila dipandang
perlu.
d. Melakukan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh kepala wilayah sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.

Sedangkan didalam keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 330/KPTS/1992 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata




15


Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Daerah Khsusus Ibukota Jakarta,
tugas Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :
a. Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Umum
terutama di bidang pembinaan ketentraman di wilayah.
b. Mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan
daerah dan keputusan Gubernur serta peraturan perundangan lainnya yang
menjadi tugas Gubernur.
c. Melakukan koordinasi dengan aparat-aparat ABRI/POLISI dan aparat
ketertiban lainnya di wilayah masing-masing apabila dipandang perlu.

Adapun kegiatan-kegialan yang barus dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja dalam tugas pengawasan umum ditaatinya peraturan daerah antara lain
adalah:
a. Membuat daftar nominatif anggota Satuan Polisi Pamong Praja di tingkat
kewilayahannya masing-masing.
b. Menghimpun dan menyusun daftar peraturan daerah tingkat I, dan atau
tingkat II yang mengandung sangsi pidana dan modal dasar hukum
kewenangan PPNS dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan umum
terhadap ditaatinya Peraturan Daerah




16


c. Menyampaikan butir a dan b diatas kepada Biro/Bagian Hukum dan Biro
Tata Pemerintahan/Bagian Pemerintahan/Ketertiban/Ketataprajaan
Setwilda yang bersangkutan.
d. Menghimpun, menginventarisasi, dan mengolah data semua obyek
peraturan daerah bersangkutan yang sudah memenuhi
kewajiban/ketentuan peraturan daerah maupun yang belum memenuhi
kewajiban/ketentuan peraturan daerah untuk selanjutnya disampaikan
kepada dinas/instansi yang bersangkutan dengan tembusan:
Biro/Bagian Hukum Setwilda yang bersangkutan
Biro Tata Pemerintahan/Bagian
Pemerintahan/Ketertiban/Ketataprajaan Setwilda yang
bersangkutan. Satu kali dalam setahun selambat-lambatnya bulan
Oktober tahun yang bersangkutan. Inventarisasi data yang
dimaksud adalah diperlukam dalam rangka persiapan kegiatan
perencanaan umum operasi oleh PPNS dari dinasi/insiansi yang
bersangkutan.
e. Menyusun rencana kegiatan operasional dalam rangka pelaksanaan tugas
pengawasan umum ditaatinya Peraturan Daerah.
f. Menyampaikan Laporan Kejadian Pelanggaran Peraturan Daerah
(LKPPD) dengan memperggunakan bentuk/model formulir yang telah




17


ditentukan dalam hal terjadi pelanggaran terhadap berlakunya suatu
Peraturan Daerah kepada PPNS dari dinas/instansi yang bersangkuttan
selambat-lambatnya 7(tujuh) hari setelah ditandataganinya LKPPD
dimaksud dengan tembusan kepada :
Biro hukum/bagian hukum yang bersangkutan.
Biro Tata Pemerintahan/Bagian Pemerintahan/Ketertiban,
Ketataprajaan Set.wilda yang bersangikutan.
Kepala Kepolisian Wilayah Jakarta/Kapolres up. Kabag/Kasat Serse
yang bersaingkutan.
g. Membuat Buku/Daftar Register LKPPD
Adapun didalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1999
pada butir E terdapat pembagian tugas sebagai berikut:
1. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Daerah Tingkat I adalah :
a) Kepala Sahran Polisi Pamong Praja memimpin Satuan Polisi
Pamong Praja Daerah Tingkat I
b) Membina Satuan Polisi Pamong Praja.
c) Melakukan koordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang
berada di Kabupaten/Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Adminis-
tratif, dan Kecamatan serta dengan instansi lain yang erat




18


hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama dalam
membina ketentraman dan ketertiban di Tingkat Propinsi Dati I.
d) Menyusun rencana pelaksanaan di bidang ketentraman dan
ketertiban wilayah sesuai dengan petunjuk Gubernur Kepala Dati
I.
e) Melaksanakan nindakan penertiban di lapaggan bersama-sama
dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati
II, kota Administratif dan Kecamatan sesuai dengan sistem lapis
kumampuan dengan tetap memperhatikan hirarki pemerintahan.
f) Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah ganguan-
ganguuan ketentraman dan ketertiban.
g) Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor dan
rumah jabatan Gubernur serta pejabat lainnya yang dianggap
perlu.
h) Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur menurut
hirarki yang berlaku.
2. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati.II
Walikotamadya/Wilayah Kota Administratif adalah:
a. Kepala Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,
Kotamadya Wilayah Kota, Kota Administratif memimpin Satuan




19


Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,
Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Administratif.
b. Membina Satuan Polisi Pamong Praja Dati II.
c. Melakukan koordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang
berada di Kabupateri/Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Adminis-
tratif, dan Kecamatan serta dengan instansi lain yang erat
hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama dalam
membina ketentraman dan ketertiban di Tingkat Propinsi Dati I.
d. Menyusun rencana pelaksanaan di bidang ketentraman dan
ketertiban wilayah sesuai dengan petunjuk Gubernur Kepala Dati
I.
e. Melaksanakan tindakan penertiban di lapangan bersama-sama
dengan Satan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,
Kota. Administratif dan Kecamatan sesuai dengan sistem lapis
kemampuan dengan memperhatikan hirarki pemerintahan.
f. Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah gangguan-
gangguan ketentraman dan ketertiban.
g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor dan
rumah jabatan Gubenur serta pejabat lainnya yang dianggap perlu.




20


h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur menurut
herarki yang berlaku.

3. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan
a. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan memimpin Satuan
Polisi Pamong Praja di Kecamatan.
b. Membina Satuan Polisi Pamong Praja di wilayahnya
c. Melakukan koordinasi dengan instansi lain di tingkat kecamatan
yang erat hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama
dalam membina ketentraman, dan keamanan di wilayah tugasnya.
d. Menyusun rencana pelaksanaan tugas di bidang ketentraman
dan ketertiban wilayah sesuai dengarr petunjuk camat.
e. Melaksanakan tindakan-tindakan kerertiban di lapangan baik
preventif dan represif non yustisial.
f. Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah timbulnya
gangguan ketentraman dan ketertiban.
g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor/rumah
jabatan camat.
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada camat menurut hirarki
yang berlaku.
i. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh camat.




21


Sedangkan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja tercantum
didalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang
menyebutkan bahwa :
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, Polisi Pamong Praja
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Melakukan upaya bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan
tindakan yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.
b. Melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang melakukan
pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah dati Keputusan Kepala
Daerah yang mengakibatkan terrganggunya ketentraman dan ketertiban
masyarakat.

Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1990, tentang
Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja menyebutkan bahwa
wewenang Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga
masyarakat yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah.
b. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap anggota masyarakat yang
tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Didalam Pasal 9 Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor : 330/KPTS/1992 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satu
Polisi Pamong Praja Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyebutkan bahwa :




22


Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai wewenang, sebagai berikut :
a. Melaksanakan tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga
masayrakat yang tidak melaksankan ketentuan dalam Peraturan Daerah
dan Keputusan Gubernur serta Peraturan Perundasngan lainnya.
b. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap anggota masyarakat
yang tidak melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku.

Dengan demikian dari uraian-uraian mengenai tugas, fungsi, dan kewenangan
Satuan polisi Pamong Praja dapat disimpulkan bahwa tugas pokok Satuan Polisi
Pamong Praja adalah : melakukan penyuluhan dan penertiban penegakan,
peraturan perundang-undangan, terutama peraturan daerah dan keputusan kepala
daerah. Sedangkan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja adalah hanya sebatas
melakukan upaya bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan tindakan
yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban serta melakukan penertiban
terhadap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran dan ketentuan
Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah.

4. Hak dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja




23


Adapun hak yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja tercantum
didalam Pasa1 5 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang menyebutkan
bahwa :
Anggota Polisi Pamong Praja mempunyai hak kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil

Sedangkan kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja tercantum didalam Pasal 66
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 yang menyebutkan bahwa :
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Polisi Pamnong Praja mempunyai
kewajiban :
a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, dan norma-norma sosial
lainnya serta hak asasi manusia.
b. Melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian RI dan dalam hal-hal tertentu
dengan aparat pemerintah lainnya.


Pasa1 10 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 330/KPTS/1992
menyebutkan bahwa :
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa :
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai kewajiban :
a. Bertanggungjawab kepada Gubernur
b. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, dan norma-norma sosial
lainnya serta hak asasi manusia
c. Menyerahkan penangananya kepada penyidik yang berwenang apabila
didapati suatu peristiwa yang diduga merupakan perbuatan tindak pidana.

Sedangkan dalam Pasal 11 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor.
330/KPTS/1992 menyebutkan bahwa :




24


Dalam menyelenggarakan tugasnya Satuan Polisi Pamnong Praja mempunyai
hak :
a. Kepegawaian sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Mendapatkan uang saku, perlengkapan kerja dan sarana lainnya
c. Hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

5. Syarat-syarat Untuk Dapat Diangkat Mejadi Polisi Pamong Praja
Didalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998, syarat-syarat
untuk dapat diangkat menjadi Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Berijazah sekurang-kurangnya SLTA/SMU
c. Tinggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk
wanita.
d. Umur sekurang-kurangnya 21 tahun
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Lulus pendidikan dan pelatihan dasar Polisi Pamong Praja.

Pasal 17 Keputusan Gurbernur DKI Jakarta Nomor 3301/KPTS/1992, syarat-
syarat untuk dapat menjadi Polisi Pamong Praja adalah :
a. Sekurang-kurangnya berijazah SLTA/sederajat atau Golongan II a.
b. Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter.
c. Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria dan 155 cm untuk wanita
d. Berkelakuan baik
e. Umur minimal 20 tahun
f. Lulus tes masuk Satuan Polisi Pamong Praja


6. Peranan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999.





25


Dalam kaitannya dengan peranan Polisi Pamong Praja menunjang urusan
Adminitrasi di Pemerintah DKI Jakarta merupakan suatu perangkat daerah yang
mempunyai arti sirategis dalam membantu Kepala Daerah di bidang
penyelenggaraan pemerintahan umum serta penegakkan atas pelaksanaan
Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah. Dengan demikian dapat
dikatakan peranan Polisi Pamong Praja adalah melakukan suatu tindakan prefentif
yustisial. Maksudnya, penegakan atas pelaksanaan pertaturan daerah dan
keputusan kepala daerah dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan
inventarisasi tata obyek penegakan peraturan daerah.
Oleh karena itu peranan Satuan Polisi Pamong Praja tidak lain adalah
membantu meningkatkan kelancaran, penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah, disamping itu untuk menjaga ketertiban dan ketentraman
di wilayah dalam rangka proses penegakan atas pelasanaan, Peraturan Daerah.
Dengan adanya satuan tanggung jawab yagg berat, yaitu upaya untuk mencapai
kondisi tentram dan tertib ini tidak semata-mata merupakan menjadi tugas dan
tanggung jawab Polisi Pamong Praja saja, tetapi justru diharapkan peran serta
seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menumbuhkan dan memelihara ketentraman
dan ketertiban. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila akhir-akhir ini
hampir semua wilayah daerah mengajukan permintaan kepada Menteri Dalam
Negeri untuk dapat diberikan tambahan jatah Personil Polisi Pamong Praja serta




26


meminta petunjuk untuk dapat lebih meningkatkan pembinaannya secara berdaya
guna dan berhasil guna. Kaitannya dengan Polisi Pamong Praja dalam menunjang
urusan administrasi Pemerintah Daerah adalah merupakan konsekuensi
dilaksanakan asas dekonsentrasi yaitu asas pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat atan Kepala Daerah vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di
daerah.
Berdasarkan Pasal 120 UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dikatakan bahwa dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan
ketertiban umum serta untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi
Pamong Praja sebagai perangkat daerah. Dengan demikian jelas diketahui
status/kedudukan Polisi Pamong Praja dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tersebut
beralih dari aparat pusat (dekonsentrasi) menjadi aparat daerah (desentralisasi)
Perubahan ledudukan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat Pemerintah
Sdaerah Otonom, tidak akan mengurangi pembinaan dari Pemerintah Pusat, hal ini
mengingkat keberadaan polisi Pamong Praja memiliki kekhususan sevagai aparat
penertiban yang mengandung aspek keseragaman pola tindak antar daerah atau
dengan perkataan lain memiliki aspek perekat negara kesatuan. Penampilan sosok
dan kinerja Polisi Pamong Praja seyogyannya diwujudkan dalam kerangka aparat
ketertiban yang berwawasan nasioanl, bukan bersiat kedaerahan. Shingga tanpa
mengurangi arti pemberian otonomi daerah, maka pemerintah pusat senantiasa




27


memiliki kewajiban untuk memberikan pembinaan Polisi Pamong Praja yang
berkaitan dengan pedoman kerja, bimbingan pelatihan, arahan dan supervisi guna
meningkatkan kinerja Polisi Pamong Praja.
Tugas pokok Polisi Pamong Praja adalah melakukan penyuluhan dan
penertiban penegakkan peraturan perundang-undangan terutama Peraturan Daerah
dan Keputusan Kepala Daerah serta tugas-tugas lain dibidang ketentraman dan
ketertiban daerah yang ditentukan oleh kepala daerah. Tugas Polisi pamong Praja
menjadi penting dan strategis karena memiliki dampak yang luas terhadap
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat, sehingga
membutuhkan perhatian yang mengarah pada upaya pemberdayaan kinerja Polisi
Pamong Praja baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.
Selanjutnya kewajiban masyarakat memenuhi ketentuan peraturan daeralr
yang berkaitan dengan retribusi dan pajak daerah sangat mempengaruhi tingkat
penerimaan pendapatan asli daerah, sehingga cuknp strategis untuk dijaga proses
administrasi pemungutan, penerimaan, dan penyetoran.
Berkenaan dengan ditetapkan Undang-undang Nomor : 22 Tahunn 2006
tentag Pemerintahan Daerah, beberapa permasalahan mendasar segera mendapat
perioritas untuk penanganannya, antara lain:
1. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan pembinaan Polisi Pamong Praja
memerlukan perubahan dan penataan sebagai akibat alih fungsi Polisi Pamong
Praja dari perangkat wilayah menjadi perangkat Pemerintah Daerah




28


2. Belum mantapnya kinerja Polisi Pamong Praja sehingga memerlukan
pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dasar Polisi Pamong
Praja.
3. Belum diperolehnya pedoman penyusunan program kerja pembinaan Polisi
Pamong Praja.
2

Seiring dengan perkembangan yang terjadi saat ini, tugas Polisi Pamong
Praja harus diorientasikan kepada pendekatan yang berbeda dengan pendekatan
Polisi Negara (POLRI) dalam kiprahnya di lapangan dalam artian lebih aspiraiif,
responsif menghindari kekerasan, berwibawa serta mampu menciptakan
kesadarran masyarakat dalam mematuhi peraturan perundang-undangan.
Lingkup tugas dan fungsi Polisi Pamong Praja dalam pembinaan
ketentraman pada dasar cukup luas sehingga dituntut kesiapan aparat baik jumlah
dan status anggota kualitas personil termasuk kualitas manajemen operasional.
Walaupun ada beberapa pembalasan atas keberadaan Satuan Polisi Pamong
Praja ini, tidaklah mengurangi peranan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai alat
bantu kepala Daerah untuk menciptakan suasana aman, tertib, tentram, dan
teratur di dalam administrasi pemerintah umum di lingkungan Pemerintah Kota
Bengkulu.

F. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan

2
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bengkulu, ibid, hlm 15




29


Metode pendekatan pada penulisan skripsi ini dengan menpergunakan
metode pendekatan secara yuridis.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bengkulu.
3. Populasi
Populasi adalah sejumlah atau unit yang mempunyai ciri-ciri karakteristik
yang sama.
3
Dalam pengertian lain populasi adalah kumpulan lengkap dari
seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan karena
karakteristiknya.
4

Dari pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini meliputi :
Anggota Polisi Pamong Praja Kota Bengkulu.

4. Sampel
Sampel yaitu setiap manusia atau unit dalam populasi yang mendapat
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unsur dalam sampel atau
mewakili populasi yang akan diteliti.
5

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling adalah: Pemilihan elemen sampel dengan sengaja.
6


3
Soejono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 172.
4
J. Supranto, 2003, Metodelogi Penelitian Hukum dan Statistik, PT. Bhineka Cipta Jakarta, hlm. 23.
5
Soejono Soekanto, Loc. Cit., hlm 172.




30


Sehingga dalam penelitian ini sampel dipilih berdasarkan penelitian dan
kriteria yang dapat mewakili seluruh populasi yang diterapkan sesuai dengan
tujuan penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah; pibak-pihak
yang bersangkutan, yaitu: Para aparat Polisi Pamong Praja di lingkungan
Pemerintah Kota Bengkulu.

5. Tekhnik pengumpulan data
Adapun sumber data dan metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari laporan melalui wawancara dengau
responden dan pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu para aparat Polisi
Pamong Praja yang berada di liugkungan Pemerintah Kota Bengkulu
b. Data Sekunder
Data yang diambil dari buku-buku literatur, peraturan perundang-
undangan, dan dokumen yang membahas tentang kedudukan tugas dan
fungsi Polisi Pamong Praja.

6. Tekhnik pengolahan data

6
Ibid.




31


Pengolahan data dalam penulisan ini dilakukan dengan tahap
kegiatan sebagai berikut :
a. Editting data
Editing yaitu: Memeriksa atau meneliti data yang diperoleh
untuk menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan kenyataan.
7


b. Coding data
Coding yaitu: Mengkategorisasikan data dengan cara pemberian
kode-kode atau simbol-simbol menurut kriteria yang diperlukan pada
daftar pertanyaan-pertanyaannya sendiri dengan maksud untuk dapat
ditabulasikan.
8


7. Analisa Data
Data diperoleh secara deskriptif dan dianalisa secara kualitatif
dengan menggunakan pendekatan yuridis sehingga diperoleh uraian yang
bersifaf deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang tidak merupakan
perhitungan an pengujian angka-angka, tetapi dideskripsikan dengan
menggunakan kata-kata yang menggunakan kerangka berfikir induktif yaitu

7
Hanitijo Soemitri, Ronny, 1982, Metodologi Penelitian HukumGhalia Indonesia Jakarta, Halaman
80.
8
Ibid.




32


dengan cara menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat umum ke dalam
data yang bersifat khusus. Setelah data dianalisis satu persatu selanjutnya
disusun secara sistematis, sehingga dapat menjawab permasalahan yang
disajikan dalam bentuk skripsi.





















33


DAFTAR PUSTAKA


Biro Hukum Departemen Dalam Negeri, Kedudukan Dan Keberadaaan PPNS
Pemerinlah Deerah, Disampaikan pada Rakontek Pembinaan PPNS di
lingkungan Pemerintah Daerah tanggal 25-26 November 2000, Jakarta..

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam
Negeri, Pembinaan Polisi Pamong Praja.

Kepala Kesatuan Polisi Pamong Praja Bengkulu, Tugas dan Fungsi Polisi Pamong
Praja Sebagai Perangkat Daerah, Disajikan pada Rapat Kerja Nasional Polisi
Pamong Praja, Jakarta, 2006

Subekti dan R. Tjiptosoedibio, Kamus Hukun, Pradya Paramita, Jakarta, 2003.

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, jakarta, 1986

J. Supranto, Metodologi Penelitian Hukum & Statistik, PT. Bhineka Cipta, Jakarta,
2003

Hanitijo Soemitri dan Ronny, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982

Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1974 Tentang Pokok pokok Pemerintahan di
daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Tentang Pmerintahan
Daerah .

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : 4 Tahun 1997 Tentang PPNS di
Lingkungan Pemerintah Daerah.

You might also like