You are on page 1of 5

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan dan gizi merupakan salah satu indikator penting yang
menentukan kesehatan seseorang, lebih luas lagi masyarakat. Perubahan kondisi
sosial, ekonomi dan gaya hidup berdampak juga dengan perubahan pola konsumsi
masyarakat. Hal ini berdampak pada semakin meningkatnya prevalensi non-
communicable-cronic disease.
1

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya
tahan tubuh, yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Masalah
Gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka
kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat
pada rendahnya produktifitas, pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendasari masalah Gizi menjadi salah satu faktor
penting penentu pencapaian Millenium Development Goals.
2

Negara berkembang terutama yang mengalami transisi pembangunan yang
pesat baik transisi demograpi dan epidemiologi, menghadapi masalah ganda
malnutrisi. Pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan globalisasi seiring dengan
peningkatan laju urbanisasi. Hal tersebut membuat perubahan sosial capital
masyarakat beserta perubahan gaya hidup (pola makan dan aktivitas fisik) dan
2

kemampuan mendapatkan makanan. Seperti contoh di Indonesia, masalah
undernutrition sampai saat ini belum juga tuntas, ditambah lagi dengan
permasalahan obesitas yang berhubungan dengan penyakit tidak menular lainnya,
kian hari kian meningkat.
1

Beberapa permasalahan gizi secara global adalah undernutrition (baik pada
bayi, balita, anak, remaja dan dewasa) serta defisiensi mikronutrient (seperti zat
besi, yodium, vitamin A dan asam folat). Masalah undernutrition dan defisiensi
mikronutrien ini akan berakibat pada penurunan kualitas generasi suatu bangsa.
1

Penelitian epidemiologi juga telah menemukan hubungan yang erat antara
pola makan dengan beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, hipertensi
dan stroke, kanker payudara, colorectal, endometrium dan gunjal, hati, paru-paru,
mulut dan nasofaring, esophagus, pancreas dan lambung), obesitas, diabetes
mellitus, osteoporosis dan caries gigi.
1

Pada tingkat kecamatan atau Puskesmas program perbaikan gizi
merupakan salah program dasar puskesmas dari 7 (tujuh) program dasar yang ada,
yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Program Perbaikan Gizi, Program
Kesehatan Lingkungan, Program Promosi Kesehatan, Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit (P2P), Program Pengobatan dan Program Spesifik
Lokal. Berhasil tidaknya pelaksanaan ke tujuh program ini, semua tergantung dari
pengelolaan atau penyelenggaraannya termasuk pengelolaan program perbaikan
gizi.
3

Upaya perbaikan gizi dari sisi kesehatan (seperti pemantauan pertumbuhan
balita, penjaringan gizi buruk, rujukan dan perawatan khusus, serta pemberian
3

makanan tambahan atau PMT telah banyak dilakukan, namun belum mampu
mengatasi masalah gizi secara optimal. Hal ini terkait dengan menurunnya kinerja
puskesmas. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan dasar (primary health
care) yang memiliki kegiatan antara lain pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
perbaikan gizi. Namun peranannya menurun sejak krisis ekonomi dan reformasi
sehingga kemampuan membina dan memberikan fasilitasi teknis kepada posyandu
ataupun masyarakat luas juga melemah. Selama ini peran puskesmas dalam
meningkatkan status gizi masyarakat masih kurang, dan hanya melaksanakan
kegiatan sebatas penanganan kasus pada saat tertentu, sedangkan proses
pencegahan kasus gizi masih diabaikan. Strategi penanggulangan masalah gizi
masih bersifat jangka pendek dan merupakan tindakan kuratif. Hal ini
menyebabkan tidak adanya tindak lanjut setelah suatu program selesai. Untuk
menjaga sustainabilitas program maka partisipasi masyarakat harus ditingkatkan.
Sistem kemitraan antara puskesmas-posyandu-masyarakat (masyarakat meliputi
tokoh masyarakat, LSM lokal, pemerintah desa) perlu dikembangkan. Masyarakat
dan posyandu seharusnya memiliki peranan utama dalam penanganan masalah
gizi dan kesehatan masyarakat, sedangkan puskesmas menjalankan fungsi sebagai
mediator. Upaya perbaikan gizi dari sisi kesehatan (seperti pemantauan
pertumbuhan balita, penjaringan gizi buruk, rujukan dan perawatan khusus, serta
pemberian makanan tambahan atau PMT telah banyak dilakukan, namun belum
mampu mengatasi masalah gizi secara optimal. Hal ini terkait dengan
menurunnya kinerja puskesmas. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan dasar
(primary health care) yang memiliki kegiatan antara lain pelayanan kesehatan ibu
4

dan anak serta perbaikan gizi. Selama ini peran puskesmas dalam meningkatkan
status gizi masyarakat masih kurang, dan hanya melaksanakan kegiatan sebatas
penanganan kasus pada saat tertentu, sedangkan proses pencegahan kasus gizi
masih diabaikan. Hal ini menyebabkan tidak adanya tindak lanjut setelah suatu
program selesai. Untuk menjaga sustainabilitas program maka partisipasi
masyarakat harus ditingkatkan. Sistem kemitraan antara puskesmas-posyandu-
masyarakat (masyarakat meliputi tokoh masyarakat, LSM lokal, pemerintah desa)
perlu dikembangkan. Masyarakat dan posyandu seharusnya memiliki peranan
utama dalam penanganan masalah gizi dan kesehatan masyarakat, sedangkan
puskesmas menjalankan fungsi sebagai mediator.
3,4

Upaya perbaikan gizi masyarakat (UPGM) merupakan salah satu upaya
wajib Puskesmas. Usaha perbaikan gizi meliputi posyandu, panti pemulihan gizi,
dan keluarga sadar gizi. Pada tingkat keluarga, upaya perbaikan gizi bisa dlakukan
melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah usaha perbaikan
gizi masyarakat yang berintikan penyuluhan gizi, .melalui peningkatan peran serta
masyarakat dan didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral, dilaksanakan oleh
berbagai sektor terkait. KADARZI adalah keluarga yang berperilaku gizi
seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya. Sasaran
kadarzi ini adalah kepada keluarga di wilayah kerja puskesmas tertentu yang
memiliki kriteria keluarga kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga
sejahtera. Pembinaan kadarzi akan dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas (TGP)
dan tenaga penggerak masyarakat (TPM). Pembina kadarzi di tingkat desa adalah
5

bidan. Biasanya TPM bersama mitra kerjanya dari kalangan LSM dan tokoh
masyarakat.
3,4

Tujuan diadakan pembinaan kepada keluarga yang memiliki pemasalahan
gizi adalah agar segera menimbangkan balita mereka ke posyandu secara berkala.
Mampu mengenali tanda- tanda sederhana keadaan gizi (gizi kurang dan lebih).
Mampu menerapkan susunan hidangan keluarga yang baik dan benar sesuai
dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Mampu mencegah dan mengatasi
kejadian atau mencari rujuan, manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga.
Serta mampu menghasilkan makanan melalui pekarangan.
3

.
B. Permasalahan
Apa definisi usaha pebaikan gizi masyarakat
Mengapa masih terdapat kasus gizi kurang pada beberapa keluarga
Bagaimana menerapkan upaya perbaikan gizi masyarakat

You might also like