You are on page 1of 102

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA


(Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta







Oleh :
IIN HENDRIYANI
105016300591



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010




ABSTRAK


Iin Hendriyani, Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa (Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)". Skripsi,
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang.
Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, sampel yang diambil
sebanyak 80 orang dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes, dan
lembar observasi. Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen ini telah diuji
validitas konstruk dan empirik. Melalui validitas konstruk dan empirik jumlah
dari 36 soal, diambil 20 soal yang valid, dan hasilnya diuji melalui statistik uji "t".
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t
hitung
sebesar 9,51 ternyata lebih besar
dari t
tabel
sebesar 2,00. Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi = 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa diterima. Hal
ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata Kunci : Model pembelajaran TANDUR, hasil belajar fisika siswa




ABSTRACT


Iin Hendriyani. The Influence of TANDUR Learning Model Against Students
Physics Achievment (quasi experiments at the Junior High School Nusantara Plus
Ciputat)". Thesis, Physical Education Studies Program, Department of Science
Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aims of this research was to determine the influence of TANDUR
learning model against students physics achievement in the concept of vibration
and waves. This research was conducted at the Junior High School Nusantara
Plus Ciputat Tangerang. The method of research uses quasi experiments. samples
taken as many as 80 people and divided into two classes, namely experiment class
and control class. Research instrument which is used are test and observation
sheet. Before the test instrument are used, the instrument has contruct and
empirical validity. Through the contruct and empirical account from 36 questions,
taken 20 questions which considered have validity, the results tested by test
statistic "t". Based on calculations derived by calculating t
values
were 9,51 greater
than t
table
for 2,00. This means that Ho is rejected at the level of significance =
0,05. It can be concluded that Ha stating that there is influence between TANDUR
learning model against students physics achievement is accepted. This shows a
significant influence on students physics achievement.

Keywords : TANDUR instructional model, students physics achievement



KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pengaruh
penerapan model pembelajaran TANDUR sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar fisika. Selain itu skripsi ini memberikan gambaran kepada guru fisika yang
akan menggunakan model ini sebagai salah satu alternatif model dalam
pembelajaran fisika di sekolah.
Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan
dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan
penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik
yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, mengurus dan membesarkan
penulis dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang juga selalu menyertakan
doa untuk kebahagian dan kesuksesan penulis
2. Kakak-kakakku tercinta : Eceu - KHaji, A Aris Mbak Ida, A Deni Teh
Winda dan keponakan-keponakanku yang lucu : Abib, Firza, Daffa, Aruna.
Terima kasih atas segala doa, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang
diberikan, terimakasih atas segalanya.
3. Kasim, terima kasih banyak atas kesabaran, doa, motivasi dan bantuannya
yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.



6. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Erina Hertanti, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan
di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika.
9. Bapak Kepala Sekolah, Guru, serta Staf SMP Nusantara Plus Ciputat
Tangerang, khususnya Bapak Cecep Setiawan, M.A., dan Ibu Ika Surpiati
Ningrum sebagai Guru Fisika yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
10. Siswa-siswi SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang, khususnya kelas VIII-2
dan VIII-3 angkatan 2009-2010 yang telah membantu penulis saat proses
pengumpulan data. Kegembiraan, keriangan dan kelucuan dari kalian sangat
penulis rindukan.
11. Teman-teman satu perjuangan di program studi pendidikan fisika jurusan
pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 penulis
ucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini. Khususnya
Devi Solehat dan Arum Yuviana Rani, thanks for being my friends in the
health and sick, in the happiness and sadness, in the love and cherish, thank
you for all.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaan fisika di sekolah.

Jakarta, Maret 2010
Penulis



DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah................................................................. 5
D. Perumusan Masalah.................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ............................................................ 6
A. Deskripsi Teoretis ................................................................... 6
1. Teori Belajar dalam Kontruktivisme .................................. 6
2. Model Pembelajaran TANDUR ......................................... 8
3. Hasil Belajar ..................................................................... 16
4. Pengertian Fisika ............................................................... 21
5. Pengertian Pembelajaran Fisika ......................................... 21
6. Tujuan Pembelajaran Sains ................................................ 22
B. Hasil Penelitian Relevan .......................................................... 23
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 26
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................. 29




BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 30
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian .................................. 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 31
D. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 31
E. Prosedur Penelitian .................................................................. 32
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 33
G. Variabel Penelitian .................................................................. 36
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37
I. Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ..................... 37
J. Teknis Analisis Data ................................................................ 42
K. Hipotesis Statistik .................................................................... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 50
A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR ...................... 50
B. Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .................................................................................... 52
1. Skor Pretest Kelompok Eksperimen .................................
52
2. Skor Pretest Kelompok Kontrol .......................................
52
3. Skor Posttest Kelompok Eksperimen ................................
53
4. Skor Posttest Kelompok Kontrol ......................................
54
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ........................................ 56
1. Uji Normalitas Pretest-Posttest ......................................... 56
2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest ...................................... 56
3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 57
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest ............................ 57
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest .......................... 58



c. Uji Normal Gain ........................................................... 59
D. Interpretasi Data ...................................................................... 60
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 68
A. Kesimpulan .............................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 73



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran TANDUR ...................................... 15
Tabel 3.1 Nonrandomized Pretest and Posttest Control Group Design ........... 30
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 35
Tabel 3.3 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................ 37
Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ..................................................................... 38
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas .................................................................. 39
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ................................................. 40
Tabel 3.7 Klsaifikasi Daya Pembeda ............................................................ 41
Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Model ..................................................... 42
Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR
oleh Peneliti .................................................................................. 50
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang .......... 55
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kontrol ................................................................................... 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Posttest ...................................... 57
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ..................................... 58
Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest..................................... 59
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain...................................... 60



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 28
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ..................................................................... 33
Gambar 4.1 Histogram Skor Pretest Kelompok Eksperimen .......................... 52
Gambar 4.2 Histogram Skor Pretest Kelompok Kontrol ................................. 53
Gambar 4.3 Histogram Skor Posttest Kelompok Eksperimen.......................... 54
Gambar 4.4 Histogram Skor Posttest Kelompok Kontrol ............................... 55




DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian .... 73
Lampiran A.1 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru ................................ 74
Lampiran A.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................... 76
Lampiran A.3 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .............. 86
Lampiran A.4 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar ........................................................................... 92
Lampiran A.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ..................................................................................... 93
Lampiran A.6. Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ..................................................................................... 94
Lampiran A.7 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ....... 95
Lampiran A.8 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar .......................................................................... 96
Lampiran A.9 Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Yang
Menjawab Benar Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .......... 97
Lampiran A.10 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ................................................................................... 98
Lampiran A.11 Klasifikasi Kelompok Siswa.................................................... 99
Lampiran A.12 Urutan Skor Tertinggi Ke Terendah Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar .................................................................... 100
Lampiran A.13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen
Penelitian Tes Hasil Belajar..................................................... 101
Lampiran A.14 Contoh Pernitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar .......................................................................... 102
Lampiran A.15 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Yang Dipakai
Dalam Penelitian ................................................................... 104

Lampiran B Perangkat Pembelajaran......................................................... 108
Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 109
Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol.......... 119
Lampiran B.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................... 127
Lampiran B.4 Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah diisi oleh salah satu
kelompok.................................................................................. 137



Lampiran B.5 Modul Pembelajaran ................................................................. 143

Lampiran C Uji Analisis Data ..................................................................... 149
Lampiran C.1 Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan
Model Pembelajaran TANDUR ................................................. 150
Lampiran C.2 Uji Normalitas Instrumen Tes Hasil Belajar .............................. 154
Lampiran C.3 Uji Homogenitas Instrumen Tes Hasil Belajar .......................... 166
Lampiran C.4 Uji Hipotesis Instrumen Tes Hasil Belajar ................................ 168

Lampiran D Daftar Tabel ............................................................................ 175
Lampiran D.1 Tabel Skor Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ..................................................................................... 176
Lampiran D. 2. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment .......................... 179
Lampiran D. 3. Tabel Luas Di Bawah Lengkungan Kurva Normal
dari 0 s/d Z ............................................................................. 178
Lampiran D. 4 Tabel Nilai-Nilai Chi Kuadrat ................................................. 180

Lampiran E Surat Keterangan .................................................................... 181
Lampiran E.1 Surat Bimbingan Skripsi ........................................................... 182
Lampiran E.2 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 183
Lampiran E.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..................... 184
Lampiran E.4 Surat Pernyataan Karya Sendiri ................................................ 185














BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu, banyak perhatian khusus diarahkan kepada
perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.
Ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan:
pertama pembaharuan kurikulum.
1
Kurikulum harus komprehensif dan responsif
terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi
keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kedua peningkatan kualitas
pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara penerapan
strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan
potensi siswa.
2
Artinya metode pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah metode pembelajaran yang mendorong siswa
mengkonsktruksi (memproses) pengetahuan di benak mereka sendiri dengan cara
mengalami sendiri proses pembelajarannya. Ketiga efektifitas metode
pembelajaran.
3
Pembelajaran efektif merupakan tolok ukur keberhasilan guru
dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Pembelajaran yang efektif mempunyai karakteristik bagi siswa untuk melihat,
mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerja sama, menemukan sendiri, dan
membangun konsep sendiri.

1
Mcklar, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat. Tersedia :
http://one.indoskripsi.com/click/3390/0, [ 21 Januari 2009, 12:07 P.M], hal. 3
2
Ibid.,
3
Ibid.,



Berdasarkan pengalaman Praktik Profesi Keguruan Terpadu peneliti di
sebuah sekolah swasta di Tangerang selatan diperoleh fakta bahwa pembelajaran
fisika pada konsep getaran dan gelombang yang disajikan oleh guru di kelas pada
umumnya dilakukan secara teacher centered, sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Siswa
kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami
konsep-konsep IPA melalui pengalaman nyata. Sementara itu dari kajian awal
terhadap guru dan siswa serta iklim situasi sosial kelas (pembelajaran fisika) di
kelas VIII ditemukan sejumlah fakta :
1. Menurunnya minat siswa pada pokok bahasan ini sehingga penguasaan
konsep yang dimiliki siswa juga berkurang.
2. Tindakan guru yang kurang responsif terhadap apa yang telah diketahui siswa,
sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru.
3. Penguasaan konsep fisika siswa rendah, siswa hanya menghafal saja,
akibatnya hasil belajar siswa rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar pada
konsep getaran dan gelombang yaitu 5,5 padahal KKM mata pelajaran IPA
adalah 6,5.
4. Pada kegiatan penutup tidak ada penguatan konsep sehingga tidak ada umpan
balik untuk siswa maupun guru
Interaksi hanya terjadi antara guru dan siswa saja sedangkan interaksi antar siswa
jarang terjadi, baik dalam bentuk diskusi maupun diskusi kelompok.
Berdasarkan fakta diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran fisika banyak
dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa melalui pengolahan potensi yang
ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitarnya. Dengan kata lain siswa belajar
menghafal konsep dan bukan menguasai konsep sehingga belajar fisika kurang
bermakna dengan tidak terbentuk konstruksi konsep fisika yang benar. Hal ini
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar bahwa salah satu
keluhan dalam dunia pendidikan adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami
benar isi pelajaran.
4


4
Ratna Wilis. D, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 114.



Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai
fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan
sains, teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.
5
Oleh karena itu,
pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik dan
mendapatkan perhatian yang lebih agar dapat menjadi landasan yang kuat bagi
peranan tersebut.
Mengingat pentingnya ilmu fisika dalam berbagai kehidupan manusia,
maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran fisika yang diajarkan di
tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang fisika,
maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang baik yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih aktif, bermakna, dan menyenangkan bagi
siswa.
Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan fisika yang baik dan
mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan
menerapkan model pembelajaran TANDUR yang merupakan inti atau kerangka
utama dari Quantum Teaching. Model pembelajaran TANDUR merupakan suatu
gagasan dari Porter yang dituangkan dalam buku Quantum Teaching. TANDUR
merupakan akronim dari nama setiap langkah pembelajaran yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan.
6
Kunci dari pembelajaran ini
adalah membangun ikatan emosional terlebih dahulu dengan menciptakan
kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan yang baik, menumbuhkan minat
dan rasa ingin tahu, menyajikan konsep di dalamnya dan diakhiri dengan
penguatan dan motivasi yang membuat konsep yang sudah dipelajari tersebut
lekat dalam pikiran.
Model pembelajaran TANDUR sekilas lebih menekankan kondisi
psikologis daripada penyajian dan penanaman konsep, tetapi jika dipahami lebih
jauh justru sesungguhnya penciptaan kondisi psikologis yang mendukung proses

5
Muhamad Gina Nugraha. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Terhadap
Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Pada pokok Bahasan Fluida Statis, Skripsi Pendidikan
Fisika. (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2007 ), h. 1.
6
Basuki, Mengonstruksi Pendidikan Kritis-Humanis dan Populis Tinjauan tentang
Politik Pendidikan Indonesia Era Globalisasi Informasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Pendidikan
Agama dan Keagamaan ISSN 1693-6418, Volume 4, Nomor 2, April Juni 2006, h.52.



pembelajaran itu lebih berperan penting daripada penyajian konsep itu sendiri,
karena apalah artinya seorang guru bersusah payah menyajikan materi tapi tidak
dapat dimengerti oleh para siswanya.
Menurut DePorter, apapun pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar,
konsep TANDUR ini diyakini dapat membuat siswa menjadi tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami
pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan
mencapai sukses.
7
Selain itu menurut Fidoh zuhriah, model pembelajaran
TANDUR dirasa tepat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaran fisika, karena di dalam model pembelajaran ini
siswa tidak hanya dituntun untuk membangun pengetahuan sendiri, tetapi guru
juga diharapkan dapat memberikan suasana emosional yang positif kepada siswa
selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat
tercapai yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
8

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
penerapan model pembelajaran TANDUR dalam pembelajaran fisika di sekolah.
Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
SISWA.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis mengidentifikasikan masalah-
masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Pembelajaran fisika yang disajikan oleh guru di kelas pada umunya dilakukan
secara teacher centered.
2. Siswa cenderung hanya menghapal tanpa memahami benar isi pelajaran fisika.
3. Hasil belajar fisika siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah

7
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007), h.88
8
Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Penelitian Terhadap Siswa SMP Miftahul Iman Kota Bandung Tahun Ajaran
2005/2006, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2006), h.3.



Agar masalah dalam penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup
masalah hanya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan) terhadap hasil
belajar fisika siswa. Hasil belajar fisika yang diteliti yaitu hasil belajar fisika
siswa dinilai pada ranah kognitif, dengan tingkatan C
1
C
4
pada konsep getaran
dan gelombang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa?
Rumusan masalah di atas dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR?
2. Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP sebelum menggunakan model
pembelajaran TANDUR?
3. Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan model
pembelajaran TANDUR?
4. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan
model pembelajaran TANDUR?
5. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran TANDUR dengan yang menggunakan metode ceramah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa. Manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
2. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam merencanakan pembelajaran fisika.
3. Bagi peneliti sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian.






















































BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Deskripsi Teoretis
1. Teori Belajar dalam Konstruktivisme
Sejarah perkembangan pendidikan manusia dari satu generasi ke generasi
berikutnya paradigma pembelajaran telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan, terutama dalam kaitan dengan cara pandang anak didik sebagai
komponen utama kegiatan pembelajaran. Selama ini anak didik ditempatkan
sebagai objek pembelajaran yang hanya menerima apa saja yang diajarkan
kepadanya, ibarat kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang diinginkan
penulisnya. Atau tong kosong yang dapat diisi apapun yang diinginkan
pengisinya. Salah satu pendekatan yang sejalan dengan prinsip siswa bertindak
secara aktif adalah konstruktivisme. Pembelajaran ini memandang siswa sebagai
aktor yang aktif dan terlibat penuh dalam belajar. Dalam proses belajar siswa
tidak akan menerima begitu saja apa yang diajarkan tetapi akan memproses secara
aktif informasi-informasi yang diterima untuk menghasilkan makna atau
pengertian tentang benda atau peristiwa yang dilihat atau dialaminya.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar akan
tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu,
pengetahuan terbentuk oleh objek pengamatan dan kemampuan subjek
menginterpretasi objek. Pengetahuan itu bersifat dinamis, tergantung dari individu
yang melihat dan mengontruksinya.
9
Model konstruktivisme merupakan
pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget.
10

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak. Guru dapat memberikan

9
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2005), h. 118
10
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 237



kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
11

Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Prosedur pembelajaran konstruktivitik dalam
kelas mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
12

a. Cari dan gunakan pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran
b. Biarkan siswa mengemukakan gagasannya
c. Kembangkan kepemimpinan, kerjasama, pencarian informasi, dan aktivitas
siswa sebagai hasil proses belajar
d. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan
proses
e. Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi buku paket atau
bahan para pakar
f. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya peristiwa dan
dorong untuk memprediksi akibatnya
g. Carilah gagasan siswa sebelum mempelajari buku teks atau sumber lain
h. Buatlah siswa tertantang dengan konsep dan gagasan mereka sendiri
i. Sediakan waktu yang cukup untuk berefleksi, menganalisa dan
menggunakan semua gagasannya
j. Doronglah siswa untuk melakukan analisis, mengumpulkan bukti nyata
untuk mendukung gagasan dan pengetahuan baru yang dipelajarinya.

11
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2007). h. 13
12
Setya Dewi. Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran
Kontruktivisme dan Kontektual pada Siswa Kelas III SMP, Jurnal Pendidikan Inovatif : Yayasan
Sekolah Nasional Kontraktor Production Sharing (YSN-KPS) Balikpapan. Vol. 1, No. 2, 1 Oct
2007.



Pada dasarnya konstruktivisme mengandung lima prinsip dasar tentang
belajar dan mengajar, yaitu :
13

a Pembelajar telah mengetahui pengetahuan awal
b Belajar merupakan proses pengkonstruksian pengetahuan berdasarkan
pengetahuan awal yang telah dimilki
c Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar
d Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks tertentu
e Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

2. Model Pembelajaran TANDUR
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
14

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran
dalam tutorial, dan untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,dan lain-lain.
15

Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang
akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks dari model pembelajaran TANDUR
ini mengikuti langkah-langkah :
16

a. Penumbuhan minat dan motivasi
b. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
c. Penyajian konsep
d. Penguatan terhadap konsep

13
Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan , No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, h.91
14
Udin S Winataputra. Model-model Pembelajaran Inovatif. (Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka, 2001). h.3
15
Trianto, op.cit, h.5
16
Marwan. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Sebagai Upaya
Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas II SMU dalam Memahami Konsep Alat-alat Optik. Tesis.
(Bandung : FMIPA UPI, 2004). h. 15-16



Model pembelajaran TANDUR merupakan kerangka rancangan belajar
Quantum Teaching. Asas utama Quantum Teaching yaitu bawalah dunia mereka
ke dunia kita, pada tahap ini guru harus berusaha menggali pengetahuan awal
siswa, mengaitkan materi yang akan diberikan dengan pengalaman dan dunia
nyata mereka, memberikan motivasi dan menumbuhkan minat siswa. Kemudian
antarkan dunia kita ke dunia mereka, Setelah mengenal dunia siswa maka saatnya
guru mengantarkan siswa kepada dunia baru dimana diberikan berbagai informasi
(dapat berupa teori, rumus, hukum dan lain-lain), pengalaman, dan keterampilan
dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang cocok dengan kodisi
siswa. Dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang sudah mendalam
diharapkan siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dunia mereka dan
menerapkannya pada situasi dan masalah baru. Selain itu, Quantum Teaching
mempunyai beberapa prinsip, diantaranya :
17

1. Everything Speaks, including classroom environment, body language,
design of lessons and handouts, etc.
2. Everything is On Purpose, as teachers carefully orchestrate their lessons.
3. Experience Before Label, as learning happens best when students
experience the information at the outset of learning.
4. Acknowledge Every Effort, as students take risks and build their
competence and confidence.
5. If It's Worth Learning, It's Worth Celebrating, with appropriate feedback
that increases positive emotional association with the learning.

Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) berpangkal pada psikologi
kognitif, Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis dan merupakan
salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif.
18
Konstruktive yang berakar
pada psikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari
pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa

17
Bobby DePorter et al,. Recommended Reading Quantum Teaching: Orchestrating Student
Success, ISBN: 09-205028664-X, [online], tersedia :
http://www.newhorizons.org/strategies/accelerated/accelerated_review_deporter.htm., diakses : 15
Maret 2010, 05:00 PM.
18
Djoko Saryono, Pembelajaran Kuantum sebagai Model pembelajaran Yang
Menyenangkan, [Online], tersedia: http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/11/pembelajaran-
kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/, diakses : 13 Januari 2009,03:21 PM.



membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui
siswa.
19

Kata TANDUR sendiri merupakan akronim dari kata Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Langkah-langkah pembelajaran
tersebut disusun berdasarkan teori-teori belajar seperti Accelerated Learning,
Multiple Intelligences, Neuro Linguistic Programming, Experimental Learning,
Socratic Inquiry, Cooperative Learning, dan Elements of Effective Instruction.
Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang
diharapkan dapat sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada
pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha
menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka.
Di bawah ini peneliti mencoba menguraikan apa sesungguhnya TANDUR
dan masing-masing langkah pelaksanaannya:
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan dalam model pembelajaran ini adalah bagaimana cara guru
untuk dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Cara ini akan memunculkan perasaan positif
sehingga diharapkan mampu menempatkan siswa dalam situasi yang optimal
untuk belajar.
Penumbuhan minat ini berada diawal langkah dari model ini karena
penumbuhan minat ini merupakan pondasi bagi langkah kegiatan berikutnya.
Apabila langkah ini berhasil maka diharapkan langkah berikutnya juga berhasil
dengan baik pula.
Menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara:
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
20

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan

19
Doantara yasa. Teori Kontruktivis dalam Pembelajaran, [Online], Tersedia :
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/teori-kontruktivis dalam pembelajaran, diakses : 18 ,
Januari 2009, 01:57 PM.
20
Ahmad Sudrajat. Peran Guru Sebagai Motivator. [Online], tersedia : http://www.psb-
psma.org/content/blog/peran-guru-sebagai-motivator. 2008, diakses : 01 Juli 2009, 10:45 AM.



minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi
belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin
kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran
dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-
sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya
2) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu
menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
3). Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa.
Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik,
yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal;
dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya
minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
4) Mengadakan kompetisi yang sehat antar siswa. Cara ini dapat dilakukan
dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
memperoleh tugas tertentu dan diberikan kesempatan untuk menampilkan
hasil kerja mereka. Kelompok yang lain dapat memberikan tanggapannya
terhadap hasil kerja kelompok yang tampil. Cara lain yang lebih umum
adalah dengan memberikan tes tertulis sebelum atau sesudah pembelajaran.
Cara ini dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk lebih baik lagi.
5). Menggunakan berbagai alat peraga yang relevan. Hal ini bertujuan
menjadikan siswa dapat mengenal langsung sesuatu yang diceritakan
sehingga konkrit dan tidak hanya membayangkan dan mengkhayalkan
sesuatu. Peragaan ini dapat berupa peragaan langsung atau tak langsung.
Peragaan langsung adalah memperlihatkan bendanya sendiri sedangkan jika



tidak memungkinkan dapat dengan pergaan tak langsung seperti gambar,
foto, film dan sebagainya.
21

6). Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang kondusif untuk
belajar. Menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dapat dilakukan
misalnya dengan mengatur susunan bangku yang berbeda. Bangku siswa
dapat disusun untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang
diberikan. Guru dapat meminta siswa mengatur ulang bangku mereka untuk
memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk presentasi siswa,
ajaran guru dan lain-lain, atur bangku sehingga siswa menghadap ke depan
untuk membantu mereka tetap fokus ke depan. Untuk kerja kelompok,
bangku dapat diputar saling berhadapan. Guru harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik kelas sesuai kebutuhan sehingga tercipta kondisi yang
kondusif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Hubungan yang
baik antara guru dan siswa harus tercipta sehingga tercipta suasana
emosional yang nyaman untuk belajar.
22


b. Alami
Untuk menjadikan konsep-konsep yang disajikan menjadi nyata bagi
siswa, maka tugas selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa mengalami
langsung hal-hal yang dipelajari. Kegiatan ini akan membuat hal yang abstrak
menjadi konkret, di samping itu pengalaman langsung juga menumbuhkan
kemampuan berpikir siswa, yaitu ketika mereka mendapatkan hal-hal yang
mungkin aneh atau bahkan bertentangan dengan logika sehari-hari, sehingga
diharapkan muncul pertanyaan mengapa, bagaimana, dan apa, terhadap fakta
yang mereka alami.
23

Dalam pelajaran fisika kegiatan memberikan pengalaman pada siswa itu
akan lebih bermakna jika setiap materi yang diterima siswa dapat dipraktekkan

21
Marwan, op.cit., h. 18-19
22
Ramdafitri Zulvia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran TANDUR, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung : Tidak diterbitkan, 2008), h.15.
23
Gani Hamdani, Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika
Terhadap Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak
diterbitkan, 2008), h.11.



di laboratorium, dan jika sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai maka
dituntut kreatifitasan guru untuk menuntun siswa melakukan percobaan dengan
peralatan sederhana yang dapat memperkuat konsep yang akan disajikan. Selain
itu, dapat juga dilakukan dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelompok,
tanya jawab, latihan soal, menganalisis kasus, dan sebagainya.
24

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kesempatan
mengalami pada siswa yaitu adanya perbedaan individual pada setiap siswa
misalnya perbedaan intelegensi, minat, bakat, kemampuan jasmani dan hal-hal
yang lain yang menyebabkan seseorang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar setiap siswa memperoleh pengalaman yang seimbang dan
proporsional sesuai dengan kondisi mereka.

c. Namai
Setelah minat dan perhatian telah tumbuh, maka berbagai pertanyaan
muncul dalam pikiran mereka setelah mengalami, maka pada saat itulah guru
memberikan informasi atau konsep yang diinginkan yang disini disebut dengan
langkah penamaan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran
dan sebagainya. Guru diharapkan mampu merangsang memori siswa sehingga
apa yang disajikan akan melekat dipikiran mereka. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, peragaan, dan analogi sehingga
kelihatan menarik bagi siswa. Menurut Deporter langkah penamaan ini
memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan
mendefinisikan.
25
Penamaan ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran,
tempat, dan sebagainya.




24
Sisri mayeni. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Untuk
meningkatan Hasil Belajar Siswa . Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 2008),
h.20-21.
25
Bobby DePorter et al,. Quantum Teaching. (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. 2007),
h. 91.



d. Demonstrasikan
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah mereka mengalami dan
namanya sudah diketahui adalah siswa diberi kesempatan untuk
mendemonstrasikan kemampuan, sehingga akan muncul pengalaman baru yang
berkesan. Pengalaman awal akan mendasari pengalaman berikutnya sehingga
muncul pengalaman baru yang akan menyempurnakan pengalaman berikutnya.
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menerjemahkan dan aplikasikan
pengetahuan baru mereka terhadap situasi lain. Berikan kegiatan demonstrasi
tambahan pada siswa lalu bangun kepercayaan diri mereka.
26

Guru memberikan keleluasaan dan waktu yang memadai kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru saja mereka
terima. Kegiatan ini dapat berupa siswa berlatih mengerjakan soal secara
mandiri ataupun kelompok, menampilkan proses kerja dari sebuah praktikum
sampai pada penemuan konsep, memberikan pendapat dan saran, tampil ke
depan memimpin diskusi dan berbagai kegiatan yang intinya memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk mengaplikasikan dan
menampilkan kemampuan serta pengetahuan yang sudah dimiliki.

e. Ulangi
Pengetahuan dan pengalaman yang diulang-ulang jauh lebih baik
daripada pengetahuan yang dialami dan diingat satu kali saja. Pengetahuan yang
dilakukan berulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap dan dapat
digunakan kapan saja. Pengulangan yang dilakukan akan menjadikan
pengetahuan tersebut semakin mantap menempel difikiran mereka. Pengulangan
dapat meningkatkan daya ingat siswa apalagi bila hal ini dilakukan misalnya
mengulangi kembali konsep-konsep utama atau rumus dan persamaan penting
dari bahasan yang baru saja dipelajari secara kontinyu disetiap akhir pertemuan.

f. Rayakan

26
Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Penelitian Terhadap Siswa Smp Miftahul Iman Kota Bandung Tahun Ajaran
2005/2006. Skripsi. (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2006), h.19.



Langkah terakhir yang dilakukan pada model ini adalah penguatan
secara psikologis. Apabila sesuatu sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka
hal tersebut layak untuk dirayakan. Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang akhirnya diharapkan siswa merasa bahwa apa yang
telah mereka lakukan berarti dan tidak sia-sia. Penghargaan ini dapat
menimbulkan semangat dan keinginan siswa untuk mengikuti materi yang baru
dalam kesempatan yang berikutnya. Mengadakan perayaan bagi siswa akan
mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses
belajar mereka sendiri. Siswa akan menantikan kegiatan belajar sehingga
pendidikan mereka bisa lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.
Perayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
memberikan dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa, memberikan
pujian untuk setiap kesuksesan siswa, memberikan hadiah kejutan untuk setiap
prestasi dan mengakhiri sebuah keberhasilan dengan kecerian bersama.
Misalnya dengan tepuk tangan, pemberian hadiah sebagai kejutan kecil, pujian
kepada teman sebangku, danm pernyataan afirmasi.
Langkah-langkah pembelajaran TANDUR dapat dilihat pada tabel
berikut:
27

Tabel 2.1
Langkah Model Pembelajaran TANDUR
Langkah Model Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tumbuhkan
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang sesuai
2. Memberitahukan manfaat
materi bagi pembelajaran
3. Mengaitkan dengan pelajaran
lain yang sesuai
4. Mengadakan kompetisi yang
sehat
5. Menggunakan alat peraga
6. Mengajukan berbagai
pertanyaan dan masalah
7. Menciptakan lingkungan
fisik, emosional dan sosial
positif.
1. Memperhatikan
penjelasan guru
2. Menanggapi dan
menjawab pertanyaan
3. Mengingat keterangan
dan peragaan
4. Mencatat hal-hal penting
5. Saling berkompetisi
secara sehat

27
Bobbi DoPorter, op.cit., 89 - 93



Langkah Model Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Alami
1. Mengajak pembelajar/siswa
terlibat secara penuh
2. Menciptakan keterlibatan
fikiran, fisik, dan mental
pembelajar/siswa secara
aktif.
1. Praktikum di
laboratorium
2. Pengamatan pada
fenomena dunia nyata
3. Diskusi kelompok
4. Berlatih soal secara
individu dan/atau
kelompok
5. Menjawab pertanyaan
6. Membuat kesimpulan
7. Analisa studi kasus
8. Membuat atau
menganalisis gambar
dan grafik
Namai
Penyajian konsep dengan
berbagai teknik dan metode
didukung oleh grafik, gambar,
warna, analogi, alat peraga, dan
lain-lain.
Memperhatikan, bertanya,
menjawab pertanyaan guru
dan mencatat materi
pembelajaran.

Demonstrasikan
1. Mendemonstrasikan proses
kerja dengan baik dan benar
2. Mendemonstrasikan
penyelesaian masalah atau
soal dengan baik
1. Berlatih menyelesaikan
soal secara sendiri
dan/atau kelompok
2. Menampilkan proses
kerja alat sampai
memperoleh data dan
kesimpulan
3. Menampilkan hasil kerja
kelompok ke dalam
diskusi
4. Mengungkapkan
berbagai saran dan
pendapat
Ulangi
Mengulang kembali konsep dan
persamaan utama dari
pembelajaran dengan penguatan
dan umpan balik
1. Mengungkapkan
pendapat berdasarkan
pengamatan dan
pengalaman
2. Mencoba menyimpulkan
dengan kata-kata sendiri
Rayakan
1. Memberikan dukungan dan
pengakuan untuk setiap
usaha siswa
2. Memberikan pujian untuk
setiap kesuksesan siswa
3. Memberikan hadiah kejutan
untuk setiap prestasi
1. Saling mendukung atas
keberhasilan yang telah
diperoleh (memberikan
pujian).
2. Tepuk tangan.
3. Senang dan gembira.



4. Mengakhiri sebuah
keberhasilan dengan
keceriaan bersama
5. Menutup pelajaran dengan
seremonial tertentu

Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa model pembelajaran
TANDUR adalah model pembelajaran yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur sistematik dengan tujuan akhir pembelajaran untuk meningkatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu: hasil dan belajar. Hasil adalah
perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran. Belajar adalah
merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa anak, karena adanya pengaruh
yang diberikan oleh pendidik, sehingga dengan adanya pengaruh ini maka
tingkah laku anak mengalami perubahan.
28
Perubahan yang diperoleh dari hasil
belajar diharapkan dapat membawa pada perubahan yang lebih baik.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa belajar adalah
berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
29

Belajar adalah perubahan. Perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara
relatif bersifat tetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat
ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior).
30
Belajar adalah kegiatan full contact yang

28
Nurleliana Siregar, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui
Metode Inquiri Pada Siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 43 Medan, Jurnal Penelitian Inovasi
Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.42.
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
h.13.
30
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi
Brothers, 2006), h. 76.



berarti dalam prakteknya harus melibatkan semua aspek kepribadian siswa yang
berupa pikiran, perasaan dan keterampilan atau bahasa tubuh.
31

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
32
Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang
sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan, ada beberapa hal
penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut :
1) Belajar adalah proses perubahan tinglah laku sebagai akibat
pengalaman atau latihan.
2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh
perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang
sudah ada.
3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa
perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).
4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha
dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan akibat
kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.
5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap
bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi
kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat
alkohol/minuman keras.
6) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu
menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu.
33


Hakikat belajar adalah perubahan, perubahan yang terjadi akibat belajar
yaitu perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi
tingkah laku.
34
Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,

`
31
Bobby DePorter, et. al, op.cit., h.6.
32
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor belajar yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003), h.2.
33
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.55-56.
34
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.14-15.



keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
35
Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa dengan belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
dibandingkan sebelum belajar.
Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki seseorang akibat
proses belajar yang telah dilakukannya, yang meliputi proses belajar disekolah,
masyarakat atau dalam keluarga.
36
Hasil belajar atau pencapaian tujuan belajar
oleh siswa merupakan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap yang
diperoleh seseorang setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
37

Menurut Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
38
Hasil belajar fisika
adalah kemampuan yang diperoleh individu melalui kegiatan belajar fisika.
Kemampuan itu ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri individu
dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bidang fisika.
39

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas hasil belajar atau yang
sering disebut prestasi belajar diartikan suatu hasil usaha secara maksimal bagi
seseorang dalam menguasai bahan-bahan yang dipelajari atau kegiatan yang
dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1) Internal / Dalam, yakni:
a) Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
b) Psikologis, yang terdiri dari Bakat, Minat, Kecerdasan, Motivasi
dan Kemampuan Kognisi.
2) Eksternal / Luar, yakni :
a) Lingkungan, yang terdiri dari Alam dan Sosial.

35
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.16.
36
Dian Arianto, Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa Kelas X-4 SMA
Negeri 4 Kisaran Melalui Metode Demonstrasi, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika
ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.56.
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya.2005), h.22.
38
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), h.30.
39
Adimirpan Punantara Sitopu, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX-3
SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran
Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.50.



b) Instrumental, yang terdiri dari Kurikulum, Guru, Sarana Prasarana,
Administrasi dan Manjemen.
40


Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu
dikenal dengan istilah Blooms Taxonomy (Taksonomi Bloom).
41
Pada penelitian
ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja.
Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom
membagi domain kognitif ke dalam 6 tingkatan sebagai berikut:
1) Knowledge (Pengetahuan / C
1
)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan. Hal-itu itu bisa meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode
yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall). Tingkatan ini merupakan
tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap
informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus
memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan,
mengidentifikasikan, dan menggambarkan.

2) Comprehension (Pemahaman/C
2
)
Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses
berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui
tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam kemampuan
ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain,
misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta mengungkapkan

40
Zikri Neni Iska, op.cit., h. 85
41
Twi Minto Saestu, Penerapan Model Konstruktivisme Dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung:
tidak diterbitkan, 2008), h. 22.



suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasional untuk
pemahaman diantaranya : membedakan, mengubah, memberikan contoh dan
lain-lain.
42



3) Application (Penerapan/C
3
)
Untuk penerapan atau aplikasi, siswa dituntut memiliki kemampuan
untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil,
aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
43
Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan, dan lain-lain.

4) Analysis (Analisis/C
4
)
Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis
diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang
lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubungan bagian-bagian tersebut
satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa,
membandingkan, mengklasifikasi.

5) Synthesis (Sintesis/C
5
)
Merupakan keammpuan untuk menyatukan bagian-bagian materi menjadi
satu gabungan yang berpola dan berkaitan satu sama lain. Contoh kemampuan
sintesis adalah kemampuan merencanakan eksperimen. Kata kerja yang
digunakan misalnya: mensintesis, menghubungkan, dan menyimpulkan.
44


6) Evaluation (Evaluasi/C
6
)

42
Syambasri Munaf, Evaluasi Pendidikan Fisika, (Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA UPI. 2001), h.69
43
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
h.119
44
Ramdafitri Zulvia. Op.cit., h. 24.



Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk
dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan,
menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu menilai, menafsirkan, memutuskan.
4. Pengertian Fisika
Fisika (Bahasa Yunani: physikos yang artinya "alamiah", dan physis, yang
artinya "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.
Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu. Fisika merupakan salah satu cabang besar dari ilmu pengetahuan alam atau
yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu sains. Jadi fisika merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari sains.
45
Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi
dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang
membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta
sebagai satu kesatuan kosmos.
Fisika dapat dikatakan merupakan induk dari segala ilmu yang
menyongsong peradaban manusia. Fisika juga merupakan ilmu yang
memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya, sehingga fisika sangat
membantu manusia mengenal alam, mengenal begitu dahsyatnya ciptaan Allah
swt.
46
Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan
dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit
daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya.

5. Pengertian Pembelajaran Fisika
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses, menjadikan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses
komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar
pikiran. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran fisika

45
Wasis Pambudi, Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient)
Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 Sma Islam Hidayatullah Semarang Tahun
Ajaran 2005/2006 Untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa, Skripsi, (Semarang :
FMIPA UNNES, 2006), h.18.
46
Ibid.,



merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa
yaitu saling bertukar pikiran.
Kegiatan pembelajaran, khususnya fisika, dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar tersebut
dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada siswa.
47

Materi pokok fisika di SMP merupakan pendukung materi pokok di
SMA/MA dengan perluasan pada konsep yang abstrak yang dibahas secara
kuantitif analitis. Materi pokok tersebut umumnya diperoleh dari berbagai
kegiatan menggunakan keterampilan proses dalam lingkup melakukan kerja
ilmiah.
48

Salah satu standar kompetensi mata pelajaran fisika SMP adalah
memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari. Kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan konsep getaran
dan gelombang serta parameter-parameternya. Tuntunan indikatornya yaitu :
a. Mendeskripsikan getaran, periode getaran dan frekuensi getaran.
b. Menemukan hubungan antara periode dan frekuensi getaran.
c. Menganalisis gelombang, gelombang transversal, dan gelombang
longitudinal, karakteristik serta parameter-parameternya.
d. Menentukan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang dan
frekuensi gelombang.

6. Tujuan Pembelajaran Sains
Sains adalah suatu sistem pengetahuan tentang alam semesta yang
diperoleh melalui sekumpulan data hasil observasi. Dalam sains ini terdapat tiga
komponen utama yaitu proses, produk dan sikap. Produk sains digambarkan

47
Dian Arianto, op.cit., h. 54.
48
Adimirpan Punantara Sitopu, op.cit., h.48



sebagai langkah-langkah penyelidikan yang meliputi masalah, observasi,
hipotesis, menguji hipotesis, kesimpulan.
49

Pengertian ini menyebutkan bahwa sains (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah
hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep, yang terorganisasi
tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan.
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan fisika yang
merupakan salah satu cabang sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengembangkan ilmu dan
teknologi dan memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam.
Pembelajaran sains dengan pendidikan nilai disekolah memiliki landasan
yuridis, filosofis, agama, dan landasan teori pendidikan yang holistik. Holistik
maksudnya memiliki visi dan misi tidak hanya mengajarkan aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan semata, melainkan juga nilai afektif yang
menanamkan nilai-nilai sikap dan moral kepada siswa. Dengan kata lain tugas
pendidikan sains adalah membudayakan manusia agar menjadi beradab.

B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan juga
telah dilakukan oleh Marwan dalam tesisnya yang menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri
telah mengatasi sebagian kesulitan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga hasil

49
Kashardi, Studi Pengembangan Model CLIS (Childrens Learning In Science) Pada
Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di Sekolah Dasar Kotamadya
Bengkulu, Laporan Penelitian, (Bengkulu : FKIP UMB, 2000), h.5.



belajar mereka jauh lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan
pembelajaran biasa.
50

Ginanjar dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Tandur
Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP Pada
Pembelajaran Fisika mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
51

4. Penerapan model pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri pada pembelajaran
fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk aspek kognitif yang
berupa aspek pemahaman konsep yang terdiri dari aspek translasi, interpretasi,
dan ekstrapolasi. Peningkatan aspek kognitif tersebut bisa dilihat dari
perbandingan gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data
gain kelompok eksperimen sebesar 19,95 sedangkan kelompok kontrol
sebesar 13,58. Selain itu dari uji Wilcoxon terdapat penolakan Ho yang
artinya ada peningkatan pemahamn konsep setelah diterapkan model
pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri.
5. Efektivitas pembelajaran fisika dengan model pembelajaran TANDUR
Berbasis Inkuiri menunjukkan tingkat efektivitas penbelajaran sebesar 0,73
dengan kategori sangat tinggi yang artinya model pembelajaran ini sangat
efektif.
6. Tanggapan siswa secara keseluruhan terhadap model pembelajaran fisika
dengan model TANDUR berbasis Inkuiri sangat baik yaitu 90% respon siswa
merasa sangat terbantu dan senang dengan model pembelajaran ini.
Penelitian lain dilakukan oleh Zuhriyah, skripsinya yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa (Penelitian Terhadap Siswa SMP Miftahul Iman Kota Bandung Tahun
Ajaran 2005/2006), menyatakan bahwa :
52

1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotor selama menggunakan model pembelajaran TANDUR.

50
Marwan, op.cit., 75.
51
Dadang Ginanjar, Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa Smp Pada Pembelajaran Fisika, Skripsi. (Perpustakaan UPI Bandung :
tidak diterbitkan, 2008), h.72.
52
Fidoh Zuhriah, op.cit., h. 75



Pada aspek kognitif peningkatan terlihat dari skor rata-rata gain ternormalisasi
pada tiap seri pembelajaran. Skor rata-rata gain ternormalisasi pada seri-1
adalah 0.59, seri-2 adalah 0.61, dan seri-3 adalah 0.63. Untuk aspek afektif,
peningkatan dapat terlihat dari persentase rata-rata tiap jenjang, yaitu pada
seri-1 sebesar 56.29 %, seri-2 sebesar 81.71 %, dan seri-3 sebesar 84.57 %.
Dan untuk aspek psikomotor, peningkatan juga dapat terlihat dari persentase
rata-rata tiap jenjang, yaitu pada seri-1 sebesar 78.60 %, seri-2 sebesar 84.00
%, dan seri-3 sebesar 90.50%.
2. Berdasarkan data skor rata-rata gain ternormalisasi, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan hasil belajar siswa selama melaksanakan pembelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR cenderung
menunjukkan peningkatan karena nilai skor gain rata-rata ternormalisasi tiap
seri berubah lebih besar. Begitupun juga dengan hasil belajar siswa pada aspek
afektif dan psikomotor cenderung meningkat. Hal tersebut disimpulkan
berdasarkan persentase rata-rata tiap jenjang.
3. Efektivitas pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran
TANDUR menunjukkan tingkat pembelajaran yang efektif.
Kemudian Hamdani dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penerapan
Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap Aktivitas dan Prestasi
Belajar Siswa, menyimpulkan tiga hal, yaitu :
53

1. Penerapan model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika berpengaruh
terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar menjadi
berorientasi pada siswa aktif dan prestasi belajar siswa meningkat signifikan
sebesar 6,42.
2. Aktivitas belajar pada model TANDUR sangat beragam. Jenis aktivitas
belajar yang tergolong tinggi adalah visual, motor, oral dan emotional
activities sedangkan mental activities masih tergolong rendah. Rendahnya
mental activities disebabkan keterbatasan waktu pembelajaran sehingga
siswa yang diberi kesempatan untuk menunjukan aktivitas tersebut
jumlahnya dibatasi.

53
Gani Hamdani, op.cit., h. 45



3. Efektivitas pembelajaran model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika
tergolong sedang. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan skor gain
ternormalisasi sebesar 0,40.
Penelitian selanjutnya oleh Mayeni dalam skripsinya yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuri Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif dan psikomotor meningkat setelah diterapkan model pembelajaran
TANDUR sehingga model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran
TANDUR yang diterapkan adalah positif.
54

Penelitian lain dilakukan oleh Zulvia dalam skripsinya yang berjudul
Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran
TANDUR yang menyimpulkan bahwa model TANDUR dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
55


C. Kerangka Berpikir
Banyak perhatian khusus diarahkan pemerintah guna meningkatkan mutu
dan kualitas pembelajaran fisika, namun sudah jadi kenyataan yang tak dapat
dibantah bahwa sampai saat ini nilai mata pelajaran fisika di sekolah masih rendah
dibanding dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan fakta dilapangan, diperoleh
gambaran, bahwa dalam pembelajaran fisika yang telah dilaksanakan
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat mengarah pada penyebab
rendahnya hasil belajar fisika siswa masih dominannya model pembelajaran
konvensional (ceramah), hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton
dan kurang bermakna karena siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi
pelajaran.
Proses pelajaran fisika saat ini belum mampu mengembangkan
kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Pada umunya fisika
dianggap sulit karena fisika menggunakan matematika sebagai alat bantu, dan

54
Sisri Mayeni, op.cit., h.77.
55
Ramdafitri Zulvia, op.cit., h.64



matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang
digunakan dalam bidang sains lainnya. Dengan demikian diperlukan model
pembelajaran yang ampuh agar siswa dapat menyukai fisika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu model pembelajaran TANDUR. Model pembelajaran ini
menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan informasi secara
mandiri.
Keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran TANDUR
bergantung pada kemampuan guru dalam mentransformasikan pesan kepada
siswa. Untuk mengetahui apakah pada penelitian ini model pembelajaran
TANDUR efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat dilihat dari hasil
intepretasi lembar observasi aktivitas guru yang memuat cek keterlaksanaan
model pembelajaran TANDUR. Diduga bahwa hasil belajar fisika siswa yang
diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi
daripada hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional (ceramah).




Bagan Kerangka Pikir




















Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Hasil belajar fisika yang
masih rendah
Dominannya model
pembelajaran
konvensional (ceramah)
(ceramah)
Fisika dianggap sulit

Penelitian model pembelajaran
TANDURdapat dilakukan
Rancangan pelaksanaan model
pembelajaran TANDUR
Pretest
Tes Hasil Belajar
Lembar observasi
keterlaksanaan model
pembelajaran TANDUR
Posttest
Penerapan model pembelajaran
TANDUR
Peningkatan hasil belajar
fisika siswa



D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir, maka hipotesis
penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang.
Hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran TANDUR lebih
tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional (ceramah). Hipotesis yang dibuat dalam perbandingan adalah :
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep
getaran dan gelombang.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep
getaran dan gelombang.






























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Nusantara Plus, kelas VIII pada semester
genap tahun pelajaran 2009/2010, yaitu pada bulan Januari 2010.

B. Metode Penelitian dan Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau
eksperimen semu. Metode quasi experiment berbeda dengan eksperimen sejati,
penempatan subjek pada kelompok yang dibandingan dalam metode quasi
experiment tidak dilakukan secara acak. Pada metode quasi experiment, individu
subjek sudah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya
penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen, misalnya siswa yang
berada dalam kelas.
56

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group
Pretest-Posttest Design, dalam rancangan ini dilibatkan dua kelas yang
dibandingkan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum
dan sesudah perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan
perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelas. Desain
penelitian nonrandomized control group pretest-posttest design tampak dalam
tabel berikut :
57

Tabel 3.1
Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O
1
X
1
O
2
Kontrol O
1
X
2
O
2

56
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 117.
57
Liche Seniati et.al, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 126.




Keterangan :
O
1
= Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar
X
1
= Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran TANDUR.
X
2
= perlakuan terhadap kelas kontrol berupa model pembelajaran konvensional
(ceramah)
O
2
= Tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar

C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti.
58
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
populasi dan sampel sebagai berikut :
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah SMP
Nusantara Plus Ciputat Tangerang yang terdaftar dalam semester genap tahun
pelajaran 2009-2010.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa SMP Nusantara Plus
kelas VIII semester genap tahun ajaran 2009-2010, yang terdiri dari empat
kelas yaitu kelas VIII.1 VIII.4.
3. Sampel
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu VIII.3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cluster sampling atau disebut juga dengan sampel kelompok. Pada cluster
sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel

58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2006), h. 130 - 131.



dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel
penelitian.
59


E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan, meliputi :
a. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
c. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat
dengan bimbingan dosen pembimbing., Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang
diujikan. Kemudian mempersiapkan alat percobaan, LKS, desain alat
evaluasi serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran
di kelas eksperimen.
d. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan
memperbaiki instumen.
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
b. Memberikan tes awal (pre-tes) pada kelas eksperimen dan kelas control
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
akan disampaikan.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran TANDUR.
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).
e. Memberikan tes akhir (post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

59
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta : Jurusan
Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarfi Hidayatullah, 2008), h. 23.



f. Membandingkan antara hasil pretest dengan posttest untuk menentukan
apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada,
maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang
diberikan.
3. Tahap Akhir, meliputi :
a Analisis data
b Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari
pengolahan data
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
lebih jelas pada gambar di bawah:




















Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Tahap
Akhir
Analisis data
Hasil penelitian
kesimpulan
Tahap
Pelaksanaan
Pre test
Pelaksanaan
pembelajaran
Kelas eksperimen :
Menggunakan model
pembelajaran
TANDUR
Kelas kontrol :
Menggunakan model
pembelajaran
konvensional
Post test
Tahap
Persiapan
Mengurus surat izin penelitian

Survei tempat uji coba
instrumen dan penelitian
instrumen dan penelitian
Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS, dll
Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba
instrumen, dan perbaikan instrumen



F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi aktivitas guru dan tes hasil belajar.
1. Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi aktivitas guru ini memuat daftar cek keterlaksanaan
model pembelajaran yang dilaksanakan (model pembelajaran TANDUR). Dalam
lembar ini juga terdapat kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer
terhadap kekurangan-kekurangan aktivitas guru selama pembelajaran. Lembar
observasi ini dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman
terhadap isi dari lembar observasi tersebut.

2. Tes hasil belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
60
Tes juga merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk
mengerjakan tes ini tergantung petunjuk yang diberikan misalnya : melingkari
salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang
salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
61

Tes yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa
pada ranah kognitif yang meliputi ingatan/pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3) dan analisis (C4).
Tes hasil belajar yang digunakan yaitu tes tertulis berupa tes objektif (short
answer test) pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tes disusun berdasarkan
indikator yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran

60
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 150
61
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008), h.53.



(posttest). Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk
jawaban yang benar dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian
tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan GBPP SMP Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
c Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.
d Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing.
e Melaksanakan uji coba instrumen.

3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Desain kisi-kisi instrumen penelitian model pembelajaran TANDUR dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tingkat Pengetahuan
dan Nomor Soal
Kompetensi
Dasar
Konsep Uraian Materi Indikator
C
1
C
2
C
3
C
4


Soal
%

Soal
Getaran, periode
getaran dan
frekuensi getaran
Mendeskripsikan
getaran, periode getaran
dan frekuensi getaran
1,
2*,
5*
3,
4*
6*
, 8
7*
, 9
9 25% Getaran
Hubungan periode
dan frekuensi
getaran
Mendeskripsikan
hubungan antara periode
dan frekuensi getaran
10*,
11
12*
, 13
14
*
,
15
16
*,
17,
18
*
9 25%
Gelombang,
gelombang
transversal, dan
gelombang
longitudinal
Mendeskripsikan
gelombang, gelombang
transversal, dan
gelombang longitudinal,
karakteristik serta
parameter-parameternya.
19*,
20
21*
,
24,
25*
26
*
,
27
22
*
,
23
9 25%
Mendeskripsi
kan konsep
getaran dan
gelombang
serta
parameter-
parameternya
Gelombang

Hubungan antara
panjang
gelombang,
periode Frekuensi,
dan cepat rambat
gelombang
Mendeskripsikan
hubungan antara panjang
gelombang, periode
gelombang dan frekuensi
gelombang.
28*,
29
30*
, 31
32,
33
*
,

34
*
35
*
,
36
9 25%
Soal 9 9 9 9 36
Persentase soal
25
%
25
%
25
%
25
%
100
%
100
%
Keterangan : * Soal yang digunakan dalam penelitian



G. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut:
1. Variabel bebas / independent (X) yaitu model pembelajaran TANDUR pada
konsep getaran dan gelombang.
a. Definisi Konseptual
Model pembelajaran TANDUR merupakan suatu rancangan model
pembelajaran yang diharapkan membuat siswa tertarik dan berminat pada
pelajaran yang memberikan pengalaman yang langsung pada siswa dan
berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka.
b. Definisi Operasional
Model pembelajaran TANDUR adalah model pembelajaran yang
dirancang dengan tahap Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi
dan Rayakan.

2. Variabel terikatnya / dependent (Y) yaitu hasil belajar siswa pada konsep
getaran dan gelombang.
a. Definisi konseptual
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pada penelitian ini hanya dilihat pada kemampuan kognitif
saja.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam mata
pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan instrumen tes pada
konsep getaran dan gelombang berupa kemampuan kognitif, dilihat dalam
empat aspek yaitu ingatan (C
1
), pemahaman (C
2
), penerapan (C
3
), dan
analisis (C
4
).






H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
cara-cara yang dipergunakan untuk memproleh data empiris yang dipergunakan
untuk penelitian. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu ditentukan sumber
data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan.
Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen
Guru Lembar observasi aktivitas
guru yang diisi oleh observer
Observer mengisi Lembar
observasi aktivitas guru
Butir
pernyataan
Kelas
eksperimen dan
kelas kontrol
Hasil belajar siswa sebelum
diterapkan model pembelajaran
TANDUR dan konvensional
Melaksanakan tes awal
(pretes)
Butir
pilihan
ganda
Kelas
eksperimen dan
kelas kontrol
Hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran
TANDUR dan konvensional
Melaksanakan tes akhir
(postes)
Butir
pilihan
ganda

I. Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
1. Pengujian Validitas instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu
instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes
yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor
siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal
dengan korelasi point biserial sebagai berikut:
62

q
p
S
M M
t
t p
pbi

=


62
Ibid., h.79



Dimana:

pbi
= Koefisien korelasi biserial
M
p
= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
M
t
= rerata skor total
S
t
= standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1- p)
Untuk menginterpretasikan nilai korelasi yang diperoleh adalah dengan
melihat tabel nilai r product moment. Jika harga r
hitung
> r
tabel
maka butir soal
tersebut dinyatakan valid.
Dengan kategori validitas sebagai berikut :
63

Tabel 3.4
Interpretasi Validitas
Koefisien korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r xy 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r xy 0,80 Tinggi
0,40 < r xy 0,60 Cukup
0,20 < r xy 0,40 Rendah
0,00 < r xy 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 36 soal yang diujicobakan terdapat
20 soal yang valid yakni nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 25,
26, 28, 30, 33, 34, 35. Dilihat dari intepretasi validitasnya, 16,67 % soal
termasuk kategori tinggi, 25 % soal termasuk kategori cukup, 19,44 % soal
termasuk kategori rendah, dan 38,89 % soal termasuk kategori sangat rendah.
Untuk lebih jelasnya, hasil uji validitas butir soal instrumen tes hasil belajar

63
Ibid., h.75



dapat dilihat pada lampiran A.5 dan lampiran A.6, serta contoh perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran A.14.
64


2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat
evaluasi atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten,
atau stabil produktif. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus K-R. 20 (Kuder-
Richardson 20) karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda.
Rumusnya sebagai berikut :
65


Keterangan :
r
11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q = 1 p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh
digunakan tabel 3.4.
66

Tabel 3.5
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,91 - 1,00 Sangat Tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 - 0,70 Sedang
0,21 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Kecil

64
Lampiran hal 93, 94, dan 102.
65
Ibid, h.100.
66
Yanti Herlanti, Op.cit., h. 38



N
B
P =
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen tes hasil belajar, didapat nilai
koefisien internal seluruh item sebesar 0,762. Jika dilihat pada Tabel 3.6, maka
kriteria reliabilitasnya termasuk tinggi. Untuk lebih jelasnya, hasil uji reliabilitas
tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran A.5 dan lampiran A.14.
67


3. Pengujian Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang
menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan
menggunakan rumus :
68


Keterangan:
P = proporsi (indeks kesukaran)
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah peserta tes
Intepretasi mengenai indeks kesukaran yang diperoleh digunakan tabel
klasifikasi di bawah ini:
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
Nilai P Kriteria
0,00 0,25 Sukar
0,26 0,75 Sedang
0,76 1,00 Mudah

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 36 soal tes hasil
belajar yang diujikan, 22,22 % soal termasuk dalam kriteria sukar, 72,22 % soal
termasuk dalam kriteria sedang, dan 5,56 % soal termasuk dalam kriteria
mudah. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan pengujian tingkat kesukaran tes
hasil belajar dapat dilihat pada lampiran A.7 dan lampiran A.8, serta contoh
perhitungannnya dapat dilihat pada lampiran A.14.
69



67
Lampiran hal 93 dan 102.
68
Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2006), h. 103.
69
Lampiran hal 95, 96, dan 102



4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membuktikan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Daya pembeda butir soal dihitung dengan
menggunakan perumusan:
70

B A
B
B
A
P P
J
B
J
B
D = =
Dimana:
J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :
71

Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 0,20 Jelek (poor)
0,21 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 0,70 Baik (good)
0,71 1,00 Baik sekali (excellent)

Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dari 36 soal tes hasil belajar yang
diujikan, 11,11 % soal termasuk dalam kriteria sangat buruk (harus dibuang),
38,89 % soal termasuk dalam kriteria jelek, 22,22 % soal termasuk dalam
kriteria cukup, 19,44 % soal termasuk dalam kriteria baik, dan 8,33 % soal
termasuk dalam kriteria baik sekali. Untuk lebih jelasnya, hasil uji daya

70
Suharsimi Arikunto, op. cit., h.213.
71
Ibid., h.218



pembeda dapat dilihat pada lampiran A.10 dan contoh perhitungannya dapat
dilihat pada lampiran A.14.
72

Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar terdapat 20 soal yang sesuai
kriteria dari 36 soal. Soal yang sesuai kriteria dapat dilihat pada lampiran
A.15.
73


J. Teknis Analisis Data
Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian.
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian
dan menguji hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisisan data tersebut
digunakan statistik.

1. Teknik Analisis Data Lembar observasi Keterlaksanaan Model yang
Diimplementasikan
Dari hasil format observasi terhadap keterlaksanaan model diolah secara
kualitatif dengan memberikan skor satu jika indikator pada fase pembelajaran
muncul dan nol jika tidak muncul. Kemudian untuk mengetahui kriteria
keterlaksanaan model pada masing-masing tahap model pembelajaran adalah
sebagai berikut:
74

Tabel 3.8
Kategori Keterlaksanaan Model

No % Kategori Keterlaksanaan Model Interpretasi
1. 0,0-24,9 Sangat Kurang
2. 25,0-37,5 Kurang
3. 37,6 62,5 Sedang
4. 62,6 87,5 Baik
5. 87,6 100 Sangat Baik


72
Lampiran hal 98 dan 102.
73
Lampiran hal 104.
74
Usep Nuh, Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak
diterbitkan, 2007), h. 52.



2. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas
menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad Sandy adalah sebagai berikut:
75

1) Mencari skor terbesar dan terkecil
2) Mencari nilai Rentangan (R)
terkecil skor terbesar skor R =
3) Mencari Banyaknya Kelas ( BK )
N Log BK 3 , 3 1+ = (Rumus Sturgess)
4) Mencari nilai panjang kelas ( i )
BK
R
i =
5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (
i
x )
2
i
x i
x f .
2
.
i
x f

Jumlah f = - -

i
x f . =

2
.
i
x f =

6) Mencari rata-rata (mean)
n
x f
x
i
=
7) Mencari simpangan baku (standard deviasi)
( )
( ) 1
.
2
2

=

n n
x f x f n
s
i i

8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:


75
Ahmad Sandy, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi
Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran, (Skripsi
Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d., 2008), h. 51-52.






a). Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
b). Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
s
x Kelas Batas
Z

=
c). Mencari luas 0Z dari tabel kurva normal dari 0Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
d). Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka
0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang
berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.
e). Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden.
9) Mencari chi-kuadrat hitung (
2
hitung
)


10) Membandingkan
2
hitung
dengan
2
tabel
untuk = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika
2
hitung

2
tabel
, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan
Jika
2
hitung

2
tabel
, artinya Data Berdistribusi Normal.

b. Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor
setiap variabel memiliki varians yang homogen.
76
Teknik yang digunakan untuk
uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett. Adapun langkah-

76
Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta:
2006, Pustaka Setia), h. 294.
( )

=
k
i
fe
fe fo
1
2
2




langkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad
Sandy, yaitu:
77

1) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel
penolong
Kelompok dk (n-1)
i
S
i
S Log
i
S Log dk.

= (n-1) = - -
i
S Log dk. =
S
i
= varians (kuadrat standar deviasi )
2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
( )
( )

=
1
1
i
i i
gabungan
n
S n
S
3) Menghitung Log S
4) Menghitung nilai B, yaitu:
( )

= 1 log
i
n S B
5) Menghitung nilai
2
hitung

( ) { }
i i
hitung S n B log 1 10 ln
2

=
Dengan:
( )

=
i i i
LogS dk S n . log 1
Sehingga:
( )

=
i hitung
S Log dk B . 10 ln
2

6) Membandingkan
2
hitung
dengan nilai
2
tabel
untuk = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika
2
hiung

2
tabel
, berarti Tidak Homogen, dan
Jika
2
hiung

2
tabel
, berarti Homogen.

c. Uji Hipotesis
Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan


77
Ahmad Sandy, op.cit., h. 52-53.




2 1
2 1
1 1
n n
S
x x
t
g
+

=
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
=
n n
S n S n
S
g
kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan
varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan:
1) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Homogen
Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis
digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut:
78




Dengan:


Dimana:
1
x = rata-rata skor kelompok eksperimen
2
x = rata-rata skor kelompok kontrol
g
S = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
2
1
S = varians kelompok eksperimen
2
2
S = varians kelompok kontrol
n
1
= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n
2
= jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
a) Mengajukan hipotesis, yaitu:
1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

78
Subana et.al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.




2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X = Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
b) Menghitung nilai t
hitung
dengan rumus uji-t
c) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = (n
1
1) + (n
2
1)
d) Menentukan nilai t-tabel dengan = 0,05
e) Menguji hipotesis
Jika t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika t
hitung
-t
tabel
atau t
tabel
t
hitung
maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.

2) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen
Untuk data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk menguji
hipotesis digunakan statistik t sebagai berikut:
79


2
2
2
1
2
1
2 1
'
n
s
n
s
X X
t
+

=

Dengan:
1
X : rata-rata skor kelompok eksperimen
2
X : rata-rata skor kelompok kontrol
2
1
s : standar deviasi kelompok eksperimen

79
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h.241



2
2
s : standar deviasi kelompok kontrol
n
1
: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n
2
: jumlah anggota sampel kelompok control

Kriteria pengujian adalah, terima hipotesis
0
H jika:
NK
t

< t

< NK
t

atau

2 1
2 2 1 1
2 1
2 2 1 1
'
w w
t w t w
t
w w
t w t w
+
+
< <
+
+

2
2
2 2 1
2
1 1
/ ; / n s w n s w = =
Dengan:
( )( )
( )( ) 1
2
1
1
1
2
1
1
2 2
1 1
=
=
n t t
n t t


Untuk harga t lainnya,
0
H ditolak.

2. Uji Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru.
80
Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan
bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah
berbeda, digunakan uji normal gain.
Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:
81

pretest skor ideal skor
pretest skor posttest skor
gain N

=
Menurut Juangsih dalam skripsi Sandy, dengan kategorisasi perolehan,:
82

g-tinggi : nilai (<g>) 0,70
g-sedang : nilai 0,70 e(<g>)e 0,30
g-rendah : nilai (<g>) 0,30
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok
dilakukan statistik parametrik, yaitu uji-t.


80
Yanti Herlanti, op.cit., h.70.

81
Ibid., h. 53.

82
Ahmad Sandy, op.cit., h. 56.



K. Hipotesis Statistik
Ho : A = B
Ha : A B
Keterangan :
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep
getaran dan gelombang.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep
getaran dan gelombang.
A : rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran TANDUR.
B : rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan model pembelajaran TANDUR.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN






A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR
Pelaksanaan model pembelajaran TANDUR dapat diketahui dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi aktivitas guru yang
memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR. Persentase
keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR yang telah diobservasi oleh
observer terlihat pada Tabel 4. 1. Hasil yang didapat pada pertemuan pertama
dan kedua adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 1
Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR oleh Peneliti
Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2
No
SINTAKS
MODEL
Skor
Ideal
Nilai
Observer
%
Nilai
Observer
%
1 Tumbuhkan 5 5 100 5 100
2 Alami 3 2 66,7 3 100
3 Namai 3 3 100 3 100
4 Demonstrasikan 5 4 80 5 100
5 Ulangi 2 1 50 2 100
6 Rayakan 1 1 100 1 100
Total 19 16 496,7 19 600
Rata-Rata 82,8 % 100%
Kriteria Baik Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran
pada setiap seri pembelajaran mengalami peningkatan.
83
Nilai observer adalah
nilai keterlaksanaan model pembelajaran yang diberikan observer. Kriteria
keterlaksanaan model pembelajaran, dapat dilihat pada bab 3 halaman 42.
Pada pertemuan pertama rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dari mulai
fase tumbuhkan sampai fase rayakan mencapai 82,8%. Jika dilihat dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan
pertama yang dilakukan oleh peneliti masih belum maksimal. Hal ini terjadi
karena peneliti masih dalam proses penyesuaian dan baru pertama kali

83
Perhitungan lengkap pada lampiran C.1 hal 144.



menerapkan model pembelajaran TANDUR. Faktor lain yang menyebabkan
tidak terlaksananya tahapan-tahapan pembelajaran adalah disebabkan karena
penguasaan kelas yang dilakukan oleh peneliti masih belum maksimal, sehingga
perlu dijadikan catatan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
Pada pertemuan kedua rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dari mulai
fase tumbuhkan sampai fase rayakan mencapai 100 %. Terlihat bahwa pada
pertemuan kedua ini adanya peningkatan keterlaksanaan tahapan-tahapan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Peningkatan ini terjadi
dikarenakan peneliti sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan dan berusaha agar kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pertemuan
sebelumnya tidak terulang kembali.
Dari data pada Tabel 4. 1 di atas, pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria keterlaksanaan untuk
pertemuan pertama terkategori baik, sedangkan untuk pertemuan kedua
terkategori sangat baik. Rata-rata keterlaksanaan model meningkat dari tiap
pertemuan, sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran TANDUR telah
dilaksanakan dengan baik oleh peneliti dalam pembelajaran di kelas, walaupun
demikian ada beberapa hal yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan model
pembelajaran tersebut, yaitu: alokasi waktu jam pelajaran yang sangat singkat
yaitu sekitar 40 menit per jam pelajaran menyebabkan kekurangoptimalan
dalam melakukan penelitian dan belum terbiasanya siswa dengan model
pembelajaran yang diimplementasikan, karena walaupun metode yang
digunakan sebagian besar adalah eksperimen namun tetap saja peran guru
sebagai pemberi informasi masih dominan.
Pada model pembelajaran TANDUR yang diimplementasikan peran guru
hanya sebagai fasilitator, instruksi sejelas-jelasnya diberikan di LKS. Menurut
hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa kurang begitu tertarik
untuk membaca LKS dan mengeksplor diri sendiri, mereka lebih senang
menanyakan langsung pada guru padahal di LKS yang diberikan, instruksi yang
harus dilaksanakan sudah jelas.




B. Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
1. Skor Pretest Kelompok Eksperimen
Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang
dijadikan sampel diperoleh skor terendah 20 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata
sebesar 43,10, varians 117,98, dan simpangan baku 10,86. 10% siswa mendapat
skor terendah yaitu berada pada interval 20 sampai 27. Skor tertinggi sebanyak
2,5% yaitu berada pada interval 60 sampai 67. Skor terbanyak berada pada
interval 36 sampai 43 dan interval 52 sampai 59 dengan masing-masing
persentase 25%.
Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 50%, dan siswa yang
mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 50%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi
data hasil pretest kelompok eksperimen dapat dilihat Gambar 4.1.
84



Gambar 4. 1 Histogram Skor Pretest Kelompok Eksperimen

2. Skor Pretest Kelompok Kontrol
Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang
dijadikan sampel, diperoleh skor terendah 25 dan skor tertinggi 65, skor rata-
rata sebesar 45,63, varians 162,96, dan simpangan baku 12,77. 7,5% siswa
mendapat skor terendah yaitu berada pada interval 25 sampai 31, sedangkan

84
Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.a hal 154.
0
2
4
6
8
10
12
Skor Hasil Belajar
F
r
e
k
u
e
n
s
i

A
b
s
o
l
u
t

19,5 - 27,5 27,5 - 35,5 35,5 - 43,5 43,5 - 51,5 51,5 - 59,5 59,5 - 67,5



skor tertinggi sebanyak 10% yaitu berada pada interval 60 sampai 66. Skor
terbanyak berada pada interval 46 sampai 52 dengan persentase 30%.
Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 55%, dan siswa yang
mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi
data hasil pretest kelompok kontrol dapat dilihat Gambar 4. 2.
85



Gambar 4. 2 Histogram Skor Pretest Kelompok Kontrol

3. Skor Posttest Kelompok Eksperimen
Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang
dijadikan sampel diperoleh skor terendah 50 dan skor tertinggi 90, skor rata-rata
sebesar 72,25, varians 130,04, dan simpangan baku 11,40. 12,5% siswa
mendapat skor terendah yaitu berada pada interval 50 sampai 56. Skor tertinggi
sebanyak 17,5% yaitu berada pada interval 85 sampai 91. Skor terbanyak berada
pada interval 64 sampai 70 dengan persentase 22,5%.
Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 55%, sedangkan
siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%. Untuk lebih
jelasnya, deskripsi data hasil posttest kelompok eksperimen dapat dilihat
Gambar 4. 3.
86



85
Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.c hal 160.
86
Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.b hal 157.
0
2
4
6
8
10
12
14
F
r
e
k
u
e
n
s
i

A
b
s
o
l
u
t

24,5 - 31,5
31,5 - 38,5 38,5 - 45,5 45,5 - 52,5 52,5 - 59,5 59,6 - 66,5
Skor Hasil Belajar




Gambar 4.3 Histogram Skor Posttest Kelompok Eksperimen

4. Skor Posttest Kelompok Kontrol
Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang
dijadikan sampel diperoleh skor terendah 45 dan skor tertinggi 80, skor rata-rata
sebesar 62,50, varians 86,56, dan simpangan baku 9,30. 15% siswa mendapat
nilai terendah yaitu berada pada interval 45 sampai 50, dan skor tertinggi
sebanyak 10% berada pada interval 75 sampai 80. Skor terbanyak berada pada
interval 57 sampai 62 dengan persentase 25%.
Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 47,5%, sedangkan
siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 52,5%. Untuk lebih
jelasnya, deskripsi data hasil posttest kelompok kontrol dapat dilihat Gambar 4.
4.
87



87
Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.d. hal 163.
0
2
4
6
8
10
Skor Hasil Belajar
F
r
e
k
u
e
n
s
i

A
b
s
o
l
u
t
49,5 - 56,5 56,5 - 63,5 63,5 - 70,5 70,5 - 77,5 78,5 - 84,5 84,5 - 91,5




Gambar 4. 4 Histogram Skor Posttest Kelompok Kontrol

Tabel 4. 2 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest kelompok eksperimen
memiliki skor maksimum 65, skor minimum 20, dan skor rata-rata sebesar
43,10. Hasil belajar posttest kelompok eksperimen memiliki skor maksimum 90,
skor minimum 50, skor rata-rata sebesar 72,25. Hasil belajar pretest kelompok
kontrol memiliki skor maksimum 65, skor minimum 25, dan skor rata-rata
sebesar 45,63. Hasil belajar posttest kelompok kontrol memiliki skor maksimum
80, skor minimum 40, skor rata-rata sebesar 62,50. Dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok mengalami peningkatan hasil belajar. Tetapi kelompok
eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Tabel 4. 2
Rekapitulasi Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang
Eksperimen Kontrol
Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Max 65 90 65 80
Skor Min 20 50 25 40
Rata-rata 43,10 72,25 45,63 62,50
S 10,86 11,40 12,77 9,30



0
2
4
6
8
10
12
Skor Hasil Belajar
F
r
e
k
u
e
n
s
i

A
b
s
o
l
u
t
44,5 - 50,5 50,5 - 56,5 56,5 - 62,5 62,5 - 68,5 68,5 - 74,5 74,5 - 80,5



C. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas Pretest-Posttest
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Chi-
Kuadrat. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak, dengan ketentuan data berdistribusi normal bila memenuhi
kriteria hitung
2
tabel
2
diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan
tertentu.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat
dilihat seperti pada Tabel 4. 7.
88

Tabel 4. 3
Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol
Statistik
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 40 40 40 40

43,10 72,25 45,63 62,50
S 10,86 11,40 12,77 9,30
hitung
2
4,34 8,41 2,60 4,53
tabel
2
11,07 11,07 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Pengujian dilakukan pada taraf signifikasi 95% ( = 0,05) dengan derajat
kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel 4. 7
dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen
dan kontrol berdistribusi normal karena memenuhi hitung
2
tabel
2
.

2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini homogenitas
didapat dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang digunakan,
yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila hitung
2
tabel
2

diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji

88
Perhitungan lengkap pada lampiran C.2 hal 154 - 165.



homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel
4. 8.
89

Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest
Pretest Posttest
Nilai Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
s 117,9 162,96 130,04 86,56
s gabungan 140,47 108,30
X hitung 1,01 1,60
X tabel 3,841
Kesimpulan Homogen Homogen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1. Dari Tabel 4. 8 dapat disimpulkan bahwa hasil
pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan kontrol berasal dari
populasi yang homogen karena memenuhi kriteria hitung
2
tabel
2
.

3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest
kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X = Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan
kriteria sebagai berikut:
Jika t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.

89
Perhitungan lengkap pada lampiran C.3 hal 166 - 167.



Jika t
hitung
< -t
tabel
atau t
tabel
< t
hitung
maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Tabel 4.5
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 40 40

43,10 45,63
S 117,99 162,96
t
hitung
-0,96
t
tabel
2,00
Kesimpulan Tidak Berbeda

Dari perhitungan diperoleh nilai t
hitung
sebesar -0,96 dan t
tabel
sebesar
2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t
hitung
berada di
daerah penerimaan Ho, yaitu: -t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
atau -2,00 < -0,96 < 2,00.
Dengan demikian H
0
diterima dan H
a
ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata
skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok
kontrol.
90


b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X = Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan
kriteria sebagai berikut:

90
Perhitungan lengkap pada lampiran C.4 hal 168.



Jika t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika t
hitung
-t
tabel
atau t
tabel
t
hitung
maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Tabel 4.6
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 40 40

72,35 62,50
S 130,04 86,56
t
hitung
9,51
t
tabel
2,00
Kesimpulan Berbeda

Dari perhitungan diperoleh nilai t
hitung
sebesar 9,51 dan

t
tabel
sebesar
2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa

t
hitung
berada di
daerah penolakan H
0
, yaitu t
tabel
t
hitung
atau 2,00 9,51. Dengan demikian H
0

ditolak dan H
a
diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
91


c. Uji Normal Gain
Pengumpulan data penelitian tes hasil belajar dilakukan menggunakan
alat pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group
Design, maka data yang disajikan untuk kedua kelompok sampel tersebut
digolongkan menjadi data hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui hasil
penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan perbandingan hasil pretest
dengan posttest dari kedua kelompok, serta membandingkan normal gain dari
kedua kelompok tersebut. Dari hasil perhitungan untuk normal gain diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain

91
Perhitungan lengkap pada lampiran C4 hal 169.



Keterangan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Jumlah Sampel 40 40

0,49 0,28
S 0,05 0,03
t
hitung
5,18
t
tabel
2,00
Kesimpulan Berbeda

Peningkatan Skor siswa diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai
rata-rata normal gain dari Skor siswa kelompok eksperimen sebesar 0,49 dan
kelompok kontrol sebesar 0,28. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-
rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Selain itu, berdasarkan hasi uji-t dengan taraf kepercayaan
95% (=0,05), diperoleh normal gain pada kelompok eksperimen berbeda
secara signifikan dari kelompok kontrol (t
hitung
= 5,18 dan t
tabel
=2,00).
92

Kategori peningkatan Skor siswa diperoleh dari perhitungan normal gain.
Peningkatan Skor siswa pada kelompok eksperimen secara umum termasuk
kategori sedang (0,49), sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan Skor
siswa termasuk kategori rendah (0,28).

D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen
sebesar 43,10 dan kelompok kontrol sebesar 45,63. Hasil posttest diketahui nilai
rata-rata kelompok eksperimen sebesar 72,25 dan kelompok kontrol sebesar
62,50. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran TANDUR memiliki kenaikan nilai rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional (ceramah).
Kelompok eksperimen dan kontrol berada pada distribusi normal, baik
pada uji pretest maupun posttest . Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian
persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa
hitung
2
< tabel
2
dengan nilai tabel
2
pada taraf kepercayaan 95% sebesar 11,07.

92
Perhitungan lengkap pada lampiran C.4 hal 165.



Selain itu, hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok
homogen, yang menyatakan bahwa hitung
2
> tabel
2
dengan nilai tabel
2
pada
taraf kepercayaan 95% sebesar 3,84.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk uji
kesamaan rata-rata pretest dan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata posttest, pada
taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan rata-rata pretest, dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest
kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai t
hitung

sebesar -0,96 dan nilai t
tabel
sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai t
hitung
berada di daerah penerimaan Ho, yaitu t
tabel

t
hitung
t
tabel
atau 2,00 < -0,96 < 2,00. Dengan demikian H
0
diterima dan Ha
ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan
rata-rata skor pretest kelompok kontrol.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui
apakah skor posttest kelas eksperimen yang diimplementasikan model
pembelajaran TANDUR lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor
posttest kelompok kontrol yang diimplementasikan model pembelajaran
konvensional (ceramah). Diperoleh t
hitung
sebesar 9,51 dan t
tabel
sebesar 2,00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t
hitung
ada di daerah penerimaan
Ha, yaitu t
tabel
< t
hitung
atau 2,00 < 9,51. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan
rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain
untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol sebesar 0,28. Dari nilai
tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen
lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan
uji-t 95% diperoleh nilai t
hitung
sebesar 5,18 dan nilai t
tabel
sebesar 2,00. Hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen
berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.




E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR yang
dilakukan oleh peneliti telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran di
kelas. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata keterlaksanaan model
pembelajaran pada tiap pertemuan. Dengan kriteria keterlaksanaan untuk
pertemuan pertama terkategori baik, sedangkan untuk pertemuan kedua
terkategori sangat baik.
Pelaksanaan pada tahap tumbuhkan adalah guru berusaha memotivasi dan
menarik minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan
adalah menunjukan suatu peristiwa yang sering ditemui siswa dalam kehidupan
sehari-hari, menyampaikan manfaatnya, dan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan materi sebelumnya, menunjukan peristiwa/benda yang telah
dikenal siswa dan memberikan beberapa pertanyaan maka respon siswa secara
serempak memberikan pendapat tentang hal tersebut, berupa pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menggali konsepsi awal siswa sehingga siswa menjadi
tertarik pada pembelajaran. Usaha tersebut direspon oleh siswa dengan cara
memperhatikan penjelasan guru/siswa, mengemukakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Respon siswa yang paling besar adalah
memperhatikan penjelasan guru/siswa dan mengemukakan pendapat. Hal ini
menunjukan bahwa siswa tertarik dengan hal yang dikemukakan guru/siswa.
Dari pendapat-pendapat yang disampaikan kemudian dibuktikan dengan
cara melakukan percobaan. Pelaksanaan percobaan dilakukan pada tahap alami.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan beberapa percobaan.
Pembagian kelompok ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk melakukan percobaan dan untuk mengeksplorasi alat.
Dari hasil percobaan tersebut selanjutnya adalah membimbing siswa untuk
menemukan bagaimana konsep dari getaran dan gelombang. Hal ini dilakukan
pada tahap namai. Pada tahap namai siswa diarahkan untuk mengetahui bahwa
setiap getaran dan gelombang memiliki cirinya masing-masing. Tahap selanjutnya



adalah demonstrasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menunjukan
kemampuannya dalam melakukan percobaan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam LKS. Banyaknya siswa yang presentasi dibatasi pada beberapa
orang yang merupakan wakil dari kelompok. Hal ini disebabkan terbatasnya
waktu yang tersedia.
Tahap selanjutnya adalah mengulangi materi yang telah dipelajari.
Pengulangan materi dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran. Tahap
selanjutnya adalah rayakan. Tahap ini merupakan penghargaan bagi siswa
terhadap keberanian-keberanian, dan kemauan untuk mengikuti pembelajaran.
Selain memberikan pujian positif dapat juga memberikan pujian yang sifatnya
menegur yang diberikan kepada siswa yang tidak serius mengikuti pembelajaran.
Pada tahap rayakan aktivitas siswa yang diamati adalah rasa senang dan gembira.
Indikator siswa merasa senang dan gembira adalah bertepuk tangan, senyum,
mengungkapkan kata yes, hore dan sebagainya.
Untuk pertemuan pertama kemampuan siswa belum optimal karena siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini disebabkan
karena guru belum mengoptimalkan metode-metode pembelajaran di tiap fase.
Misalnya, dalam fase demonstrasikan, diskusi kelompok belum optimal sehingga
siswa masih lebih banyak belajar secara individu. Selain itu, keaktifan siswa
masih kurang, misalnya dalam menjawab pertanyaan guru, menuliskan jawaban di
papan tulis, mempresentasikan kemampuan mereka di hadapan teman-temannya.
Siswa hanya memberikan reaksi jika guru yang menyuruh. Artinya, siswa belum
antusias dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Dalam pertemuan pertama ini, guru melakukan beberapa pengaturan
dalam kelas, di antaranya : Tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga
siswa sudah dikelompokkan sejak awal. Tempat duduk siswa disiapkan melingkar
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan secara berkelompok dengan nyaman.
Guru telah mengadakan kontrak belajar dengan siswa sebelum melakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR.
Dalam kontrak belajar tersebut, guru melakukan kesepakatan dengan
siswa bahwa jika ada siswa yang tidak melakukan pembelajaran dengan serius



maka mereka akan diminta untuk keluar dari kelas oleh guru, dan hal ini
disepakati oleh semua siswa. Hal-hal yang dilakukan oleh guru tersebut dilakukan
sebagai upaya untuk menyingkirkan hambatan-hambatan yang mungkin ada
dalam pembelajaran. Upaya-upaya yang dilakukan guru pada pembelajaran seri
pertama juga berlaku pada pembelajaran selanjutnya. Selain itu, guru menciptakan
suasana kompetitif di kelas sehingga siswa lebih serius dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Guru mengoptimalkan fase pengulangan
sehingga konsep-konsep yang didapat dari fase sebelumnya tidak hilang.
Pada pertemuan kedua, guru lebih mengoptimalkan diskusi-diskusi dalam
kelompok sehingga siswa semakin terbiasa belajar secara berkelompok. Selain itu,
suasana kompetitif yang dirancang oleh guru menyebabkan siswa lebih serius
dalam belajar dan mereka juga lebih termotivasi karena akan diberikan
penghargaan untuk setiap usaha yang mereka lakukan.
Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran dengan baik sehingga mereka mengganggu temannya. Selain itu,
karena guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
presentasikan, sehingga siswa yang tidak mendapat kesempatan tersebut tidak
termotivasi untuk dapat mempresentasikan kemampuannya di hadapan teman-
temannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh model
pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar siswa, dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari Skor setelah diterapkan model pembelajaran
TANDUR kepada siswa kelas eskperimen.
Sesuai dengan temuan Gani Hamdani dalam skripsinya yang berjudul
Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap
Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa yang menyatakan bahwa Penerapan model
TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika berpengaruh terhadap aktivitas dan
prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar menjadi berorientasi pada siswa aktif dan



prestasi belajar siswa meningkat signifikan sebesar 6,42.
93
Menurut Erman
Suherman, dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan
pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa
untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan
membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya.
94

Berdasarkan hasil pretest, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua
rata-rata pretest diketahui bahwa Skor siswa kedua kelompok penelitian
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki Skor awal pada getaran
dan gelombang yang sama.
Berdasarkan hasil posttest, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua
rata-rata posttest diketahui bahwa Skor siswa kedua kelompok penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki hasil belajar yang berbeda secara
signifikan setelah diberikan perlakuan. Dengan rata-rata kelompok eksperimen
lebih besar dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR pada kelompok eksperimen
lebih baik dari penerapan model pembelajaran konvensional (ceramah).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marwan dalam tesisnya yang
menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri
telah mengatasi sebagian kesulitan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga hasil
belajar mereka jauh lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan
pembelajaran biasa.
95

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam proses pembelajaran.
Dimana pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan penerapan model
pembelajaran TANDUR yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi

93
Ibid., h. 45
94
Erman Suherman, Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa,
tersedia : http://educare.e-fkipunla.net, [Online], diakses : 21 Januari 2009, 10:46 AM.
95
Marwan, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Sebagai Upaya
Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas II SMU dalam Memahami Konsep Alat-alat Optik, Tesis,
(Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2004), h. 67.



siswanya terutama pada tahap alami, namai dan demonstrasikan dimana siswa
melakukan percobaan, mendiskusikan hasilnya dengan teman sekelompok
kemudian mempresentasikannya di depan kelas dengan diawali penumbuhan
minat oleh guru karena penumbuhan minat merupakan pondasi bagi langkah
kegiatan berikutnya. Sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan yang
sama akan tetapi diberikan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru dan siswa hanya bersifat pasif.
Nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain, yang dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai
yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara
signifikan dari kelompok kontrol.
Keadaan ini menggambarkan bahwa meningkatkan Skor siswa pada
konsep getaran dan gelombang lebih baik dengan menerapkan model
pembelajaran TANDUR karena telah menunjukkan peningkatan yang lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran TANDUR
(ceramah). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
pembelajaran fisika dengan model pembelajaran TANDUR terhadap Skor siswa.
Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran TANDUR menjadi
suatu pertimbangan sebagai alternatif variasi model pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisri Mayeni dalam skripsinya yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuri Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
dalam ranah kognitif dan psikomotor meningkat setelah diterapkan model
pembelajaran TANDUR sehingga model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri
efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model
pembelajaran TANDUR yang diterapkan adalah positif.
96


96
Sisri Mayeni, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Untuk
meningkatan Hasil Belajar Siswa . Skripsi. (Perpustakaan UPI bandung : Tidak diterbitkan.
2008), h.77.



Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan yang telah dipaparkan
dikajian teori, serta berdasarkan perhitungan statistika yang dilakukan telah
terbukti yaitu dengan adanya peningkatan Skor yang lebih baik pada kelas
eksperimen dan perbedaan nilai Skor pada kelas dan kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR
berpengaruh terhadap Skor siswa.








































BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan
konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan model pembelajaran
TANDUR lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional (ceramah). Hal ini diperkuat dengan perolehan hasil
perhitungan uji hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05
didapat hasil t
hitung
> t
tabel
yaitu 9,51 > 2,00, dari hasil tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa Ha diterima. Hasil perhitungan ini membuktikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan
peneliti adalah :
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR dapat
memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar fisika
siswa, untuk itu guru bidang studi khusunya fisika dapat menerapkan
pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran TANDUR.
2. Penelitian mengenai model pembelajaran TANDUR ini dapat dikembangkan
lebih luas untuk diteliti mengenai motivasi siswa dalam belajar fisika,
kreativitas siswa, keaktifan siswa, daya retensi siswa, dan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi.
3. Penelitian selanjutnya disarankan mengambil konsep lain, supaya dapat
terlihat apakah model pembelajaran TANDUR berhasil juga untuk konsep
lain selain getaran dan gelombang.








RIWAYAT HIDUP






Penulis bernama Iin Hendriyani, lahir di Tangerang pada tanggal 25 Juli
1987. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak
Wahid, AMA.Pd dan Ibu Yoyoh. Penulis beragama Islam dan tinggal di Jl. Ki
Mas Laeng Kp. Mampelem no. 31 RT/RW : 001/004 Ds. Matagara Kec.
Tigaraksa Kab. Tangerang Banten 15720.
Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya SDN
Tigaraksa III lulus tahun 1999, SLTPN 1 Tigaraksa lulus tahun 2002, kemudian
penulis melanjutkan ke SMAN 1 Balaraja lulus tahun 2005. Penulis tercatat
sebagai mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan IPA Program
Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2005 melalui jalur UML (Ujian Masuk
Lokal).
















Lampiran A.1 : Format Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lampiran A.2........................................................................................
.................................................................................................................. : Kisi-
kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Lampiran A.3........................................................................................
.................................................................................................................. : Soal
Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
Lampiran A.4........................................................................................
.................................................................................................................. :
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar
Lampiran A.5........................................................................................
.................................................................................................................. :
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar
Lampiran A.6........................................................................................
.................................................................................................................. :
Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar
Lampiran A.7........................................................................................
.................................................................................................................. :
Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
Lampiran A.8........................................................................................
.................................................................................................................. :
Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar
Lampiran A.9........................................................................................
.................................................................................................................. :
Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
Yang Menjawab Benar Instrumen Penelitian Tes
Hasil
LAMPIRAN A
INSTRUMEN PENELITIAN DAN UJI COBA
INSTRUMEN PENELITIAN



Belajar
Lampiran A.10...................................................................................... :
Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar
Lampiran A.11`..................................................................................... :
Klasifikasi Kelompok Siswa
Lampiran A.12...................................................................................... :
Urutan Skor Tertinggi Ke Terendah Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar
Lampiran A.13 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen
Penelitian Tes Hasil Belajar
Lampiran A.14 : Contoh Pernitungan Uji Coba Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar
Lampiran A.15 : Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Yang
Dipakai Dalam Penelitian



Lampiran A.1

Format Lembar Observasi Aktivitas Guru
(Keterlaksanaan Model Pembelajaran Tandur)

Pertemuan Ke : .
Pokok Bahasan : Getaran dan Gelombang

Petunjuk : Berilah tanda checklist () pada kolom Ya jika aktivitas guru teramati
atau pada kolom Tidak jika aktivitas tidak teramati

Terlaksana
No Sintaks Model
Ya Tidak
Keterangan
1 Tahap I : Tumbuhkan
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
Melakukan apersepsi yang relevan dengan permasalahan
Menyampaikan indikator pembelajaran yang akan diraih
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Mengungkap konsepsi awal siswa

2 Tahap II : Alami
Memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan kegiatan percobaan
Menyediakan alat-alat percobaan dan membagikan LKS
Membimbing siswa dalam melakukan percobaan sampai
siswa dapat melihat fenomena dan mendapatkan data hasil
pengamatan

3 Tahap III : Namai
Mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi
Membimbing siswa dalam melakukan percobaan bila ada
kelompok yang mengalami kesulitan
Membimbing siswa untuk berdiskusi dan melakukan tanya
jawab tentang hasil percobaan yang telah diperoleh dengan
teman kelompoknya.

4 Tahap IV : Demonstrasikan
Menfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi hasil
percobaan
Membahas hasil percobaan yang telah dipresentasikan oleh
siswa.
Menjelaskan contoh soal kepada siswa.




Memberikan soal kepada siswa
Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan
5 Tahap V : Ulangi
Memberikan koreksi atau penguatan tentang konsep yang
dipelajari
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
pembelajaran yang dilaksanakan

6 Tahap VI : Rayakan
Memberikan penghargaan berupa tepuk tangan atau hadiah
kepada siswa yang menjawab pertanyaan, bertanya dan hasil
presentasi yang paling baik



Jakarta, Januari 2010
Observer,





(______________________)



Lampiran A.4


Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar


1. D
2. B
3. B
4. A
5. B
6. A
7. C
8. B
9. B
10. D
11. C
12. B
13. D
14. C
15. B
16. A
17. B
18. D
19. B
20. A
21. C
22. D
23. A
24. D
25. B
26. D
27. A
28. B
29. C
30. A
31. B
32. D
33. A
34. D
35. A
36. C






Lampiran A.15






Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
benar!

1. Amplitudo sebuah getaran adalah .
a simpangan total gerak benda
b simpangan maksimum benda terhadap titik seimbangnya
c simpangan minimum benda terhadap titik seimbangnya
d jumlah getaran dalam satu sekon

2. Perhatikan gambar seorang anak yang sedang bermain ayunan di bawah ini!
Satu getaran yang benar adalah gerakan dari .
a. O-A-O-B-O c. A-O-A-B-A

b. B-O-A-B-O d. O-B-A-B-O

3. Periode getaran adalah .
a. banyaknya getaran yang terjadi tiap waktu
b. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh
c. simpangan pada getaran
d. jarak terjauh dari titik seimbang

4. Seekor kupu-kupu mengibaskan sayapnya sebanyak 15 kali dalam waktu 30
detik. Periode gerakan sayap kupu-kupu tersebut adalah
a. 0,5 detik c. 2 detik

b. 1 detik d. 3 detik


5. Pegas A dan pegas B digetarkan bersama-sama. Setelah beberapa saat, ternyata
A bergetar sebanyak 3600 kali dan B sebanyak 4500 kali. Perbandingan periode
A dan B adalah ..
a. 2 : 3 c. 4 : 5
b. 3 : 2 d. 5 : 4

6. Faktor-faktor berikut ini yang dapat mempengaruhi periode getar ayunan
sederhana adalah .
a. amplitudo dan panjang tali c. massa beban dan tempat percobaan
b. panjang tali dan sudut simpangan d. panjang tali dan massa beban
Nama : Hari/tanggal :
No. Absen : Waktu :
Kelas :
B
O
A



7. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :
1) Frekuensi mempengaruhi periode
2) Periode sangat mempengaruhi frekuensi
3) Amplitudo tidak mempengaruhi periode
4) Amplitudo tidak mempengaruhi frekuensi
Pernyataan yang benar adalah .
a. 1 dan 3 c. 2 dan 4
b. 1 dan 2 d. 3 dan 4
8. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yang benar adalah .
a. f = T - 1 c. f = 1 / T
b. f = 1 - T d. f + 1 = T

9. Dua buah benda melakukan getaran dengan periode masing-masing benda A =
0,40 sekon dan benda B = 0,50 sekon. Perbandingan frekuensi benda yang benar
sesuai dengan pernyataan tersebut adalah .
a. A : B adalah 2 : 2,5 c. A : B adalah 2 : 4
b. B : A adalah 2,5 : 2 d. B : A adalah 4 : 2

10. Perhatikan tabel berikut ini!
Percobaan ke- Amplitudo (m) Banyak Getaran Waktu (s)
1 5 20 10
2 10 40 20
3 15 40 20
4 20 60 30
5 25 80 40
Pernyataan berikut yang sesuai dengan data tabel di atas adalah .
a. semakin besar amplitudo, periode semakin besar
b. semakin besar amplitudo, frekuensi semakin besar
c. periode tidak tergantung dari frekuensi
d. periode tidak tergantung dari amplitudo

11. Di bawah ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai gelombang
adalah
a. gelombang adalah getaran yang bergerak
b. gelombang adalah getaran yang merambat
c. gelombang adalah getaran bolak-balik suatu partikel
d. gelombang adalah getaran yang berpengaruh pada keadaan suatu benda

12. Sebuah gabus terapung dalam wadah yang berisi air. Air di dalam wadah diberi
usikan secara berulang. Usikan tersebut membuat gabus bergerak naik turun
tetapi kedudukannya tetap seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Peristiwa itu menunjukkan bahwa .
a. medium dan gelombang hanya bergerak naik turun



b. hanya mediumnya yang bergerak naik turun sedangkan gelombangnya diam
c. gelombang merambat tanpa memindahkan medium
d. gelombang merambat dengan memindahkan medium

13.


Kertas pada tali hanya bergerak naik turun. Dapat disimpulkan bahwa .
a. gelombang yang terjadi adalah gelombang transversal
b. kertas sebagai medium gelombang menunjukkan gerak naik turun
c. gelombang terjadi karena naik turun
d. dalam rambatannya zat antara yang dilalui gelombang tidak merambat

14. Perhatikan gambar di bawah ini!




Amplitudo dan panjang gelombangnya berturut-turut adalah
a. 10 cm dan 100 cm c. 10 cm dan 50 cm
b. 5 cm dan 50 cm d. 5 cm dan 100 cm

15.







Periode gelombang tersebut adalah .
a. 0,25 detik c. 0,75 detik
b. 0,5 detik d. 1 detik

16. Cepat rambat gelombang adalah .
a. banyak gelombang yang terjadi setiap satu sekon
b. jarak yang ditempuh suatu gelombang setiap waktu
c. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh
d. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu macam gelombang

17. Data :
1. Amplitudo gelombang 3. Frekuensi gelombang
2. Panjang gelombang 4. Periode gelombang
Dari data di atas, besaran yang tidak berhubungan satu sama lain adalah
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
1



18. Perhatikan gambar gelombang transversal di bawah ini!




Cepat rambat gelombang tersebut jika diketahui frekuensinya 8 Hz adalah .
a. 320 m/s c. 32 m/s
b. 80 m/s d. 800 m/s

19. Sebuah slinki digetarkan sehingga menghasilkan gelombang longitudinal seperti
pada gambar di bawah ini.







Jika frekuensi slinki adalah 3 Hz, maka cepat rambat gelombangnya adalah .
a. 9 m/s c. 0,6 m/s
b. 6 m/s d. 0,9 m/s

20. Perhatikan gambar gelombang di bawah ini!



Jika jarak AB = 12 cm ditempuh selama 0,01 detik maka pernyataan berikut
benar, kecuali.
a. gelombang di atas adalah gelombang transversal
b. kecepatannya 1.200 cm/detik
c. frekuensi 200 hz
c. panjang gelombangnnya 12 cm
D E
B
F
C A
G
renggangan
renggangan
renggangan
rapatan rapatan
rapatan
30 cm



Lampiran A.14


Contoh Perhitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar

A. Pengujian Validitas dengan Korelasi Point Biserial
Misal menguji validitas soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.
2. q = 1 p = 0,889
3.
4.
5.
6.
7.
8. Db = 36 2 = 34 ; = 0,05
Pada daftar r baru product moment diperoleh :
r
tabel
= r
()(34)
= 0,339
Karena r
pbi
> r
tabel
, butir soal nomor 35 disimpulkan valid.
Berdasarkan tabel interpretasi validitas (Tabel 3.5), maka validitas 0,471
menunjukkan kategori validitas cukup.

B. Penguian Reliabilitas Tes dengan rumus KR-20







Berdasarkan tabel interpretasi reliabilitas (Tabel 3.6), maka reliabilitas
0,762 menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi. n = jumlah soal yang valid.

C. Pengujian Taraf Kesukaran
Misal menguji taraf kesukaran soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai
berikut:

Berdasarkan tabel interpretasi indeks kesukaran soal (Tabel 3.7), maka indeks
0,111 menunjukkan bahwa soal nomor 35 termasuk sukar.

D. Daya Pembeda Soal
Misal menghitung daya pembeda soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai
berikut:

Berdasarkan tabel klasifikasi daya pembeda soal (Tabel 3.8), maka nilai 0,222
menunjukkan bahwa kriteria daya pembeda soal nomor 35 termasuk cukup.



A
O
Lampiran A.3




Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
benar!

1. Getaran diartikan sebagai .
a. gerak lurus di sekitar titik keseimbangan
b. gerak melingkar di sekitar titik keseimbangan
c. gerak lurus beraturan di sekitar titik keseimbangan
d. gerak bolak-balik di sekitar titik keseimbangan
2. Amplitudo sebuah getaran adalah .
a simpangan total gerak benda
b simpangan maksimum benda terhadap titik seimbangnya
c simpangan minimum benda terhadap titik seimbangnya
d jumlah getaran dalam satu sekon
3. Data :
1. Frekuensi 3. Periode
2. Cepat rambat 4. Amplitudo
Dari data di atas, besaran yang tidak dimiliki getaran ditunjukkan data nomor
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
4. Perhatikan gambar seorang anak yang sedang bermain ayunan di bawah ini!
Satu getaran yang benar adalah gerakan dari .
a. O-A-O-B-O c. A-O-A-B-A

b. B-O-A-B-O d. O-B-A-B-O

5. Periode getaran adalah .
a. banyaknya getaran yang terjadi tiap waktu
b. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh
c. simpangan pada getaran
d. jarak terjauh dari titik seimbang
6. Seekor kupu-kupu mengibaskan sayapnya sebanyak 15 kali dalam waktu 30
detik. Periode gerakan sayap kupu-kupu tersebut adalah
a. 0,5 detik c. 2 detik
b. 1 detik d. 3 detik

7. Pegas A dan pegas B digetarkan bersama-sama. Setelah beberapa saat, ternyata
A bergetar sebanyak 3600 kali dan B sebanyak 4500 kali. Perbandingan periode
A dan B adalah ..
a. 2 : 3 c. 4 : 5
Nama : Hari/tanggal :
No. Absen : Waktu :
Kelas :
B



c. 3 : 2 d. 5 : 4
b. Hubungan antara frekuensi, lama waktu bergetar, dan jumlah getaran dapat
dirumuskan dengan
a. c. 2f = n x t

b. d. n = f x 2t

c. Perhatikan tabel di bawah ini!
No. pegas Jumlah Getaran Waktu
I 12 6
II 16 12
III 14 7
IV 20 5
Pegas yang mempunyai frekuensi yang sama ditunjukkan pegas nomor ..
a. I dan II c. II dan IV
b. I dan III d. III dan IV
d. Faktor-faktor berikut ini yang dapat mempengaruhi periode getar ayunan
sederhana adalah .
a. amplitudo dan panjang tali c. massa beban dan tempat percobaan
b. panjang tali dan sudut simpangan d. panjang tali dan massa beban
e. Satuan frekuensi adalah .
a. getaran/menit c. hertz
b. sekon d. hertz/sekon
f. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :
1) Frekuensi mempengaruhi periode
2) Periode sangat mempengaruhi frekuensi
3) Amplitudo tidak mempengaruhi periode
4) Amplitudo tidak mempengaruhi frekuensi
Pernyataan yang benar adalah .
a. 1 dan 3 c. 2 dan 4
b. 1 dan 2 d. 3 dan 4
g. Jika periode getaran A lebih kecil daripada periode getaran B, maka .
a. frekuensi getaran A lebih kecil dari pada frekeunsi getaran B
b. amplitudo getaran A lebih kecil daripada amplitudo getaran B
c. gerakan getaran A lebih lambat daripada gerakan getaran B
d. dalam waktu satu detik, jumlah getaran A lebih banyak daripada jumlah
getaran B
h. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yang benar adalah .
a. f = T - 1 c. f = 1 / T
b. f = 1 - T d. f + 1 = T
i. Sebuah getaran menghasilkan frekuensi 50 Hz. Periode getarannya adalah .
a. 0,5 sekon c. 0,02 sekon
b. 0,2 sekon d. 0,05 sekon
j. Dua buah benda melakukan getaran dengan periode masing-masing benda A =
0,40 sekon dan benda B = 0,50 sekon. Perbandingan frekuensi benda yang benar
sesuai dengan pernyataan tersebut adalah .



a. A : B adalah 2 : 2,5 c. A : B adalah 2 : 4
b. B : A adalah 2,5 : 2 d. B : A adalah 4 : 2
k. Frekuensi getaran A adalah 4 kali frekuensi getaran B, tetapi 1/3 kali frekuensi
getaran C. perbandingan periode A, B, dan C adalah ..
a. 1 : 4 : 3 c. 4 : 3 : 12
b. 3 : 12 : 1 d. 9 : 8 : 24
l. Perhatikan tabel berikut ini!
Percobaan ke- Amplitudo (m) Banyak Getaran Waktu (s)
1 5 20 10
2 10 40 20
3 15 40 20
4 20 60 30
5 25 80 40
Pernyataan berikut yang sesuai dengan data tabel di atas adalah .
a. semakin besar amplitudo, periode semakin besar
b. semakin besar amplitudo, frekuensi semakin besar
c. periode tidak tergantung dari frekuensi
d. periode tidak tergantung dari amplitudo
m. Di bawah ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai gelombang
adalah
a. gelombang adalah getaran yang bergerak
b. gelombang adalah getaran yang merambat
c. gelombang adalah getaran bolak-balik suatu partikel
d. gelombang adalah getaran yang berpengaruh pada keadaan suatu benda
n. Ombak laut mampu menerjang benda-benda yang menghalanginya. Peristiwa
ini menunjukkan bahwa gelombang merambatkan .
a. energi c. partikel
b. zat perantara d. materi
o. Sebuah gabus terapung dalam wadah yang berisi air. Air di dalam wadah diberi
usikan secara berulang. Usikan tersebut membuat gabus bergerak naik turun
tetapi kedudukannya tetap seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Peristiwa itu menunjukkan bahwa .
a. medium dan gelombang hanya bergerak naik turun
b. hanya mediumnya yang bergerak naik turun sedangkan gelombangnya diam
c. gelombang merambat tanpa memindahkan medium
d. gelombang merambat dengan memindahkan medium

p.


Kertas pada tali hanya bergerak naik turun. Dapat disimpulkan bahwa .
a. gelombang yang terjadi adalah gelombang transversal
b. kertas sebagai medium gelombang menunjukkan gerak naik turun



c. gelombang terjadi karena naik turun
d. dalam rambatannya zat antara yang dilalui gelombang tidak merambat
q. Perhatikan gambar riak air di bawah ini!
Dua buah gabus A dan B mengapung pada permukaan air, yang akan terjadi
pada kedua gabus tersebut ketika gelombang melaluinya adalah .

Keterangan :
--------------- adalah puncak gelombang
__________ adalah lembah gelombang



a. gabus A ke lembah gelombang dan gabus B ke puncak gelombang
b. gabus A ke puncak gelombang dan gabus B ke puncak gelombang
c. gabus A ke lembah gelombang dan gabus B ke lembah gelombang
d. gabus A puncak ke gelombang dan gabus B ke lembah gelombang
r. Gambar di bawah ini yang menggambarkan panjang satu gelombang tranversal
dan gelombang longitudinal adalah

a. c.

b. d.


s. Perhatikan gambar di bawah ini!




Amplitudo dan panjang gelombangnya berturut-turut adalah
c. 10 cm dan 100 cm c. 10 cm dan 50 cm
d. 5 cm dan 50 cm d. 5 cm dan 100 cm

Untuk menjawab soal no 26 dan 27, gunakan gambar di bawah ini!








t. Periode gelombang tersebut adalah .
a. 0,25 detik c. 0,75 detik
b. 0,5 detik d. 1 detik

B
A
1



u. Frekuensi gelombang tersebut adalah .
a. 1 Hz c. 3 Hz
b. 2 Hz d. 4 Hz
v. Cepat rambat gelombang adalah .
a. banyak gelombang yang terjadi setiap satu sekon
b. jarak yang ditempuh suatu gelombang setiap waktu
c. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh
d. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu macam gelombang
w. Manakah dari pernyataan berikut ini yang benar mengenai satu panjang
gelombang penuh?
a. Jarak dari suatu puncak gelombang ke dasar gelombang
b. Jarak dari pusat rapatan ke pusat renggangan
c. Jarak dari suatu puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya
d. Jarak dari dasar gelombang ke puncak gelombang
x. Data :
1. Amplitudo gelombang 3. Frekuensi gelombang
2. Panjang gelombang 4. Periode gelombang
Dari data di atas, besaran yang tidak berhubungan satu sama lain adalah
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
y. Perbedaan mendasar antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal
adalah .
a. frekuensinya c. amplitudonya
b. arah getarnya d. panjang gelombangnya
z. Cepat rambat suatu gelombang adalah 60 m/s. jika frekuensinya 24 Hz, maka
panjang gelombangnya adalah .
a. 460 cm c. 300 cm
b. 350 cm d. 250 cm
aa. Perhatikan gambar gelombang transversal di bawah ini!




Cepat rambat gelombang tersebut jika diketahui frekuensinya 8 Hz adalah .
a. 320 m/s c. 32 m/s
b. 80 m/s d. 800 m/s
bb. Sebuah slinki digetarkan sehingga menghasilkan gelombang longitudinal seperti
pada gambar di bawah ini.







Jika frekuensi slinki adalah 3 Hz, maka cepat rambat gelombangnya adalah .
D E
B
F
C A
G
renggangan
renggangan
renggangan
rapatan rapatan
rapatan
30 cm



a. 9 m/s c. 0,6 m/s
b. 6 m/s d. 0,9 m/s
cc. Perhatikan gambar gelombang di bawah ini!



Jika jarak AB = 12 cm ditempuh selama 0,01 detik maka pernyataan berikut
benar, kecuali.
a. gelombang di atas adalah gelombang transversal
b. kecepatannya 1.200 cm/detik
c. frekuensi 200 hz
d. panjang gelombangnnya 12 cm
dd. Perhatikan gambar berikut ini!



Jika jarak AC= 10 cm ditempuh selama 0,02 detik maka pernyataan berikut
benar, kecuali ..
a. gelombang di atas adalah gelombang longitudinal
b. kecepatan gelombangnya 500 m/s
c. frekuensinya 1000 Hz
d. panjang gelombangnya 10 cm

You might also like