You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Politik merupakan rangkaian asas, prinsip, keadaaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politik dan policy mempunyai hubungan yang
erat dan timbal balik. Politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara dan alat yang akan
digunakan untuk mencapai cita-cita/ tujuan tertentu. Policy adalah penggunaan pertimbangan yang
dianggap dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/ tujuan yang dikehendaki. Politik
secara umum menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem negara dan bagaiman melaksanakan
tujuan itu. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut
pengaturan, pembagian/ alokasi sumber-sumber yang ada, dan diperlukan kekuasaan dan wewenang
(authority) untuk membina kerjasama/ penyelesaian konflik dalam proses pencapaian tujuan.
Maka politik nasional adalah asas, kaluan, serta kebijaksanaan negara tentang pembinaan serta
penggunaan nasional untuk mencapai tujuan nasional.


BAB II
ISI

A. Pengertian Politik, Strategi, dan Polstranas.

1. Pengertian Politik.
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani politeia, yang akar katanya adalah
polis berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti
urusan. Secara umum politk mempunyai makna kepentingan warga negara suatu bangsa.
Yang meliputi suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki.
Biasanya Politik banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara,
kekuasaan, pengambil keputusan, kebijakan, dan distribusi atau lokasi sumber daya.
a. Negara.
Merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang ditaati oleh rakyatnya. Boleh dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat yang
paling utama dan negara merupakan organisasi politik yang paling utama dalam suatu
wilayah yang berdaulat.
b. Kekuasaanya.
Kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai keinginannya.
c. Pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik, dan dalam pengambilan
keputusan perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan
itu dibuat. Jadi politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Keputusan
yang diambil menyangkut sektor publik dari suatu negara.
d. Kebijakan umum.
Kebijakan merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang atau
kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
e. Distribusi.
Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai
adalah sesuatu yang diinginkan, atau yang penting dengan demikian nilai harus dibagi
secara adil. Jadi, politik itu membicarakan bagaimana pembagian dan pengalokasian
nilai-nilai secara mengikat.

2. Pengertian Strategi.
Kata strategi berasal dari kata "strategia" yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti "the art of general" atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam
peperangan. Karl Von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa startegi adalah
pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan
perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik. Dalam abad modern sekarang ini
penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam
peperangan saja, akan tetapi sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi
maupun di bidang olah raga. Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk
mendapatkan kemenangan atau tercapainya suatu tujuan termasuk politik.
Dengan demikian kata strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau
bidang militer saja, tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan-kekuatan
(ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Politik dan Strategi Nasional.
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian definisi politik nasional
adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk
mencapai tujuan nasional. Sedangkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik
nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.





B. Korelasi Strategi Nasional dan Politik Nasional.

Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional tersebut dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran nasionalnya. Agar strategi nasional ini berjalan sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh politik nasional, maka terlebih dahulu harus diadakan pemikiran strategi
yaitu melaksanakan telaah strategi dan perkiraan strategi yang berarti berfikir secara intensif,
analitis, sintesis, serta menyeluruh.
Politik nasional adalah penentu tujuan nasional dalam bentuk GBHN, sedang strategi
nasional adalah merupakan upaya pencapaian tujuan nasional yang ditentukan oleh politik
nasional diwujudkan dalam bentuk repelita.
Politik dan strategi nasional sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam serta ancaman dari dalam maupun dari luar negeri. Oleh
karena itu syarat utama bagi pelaksanaan politik dan strategi nasional adalah terciptanya stabilitas
nasional.
Pelaksanaan politik dan strategi nasional dirumuskan melalui proses yang disebut
pemikiran strategi, yaitu pemikiran strategi tingkat nasional yang mampu mempertemukan antara:
1. Sasaran-sasaran alternatif.
2. Cara bertindak yang dipilih.
3. Kekuatan nasional yang tersedia.
4. Tersedianya anggaran dan pembiayaan.
5. Tersedianya data dan informasi yang up to date.
Oleh karena politik dan strategi nasional tersebut merupakan budi daya bangsa dan
Negara Republik Indonesia untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya maka:
1. Harus tercipta suatu stabilitas nasional yang mantap.
2. Tata bina nasional yang baik.
3. Mencegah dan mengurangi segala ancaman, gangguan, hambatan, maupun tantangan yang
timbul maupun tantangan yang diperkirakan akan timbul.
Di dalam proses perumusan politik dan strategi nasional perlu diperhatikan azas-azas
sebagai berikut:
1. Azas keterpaduan.
2. Azas manfaat dan prioritas.
3. Azas kekenyalan dan pandangan jauh ke depan.
4. Azas pembagian kewenangan dan tanggung jawab.


C. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional.

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam sistem manajemen nasionalnya yang berlandaskan ideologi pancasila, UUD
1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.


D. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional.

Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan
sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat di mana
jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 disebut sebagai
"Suprastruktur Politik", yaitu MPR, DPR, Presiden, BPK dan MA. Sedangkan badan-badan yang
ada dalam masyarakat disebut sebagai "Infrastruktur Politik", yang mencakup pranata-pranata
politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media
massa, kelompok kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group). Antara
suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan yang
seimbang.
Proses penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politik dilakukan
setelah Presiden menerima GBHN, selanjutnya Presiden menyusun program kabinetnya dan
memilih menteri menteri yang akan melaksanakan program kabinet tersebut. Program kabinet
dapat dipandang sebagai dokumen resmi yang memuat politik nasional yang digariskan oleh
Presiden dan dalam pelaksanaan strategi nasional dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinana
lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan bidangnya atas petunjuk dari Presiden.
Proses politik dan strategi nasional di infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan
dicapai oleh rakyat Indonesia dalam rangka pelaksanaan srategi nasional yang meliputi bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun hukum dan keamanan. Sesuai dengan
kebijakan politik nasional maka penyelenggara negara harus mengambil langkah langkah untuk
melakukan pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan mencantumkan sebagai
sasaran sektoralnya. Melalui pranata pranata politik masyarakat ikut berpartisipasi dalam
kehidupan politik nasional. Dalam era reformasi saat ini peran masyarakat dalam mengontrol
jalannya politik dan strategi nasional yang telah ditetapkan MPR maupun yang dilaksanakan oleh
Presiden sangat besar sekali. Pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, maupun hukum dan keamanan akan selalu berkembang, hal ini dikarenakan oleh:
1. Semakin tingginya kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Semakin terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya.
3. Semakin meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup.
4. Semakin meningkatnya kemampuan untuk mengatasi persoalan seiring dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5. Semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide ide baru.


E. Statifikasi Politik Nasional.

1. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak.
a. Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang lingkupnya menyeluruh
secara nasional yang mencakup: penentuan UUD, penggarisan masalah makro politik
bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional (national goals) berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan puncak ini dilakukan oleh MPR dengan hasil
rumusannya dalam berbagai GBHN dengan Ketetapan MPR.
b. Dalam hal-hal dan keadaan tersebut yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti
tercantum dalam pasal 10 sampai dengan pasal 15 UUD 1945, maka dalam penentu
tingkat kebijakan puncak ini termasuk pula kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara.
Bentuk hukum dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh Kepala Negara itu dapat
dikeluarkan berupa: Dekrit, Peraturan atau Piagam Kepala Negara.



2. Tingkat Kebijakan Umum.
a. Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan
puncak, yang lingkupnya juga menyeluruh nasional dan berupa penggarisan mengenai
masalah-masalah makro strategis guna mencapai tujuan nasional dalam situasi dan kondisi
tertentu. Hasil-hasilnya dapat berbentuk:
1) Undang-Undang yang kekuasaan pembuatannya terletak ditangan Presiden dengan
persetujuan DPR (UUD 1945 pasal 5 ayat1) atau Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
2) Peraturan Pemerintah untuk mengatur pelaksanaan Undang-Undang yang wewenang
penerbitannya berada di tangan Presiden (UUD 1945 pasal 5 ayat2).
3) Keputusan atau Instruksi Presiden yang berisi kebijakan-kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan yang wewenang pengeluarannya berada di tangan Presiden dalam
rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan perundang-undangan yang berlaku (UUD
1945 pasal 4 ayat 1).
4) Dalam keadaan tertentu dapat pula dikeluarkan Maklumat Presiden.

3. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus.
Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama (major area)
pemerintah sebagai penjabaran terhadap kebijakan umum guna merumuskan strategi,
administrasi, sistem, dan prosedur dalam bidang utama tersebut.
Wewenang kebijakan khusus terletak pada Menteri, berdasarkan dan sesuai dengan
kebijakan pada tingkat diatasnya. Hasilnya dirumuskan dalam bentuk Peratuan Menteri atau
Instruksi Menteri dalam bidang pemerintahan yang dipertanggung jawabkan kepadanya.
Dalam keadaan tertentu dapat dikeluarkan pula Surat Edaran Menteri.

4. Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis.
Kebijakan teknis meliputi penggarisan dalam suatu sektor di bidang utama tersebut di
atas dalam bentuk prosedur dan teknis untuk mengimplementasikan rencana, program, dan
kegiatan.
Wewenang pengeluaran kebijakan teknis terletak ditangan Pimpinan Eselon Pertama
Departemen Pemerintahan dan Pimpinan Lembaga-Lembaga Non Departemen. Hasil
penentuan kebijakan dirumuskan dalam bentuk Peraturan, Keputusan atau Instruksi Pimpinan
Lembaga Non Departemen atau Direktorat Jenderal dalam masing-masing sektor atau segi
administrasi yang dipertanggung jawabkan kepadanya.
Di dalam tata laksana pemerintahan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) sebagai pembantu
utama Menteri bertugas untuk mempersiapkan dan merumuskan kebijakan khusus Menteri
dan Pimpinan Rumah Tangga Departemen. Selain itu Inspektur Jenderal dalam suatu
Departemen berkedudukan sebagai Pembantu Utama Menteri dalam penyelenggaraan
pengendalian ke dalam Departemen. Ia mempunyai wewenang pula untuk mempersiapkan
kebijakan khusus Menteri.

5. Dua Macam Kekuasaan Dalam Pembuatan Aturan di Daerah.
a. Penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan Pemerintahan Pusat di daerah yang
wewenang pengeluarannya terletak pada Gubernur, dalam kedudukannya sebagai Wakil
Pemerintahan Pusat di daerah yuridiksinya masing-masing, bagi daerah tingkat I pada
Gubernur dan bagi daerah tingkat II pada Bupati atau Wali Kota. Perumusan hasil
kebijakan tersebut dikeluarkan dalam keputusan dan instruksi Gubernur untuk propinsi
dan instruksi Bupati atau Wali Kota untuk kabupaten atau kota madya.
b. Penentuan kebijakan pemerintah daerah (otonom) yang wewenang pengeluarannya
terletak pada Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Perumusan hasil kebijakan
tersebut diterbitkan sebagai kebijakan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah Tingkat I
atau II, keputusan dan instruksi Kepala Daerah Tingkat I atau II. Menurut kebijakan yang
berlaku sekarang, maka jabatan Gubernur dan Bupati atau Wali Kota dan Kepala Daerah
Tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut Gubernur/ Kepala Daerah
Tingkat I, Bupati/ Kepala Daerah Tingkat II atau Wali Kota/ Kepala Daerah Tingkat II.




F. Politik Pembangunan Nasional dan Manajemen Nasional.

Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan
perumusan, peaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan.
1. Makna Pembangunan Nasional.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2. Manajemen Nasional.
Merupakan perpaduan antara tata nilai, struktur, dan proses untuk mencapai
kehematan, daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin.
a. Unsur.
1) Negara.
2) Bangsa Indonesia.
3) Pemerintah.
4) Masyrakat.
b. Fungsi sistem manajemen nasional.
Dikaitkan dengan pengaruh, efek, atau akibat dari terselenggaranya kegiatan terpadu
sebuah organisasi atau sistem dalam rangka pembenahan dan penyesuaian dengan tata
lingkungannya untuk memelihara kelangsungan hidup dan tujuannya.


G. Otonomi Daerah.

Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah
satu wujud politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua bentuk otonomi
kepada dua daerah, yaitu otonomi terbatas bagi daerah propinsi dan otonomi luas bagi daerah
Kabupaten/ Kota. Perbedaan antara Undang-Undang yang lama dengan yang baru diuraikan
sebagai berikut:
1. Undang-Undang yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central
government looking).
2. Undang-Undang yang baru, titik pandang kewenangannya dimulai dari daerah (local
government looking).
Pelaksanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah direvisinya Undang-
Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah atau lazim disebut UU Otonomi Daerah (Otda). Perubahan
yang dilakukan pada UU No. 32 tahun 2004 bisa dikatakan sangat mendasar dalam pelaksanaan
pemerintahan daerah. Secara garis besar, perubahan yang paling tampak adalah terjadinya
pergeseran-pergeseran kewenangan dari satu lembaga ke lembaga lain. Konsep otonomi yang
luas, nyata, dan bertanggungjawab, tetap dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan
otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat. Tujuan pemberian otonomi
tetap seperti yang dirumuskan saat ini yaitu memberdayakan daerah, termasuk masyarakatnya,
mendorong prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan.


H. Kewenangan Daerah.

1. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah
mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian
pembangunan secara makro.
3. Bentuk dan susunan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut:
a. DPRD, sebagai badan legislatif daerah dan pemerintah daerah sebagai eksekutif daerah
dibentuk di daerah.
b. DPRD, sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah, merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi:
1) Memilih Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/ Wakil Bupati, dan Walikota/ Wakil
Walikota.
2) Memilih anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari urusan daerah.
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/
Wakil Bupati, dan Walikota/ Wakil Walikota.
4) Membentuk peraturan daerah bersama Gubernur, Bupati atas Wali Kota.
5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama Gubernur,
Bupati, dan Walikota.
6) Mengawasi pelaksanaan keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pelaksanaan
APBD, kebijakan daerah, pelaksanaan kerja sama internasional di daerah, dan
menampung serta menindak-lanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.


I. Implementasi Politik dan Strategi yang Mencakup Bidang - Bidang Pembangunan
Nasional.

1. Visi dan Misi GBHN 1999 2004.
Visi tertuang dalam GBHN 1999-2004 untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia pada
masa depan ditetapkan 12 misi.
2. Implementasi Polstranas di Bidang Hukum.
3. Implementasi Polstranas di Bidang Ekonomi.
4. Implementasi Polstranas di Bidang Politik.
a. Politik dalam negeri.
b. Politik luar negeri.
c. Penyelenggaraan Negara.
d. Komunikasi, informasi, dan media masa.
e. Agama.
f. Pendidikan.
5. Implementasi di Bidang Sosial dan Budaya.
a. Kesehatan dan kesejahteraan sosial.
b. Kebudayaan, kesenian, dan pariwisata.
c. Kedudukan dan peranan perempuan.
d. Pemuda dan Olahraga.
e. Pembangunan Daerah.
f. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

6. Implementasi di Bidang Pertahanan dan Keamanan.
a. Kaidah pelaksanaan.
Salah satu kaidah kaidah pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Presiden selaku pemerintahan negara menjalankan tugasnya dan berkewajiban
untuk mengerahkan semua potensi dan kekuatan pemerintah dalam melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan nsional.
b. Keberhasilan Politik dan Strategi Nasional.
Penyelenggaraan pemerintahan/ Negara dan setiap warga negara Indonesia/ masyarakat
harus memiliki:
1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME sebagai nilai luhur yang menjadi
landasan spiritual, moral, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2) Semangat kekeluargaan yang berisikan kebersamaan, kegotong-royongan, kesatuan,
dan persatuan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat guna kepentingan
nasional.
3) Percaya diri pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepada
kepribadian bangsa, sehingga mampu menatap masa depan yang lebih baik.
4) Kesadaran, patuh, dan taat pada hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran
sehingga pemerintah/ Negara diwajibkan menegakkan dan menjamin kepastian
hukum.
5) Pengendalian diri sehingga terjadi keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
perikehidupan antara berbagai kepentingan.
6) Mental, jiwa, tekad, dan semangat pengabdian, disiplin, dan etos kerja yang tinggi
serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
7) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dengan memperhatikan nilai-nilai agama
dan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga memiliki daya saing dan dapat
berbicara dipercaturan global.
Apabila penyelenggara dan setiap WNI/ masyarakat memiliki tujuh unsur
tersebut, maka keberhasilan Polstranas terwujud dalam rangka mencapai cita-cita dan
tujuan nasional melalui perjuangan non fisik sesuai tugas dan profesi masing-masing.
Dengan demikian, diperlukan kesadaran bela negara dalam rangka mempertahankan tetap
utuh dan tegapnya NKRI.


BAB III
KESIMPULAN

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani politeia, yang akar katanya adalah polis
berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti urusan. Sedangkan,
strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai the art of the general atau
seni seorang pemimpin. Maka, Politik Nasional adalah asas, kaluan, serta kebijaksanaan negara
tentang pembinaan serta penggunaan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam sistem manajemen nasionalnya yang berlandaskan ideologi pancasila. Politik dan
strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan sistem kenegaraan menurut
UUD 1945. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan
perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Herdiawanto, Heri & Hamdayama, Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarga
Negara. Jakarta: Erlangga.
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1999. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Subagyo, dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Semarang: UNNES Press.

You might also like