You are on page 1of 6

Tori Sistem Dunia

Teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang


berkembang secara tesis dan antitesis yang perkembangannya mengikuti
wacana teori dan aksi secara berulang-ulang. Pada tahap pertama muncul
teori modernisasi yang berada dalam kerangka teori evolusi. Teori ini
muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam program
Marshal Plan. Karena ada ketidakpuasan terhadap pola pembangunan ini,
maka kemudian lahir teori ketergantungan (dependency theory) yang
memiliki sisi pandang dari negara-negara dunia ketiga yang berada
dalam posisi tergantung terhadap negara-negara maju. Terakhir, untuk
cara pandang yang lebih sempurna, lahir teori sistem dunia (the world
system theory), dimana dunia dipandang sebagai sebuah sistem yang
sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia, yaitu sistem
kapitalisme.
Teori sistem dunia masih bertolak dari teori dependensi, namun
menjelaskan lebih jauh dengan merubah unit analisisnya kepada sistem
dunia, sejarah kapitalisme dunia, serta spesifikasi sejarah lokal.
Menurut teori sistem dunia, dunia ini cukup dipandang hanya sebagai
satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis.
Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal
kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi
kapitalis dunia. Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global,
berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari
ekonomi kapitalis yang mendunia.
Dari Dependensi Menuju Sistem Dunia
Pertentangan dua teori besar yang saling bertolak
belakang, yaitu modernisasi dan ketergantungan membawa dampak positif
berupa lahirnya teori pembangunan baru yang dikenal sebagai teori
sistem dunia. Teori ini banyak dipengaruhi oleh teori dependensi.
Teori sistem dunia mengambil beberapa konsep yang telah terlebih
dahulu diajukan oleh teori dependensi, yaitu konsep ketimpangan nilai
tukar, eksploitasi negara pinggiran oleh negara senter dan konsep
pasar dunia.
Dari sejarahnya terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih kurang tiga
abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai
perdebatan terhadap teori maupun praktek pembangunan sudah berada di
dalam alam kapitalisme. Karena itu, tidak mengherankan jika
kapitalisme sangat mewarnai teori-teori pembangunan.
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat
berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi
pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah
menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang
bertolak dari analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat
kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke
tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran), dengan analisis utama
yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia
yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme
dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem
ekonomi kapitalis.
Teori dependensi berbicara tentang kapitalisme dan
eksploitasi sebagai penyebab kegagalan negara pinggiran Frank
menyajikan lima tesis tentang dependensi, yaitu :
1. Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara sentral dan
pinggiran, pembangunan pada negara satelit dibatasi oleh status negara
satelit tersebut.
2. Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama
pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap
negara sentral sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari
modernisasi yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga
hanya
dapat dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan negara maju. Tesis
ini dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu "isolasi
temporer" yang disebabkan oleh krisis perang atau melemahnya ekonomi
dan politik negara sentral. Frank megajukan bukti empirik untuk
mendukung tesisnya ini yaitu pada saat Spanyol mengalami kemunduran
ekonomi pada abad 17, perang Napoleon, perang dunia pertama,
kemunduran ekonomi pada tahun 1930 dan perang dunia kedua telah
menyebabkan pembangunan industri yang pesat di Argentina, Meksiko,
Brasil dan Chili. Pengertian isolasi yang kedua adalah isolasi secara
geografis dan ekonomi yang menyebabkan ikatan antara "sentral-satelit"
menjadi melemah dan kurang dapat menyatukan diri pada sistem
perdagangan dan ekonomi kapitalis.
3. Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan
negara yang memiliki kedekatan ikatan dengan negara sentral pada masa
lalu. Frank menjelaskan bahwa pada negara satelit yang memiliki
hubungan sangat erat telah menjadi "sapi perah" bagi negara sentral.
Negara satelit tersebut hanya sebatas sebagai penghasil produk primer
yang sangat dibutuhkan sebagai modal dalam sebuah industri kapitalis
di negara sentral.
4. Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha
pemenuhan kebutuhan dan peningkatan keuntungan ekonomi negara
sentral.
Perkebunan yang dirintis oleh negara sentral ini menjadi cikal bakal
munculnya industri kapitalis yang sangat besar yang berdampak pada
eksploitasi lahan, sumberdaya alam dan tenaga kerja negara satelit.
5. Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan
menurunnya kemampuan berproduksi pertanian di negara satelit. Ciri
pertanian subsisten pada negara terbelakang menjadi hilang dan diganti
menjadi pertanian yang kapitalis.
Frank telah memberikan alasan dari kegagalan negara pinggiran untuk
maju seiring dengan negara sentral. Kegagalan ini disebabkan oleh
adanya eksploitasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang dilakukan oleh
negara sentral. Santos mengamsusikan bahwa bentuk dasar ekonomi dunia
memiliki aturan-aturan perkembangannya sendiri, tipe hubungan ekonomi
yang dominan di negara sentral adalah kapitalisme sehingga menyebabkan
timbulnya saha melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi
pada negara pinggiran merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan
oleh ekspansi kapitalisme oleh negara sentral. Santos menjelaskan
bagaimana timbulnya kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi
dunia. Keterbatasan sumber daya pada negara maju mendorong mereka
untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang
dilakukan memberikan dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang
dialami oleh negara miskin. Negara miskin akan selalu menjadi negara
yang terbelakang dalam pembangunan karena tidak dapat mandiri serta
selalu tergantung dengan negara maju.
Apabila kita lihat, tampak bahwa teori dependensi memiliki
kecenderungan untuk mempersoalkan kapitalisme sebagai penyebab
kemiskinan dan kegagalan pembangunan di negara pinggiran. Eksploitasi
sumber daya alam serta proses pertukatan yang tidak seimbang antara
negara sentral dan negara pinggiran menyebabkan tidak seimbangnya
keuntungan yang didapatkan oleh masing-masing kelompok negara.
Walaupun kedua teori tersebut mamiliki beberapa kesamaan,
namun terdapat perbedaan pokok anatar keduanya. Pertama, adalah apada
unit analisis yang digunakan. Teori dependensi menggunakan unit
analisis pada tingkat negara atau nasional, sedangkan teori sistem
dunia menggunakan unit analisis global atau sistem dunia yang
merupakan gambaran dari hubungan antar negara. Perbedaan kedua adalah
pada metode kajian. Teori dependensi menggunakan metode historis
struktural yang mempelajari masa pasang surut sebuah negara. Teori
sistem dunia menggunakan dinamika sejarah sistem dunia secara global.
Perbedaan ketiga adalah pada struktur teori, dimana teori
dependensi menggunakan struktur teori dua kutub, sedangkan teori
sistem dunia menggunakan struktur teori tiga kutub. Perbedaan
selanjutnya adalah pada arah pembangunan. Teori dependensi menyatakan
bahwa pembangunan bersifat searah dan deterministik sari negara
sentral ke negara pinggiran. Teori sistem dunia menyatakan bahwa arah
pembangunan lebih bersifat fleksibel dengan adanya peluang perpindahan
status suatu negara dalam sistem dunia. Sedangkan perbedaan terakhir
adalah pada arena kajian. Teori dependensi menjadikan negara pinggiran
sebagai arena kajian, sedangkan teori sistem dunia menggunakan negara
pinggiran, negara semi pinggiran dan sistem ekonomi dunia sebagai
arena kajiannya.
Tesis dan Asumsi Dasar
Tesis yang disampaikan oleh teori sistem dunia adalah
adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam
tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan
negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam
hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan
untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi.Per
ubahan status negara pinggiran menuju negara semi
pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan
salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi
menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan
dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi
pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi
pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern.
Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan
kualitas.
Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein
merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang
disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang
disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua
kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep
pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan
pinggiran.
Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi
kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu
dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi
sistem dunia dan sarana pengembangan modal untuk industri dari negara
sentral. Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai
akibat "kecemburuan" negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami
oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi
ini dikarenakan jumlah negara miskin yang sangat banyak harus
berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah
membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain
adanya usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan negara
miskin. Secara ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi
sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya
perluasan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin.
Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran.
Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan
populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala
dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional
merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan
yang disampaikan olehnya, antara lain :
1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu
keniscayaan bagi banyak negara.
2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan
perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia.
3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh
produsen berbeda dengan perjuangan kelas yang berskala nasional.
Pengaruh Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan
keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi
pinggiran. Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga
menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari
tata ekonomi kapitalis dunia. Negara sosialis yang kemudian menerima
dan masuk ke dalam pasar kepitalis dunia adalah China, khususnya
ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam
Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan analisa dunia secara
global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri
dari ekonomi kapitalis yang mendunia. kapitalisme yang pada awalnya
hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke
produksi untuk dijual, telah merambah jauh jauh menjadi dibolehkannya
pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga mengembangkan
individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas.
Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi
saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam
kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke
tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya
perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan
bentuk negara.

Datar Rujukan.
Alvin Y. SO Suwarsono,1991, Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia, LP3ES
Jakarta.
Immanuel Wallerstein. 1982, The Rise and Future Demise of World Capitalist System;
Concepts for Comparative Analysis. in Hamza Alavi and Theodor Shanin. Introduction to
The sociology of Developing
Societies.
Robert. A. Denemark et al. 2000. World System History: The Social Science of Long
Term Change. London. Routledge.
http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/perspektif-sistem-dunia diakses pada 3
mei 2014 20.47 WIB

You might also like