You are on page 1of 124

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENGUJIAN RELE PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA


1 MVA CT-01 PADA PEMBANGKIT UNIT 1
PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

Disusun oleh :
ATUR PAMBUDI
10/296776/TK/36208
CANDRA PRASETYA AJI
10/305378/TK/37490

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGUJIAN RELE PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA
1 MVA CT-01 PADA PEMBANGKIT UNIT 1
PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik Program S-1
pada Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Disusun oleh :
ATUR PAMBUDI
10/296776/TK/36208
CANDRA PRESETYA AJI
10/305378/TK/37490

Telah disetujui dan disahkan
pada tanggal
Dosen Pembimbing Kerja Praktek


Ir. Harnoko St., M.T.
NIP. 195312261984031001

iii
KERJA PRAKTEK

PENGUJIAN RELE PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA CT-01
PADA PEMBANGKIT UNIT I PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK (KRAKATAU STEEL GROUP)
CILEGON

Periode : 03 Februari s/d 28 Februari 2014
Telah Disetujui dan diperiksa Oleh :

Menyetujui,

Pembimbing I
DINAS HUMAN CAPITAL
PLANNING & DEVELOPMENT


TEDDY PRASETYO
Kepala

Pembimbing II
DINAS PROTEKSI &
KOMPENSASI


ERMAWANTO
Kepala


Mengetahui,
DIVISI HUMAN CAPITAL & GENERAL AFFAIR


MAULANA JUSUF
Kepala


iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek di PT.
Krakatau Daya Listrik dengan tepat waktu. Selama satu bulan pelaksanaan Kerja
Praktek ini, penulis banyak mendapatkan manfaat, di samping menambah pengetahuan
maupun wawasan yang telah diperoleh di perkuliahan, juga menambah pengalaman
kerja di industri sebagai bentuk aplikasi atas ilmu yang telah didapat di bangku
perkuliahan serta adaptasi tehadap kondisi dunia kerja sebenarnya. Laporan ini berisi
hasil pengamatan selama berada di divisi Operasi mengenai Pengujian Rele Proteksi
Transformator Daya 1 MVA CT-01 Pada Pembangkit Unit 1 PT. Krakatau Daya
Listrik.
Keberhasilan pengamatan Kerja Praktek ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan
dan dukungan semua pihak terkait. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang dilimpahkan sehingga kami
dapat melaksanakan Kerja Praktek ini dengan baik tanpa kekurangan suatu apapun.
2. Bapak Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Ir. Harnoko St., M.T., selaku dosen pembimbing Kerja Praktek penulis.
4. Orang tua yang telah memberikan doa restu, motivasi serta dorongan dan
bimbingan untuk meraih cita-cita kami.
5. Bapak Maulana Jusuf, selaku Kadiv Human Capital & General Affair.
6. Bapak Teddy Prasetyo, selaku Kadis Human Capital Planning & Development.
7. Bapak Sanusi, selaku Kadis Humas Capital Training & Education.
8. Bapak Hendri, selaku Kadiv Perawatan.
9. Bapak Rizky, selaku Kepala Dinas Pengendalian Perawatan dan Bapak
Ermawanto selaku Kepala Dinas Proteksi dan Kompensasi. Divisi Perawatan PT.
Krakatau Daya Listrik.



v
10. Bapak Rohman Juheri selaku Kasie Proteksi & Meter, Bapak Puntoko selaku
Kasie Transmisi dan Distribusi, Bapak Sutrisno selaku Kasie Kompensasi dan
Bapak Dedi Purnama selaku Kasie Komputer Proses.
11. Bapak H. Noormansyah, Bapak H. Agus Caturi, Mas Muhiddin dan Mas Praditya
Adi N selaku teknisi di Sie Proteksi & Meter yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan untuk kerja praktek ini.
12. Bapak Musthofa, yang banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian
laporan kerja praktek ini.
13. Teman-teman Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas
Gadjah Mada.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam melaksanakan proses kerja praktek dari
awal hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan dan tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun, sangat penulis harapkan. Semoga laporan kerja praktek ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
Cilegon, 28 Februari 2013
Penulis



ATUR PAMBUDI
(10/296776/TK/36208)




CANDRA PRASETYA AJI
(10/305378/TK/37490)





vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Metode Pengumpulan Data 3
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II PROFIL PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK 6
2.1 Gambaran Umum PT. Krakatau Daya Listrik 6
2.1.1 Latar Belakang Berdirinya PT. Krakatau Daya Listrik 7
2.1.2 Lokasi PT. Krakatau Daya Listrik 10
2.1.3 Visi dan Misi PT. Krakatau Daya Listrik 11
2.1.4 Struktur Organisasi 12
2.1.5 Manajemen Perusahaan 15
2.2 Sistem dan Prosedur dalam Produksi 16

vii
2.3 Sumber Daya Manusia PT. Krakatau Daya Listrik 17
2.4 Jasa-Jasa PT. Krakatau Daya Listrik 18
2.4.1 Jasa Operasi dan Perawatan Pembangkit Listrik 18
2.4.2 Jasa Kelistrikan 18
2.4.3 Sewa Alat Berat 18
2.4.4 Jasa Workshop 19
2.4.5 Jasa Dermaga 19
2.4.6 Jasa Penjualan Air Deionat 19
2.5 Kepedulian PT. Krakatau Daya Listrik Terhadap Lingkungan 19
2.5.1 Peduli Lingkungan Alam 19
2.5.2 Peduli Lingkungan Sosial 20
2.6 Keselamatan Kerja 20
2.7 Peningkatan Usaha 21
2.8 Kesejahteraan Karyawan PT. Krakatau Daya Listrik 21
2.9 Teknologi Informasi 22
2.10 Unit Usaha Air Minum 22
BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK DI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK 24
3.1 Sistem Produksi Listrik 24
3.1.1 Peralatan Utama dan Peralatan Pendukung Produksi 26
3.1.1.1 Ketel Uap Man-Lentjes 26
3.1.1.2 Unit Penunjang Ketel Uap (Boiler) 31
3.1.1.3 Turbin 35

viii
3.1.1.4 Unit Penunjang Turbin Uap 37
3.1.2 Instalasi Demineralisasi Air 39
3.1.3 Sistem Pendingin 40
3.1.4 Generator Krafwark Union PT. Krakatau Daya Listrik 41
3.2 Sistem Transmisi 43
3.2.1 Transformator 45
3.2.1.1 Konstruksi Transformator Daya 46
3.2.1.2 Prinsip Kerja Transformator Daya 47
3.2.1.3 Jenis Transformasi Daya di PT. Krakatau Daya Listrik 49
3.3 Sistem Interkoneksi 50
3.3.1 Prinsip Dasar Sistem Interkoneksi 51
3.3.2 Sistem Interkoneksi PT. Krakatau Daya Listrik 51
3.4 Sistem Distribusi 52
BAB IV SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA -
DI UNIT 1 PEMBANGKIT PT KDL 57
4.1 Konsep Dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik 57
4.1.1 Gambaran Umum Tentang Sistem Proteksi Tenaga Listrik 57
4.1.2 Penyebab dan Sifat Gangguan 59
4.1.3 Zona Proteksi 60
4.2 Sistem Proteksi Transformator 61
4.2.1 Jenis Gangguan Pada Transformator 61
4.3 Peralatan Utama Sistem Proteksi Transformator 63

ix
4.3.1 Trafo Instrumen 64
4.3.2 Rele Proteksi 67
4.3.3 Catu Daya 68
4.3.4 Pengkontrol CB 69
4.4 Mekanisme Kerja Rele Proteksi 70
4.4.1 Rele Arus Lebih 70
4.4.2 Rele Bucholz 75
4.4.3 Rele Temperatur 75
BAB V PENGUJIAN RELE PROTEKSI PADA TRAFO DAYA 1 MVA
DI UNIT 1 PEMBANGKIT PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK 76
5.1 Rele Arus Lebih 76
5.1.1 Diagram Koordinasi Rele Arus Lebih 76
5.1.2 Perhitungan Setting Rele Arus Lebih 76
5.1.3 Pengujian Rele Arus Lebih 77
5.2 Rele Bucholz 85
5.2.1 Pengujian Rele Bucholz 86
5.2.2 Gangguan Non Teknis Pada Rele Bucholz 92
5.3 Rele Oil-Temperature 92
5.3.1 Pengujian Rele Oil-Temperature 92
5.3.2 Gangguan Non Teknis Pada Rele Oil-Temperature 97
5.4 Laporan Hasil Pengujian 98
5.4.1 Laporan Hasil Pengujian Rele Arus Lebih 98

x
5.4.2 Laporan Hasil Pengujian Rele Buchholz dan
Rele Oil-Temperature 99
BAB VI ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN OPERASIONAL RELE -
PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA CT-01 100
6.1 Analisis Kelayakan Rele Proteksi 100
6.1.1 Rele Arus Lebih (Overcurrent Relay) 100
6.1.1 Rele Buchholz dan Oil-Temperature 106
BAB VII PENUTUP 111
7.1 Kesimpulan 111
7.2 Saran 112







xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 PT. Krakatau Daya Listrik 6
Gambar 2.2 Logo PT. Krakatau Daya Listrik 7
Gambar 2.3 Peta Letak PT. Krakatau Daya Listrik 11
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Level 0-2 PT. Krakatau Daya Listrik 13
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kedinasan PT. Krakatau Daya Listrik 14
Gambar 3.1 Skema Pusat Listrik Tenaga Uap 400 MW PT. KDL 24
Gambar 3.2 Proses Pembangkitan Listrik 25
Gambar 3.3 Economizer 27
Gambar 3.4 Tromol / Drum Boiler 28
Gambar 3.5 Superheater 28
Gambar 3.6 Cerobong 29
Gambar 3.7 Instalasi Burner 31
Gambar 3.8 Feed Water Tank 32
Gambar 3.9 Luft Vorwarmer 34
Gambar 3.10 High Pressure Turbin 36
Gambar 3.11 Low Pressure Turbin 37
Gambar 3.12 Elmo Pump 39
Gambar 3.14 Cooler Cooling Water 41
Gambar 3.15 Sistem Ring Bus 44
Gambar 3.16 Rangkaian Ekuivalen Transformator 45
Gambar 3.17 Transformator Jenis Inti (Core Type) 46
Gambar 3.18 Transformator Transformator Jenis Cangkang (shell Type) 47

xii
Gambar 3.19 Transformator Ideal 47
Gambar 3.20 Diagram Kelistrikan Krakatau Daya Listrik 54
Gambar 4.1 Pembagian Zona Proteksi 61
Gambar 4.2 Skema dasar rele arus lebih (Overcurrent Relay) 63
Gambar 4.3 Rangkaian Pemasangan Trafo Arus 64
Gambar 4.4 Siemens Current Transformer 500/1 A 65
Gambar 4.5 Karakteristik sisi sekunder CT 66
Gambar 4.6 Siemens Voltage Transformer 4MR1 67
Gambar 4.7 Lead acid cell 68
Gambar 4.8 Pengkontrol Circuit Breaker 69
Gambar 4.9 Hubungan arus dan tegangan masukan pada empat connections -
untuk rele fase a 71
Gambar 4.10 Wilayah kerja rele arus lebih berarah hubungan 90
o
45
o
73

Gambar 4.11 Kontruksi Rele Bucholz 74
Gambar 4.12 Kontruksi ReleTemperatur 75
Gambar 5.1 Diagram rangkaian dasar rele arus lebih (overcurrent relay) 78
Gambar 5.2 Alat Pengujian Rele SVERKER 750/780 79
Gambar 5.3 Keterangan Alat Pengujian Rele SVERKER 750/780 80
Gambar 5.4 Pengujian rele arus lebih dengan SVERKER 750/780 82
Gambar 5.5 Single line diagram simulasi fault di incoming trafo CT 1 MVA 82
Gambar 5.6 Kurva koordinasi pengaman penyulang 6 kV 83
Gambar 5.7 Rele Bucholz 85
Gambar 5.8 Pembukaan penutup test key. 87
Gambar 5.9 Penekanan test key untuk memberikan sinyal warning 87
Gambar 5.10 Memutar kemudian menekan test key untuk memberikan sinyal -
warning 88
Gambar 5.11 Terminal warning dan terminal tripping 90

xiii
Gambar 5.12 Pengujian menggunakan pompa gas 91
Gambar 5.13 Indikator rele oil-temperature 93
Gambar 5.14 Penggeseran bendera merah 94
Gambar 5.15 Pengaturan ulang jarum merah ke posisi 0C 95
Gambar 5.16 Penggeseran bendera hitam 96
Gambar 6.1 Grafik pengujian waktu respon rele arus lebih 100
Gambar 6.2 Grafik kinerja CT saat arus lebih
(dibebanin oleh rated burden) 103
Gambar 6.3 Rangkaian ekivalen CT (dilihat dari sisi sekunder) 103


xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kronologi Pembangunan PT. Krakatau Daya Listrik 9
Tabel 2.2 Waktu awal pengoperasional Boiler 9
Tabel 2.3 Spesifikasi Teknis Boiler 10
Tabel 3.1 Daftar peralatan utama jaringan Krakatau Daya Listrik 53
Tabel 4.1 Empat connections untuk single phase directional OCR 71
Tabel 5.1 Form laporan hasil pengujian rele arus lebih 98
Tabel 5.2 Form laporan hasil pengujian rele Buchholz dan
rele oil-temperature 99
Tabel 6.1 Tabel hasil pengujian rele Buchholz transformator daya
CT-01 tahun 2011 2014 106
Tabel 6.2 Tabel hasil pengujian rele oil-temperature transformator daya
CT-01 tahun 2011 2014 106
Tabel 6.3 Tabel hasil ekstraksi menggunakan gas chromatograph 107















Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 1
BAB 1.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi suatu hal yang sangat penting bagi
seorang mahasiswa, terutama ketika terjun dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang sebagian besar diperoleh melalui bangku
kuliah, pengetahuan yang bersifat praktis dan sesuai perkembangan zaman perlu
diupayakan pula dari luar lingkungan kampus. Salah satu sarana yang sangat baik bagi
mahasiswa adalah melalui kegiatan kerja praktek pada suatu instansi atau perusahaan.
Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kondisi nyata di
lapangan dan berbekal pengetahuan dasar yang dimilikinya dapat segera menguasai
kemampuan aplikatif guna membantu penanganan masalah tertentu pada instansi atau
perusahaan tempat kegiatan kerja prakteknya. Mahasiswa juga diharapkan mendapat
wawasan tentang etika dalam dunia kerja dan hal-hal penting lainnya yang belum
banyak diperoleh dari bangku kuliah.
Sistem kelistrikan merupakan elemen penting dalam menunjang proses produksi
industri. PT. Krakatau Daya Listrik yang merupakan salah satu perusahaan penyedia
jasa suplai tenaga listrik untuk mendukung proses produksi di lingkup PT. Krakatau
Steel Tbk serta beberapa anak perusahaan yang masih tergabung dalam satu grup
perusahaan, mimiliki sistem kelistrikan yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem
transmisi dan sistem distribusi.
Keandalan dari sistem tenaga listrik sangat menentukan proses produksi yang
dilakukan. Apabila gangguan terjadi pada sistem dan membuat sistem tidak berfungsi
dengan baik atau berhenti total, akan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar
terutama bagi perusahaan. Oleh karena itu, mutlak dibutuhkan suatu sistem proteksi
yang sangat handal dan bermutu yang mampu menunjang penyediaan tenaga listrik di
seluruh wilayah operasi dan mencegah kerugian di atas. Sistem proteksi dari peralatan
tenaga listrik wajib tersedia mulai dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 2
Selain itu, dibutuhkan peralatan-peralatan sistem tenaga yang dapat bekerja dengan
maksimal sesuai dengan setting peralatan tersebut.
Dalam mendapatkan tingkat stabilitas dan reabilitas yang tinggi dalam
penyaluran tenaga listrik ke konsumen, diperlukan suatu sistem proteksi yang dapat
melindungi peralatan yang dianggap penting sehingga biaya perbaikan yang
dikeluarkan oleh perusahaan apabila terdapat gangguan pada sistem tidak terlalu besar.
Bertolak dari studi proteksi inilah, kami mencoba untuk mengambil tema tentang
Pengujian Rele Proteksi Transformator Daya 1 MVA CT-01 Pada Pembangkit
Unit 1 PT. Krakatau Daya Listrik
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai peralatan apa saja yang digunakan
untuk proteksi pada transformator 1 MVA CT-01 Unit 1 dan kemampuan proteksinya
ketika terjadi gangguan, akan dibahas lebih lanjut dalam Laporan Kerja ini.
1.2 Tujuan
Tujuan kerja praktek yang penulis laksanakan di PT. Krakatau Daya Listrik
(KDL) adalah:
1. Memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusaan mahasiswa
pada Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
2. Mengenal ruang lingkup PT. Krakatau Daya Listrik.
3. Mengenal ruang lingkup Departemen Operasi PT. Krakatau Daya Listrik.
4. Mempelajari sistem tenaga listrik di PT. Krakatau Daya Listrik.
5. Melihat dan membandingkan hal-hal yang telah diterima di bangku kuliah
dengan aplikasi yang ada di lapangan.
6. Mengenal lebih dekat dunia kerja di lingkungan perusahaan.
7. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknik tenaga
listrik serta penerapannya di industri.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 3
8. Mencoba melakukan pengecekan dan pengujian secara langsung rele proteksi
pada transformator 1 MVA C-01 pada pembangkit unit 1.
9. Mencoba membandingkan hasil pengecekan dengan standar operasi yang
berlaku.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan di Departemen Operasi Divisi Proteksi Head
Office Cilegon - Banten, PT. Krakatau Daya Listrik, pada tanggal 3 Februari sampai
28 Februari 2014.
1.4 Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam laporan kerja praktek ini dibatasi pada studi sistem
proteksi trafo 1 MVA CT-01 pada pembangkit unit 1 menggunakan overcurrent relay,
rele buchholz dan rele oil-temperature di PT. Krakatau Daya Listrik, Cilegon Banten,
yang terdapat dalam ruang lingkup Direktorat Operasi Divisi Perawatan Dinas Proteksi
dan Kompensasi.

1.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam kerja praktek ini digunakan beberapa metode untuk mendapatkan data-
data yang diperlukan sebagai pedoman dalam menulis laporan kerja praktek ini.
Metode-metode tersebut adalah:

1. Studi Literatur
Melakukan pencarian informasi melalui buku-buku bacaan, laporan-laporan,
pedoman penggunaan alat dan data-data perusahaan yang diberikan oleh
pembimbing serta staff PT. Krakatau Daya Listrik.

2. Studi Lapangan
Mengikuti dan turut serta secara langsung dalam kegiatan lapangan berupa
perawatan dan pengecekan alat yang dilakukan oleh petugas Dinas Proteksi dan
Kompensasi.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 4
3. Wawancara
Wawancara dengan para staff karyawan Divisi Perawatan dengan cara mengadakan
tanya jawab secara langsung kepada pembimbing maupun karyawan lain di PT.
Krakatau Daya Listrik

1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kerja praktek
ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang kerja praktek, tujuan melakukan kerja
praktek, waktu pelaksanaan kerja praktek, batasan masalah, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II PROFIL PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
Berisi tentang profil PT. Krakatau Daya Listrik mulai dari sejarah
perkembangan dari tahun ke tahun dan berbagai permasalahan maupun
kendala dalam ketenaga listrikan di dalamnya.

BAB III SISTEM KELISTRIKAN PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
Berisi gambaran umum sistem tenaga listrik di PT. Krakatau Daya Listrik,
mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi.

BAB IV SISTEM PROTEKSI TRAFO DAYA 1 MVA CT-01 DI UNIT I
PEMBANGKIT PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
Menjelaskan tentang fungsi, kontruksi, cara kerja dan spesifikasi rele
proteksi pada trafo 1 MVA CT-01 di pembangkit unit 1 PT. Krakatau Daya
Listrik.




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 5
BAB V PENGUJIAN RELE PROTEKSI PADA TRAFO DAYA 1 MVA CT-
01 DI PEMBANGKIT UNIT 1 PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK.
Menjelaskan tentang jenis dan hasil pengujian proteksi pada trafo arus 1
MVA di unit pembangkit PT. Krakatau Daya Listrik.

BAB VI ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN OPERASIONAL RELE
PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA CT-01
Berisi tentang analisis biaya operasi, kelayakan alat proteksi dan langkah
penghematan yang dapat dicapai dari penggunaan rele proteksi pada trafo
1 MVA CT-01 di unit pembangkit PT. Krakatau Daya Listrik.

BAB VII PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran penulis selama melakukan kerja
praktek di PT. Krakatau Daya Listrik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 6
BAB II
PROFIL PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

2.1 Gambaran Umum PT. Krakatau Daya Listrik
Pada dasarnya PT. Krakatau Daya Listrik ini merupakan anak perusahaan dari
Krakatau Steel Group yang dulunya merupakan divisi PLTU PT. Krakatau Steel. PT
Kakatau Daya Listrik memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 400 MW
terdiri dari 5 unit pembangkit masing-masing berkapasitas 80 MW, dengan desain
khusus untuk melayani beban yang dominan memiliki karakteristik pabrik baja
berteknologi EAF.
Program-program pengembangan yang akan dilakukan :
1. Pembangunan Combined Cycle Power Plan (CCPP) 120 MW.
2. Sistem pembelian Listrik dari Independent Power Producer (IPP) 300 MW.
3. Pembangunan sistem SCADA dan jaringan 150 kV.
4. Pembangunan Energy Control Center.

Gambar 2.1 PT. Krakatau Daya Listrik


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 7

Gambar 2.2 Logo PT. Krakatau Daya Listrik
2.1.1 Latar Belakang Berdirinya PT. Krakatau Daya Listrik
Gagasan pembangunan Industri Baja di mulai pada tahun 1955, survei yang
dilakukan menunjukan bahwa daerah Cilegon dan Lampung sebagai daerah yang
sangat cocok untuk didirikannya industri ini, maka untuk merealisasikannya
pemerintah melakukan kerjasama dengan Republik Soviet Sosialis. Pelaksanaan
proyek ini dilakukan dengan penandatanganan kontak No. 080/7 Juni 1960 oleh All
Union Eksport-Import Coorporation Moscow, secara resmi pembangunan dimulai
tanggal 20 Mei 1962 dan direncanakan selesai pada tahun 1968, akan tetapi kedua
proyek tersebut (di Cilegon dan Lampung), terhenti karena alasan yang berbeda.
Terpaksa proyek di Lampung terhenti karena kesulitan memperoleh bahan baku
sedangkan proyek di Cilegon terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.
Akhirnya karena sebagian peralatan yang didatangkan dari Uni Soviet telah
berada di Indonesia, pada tanggal 30 Agustus 1970 pemerintah mengeluarkan PP No.
35/1970 yang isinya menyatakan bahwa pemerintah akan melanjutkan proyek industri
baja di Cilegon yang selanjutnya menjadi PT. Krakatau Steel. Dengan bantuan
konsultan Inggris, maka PT. Krakatau Steel mengadakan beberapa perubahan rencana
yaitu :
- Membatalkan pembangunan dapur lebur untuk peleburan besi baja karena
teknologinya sudah tidak digunakan lagi.
- Meningkatkannya kapasitas Rolling Mill pembuatan besi beton dan baja
profit


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 8
Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan di tanda tanganinya Akte
Notaris No.35 tanggal 23 Oktober 1973-1974. PT. Krakatau Steel telah memutuskan
untuk memperluas jumlah kapasitas produksi agar bisa membuat baja lembaran, slab
dan hoystrip. Teknologi yang digunakan adalah pembuatan besi dengan system direct
reduction maksudnya agar dapat dimanfaatkan gas alam dan pembuatan baja dengan
peleburan didalam dapur listrik yang masih harus di impor. Tahun 1974 proyek ini
tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan karena Pertamina menghadapi
masalah keuangan dan akhirnya proyek ini masih menhalami hambatan. Dan akhirnya
pada yahun 1975 lahirlah Keppres No. 39 Tanggal 27 Agustus 1975 tentang kelanjutan
pembangunan PT. Krakatau Steel tahap I dengan kapasitas produksi 0,5 juta ton/tahun.
Peresmian Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profit dan Pelabuhan khusus yang
berada di Cigading, oleh Presiden Soeharto pada tanggal 27 Juli 1977 dan pada tanggal
09 Oktober 1979 diresmikan pula Pabrik Spons, Pabrik Billet Baja, Batang Kawat
(wire rood), Krakatau Hoogevens International Pipe Ltd., PLTU 400 MW dan Pusat
Penjernihan Air di Krenceng.
Berhubungan dengan berkembangnya pabrik-pabrik di kawasan PT. Krakatau
Steel, maka kebutuhan akan tenaga listrik untuk pengoperasian pabrik-pabrik tersebut
mengalami peningkatan yang sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka
pada tanggal 01 Juni 1976 dibangunlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap untuk
menggantikan tugas Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang hanya berdaya 30 MW.
Pembangunan PLTU dikerjakan oleh kontraktor Jerman Barat (Siemens).
Proyek PLTU ini diproses dan dikelola langsung oleh Pertamina dengan
karyawan yang diangkat oleh Pertamina sendiri, setelah Keppres No. 36 Tahun 1975
di keluarkan maka proyek ini kembali di kelola oleh PT. Krakatau Steel.
PLTU ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 09 Oktober 1979 oleh
Presiden Soeharto. Pada tanggal 25 April 1995 Divisi PLTU 400 MW berubah status
menjadi otonom PLTU 400 MW PT. Krakatau Steel, sesuai surat keputusan Direksi
PT. Krakatau Steel Nomor 37/C/DUKSIKpts/1995 tentang perubahan status.
Kemudian pada tanggal 28 Februari 1996 sesuai akte notaris Ny. Tuti Setiahati


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 9
Kushardani Soetoro, SH. Unit otonom PLTU tersebut ditingkatkan menjadi Badan
Usaha Mandiri dengan nama PT. Krakatau Daya Listrik.
Beban utama dari PLTU PT. Krakatau Daya Listrik adalah pabrik baja dengan
tungku listriknya. Hal ini menyebabkan goncangan-goncangan beban yang besar
karena diakibatkan oleh bunga api pada elektroda-elektrodanya. Sehingga harus
mampu beroperasi dengan isolated system, maka dilengkapi dengan sistem
perencanaan dan sistem pengaturan yang baik. Berikut ini adalah rincianpekerjaan
proyek pembangunan PLTU 400 MV :
Tabel 2.1 Kronologi Pembangunan PT. Krakatau Daya Listrik
No. Pekerjaan Mulai Selesai
1. Perencanaan dan Pondasi Mei 1976 Desember 1976
2. Upper Stucture Juni 1976 September 1979
3. Auxiliary Buiding Oktober 1976 Desember 1977
4. Cooling water structure Maret 1977 November 1978
5. Pressure pipes Maret 1977 September 1977
6. Cabel tunnel Maret 1977 September 1978
7. Cable trench & subst Februari 1977 November 1978
8. Erection power house April 1978 September 1979
9. Installation
power distribution
November 1976 September 1979
Boiler-boiler PT. Krakatau Daya Listrik berjumlah 5 unit di bangun dan
dioperasikan dengan tahap sebagai berikut :
Tabel 2.2 Waktu awal pengoperasional Boiler
Boiler Unit Awal Operasi
Boiler 1 26 September 1978
Boiler 2 23 Oktober 1978
Boiler 3 22 November 1978
Boiler 4 15 Februari 1979
Boiler 5 06 Maret 1979



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 10
Tabel 2.3 Spesifikasi Teknis Boiler
Parameter Teknis Data Teknis
Tahun Pembuatan
Pabrik Pembuat
Unit 1. MAN, Nurnberg, 1974
Unit 2. Lenties, Dusseldorf, 1974
Unit 3. MAN, Nurnberg, 1974
Unit 4. MAN, Nurnberg, 1974
Unit 5. Nurnberg, 1974
Klasifikasi
Penggunaan Pembangkit Tenaga Listrik
Tekanan Tekanan Tinggi
Material Steel Boiler
Kapasitas Tinggi
Sumber Panas Pembakaran Bahan Bakar
Sirkulasi Natural
Metode Pertukaran Panas Pipa Air


2.1.2 Lokasi PT. Krakatau Daya Listrik
PT. Krakatau Daya Listrik terletak disebelah barat Krakatau Industrial Estate
Cilegon (KIEC), dipinggir pantai Selat Sunda. Hal ini dimaksudkan agar
mempermudah mendapatkan air pendingin (air laut), dalam jumlah yang memadai.
Luas keseluruhan PT Krakatau Daya Listrik mencapai 877,080 meter persegi dan areal
utamanya mencakup luas 150.000 meter. 19.000 meter diantaranya difungsikan
sebagai bangunan. PT. Krakatau Daya Listrik mengandalkan kemampuan kompetensi
dan fasilitas yang ada untuk menyediakan energi listrik, jasa kelistrikan dan
pengembangan beberapa usaha lain.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 11

Level 0,0 permukaan ruang mesin terletak pada 3,65 m diatas permukaan air
laut yang sekaligus menjadi referensi untuk semua level pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk melindungi pantai dari abrasi air laut, diberikan
batu-batu penahan gelombang terutama pada daerah pengambilan dan pengeluaran air
pendingin utama serta daerah sekitar baham bakar minyak (bbm).







Gambar 2.3 Peta Letak PT. Krakatau Daya Listrik

2.1.3 Visi dan Misi PT Krakatau Daya Listrik
VISI :
Penyedia energi dan usaha terkait yang handal dan bersaing di
Indonesia.
MISI :
Kami adalah insan yang profesional, harmoni dan berintegritas,
mempunyai komitmen untuk menyediakan produk energi dan usaha
terkait dengan kualitas tinggi dan kompetitif untuk peningkatan
kesejahteraan Stakeholder.
NILAI INTI :
Profesional, Harmoni, Integritas.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 12
2.1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dimaksud adalah pencerminan lalu lintas wewenang
dan tanggung jawab di dalam suatu peru sahaan secara vertikal dan pencerminan
hubingan secara horizontal.

13















Gambar 2.4 Struktur Organisasi Level 0-2 PT. Krakatau Daya Listrik






Kadiv
Perawatan

Kadiv
Logistik
Kadiv
Operasi


Ahli Utama
Direktur
Operasi
Direktur
Utama

Direktur
Perencanaan & Niaga

Direktur
Operasi

Direktur
Adm & Keu

Kepala
SPI

Kepala
Sekper

Senior
Manager

Ahli Utama
Dirut

Kadiv
Perencanaan

Kadiv
Niaga

Kadiv
OUJ

Ahli Utama
Direktur Pernc
& Niaga


Kadiv
HC & GA


Kadiv
Perbendaharaan


Kadiv
Akutansi

Ahli Utama
Direktur Keu &
Adm


14



















Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kedinasan PT. Krakatau Daya Listrik


Teknisi prwt
Instmen &
Kalibrasi

Teknisi
Instalasi
Tenaga

Teknisi prwt
Pwrt Kontrol
& Pengkrn

Teknisi
Proteksi
Teknisi
Kmpter Prses
& SCADA

Kasie
Kompensasi
Kasie
Perawatan
Instrumen

Kasie
Perawatan &
Bengkel Lstk

Kasie
Pwrt Kontrol
& Pengkrn

Kasie
Proteksi
Kasie
Kmpter Prses
& SCADA

Kasie
Kompensasi
Kadis
Perawatan
Mekanik

Kadis
Bengkel &
Prasarana

Kadis
Prwt listrik &
Instrumen

Kadis
Transmisi &
Distribusi

Ahli Teknik
Madya
Perawatan

Kadis
Perlatsus &
Alat Berat

Kadis
Proteksi &
Kompensasi

Kadis
Pengendalian
Perawatan

Kadiv
Perawatan




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 15
2.1.5 Manajemen Perusahaan
PT. Krakatau Daya Listrik mempunyai karyawan sebanyak 268 orang.
Seluruhnya di bagi menjadi 6 level sebagai berikut :
1. Level 0
Direktur Utama.

2. Level 1
Direktur Keuangan & Administrasi, Direktur Operasi dan Direktur Perencanaan
& Niaga.

3. Level 2
Kepala Divisi Staf Ahli Direksi. Tugas kepala divisi adalah mengkoordinadikan,
mengelola, mengendalikan dan mengevaluasi bidang kerja sesuai dengan unit
kerja masing-masing sehingga berhasil dengan kinerja excellent.

4. Level 3
Kepala Dinas/Setingkat. Tugas kepala dinas adalah menangani, mengelola dan
mengendalikan bidang kerja sesuai dengan dinas masing-masing.

5. Level 4
Kepala Seksi/Setingkat. Tugas kepala seksi adalah melaksanakan dan
mengawasi kerja sesuai dengan seksi masing-masing.

6. Level 5
Teknisi, Officer, Sekretaris. Termasuk didalamnya adalah tenaga kasar sampai
skilled dan semi profesional seperti operator pabrik, mekanik, elektronik, melter
dan lain-lain.

7. Level 6
Pelaksana


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 16
2.2 Sistem dan Prosedur dalam Produksi
Pelaksanaan sistem dan prosedur dalam produksi PT. Krakatau Daya Listrik
memiliki beberapa kebijakan diantaranya adalah :

a. Kebijakan Umum
1. Penjualan Listrik PT. Krakatau Daya Listrik diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik Krakatau Steel Group di kawasan KEIC.
2. Setiap permintaan penambahan daya, pelanggan diwajibkan membayar uang
jaminan yang besarnya sesuai dengan tarif yang ditentukan oleh Direksi PT.
Krakatau Daya Listrik.

b. Kebijakan Opersional
1. Penyambungan baru atau penambahan daya terhadap semua permintaan
harus dilakukan evaluasi teknik oleh divisi perencanaan untuk uji kelayakan.
2. Penyambungan baru atau penambahan daya hanya dapat dilakukan apabila :
a. Hasil uji instalasi dinyatakan layak.
b. Pelanggan yang bersangkutan membayar UJL.
3. Setiap penambahan daya penyambungan baru harus dibuatkan berita acara
oleh dinas pengembangan usaha.
4. Biaya pemakaian listrik
a. Tarif pemakaian listrik ditentukan dengan dasar perhitungan terutama
dari :
Biaya bahan bakar
Pengaruh inflasi
Nilai kurs rupiah terhadap valuta asing
Disamping itu ada pertimbangan-pertimbangan lain dalam kebijakan
penentuan tarif yaitu :
Kemampuan bayar pelanggan
Tidak tersedianya dana subsidi pemerintah
Azas keadilan
Nilai ekonomi


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 17
b. Kepada pelanggan setiap bulannya akan dikenakan :
Biaya beban
Biaya Pemakaian
Biaya semua peralatan (jika ada)
c. Tarif yang diberlakukan bagi para pelanggan listrik PT. Krakatau Daya
Listrik sesuai dengan ketentuan Direksi PT. Krakatau Daya Listrik.
d. Rekening listrik bulanan harus sudah diterbitkan selambat-lambatnya
tanggal 5 setiap bulan berikutnya.
e. Pelanggan harus membayar rekening listrik selambat-lambatnya setiap
tanggal berikutnya (kecuali ditentukan lain dalam kontrak), yaitu dengan
cara :
i. Transfer rekening PT. Krakatau Daya Listrik di Bank yang ditunjuk.
ii. Tunai melalui kasir PT. Krakatau Daya Listrik.

c. Kebijakan Otoritas
Rekening listrik ditandatangani oleh :
a. Kepala Dinas Pengembangan Usaha
b. Kepala Dinas PAF

2.3 Sumber Daya Manusia PT. Krakatau Daya Listrik
Struktur organisasi PT. Krakatau Daya Listrik sepenuhnya didukung oleh tenaga
kerja profesional dengan latar belakang pendidikan teknik dan administrasi bisnis
lulusan universitas ternama di Indonesia maupun di luar negeri.
Dalam rangka menyediakan kebutuhan energi listrik dan jasa kelistrikan
pelanggan, diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan
pengalaman. Untuk itu secara berkesinambungan dilakukan peningkatan
profesionalisme SDM melalui tiga progam besar yaitu pengembangan ketrampilan
teknis (Technical Skill), pengembangan kemampuan manajerial (Managerial Skill) dan
pengembangan watak karyawan (Character Building) melalui pendidikan dan
pelatihan dalam maupun luar negeri.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 18
Selain itu PT. Krakatau Daya listrik telah mempersiapkan tenaga kerja yang
terlibat langsung pada pengoperasian dan perawatan pembangkit listrik. Sampai saat
ini karyawan yang terlibat dalam pengoperasian telah memiliki sertifikat uji
kompetensi dari badan yang berwenang.

2.4 Jasa-Jasa PT. Krakatau Daya Listrik
2.4.1 Jasa Operasi dan Perawatan Pembangkit listrik
PT. Krakatau Daya Listrik melayani pengoperasian pembangkit listrik, perbaikan
kerusakan dari sisi mekanik, optimisasi pembangkitt listrik, listrik instrumen dan
sistem kontrol serta konsultasi atau supervisi teknik operasi dan perawatan.

2.4.2 Jasa Kelistrikan
Bagi perusahaan yang mengalami masalah kelistrikan, PT. Krakatau Daya
Listrik juga melayani :
1. Pemasangan, perbaikan serta perawatan peralatan listrik.
2. Penyambungan dan penggelaran kabel.
3. Pengetesan serta kalibrasi alat listrik.
4. Deteksi kerusakan atau kebocoran jalur kabel bawah tanah.
5. Jasa penghematan biaya listrik.

2.4.3 Sewa Alat Berat
1. Tangki bahan bakar minyak berkapasitas maksimal 28.000 ton.
2. Forklift
3. Kendaraan inspeksi lampu jalan.
4. Truk kabel.
5. Genset 250 KVA, 12 KVA dan 5 KVA
6. Alat ukur listrik.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 19
2.4.4 Jasa Workshop
Jasa workshop merupakan suatu bisnis jasa perusahaan. PT. Krakatau Daya
Listrik melayani berbagai bidang mulai dari pemasangan, perbaikan, rekondisi dan
rewinding transformator, motor listrik, generator maupun magnetic block.

2.4.5 Jasa Dermaga
Lokasi PT. Krakatau Daya Listrik yang terletak di bibir pantai memungkinkan
terciptanya dermaga penyokong bisnis jasa pelabuhan. Keunikan dari dermaga ini
terletak pada tersedianya pipa yang terhubung langsung dengan tank farm area PT.
Krakatau Daya Listrik. Hal ini memungkinkan jasa penjualan air bersih dari dermaga
ke kapal, pembongkaran bahan bakar dan tambat tanker di dermaga.

2.4.6 Jasa Penjualan Air Deionat
Air yang telah didemineralisasi selain mampu menjadi uap penggerak turbin,
umumnya juga dapat digunakan untuk berbagai bidang menyangkut kelistrikan. Oleh
karena itu, penjualan air deionat bila dikelola dengan baik, akan memberikan nilai plus
bagi kemajuan bisnis jasa PT. Krakatau Daya Listrik.

2.5 Kepedulian PT. Krakatau Daya Listrik Terhadap Lingkungan
2.5.1 Peduli Lingkungan Alam
Meskupun tidak terlalu signifikan, kegiatan produksi energi listrik yang
dilaksanakan tentu saja akan berdampak pula pada lingkungan alam sekitar kawasan
perusahaan. Menyadari akan hal itu, perusahaan merumuskan kepedulian terhadap
lingkungan alam sekitar melalui progam penghijauan.
Selain itu, bekerjasama dengan K3LH PT. Krakatau Steel, setiap 3 bulan sekali
dilakukan rencana pengelolaan lingkungan yaitu pengujian air limbah, pengujian udara
emisi di Boiler Unit 1-5, penelitian tekanan panas di tempat kerja, intensitas suara,
pengujian udara embient dan pengetesan debu jelaga.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 20

2.5.2 Peduli Lingkungan Sosial
Lingkungan Sosial di sekitar perusahaan salah satu pendukung kelancaran
kegiatan usaha. Sebagai salah satu komitmen perusahaan kepada masyarakat
lingkungan sekitar, perusahaan telah melaksanakan program pembinaan usaha kecil.
Pembinaan yang dilaksanakan berupa pemberian pinjaman modal usaha, manajemen
produksi, pemasaran dan keuangan.
Untuk menjaga keseimbangan lingkungan internal perusahaan dalam lingkungan
luar, kepedulian sosial lainnya yang dijalankan adalah implementasi sistem monitoring
pengembangan masyarakat secara berkesinambungan.

2.6 Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja diadakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat merugikan karyawan maupun perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja
adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang ada di tempat.
3. Dipakainya sumber industri secara aman dan efisien sesuai dengan tujuan di
atas.
Adapun tindakan PT. Krakatau Daya Listrik dalam menjamin keselamatan kerja
yang diperlukan oleh tenaga kerja antara lain :
1. Safety shoes.
2. Safety helmet.
3. Masker.
4. Sarung tangan.
5. Pelindung telinga.
6. Google (kacamata).
Selain itu PT. Krakatau Daya Listrik membuat peraturan keselamatan kerja bagi
karyawan agar resiko terjadinya kecelakaan dapat ditekan sekecil mungkin. Langkah-
langkah keselamatan kerja sebelum mengoperasikan peralatan listrik di PT. Krakatau
Daya Listrik yaitu :


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 21
1. Mematikan sumber tegangan.
2. Hindari kemungkinan tegangan tersambung kembali.
3. Pastikan bahwa instalasi/ peralatan benar-benar bebas dari tegangan.
4. Tanahkan dan hubung singkatkan.
5. Beri perlindungan dan pembatas pada bagian lain yang berdekatan.

2.7 Peningkatan Usaha
Untuk memberikan pelayanan jasa yang handal dan berkualitas sebagai wujud
komitmen perusahaan, berbagai program peningkatan dan pembenahan di bidang
pengusaha terus dilakukan.
Fenomena kondisi kekurangan suplai listrik (shortage) mulai tahun 2003 di pulau
Jawa dapat diantisipasi antara lain melalui metode modifikasi jaringan dan prasarana
yang ada, program persiapan ekspansi kapasitas listrik PT. Krakatau Daya Listrik
diyakini sebagai salah satu jalan keluar untuk kondisi tersebut. Dengan begitu
diharapkan pula mendukung rencana PT. Krakatau Steel untuk mencapai produksi
yang direncanakan.
Beberapa program yang telah dicanangkan antara lain :
1. Mempersiapkan perluasan kapasitas pabrik.
2. Pengembangan workshop mesin-mesin listrik untuk perluasan usaha jasa
kelistrikan, yang akan mampu mengerjakan :
a. Rewinding motor, trafo, generator dan magnetic block.
b. Rekondisi mesin-mesin listrik.
c. Peremajaan bagian-bagian pabrik untuk mempertahankan
keandalan dan memperpanjang usia pembangkit listrik.

2.8 Kesejahteraan Karyawan PT. Krakatau Daya Listrik
PT. Krakatau Daya Listrik menyadari bahwa adanya jaminan kesejahteraan bagi
setiap karyawannya merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan kinerja. Untuk itu,
PT. Krakatau Daya Listrik telah menerapkan sistem kesejahteraan terpadu yang
menyangkut tidak hanya individu karyawan tetapi juga keluarganya, seperti mengikuti
program JAMSOSTEK dan dana pensiun.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 22
Bagi karyawan juga disediakan fasilitas perumahan, rumah sakit, tempat ibadah,
sekolah dan program rekreasi keluarga.

2.9 Teknologi Informasi
Kemajuan yang terjadi dalam teknologi komputer dan komunikasi merupakan
daya dorong penggunaan otomatisasi yang dilakukan perusahaan untuk aplikasi
pemonitoran dan pengendalian, terutama pada pusat-pusat pembangkit, operasi
distribusi dan layanan pelanggan.
Evaluasi dan penyempurnaan Energy Management System (EMS) melalui
modifikasi sistem kontrol dari analog ke digital (automatisasi), serta integrasi sistem
GL, SIBAR, SILOG dan Cash Books dalam sistem LAN untuk meningkatkan
keakurasian proses data akuntansi terus dikembangkan, sehingga proses laporan
keuangan lebih akurat dan selalu diperbarui.
Pengembangan sistem informasi manajemen SDM sebagai database karyawan
yang lengkap dan terintegrasi dengan semua unit kerja diterapkan sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kepada karyawan, kecepatan dan ketepatan arus informasi
terpadu.
Sejalan dengan adanya tuntunan pelayanan menuju e-commerce pada sektor jasa
dan perdagangan di masa mendatang, PT. Krakatau Daya Listrik melalui website akan
memegang peranan penting sebagai fasilitator untuk keperluan tersebut.

2.10 Unit Usaha Air Minum
Sejak 26 Maret 2001, PT. Krakatau Daya Listrik mendirikan anak perusahaan
yang diberi nama PT. Krakatau Tirta Industri. Perusahaan PT. Krakatau Tirta Industri
menjadi produsen air minum dalam kemasan dengan produknya yang diberi nama
Quelle. Quelle dirintis dan dikembangkan untuk memanfaatkan potensi provinsi
Banten secara optimal dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan kebanggaan
daerah




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 23
Air dari sumber d area Cidanau setelah diproses di pusat penjernihan air PT.
Krakatau Tirta Industri, dilarikan melalui saluran pipa ke Grovel Filter dan Carbon
Active Filter berkapasitas 25 m
3
/jam di Water Treatment Plant PLTU sebagai sistem
penyaring tahap pertama.
Air dari sistem penyaringan tahap pertama merupakan air baku bagi air minum
Quelle. Melalui saluran pipa stainless steel, air baku memasuki sistem penyaringan
tahap kedua yang terdiri atas Anthracite Filter, Carbon Active Filter dan paket
Catridge sehingga menghasilkan air bersih dan sehat yang bebas dari bau, rasa dan
partikel berbahaya tanpa mengurangi unsur-unsur yang menyehatkan tubuh. Proses
disinfektan menggunakan sistem ozon dan ultraviolet yang dipasang secara seri untuk
menghasilkan air sehat yang bebas kuman.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 24

BAB III
SISTEM TENAGA LISTRIK
DI PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

3.1 Sistem Produksi Listrik
PT. Krakatau Daya Listrik merupakan pemasok energi listrik bagi seluruh
industri di kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), juga perumahan di
kawasan Krakatau Steel. PT. Krakatau Daya Listrik merupakan PLTU yang memiliki
5 Unit Boiler dimana tiap unitnya terdapat satu unit turbo generator. Setiap unit mampu
menghasilkan 80 MW. Keseluruhan unit menghasilkan daya listrik sebesar 400 MW.
Melalui pengamatan langsung di lapangan, daya aktif yang disuplai dari
pembangkit unit 1 PT. Krakatau Daya Listrik hanya mencapai sekitar 50 MW. Angka
ini sudah diatur atas atas dasar pertimbangan efisiensi biaya operasi dari kegiatan
produksi baja di PT. Krakatau Steel. Kebutuhan daya dari unit produksi PT. Krakatau
Steel lebih banyak disuplai dari jaringan PT. PLN melalui sistem interkoneksi. Selain
itu, turbin uap yang beroperasi hanya sebanyak 1 buah dengan maksimal operasi
sebanyak 2 buah.







Gambar 3.1 Skema Pusat Listrik Tenaga Uap 400 MW PT. KDL


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 25
G
Nat. Gas and /or
Fuel oil
Make up Water
Exhaust gas
Steam
LP Heater
FWTG
Condensate pump
Condenser
Main Steam Header
7 bar Steam Header
80 MW
FW
Pump
Boiler
LP Heater
Condensate Header
Comb Air
Gas Supply Header
Fuel Oil Supply Header
Note :
Headers are used for all 5 units in parallel operation mode.
HP & LP
Steam Turbine

Gambar 3.2 Proses Pembangkitan Listrik
Air yang dihasilkan dari Water Treatment Plane ditampung (WTP), ditampung
di Demin Water Tank yang kemudian dipompakan ke Feed Water Tank (FWT). Dari
FWT, air dipompakan dengan pompa pengisi ketel (Water Treatment Pump) yang
terdiri dari dua macam untuk tiap unit ketel, yaitu Electric Kessel Specier Water Pump
(ESKP) yang digerakkan oleh motor listrik dan Turbo Kessel Specier Water Pump
(TKSP) yang digerakkan oleh turbin uap.
Sebelum menuju ke ekonomiser, air pengisi ketel tersebut dialirkan menalui air
heater, yang berguna untuk menaikan temperatur udara yang akan bercampur dengan
bahan bakar sehingga pembakaran berjalan dengan baik. Air yang keluar dari air
heater memiliki temperatur 1450 C. Kemudian air dipanaskan pada ekonomiser 1,
ekonomiser 2 dan ekonomiser 3, lalu air tersebut akan menuji tromol (Drum Boiler).
Pada tromol ini terjadi pemisahan antara fasa uap dan fasa air pada temperatur 3000
C. Untuk fasa air akan turun ke bawah melalui 2 pipa (fahrol pipe), kemudian
dipanaskan lagi di evaporator. Akibat perbedaan masa jenis setelah pemanasan, air
akan naik lagi ke tromol. Sedangkan fasa uap langsung menuju ke superheater 1,
superheater 2 dan superheater 3. Uap yang keluar dari superheater 3 sudah bertekanan
62 bar dengan temperatur 4800 C dan uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin
yang selanjutnya menggerakkan generator.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 26
Tiap unit turbin memiliki 2 bagian yaitu turbin tekanan tinggi (high pressure)
dan turbin tekanan rendah (low pressure). Uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi,
kemudian masuk ke turbin tekanan rendah tetapi sebagian juga di ekstrasikan sebagai
uap pemanas pada heater 2 dan feed water tank. Uap yang keluar dari turbin tekanan
rendah digunakan untuk pemanas air deionat dipompakan ke feed water tank sebagai
air deionat memalui 2 pemanas bertekanan rendah.
Daya listrik yang dibangkitkan dari masing-masing generator bertegangan 10,5
kV dengan daya 80 MW dan dinaikan menjadi 150 KV ke busbar. Selanjutnya, dari
rel pembagi didistribusikannya tegangan sesuai tegangan yang dibutuhkan.

3.1.1 Peralatan Utama dan Peralatan Pendukung Produksi
3.1.1.1 Ketel Uap Man-Lentjes
Ketel Uap Man-Lentjes (Boiler) adalah suatu instalasi yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Air yang digunakan PT. Krakatau Daya Listrik adalah air
deionat. Boiler ini menggunakan bahan bakar gas dan minyak yang dapat digunakan
secara bersamaan tetapi tidak dalam satu burner. Jenis boiler di PT. Krakatau Daya
Listrik adalah sirkulasi alam (natural circulated boiler). Boiler di PT. Krakatau Daya
Listrik memanfaatkan gas hasil pembakaran untuk memanaskan permukaan pemanas
pada evaporator, economizer dan superheater hingga gas buang tersebut meninggalkan
boiler melalui cerobong asap. PT. Krakatau Daya Listrik memiliki lima unit ketel yang
mempunyai kapasitas maksimum 350 ton/jam untuk tiap unitnya.
Adapun instalasi boiler tersebut terdiri dari :
a. Ruang bakar
Ruang bakar adalah tempat terjadinya pembakaran, dimana panas yang
dihasilkan digunakan untuk meningkatkan suhu dan tekanan dari uap
pengumpan.
b. Economizer
Economizer berfungsi untuk memanaskan air setelah memanaskan air preheater,
masuk ke dalam tiga paket economizer ( eko-1, eko-2 dan eko-3), selanjutnya
masuk ke dalam drum. Eko-1 dan eko-2 merupakan pipa pemanas bersirip (


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 27
finned tube). Pipa-pipa economizer dilalui oleh air di dalamnya yang menyerap
panas gas buang yang mengalir dalam arah vertikal pada bagian luar pipa-pipa
pemanas economizer.








Gambar 3.3 Economizer
c. Tromol (Drum Boiler)
Tromo ( Drum Boiler) berfungsi memisahkan uap dari air, serta mengkontrol
kualitas air dan uap. Drum dilengkapi berbagai peralatan seperti : safety valve (
NB 01 dan NB 02), peralatan ukur dan monitir level, tekanan, kualitas demin
water dan manhole. Tromol berfungsi untuk :
1. Memisahkan uap dan air
2. Memperbaiki kualitas air yang bersirkulasi
3. Pengaturan sirkulasi boiler secara alami
Air dan uap yang masuk ke tromol berasal dari economizer dan feed water tank.
Kontruksi dari dalam tromol ini berupa air dan uap, tromol ini dilengkapi oleh
alat pengkontrol ketinggian permukaan air, juga terdapat katup pengaman
terhadap tekanan lebih. Prinsip pemisahan uap dengan air terjadi secara alamiah.
Air akan mengalir lewat saluran bawah kontrol masuk ke dalam kedua pipa turun
yang mengalir ke evaporator didalam ruang bakar dan kembali ke tromol.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 28

Gambar 3.4 Tromol / Drum Boiler
d. Super heater
Berfungsi untuk memanaskan uap yang keluar dari drum hingga menjadi uap
boiler outlet, super heater terdiri dari tiga paket pipa-pipa pemanas tanpa sirip,
yaitu sh-1, sh-2 dan sh-3.









Gambar 3.5 Superheater
e. Cerobong (stack or chimney)
Merupakan bagian boiler yang berfungsi untuk mengeluarkan gas buang setelah
dimanfaatkan energinya pada boiler. Cerobong dibuat dengan tinggi tertentu
yang menjamin agar polusi gas buang tidak mempengaruhi lingkungan kerja dan


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 29
lingkungan kehidupan sekitar hingga batas-batas yang di persyaratkan. Cerobong
dilengkapi dengan berbagai alat ukur monitoring dan kontrol seperti : temperatur,
kandungan CO, kandungan CO2 dan kandungan O2.








Gambar 3.6 Cerobong

1. Spesifikasi Ketel Uap Man-Lentjes
Pabrik Pembuatan : Man-Lentjes Jerman Barat
Tahun Pembuatan : 1976-1977
Tipe : Sirkulasi alami, pipa air
Kapasitas uap maksimum : 350 ton/jam
Tekanan uap keluar uap kering : 72 bar
Jumlah uap pengabutan (atomizing steam) : 1000 kg/jam
Daya listrik yang diperlukan : 795 KW (operasi BBM)
: 810 KW (operasi BBG)
Efisiensi (menurut DIN 1942) : 92,2 % (operasi BBM)
: 97,1 % (operasi BBG)
Dimensi Ketel Uap
Tinggi kontruksi baja pendukung : 45,1 m
Lebar : 12 m
Tinggi keseluruhan : 60 m
Dimensi Pipa
Inlet header economizer : 193,7 mm


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 30
Economizer (I,II,III) : 31,8 mm
Superheater I : 44,5 mm
Outlet superheater I : 300 mm
Inlet header superheater II : 300 mm
Superheater II : 33,7 mm
Outlet superheater II : 300 mm
Inlet header superheater III : 300 mm
Superheater III : 38 mm
Outlet heade superheater : 330 mm
Luas Permukaan Panas Efektif
Pemanas air umpan : 6920 m
Evaporator : 840 m
Pemanas lanjut I : 312 m
Pemanas lanjut II : 225 m
2. Spesifikasi Burner
Jumlah : 8 (delapan)
Konfigurasi : 4 tingkat, masing-masing 2 burner
Hubungan udara pembakaran BBM : individual screw connection
Tipe : burner dengan pengabut uap
tekanan
Laju aliran minyak maksimum : 3630 kg/jam
Kapasitas volumetrik/pompa : 31.190 kg/jam
Tekanan minyak setelah pompa : 20,6 bar
Daya yang diperlukan/pompa : 24 KW
Jumlah pemanas minyak : 2 (dua)
Laju aliran minyak/pemanas : 31.190 kg/jam
Tekanan uap pemanas : 7,85 bar / 200C
Bahan Bakar Gas
Tipe : central lance gas burner
Laju aliran gas maksimal/burner : 4100 Nm/ jam
Tekanan sebelum gas buner : 2,45 bar


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 31

Gambar 3.7 Instalasi Burner

3.1.1.2 Unit Penunjang Ketel Uap (Boiler)
Proses kerja ketel uap akan berjalan lancar apabila kebutuhan air pengumpan
ketel, bahan bakar dan udara pembakar terpenuhi secara memadahi. Untuk
mencukupi kebutuhan tersebut, diperlukan unit penunjang. PT. Krakatau Daya Listrik
memiliki unit-unit penunjang ketel uap antara lain :
1. Feed Water Tank (tangki air pengumpang ketel uap)
Merupakan tangki penampung air deionat yang digunakan sebagai air
pengumpan ketel uap. Kapasitas feed water tank adalah 120 m dan berada di
ketinggian 15,5 m dari dasar ketel uap. Sebagai tangki air pengumpan ketel uap,
feed water tank juga berfungsi sebagai pemanas air pengumpang ketel uap (heater
III). Pemanas airnya berasal dari uap panas lanjut 7 bar dari turbin uap tekanan
tinggidan temperatur di dalam tangki air pengumpan mencapai 165 C.
Adapun fungsi dari feed water tank tersebut adalah :
- Penghilang gas-gas bekas dan oksigen yang terdapat pada air pengumpan ketel
uap.
- Penampung air hasil kondensasi uap dari turbin.
- Menyuplai uap air jenuh 7 bar.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 32








Gambar 3.8 Feed Water Tank

2. Feed Water Pump (pompa ketel uap)
Kebutuhan air pengumpan ketel uap akan dipenuhi oleh dua pompa untuk setiap
unitnya. Pompa air pengumpanannya adalah EKSP yaitu pompa yang
menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya dan pompa TKSP yaitu pompa
yang menggunakan turbin uap sebagai penggeraknya.
Pada saat operasi normal, pompa yang digunakan adalah pompa EKSP,
sedangkan pompa TKSP sebagai cadangan yang dapat secara otomatis untuk
menggantikan pompa EKSP bila sedang mengalami kerusakan atau pemeriksaan.
Uap yang digunakan turbin uap pada pompa ketel berasal dari boiler melalui
manifold. Saluran hisap dari tiap pompa dihubungkan secara terpisah dengan
tangki air pengumpan,
Sedangkan keluarannya dihubungkan dengan saluran air pengumpan ketel
melalui unit pengatur.
a. Spesifikasi Feed Water Pumps.
Pabrik pembuat : KSB
Tipe : HBD 150
Desain : Tubular
Jumlah tingkat impeller/sudu : 7 tingkat
Kedudukan : Horizontal
Temperatur air pengumpan : 168 C
Rata-rata debit yang dihasilkan : 390 m/jam


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 33
Tingkat tekanan rata-rata : 120 bar
Tekanan hisap : 7,6 bar
Tekanan yang dihasilkan : 390 m/jam
Debit aliran minimum : Sekitar 100 m/jam
Aliran air penyeimbang : 11 m/jam
Putaran : 2980 rpm
Kebutuhan daya minimal : 1890 KW

b. Spesifikasi Motor Listrik.
Pabrik pembuatan : Siemens
Tipe : 1 TC 2730-2EE01-Z
Daya motor : 2100 W

c. Spesifikasi Turbin Uap (penggerak pompa TKSP)
Pembuat : KKK
Tipe : CFS GS
Desain : Impuls dengan roda gigi
Tingkat sudu : Tunggal
Kedudukan : Horizontal
Daya yang dihasilkan : 2100 W
Putaran turbin : 7300 rpm
Putaran poros yang dihasilkan : 2980 rpm
Tekanan uap yang diperlukan : 58,8 78,4 bar
Suhu yang diperlukan : 465-495 C
Tekanan yang keluar : 6,8 bar

Disamping popa ESKP dan TKSP dapat juga dua buah pompa start up yang
digunakan untuk seluruh unit ketel uap. Pompa ini digunakan pada saat restarting
satu unit ketel uap sesudah terjadi pemadaman total. Kapasitas pemompaan
nominalnya sebesar 120 ton/jam yang cukup memadai untuk memasok sekitar 1/3
kapasitas air pengumpan ketel uap.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 34

3. Luft Vorwarmer
Merupakan pemanas udara yang akan menuju ke ruang bakar. Pemanas udaranya
memanfaatkan air pengumpan dari feed water tank yang bertemperatur 165 C dan
air dari luft vorwarmer temperaturnya turun menjadi 145 C. Udara pembakaran
diambil dari udara luar dengan menggunakan dua kipas dan jumlah udara yang akan
digunakan oleh burner diatur lagi secara terpisah.









Gambar 3.9 Luft Vorwarmer
1. Forced Draft Fans
Proses pemanasan evaporator pada ruang bakar akan sempurna apabila
kebutuhan akan udara bahan bakar dan titik api dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan
udara pembakaran PT. Krakatau Daya Listrik menggunakan dua buah FDF untuk
setiap unitnya. FDF akan menyuplai kebutuhan udara pada ruang bakar. Udara
pembakaran diperoleh dari udara luar yang masuk melalui FDF dan langsung
disirkulasikan menuju ruang bakar untuk dipergunakan setiap burner. Udara
pembakaran hanya sekali pakai tanpa melalui penampung terlebih dahulu. Sebelum
masu ke ruang bakar, udara dialirkan melalui luvo untuk mendapatkan udara yang
bertemperatur tinggi agar memperoleh hasil pembakaran yang sempurna.

2. Pompa Bahan Bakar
Kebutuhan bahan bakar baik BBM atau BBG akan di suplay oleh pompa bahan
bakardari tangki penyimpan minyak residu dipompa menuju tiap-tiap ketel uap


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 35
tekanan konstan antara 2 sampai 3 bar. BBM yang telah dipanaskan menuju tiap
burner melalui sebuah ring. Tekanan maksimal pada pompa minyak diatur dengan
menggunakan katup kontrol yang dilengkapi dengan pegas. BBM diusahakan
dipanaskan terlebih dahulu agar selalu dalam tekanan uap air yang konstan. Suhu
BBM yang selalu fluktuasi dijaga agar mendekati nilai konstan yaitu antara 100 C -
120C (tergantung pada kualitas minyak trafonya).

3.1.1.3 Turbin
Turbin merupakan suatu jenis penggerak awal yang banyak digunakan di dalam
industri, dengan fungsinya antara lain sebagai penggerak mula generator listrik,
pompa dan compressor, serta industri proses. PT. Krakatau Daya Listrik
menggunakan jenis turbin uap sebagai penggerak utama dari generator dan penggerak
pompa air pengumpan ketel uap.
Turbin uap adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mengubah energi panas
dalam bentuk uap dengan temperatur tinggi dan tekanan tinggi menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran poros. Ekspansi uap yang dihasilkan tergantung dari
pengaturan ekspansi uap, yaitu nozzle dan sudu gerak. Ukuran nozzle pengarah serta
sudu-sudu gerak adalah sebagai pengatur distribusi tekanan dan kecepatan uap yang
masuk ke dalam turbin. Pada rotor turbin ditempatkan rangkaian sudu-sudu tetap
secara sejajar.
Dalam pemasangannya, rangkaian sudu tetap dan rangkaian sudu jalan
dipasang berselingan, energi panas dalam uap mula-mula diubah menjadi energi
kinetik oleh nozzle. Selanjutnya uap berkecapatan tinggi akan membentur sudu-sudu
jalan pada rotor turbin yang pada akhirnya mengakibatkan rotor turbin berputar. Jadi
energi kinetik diubah menjadi energi mekanin pada sudu-sudu jala.
Spesifikasi turbin uap penggerak generator.
Pembuat : Siemens
Tipe : WK 80/90/0-3 DAN NG 63/63/0
Daya maksimum : 80 MW
Daya nominal/desain : 73 MW
Putaran : 3000 rpm


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 36
Arah putaran dari turbin ke generator : berlawanan arah jarum jam
Tekanan uap utama (normal) : 72 bar
Tekanan uap utama maksimum : 80 bar
Tekanan uap utama minimum : 60 bar
Temperatur uap utama (normal) : 480
o
C
Temperatur pemasukan maksimum : 495
o
C
Temperatur pemasukan minimum : 465
o
C
Tekanan kondensasi : 0,1 bar
Temperatur pendingin : 28
o
C
Kapasitas uap masuk turbin : 295 ton/jam

Kapasitas ekstraksi :
Ekstraksi A1 : 24 ton/jam
Ekstraksi A2 : 22 ton/jam
Ekstraksi A3 : 15 ton/jam
Kecepatan aliran kondensat : 120 ton/jam
Tekanan kondensator : 1 bar
Tekanan uap ekstraksi :
Ekstraksi A1 : 1,2 bar
Ekstraksi A2 : 4,0 bar
Ekstraksi A3 : 15,0 bar



Gambar 3.10 High Pressure Turbin



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 37

Gambar 3.11 Low Pressure Turbin

3.1.1.4 Unit Penunjang Turbin Uap
Proses kerja turbin akan berjalan dengan lancar apabila sirkulasi uap pada
turbin berjalan lancar. Untuk menciptakan kelancaran tersebut, diperlukan unit
penunjang. Di PT. Krakatau Daya Listrik (PLTU 400 MW) terdapat unit-unit
penunjang ketel uap antara lain :
1. Kondensor
Kondensor di PT. Krakatau Daya Listrik adalah suatu alat yang digunakan
untuk proses pendingin uap dan merubah uap menjadi air setelah dipakai untuk
menggerakkan sudu-sudu pada turbin tekanan rendah. Adapun fungsi dari kondensor
itu sendiri adalah mengkondensasikan uap bekas yang mengalir dari turbin tekanan
rendah, dengan menggunakan air pendingin air laut dan tetap mempertahankan
tekanan vakum.
Spesifikasi Kondensor.
Jumlah : 2
Aliran uap bekas : 119 ton/jam
Tekanan : 0,1 bar
Luas pemasukan pendingin : 1830 m
3

Penampang pipa pendingin diameter luar : 23 m
Penampang pipa pendingin diameter dalam : 21 mm
Tebal : 1 mm
Media pendingin : air laut
Kecepatan aliran pendingin : 1,8 m/s
Temperatur masuk air laut : 28
o
C
Temperatur keluar air laut : 35
o
C


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 38
Jumlah pipa pendingin (dalam kondensator) : 2 x 3840 buah
Jumlah air pendingin (kapasitas) : 8650 m
3
/jam
Dalam kondensor, ruang untuk uap dan air saling berhubungan menjadi satu,
dimana pada bagian bawah kondensor terdapat ruang pengumpul air kondensor yang
dinamakan hotwell. Air kondensat yang terkumpul di hotwell sebagai air pengisi ketel
yang sebelumnya ditampung di FWT. Ruang uap bekas dan ruang kondensasi harus
selalu divakumkan sebelum dioperasikan maupun setelah beroperasi secara normal.
Untuk itu maka disediakan pompa cincin air bertingkat (Elmo Pump) serta uap
perapat (Gland Steam).

2. Elmo Pump (pompa vakum)
Pompa vakum berfungsi untuk menciptakan keadaan yang vakum pada turbin
dan kondensor, dimana tujuannya adalah agar uap output dari turbin dapat turun
melewati kondensor. Apabila proses ini terganggu dapat mengakibatkan kerusakan
pada turbin.
Pompa vakum ini berjumlah dua buah untuk tiap unitnya. Pada saat start up
kedua pompa vakum dinyalakan secara bersamaan dengan tujuan untuk mencapai
kevakuman secepat mungkin, tetapi jika kevakuman yang tercipta sudah stabil cukup
menggunakan satu pompa dan pompa yang lainnya stand by sebagai cadangan.
Spesifikasi pompa vakum :
Kapasitas pompa : 834 m
3
/jam
Tekanan desain pompa : 0,2 bar
Daya yang dibutuhkan pompa : 25,5 kW
Air perapat pompa : 2,7 m
3
/jam
Daya motor : 30 kW
Tangki vakum :
Dimensi tangki : D 1250 x 2000 mm
Kapasitansi : 2 m
2

Tekanan dalam tangki : -0,85 bar (100% vakum)
Spesifikasi pipa Siphon :
Jumlah pipa : 5 buah


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 39
Kapasitas tiap pipa : 22500 m
3
/jam
Diameter pipa : 2,2 m
Panjang pipa : 300 m


Gambar 3.12 Elmo Pump

3. Condensate Pump (pompa kondensat)
Pompa kondensat berfungsi untuk menyalurkan air hasil kondensasi yang
terkumpul di hotwell. Air hasil kondensasi tersebut dipompakan menuju FWT
melalui LP heater 1 dan LP heater 2. Pompa kondensat berjumlah 2 buah untuk setip
unitnya.
4. Low Pressure Heater (LPH)
LP Heater berfungsi untuk memompakan panas dari air deionat yang akan
menuju FWT. Kalor yang dipanaskan air deionat diperoleh dari hasil ekstraksi pada
turbin dengan pemanasan ini diharapkan kandungan gas-gas bekas dan gas oksigen
yang terdapat pada air deionat bisa berkurang.
3.1.2 Instalasi Demineralisasi Air
Pada operasi turbin uap diperlukan air pengumpan yang tidak mengandung
mineral (air deionat). Untuk menghasilkan air deionat dibutuhkan suatu instalasi
demineralisasi (water treatment plant). Sumber air baku di PT. Krakatau Daya Listrik
diperoleh dari Cidanau yang terlebih dahulu diolah di pusat pengolahan air di PT.
Krakatau Tirta Industri yang berlokasi di Krenceng.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 40

Proses demineralisasi memiliki tiga tahapan untuk dapat menghasilkan produk
air siap konsumsi untuk memenuhi kebutuhan di internal perusahaan maupun untuk
dijual ke konsumen umum. Pertama, air baku yang telah ditampung di PT. Krakatau
Daya Listrik disaring terlebih dahulu oleh saringan pasir (grafel filter). Proses
penyaringan ini bertujuan agar kotoran yang terdapat pada air baku dapat tersaring.
Proses selanjutnya ialah penyaringan ion-ion dengan menggunakan kation filter dan
anion filter yang diantaranya terpasang degasifier atau penghilang gas-gas yang
terkandung di dalam air baku. Proses terakhir dilakukan penyaringan gabungan antara
kation filter dan anion filter yang biasa disebut dengan mixed filter, sebagai pengaman
jika masih terdapat kation dan anion yang tidak tersaring pada proses kation filter
maupun anion filter.
Setelah rangkaian proses penyaringan tersebut terdapat automotive stopvalve
yang dapat menutup secara otomatis bila air yang dihasilkan tidak memenuhi syarat
yang diizinkan. Proses produksi air deionat ditampung di dalam dua tangki penampung
dengan kapasitas 2x200 m
3
.

3.1.3 Sistem Pendingin
PT. Krakatau Daya Listrik menggunakan dua jenis sistem pendingin, yaitu sistem
satu kali jalan (once through system) dan sistem resirkulasi (resirculating system).
Sistem satu kali jalan merupakan sistem pendingin utama untuk proses kondensasi
pada kondensor dan disinilah terjadi proses kondensasi dimana uap sisa kondensasi
menjadi air deionat yang ditampung pada hotwell. Air pada hotwell kemudian
dipompakan kembali menuju feedwater tank oleh pompa kondensor.
Air laut dihisap dari laut melalui pipa Siphon pada kedalaman 6 m dari
permukaan air laut agar diperoleh air laut dengan suhu lebih dingin (28
o
C). Air laut
masuk melalui pipa Siphon dengan sistem vakum dan ditampung di bak penampungan
yang memiliki kedalaman 12 m dengan kapasitas 20000 m
3
/jam. Sistem vakum yang
dimaksud yaitu bahwa di dalam pipa Shipon digunakan 4 buah pompa vakum.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 41

Pada bak penampung, air laut disterilkan dari organisme dan binatang laut
dengan menggunakan NaOCL (khlorinasi). Air laut dialirkan menuju kondensor
dengan menggunakan 6 buah pompa pendingin utama (main cooling water pumps).
Tetapi sebelum masuk ke dalam pompa, air laut tersebut disaring secara mekanis
melalui tahap penyaringan kasar dan penyaringan halus.
Spesifikasi Pompa Air Pendingin :
Diameter pipa masuk : 1,3 m
Diameter pipa keluar : 1,3 m
Debit (kapasitas pompa) : 18700 m
3
/jam
Tekanan air pada pipa keluar : 1,276 bar
Putaran : 485 rpm
Daya yang dibutuhkan : 763 kW
Tipe coupling : elco








Gambar 3.14 Cooler Cooling Water

3.1.4 Generator Krafwerk Union PT. Krakatau Daya Listrik
Generator di PT. Krakatau Daya Listrik berjumlah 5 buah. Tiap-tiap generator
mampu menghasilkan listrik sebesar 100 MVA dengan tegangan 10,5 kV dan arus 5,5
kA. Aliran tegangan kemudian dialirkan masuk ke dalam switchgear 150 kV melalui
suatu transformator generator. Gas sulfurheksafluorida (SF6) digunakan sebagai
isolasi. Swichgear menyuplai kawasan pabrik baja melalui 3 buah transformator
150/30 kV dengan output masing-masing sebesar 80 MVA. Suatu sistem 6 kV untuk


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 42
keperluan PT. Krakatau Daya Listrik, juga disuplai dari switchgear 150 kV, melalui 4
buah transformator dengan kapasitas masing-masing 16 MVA.

Spesifikasi Generator :
Pabrik pembuatan : Krawfark Union (KWU)
Daya nyata : 100 MVA
Daya aktif : 80 MW
Voltase rata-rata : 10 kV = 5%
Arus stator : 5,5 kA
Faktor daya : 0,8
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 3000 rpm
Media pendingin : Udara
Tekanan udara panas maksimum : 71 bar
Tekanan udara dingin maksimum : 40 bar
Tekanan udara dingin minimum : 20 bar
Stator phase UX : 0,0009681 Ohm
Stator phase VY : 0,0009603 Ohm
Stator phase WZ : 0,0009725 Ohm
Rotor turn : 0,3961 Ohm
Rated load excitation : 599 A
Maks. torsi short circuit : 370 MT
Rotor flywheel affet WR2 : 14,9 rpm
Kecepatan kritis 1 : 18710 rpm
Kecepatan kritis 2 : 5600 rpm
Berat statis (komplit) : 128 ton
Berat rotor : 32 ton
Berat air cooler section : 0,8 ton


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 43

3.2 Sistem Transmisi
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke
pusat beban. Karena daya yang disalurkan besar, maka tegangan yang digunakan
adalah tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi tegangan pada saluran. Dari
pembangkit tegangan keluarannya adalah 10,5 kV. Kemudian masuk ke saluran
transmisi setelah tegangan ditransformasikan dengan trafo step up menjadi 150 kV.
Setelah energi listrik dialirkan ke mainstation dengan tegangan nominal sebesar
150 kV, kemudian ditransmisikan melalui cabel tunnel (terowongan kabel) ke
substation-substation yang ada. Untuk keperluan industri menggunakan tegangan 30
kV yang di dapat dari tegangan 150kV yang ditransformasi menjadi 30 kV oleh trafo
step down. Terdapat 2 jenis kapasitas trafo step down yang digunakan yaitu 80 MVA
dan 100 MVA.
Trafo dengan tegangan nominal keluaran 30 kV dengan kapasitas 80 MVA
disalurkan ke Main Transfer Station I (MTS I) dan Main Transfer Station II (MTS II).
Permintaan daya pada MTS I adalah sebagai berikut :
1. Billet Steel Plant (BSP) 60 MW
2. Slab Steel Plant (SSP) 90 MW
3. Wire Rod Mill (WRM) 8 MW
Sedangkan permintaan daya pada MTS II adalah sebagai berikut:
1. Cold Rod Mill (CRM) 30 MW
2. Hot Strip Mill (HSM) 80 MW
3. Dirrect Reduction (DR) 15 MW
Sedangkan untuk trafo dengan tegangan nominal 30 kV dengan kapasitas 100
MVA disalurkan ke Main Transfer Station III (MTS III) dengan permintaan daya
sebesar 130 MW dari Slap Steel Plant.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 44
Tegangan transmisi 150 kV juga ditransmisikan ke substation. Pada jaringan
transmisi PT. Krakatau Daya Listrik memiliki 2 substation, yaitu :
1. Substation Diesel dengan tegangan keluaran sebesar 150 kV.
Kemudian tegangan 150kV tersebut ditransmisikan ke Gantry PLN Cilegon Baru
(Universitas Sultan Agung Tirtayasa) dan dialirkan ke trafo step down untuk
didistribusikan ke perumahan dan ke anak perusahaan Krakatau Steel Group di
Kawasan Industri Estate Cilegon I.
2. Substation Harbour dengan tegangan keluaran sebesar 150 kV.
Tegangan 150 Kv di alirkan ke saluran transmisi ke substation Cidanau dengan
panjang 17,7 km (56 tower) dan juga dialirkan ke trafo step down untuk di
distribusikan ke Kawasan Industri Estate Cilegon II.
Dalam sistem transmisi PT. Krakatau Daya Listrik menggunakan konfigurasi
ring bus. Sistem ring bus digunakan bila ada dua sumber mensuplai, kelebihan sistem
ini adalah secara langsung mengisolir gangguan jika gangguan terjadi pada salah satu
sumber. Pada keadaan normal semua breaker pada ring bus berada dalam keadaan
tertutup, bila terdapat gangguan pada sumber 1, breaker A dan D terbuka untuk
mengisolir gangguan, sementara sumber 2 mensuplai beban. Gangguan dibagian
manapun dalam sistem akan menyebabkan dua breaker terbuka, untuk mengisolir
gangguan

Gambar 3.15 Sistem Ring Bus



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 45
3.2.1 Transformator
Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dari satu level tegangan ke level tegangan yang berbeda.
Dalam operasi penyaluran tenaga listrik, transformator dapat dikatakan sebagai jantung
dalam sistem transmisi dan distribusi. Pada transformator daya walaupun mempunyai
fungsi hanya mengalirkan daya (energi listrik), bukan berarti tidak memiliki nilai rugi
daya yang terserap pada transformator tersebut. Rugi-rugi ini dikarenakan ada
impedansi dalam pada trafo itu sendiri, seperti rugi besi, rugi lilitan, dan rugi-rugi
lainnya. Struktur elemen pada trafo tersebut dapat digambarkan dalam rangkaian
ekuivalen sebagai berikut.

Gambar 3.16 Rangkaian Ekuivalen Transformator

1
= resistansi sisi primer

2
= resistansi sisi sekunder dipandang dari sisi primer

1
= reaktansi sisi primer

2
= reakatansi sisi sekunder dipandang dari sisi primer

0
= resistansi inti besi transformator

0
= reaktansi boco transformator



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 46
3.2.1.1 Konstruksi Transformator Daya
Umumnya konstruksi transformator daya secara singkat terdiri dari :
Inti yang terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak atau baja silikon
yang diklem jadi satu.
Belitan dibuat dari tembaga yang cara membelitkan pada inti dapat
konsentris atau spiral.
Sistem pendinginan pada trafo-trafo dengan daya yang cukup besar.
Bushing untuk menghubungkan rangkaian dalam transformator dengan
rangkaian luar.

Antara inti dan belitan akan memberikan dua jenis transformator berikut.
1. Jenis inti (core type) yakni belitan mengelilingi inti. Jenis ini biasa
digunakan untuk transformator dengan daya dan tegangan yang tinggi.


Gambar 3.17 Transformator Jenis Inti (Core Type)



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 47

2. Jenis cangkang (shell type) yakni inti mengelilingi belitan. Jenis ini biasa
digunakan untuk trafo yang mempunyai daya dan tegangan rendah.

Gambar 3.18 Transformator Transformator Jenis Cangkang (shell Type)

3.2.1.2 Prinsip Kerja Transformator Daya

Gambar 3.19 Transformator Ideal
Sisi belitan
1
dan
2
merupakan sisi tegangan rendah dan sisi belitan
1

dan
2
merupakan sisi tegangan tingi. Bila salah satu sisi, baik sisi tegangan
tinggi (TT), maupun sisi tegangan rendah (TR) dihubungkan dengan sumber


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 48
tegangan bolak-balik, maka sisi tersebut, disebut dengan sisi primer, sedangkan
sisi lain yang dihubungkan dengan beban disebut sisi sekunder.
Bila Sisi belitan
1
dan
2
dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik sebesar
1
=

, maka fluks bolak-balik akan dibangkitkan pada


inti sebesar

.
Fluks sebesar

akan melingkar dan menghubungkan belitan kawat


primer dengan belitan kawat sekunder serta menghasilkan tegangan induksi
(EMF=GGL) baik pada belitan primer sebesar
1
=

,maupun pada belitan


sekunder sebesar

y yang akan mengikuti persamaan berikut.


1
=

= 4,44

()

2
=

= 4,44

()

1
=

= EMF (GGL) atau tegangan induks yang dibangkitkan pada


belitan pada belitan primer.

2
=

= EMF (GGL) atau tegangan induks yang dibangkitkan pada


belitan pada belitan sekunder.

1
=

= Banyaknya lilitan pada sisi primer

1
=

= Banyaknya lilitan pada sisi sekunder

= Fluks maksimum dalam besaran maxwell


= Frekuensi arus dan tegangan sistem

1
=

= Tegangan sumber yang masuk di primer

2
=

= Tegangan sekunder ke beban






Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 49
Fluks maksimum dalam besaran maxwell dan fluks maksimum dalam
besaran weber, hubungannya akan mengikuti persamaan berikut,

= Kerapatan fluks maksimum


A = Luas penampang dari inti dalam m2
Untuk trafo ideal diatas berlaku persamaan berikut

1
=
1
=

2
=
2
=


3.2.1.3 Jenis Transformator Daya di PT Krakatau Daya Listrik
Pada PLTU PT. Krakatau Daya Listrik terdapat 3 jenis trafo dengan
kapasitas dan fungsi yang bervariasi (di kode kan dengan nama AT, BT dan
CT) yaitu :

1. Trafo AT step up 10,5/150 kV dengan kapasitas 100 MVA digunakan
untuk mentransformasikan tegangan keluaran dari generator sebesar 10,5
kV menjadi 150 kV kemudian di transmisikan ke jaringan. Karena di PLTU
ada 5 unit generator, maka jumlah trafo AT juga 5 unit.

2. Trafo BT step down 150/6 Kv dengan kapasitas 16 MVA digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di auxiliary load. Pada PLTU PT.
Krakatau daya listrik terdapat 5 unit trafo BT.


3. Trafo CT step down 6 kV/400 V dengan kapasitas 1 MVA digunakan juga
untuk pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di auxiliary load. Pada PLTU
PT. Krakatau daya listrik terdapat 5 unit trafo CT.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 50
Sedangkan untuk trafo gardu induk (di kode kan dengan nama Trafo AV)
yang terletak di Main Transfer Station dan Substation adalah sebagai berikut :
1. Trafo AV01 AV09
Merupakan trafo step down 150/30 kV dengan kapasitas 80 MVA dan
terletak di Main Transfer Station I dan Main Transfer Station II.
2. Trafo AV11 & AV12
Merupakan trafo step down 150/30 kV dengan kapasitas 100 MVA dan
terletak di Main Transfer Station III.
3. Trafo AV01 & AV02
Merupakan trafo step down 150/20 kV dengan kapasitas 80 MVA dan
terletak di Diesel Substation.
4. Trafo AV03 & AV04
Merupakan trafo step down 150/6 kV dengan kapasitas 20 MVA dan
terletak di Diesel Substation.
5. Trafo AV03 & AV04
Merupakan trafo step down 150/20 kV dengan kapasitas 20 MVA dan
terletak di Harbour Substation dan di Cidanau Substation, masing-
masing 2 unit pada setiap substation.
3.3 Sistem Interkoneksi
Sisten interkoneksi kelistrikan merupakan sistem terintegrasinya seluruh pusat
pembangkit menjadi satu sistem pengendalian. Fungsi utama dari sistem interkoneksi
ialah untuk mendapatkan sistem kelistrikan dengan tingkat keandalan yang tinggi
dalam penyaluran daya listrik dari stasiun pembangkit ke pusat beban, secara
ekonomis, efisien dan optimum.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 51
Keandalan sistem merupakan probabilitas bekerjanya suatu peralatan dengan
komponen-komponennya atau sistem sesuai dengan fungsinya dalam periode dan
kondisi operasi tertentu. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat keandalan antara
lain kemampuan untuk mengadakan perubahan jaringan atau peralatan pembangkitan
dan perbaikan dengan segera terhadap peralatan yang rusak.
3.3.1 Prinsip Dasar Sistem Interkoneksi
Dalam proses produksinya, PT. Krakatau Steel Tbk setidaknya membutuhkan
suplai daya listrik yang relatif stabil untuk dapat mempertahankan kontinuitas operasi
dari proses produksi baja.
Untuk menunjang hal tersebut, sistem kelistrikan di PT. Krakatau Daya Listrik
tergabung dalam satu sistem tunggal yang tersambung (interconnected) dengan sistem
yang berasal dari PLN.

3.3.2 Sistem Interkoneksi PT. Krakatau Daya Listrik
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3.2 mengenai sistem transmisi, PT.
Krakatau Daya Listrik menggunakan tegangan nominal 150 kV yang disalurkan ke
beberapa feeder melalui penghubungan saluran dengan sistem transmisi yang berasal
dari PT. PLN melalui main station 150 kV. Dengan sistem ini apabila kebutuhan daya
untuk proses produksi di site plant miliki PT. Krakatau Steel tidak bisa dipenuhi oleh
pembangkit, maka bisa dibantu dengan suplai dari berbagai stasiun yang terhubung.
Demikian pula jika terjadi kelebihan catu daya, pusat pembangkit bisa
mengirimkannya ke wilayah-wilayah lain yang tersambung dalam sistem interkoneksi.

Tegangan transmisi yang digunakan hanya sebesar 150 kV, hal ini bersangkutan
langsung dengan kapasitas transformator AT (step up) yang hanya dapat menaikkan
tegangan hingga 150 kV dengan kapasitas daya yang dapat disalurkan sebesar 100
MVA. Saluran interkoneksi yang terhubung bersumber dari main station Rawa Arum
dengan memakai saluran transmisi overhead dengan panjang saluran 4,4 kilometer.
Tegangan dari PT. PLN terlebih dahulu disinkronkan dengan rated tegangan 150 kV


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 52
yang ada pada main station PT. KDL sebelum disalurkan ke grid yang terhubung
langsung dengan beberapa sub station yang mengatur penyaluran beban.

3.4 Sistem Distribusi
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Substation Diesel mempunyai tegangan keluaran sebesar 150 kV. Selain
ditransmisikan ke Gantry PLN Cilegon Baru (Universitas Sultan Agung Tirtayasa)
tegangan 150 kV tersebut juga dialirkan ke trafo step down dengan tegangan keluaran
6 kV berkapasitas 2 x 20 MVA didistribusikan ke Komples Perumahan Krakatau Steel
dan sekitarnya. Tegangan 150 kV di alirkan ke trafo step down dengan tegangan
keluaran 20 kV berkapasitas 2 x 80 MVA didistribusikan ke ke anak perusahaan
Krakatau Steel Group di Kawasan Industri Estate Cilegon I.
Substation Harbour mempunyai tegangan keluaran sebesar 150 Kv. Selain di
transmisikan ke Gardu Induk Cidanau, tegangan 150 Kv tersebut juga dialirkan ke trafo
step down dengan tegangan keluaran sebesar 20 kV dan didistribusikan ke PT.
Krakatau Bandar Samudra dan ke Kawasan Industri Estate Cilegon II.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 53
Tabel 3.1 Daftar peralatan utama jaringan Krakatau Daya Listrik

No Peralatan Utama QTY Spesifikasi Lokasi
1 Transformer
a. Trafo AT 5 unit 10.5/150kV 100 MVA PLTU
b. Trafo BT 5 unit 150/6kV 16 MVA PLTU
c. Trafo AV01 s/d AV09 9 unit 150/30kV 80 MVA MTS I & MTS II
d. Trafo AV11 & AV12 2 unit 150/30kV 100 MVA MTS III
e. Trafo AV01 & AV02 2 unit 150/20kV 80 MVA Diesel Subt.
f. Trafo AV03 & AV04 2 unit 150/6kV 20 MVA Diesel Subt.
g. Trafo AV03 & AV04 2 unit 150/20kV 20 MVA Harbour Subt.
h. Trafo AV03 & AV04 2 unit 150/20kV 20 MVA Cidanau Subt.
i. Trafo AW 01 s.d AW09 9 unit 30/6kV 8MVA Aux. feeder AJ
j. Trafo AW 01,03,10 & 15 4 unit 30/6kV 8MVA Aux. feeder AF
2. Switch Gear 150kV
a. AD01 s/d AD26 & AD31 27 feeder 150kV 31.5 kA PLTU
b. AE01 s/d AE08 8 feeder 150kV 31.5 kA Diesel Subt
c. AE01 s/d AE07 7 feeder 150kV 31.5 kA Harbour Subt
3. Over Head Lines 150kV
Over Head Lines (OHL) 56 Tower 150 kV Cigading- Cidanau
Over Head Lines (OHL) 12 Tower 150kV KDL - PLN Rawa
Arum
4. Circuit Breaker
a. Breaker 30kV 87 feeder 30kV 31.5 kA Plant KS
b. Breaker 20 kV 96 feeder 20kV 25.0 kA Area KIEC,Cidanau
c. Breaker 6 kV 139
feeder
6kV 25.0 kA PLTU, KS, KIEC
5. Gardu dan Trafo Station (TS)
a. Gardu 6kV 25 Gardu 6kV Perumahan KS
b. Gardu 20kV, TS & Junction TS 122 unit 20kV Area KIEC Industry


54





Gambar 3.20 Diagram Kelistrikan Krakatau Daya Listrik


57

BAB IV
SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA
DI UNIT 1 PEMBANGKIT PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

4.1 Konsep Dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik
4.1.1 Gambaran Umum Tentang Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Daya listrik yang dimanfaatkan oleh konsumen untuk berbagai keperluan,
berasal dari berbagai macam pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP
dan lain-lain. Untuk sampai ke konsumen dalam keadaan siap digunakan,
penyalurannya memerlukan jaringan transmisi dan distribusi disertai dengan
transformasi tegangan dan arus. Transformasi tersebut dilakukan pada gardu penaik
tegangan di stasiun-stasiun pembangkit dan gardu penurun tegangan di pusat-pusat
beban, menggunakan transformator daya dan transformator distribusi.
Pembangkit, saluran, dan transformator tersebut merupakan komponen utama
sistem tenaga listik yang harus diusahakan agar selalu dalam keadaan siap pakai. Untuk
keperluan pengoperasian dan pemeliharaan masih diperlukan peralatan lain sebagai
perlengkapan pemutus/penghubung atau switchgear. Tingkat kesiapan yang tinggi
semua peralatan tersebut diusahakan mulai dari pemilihan bahan, rancangan,
pembuatan dan pemasangan, sampai pada pengoperasian dan pemeliharaan yang
mengacu pada standar masing-masing. Meskipun demikian selalu masih ada
kemungkinan akan gagal karena berbagai penyebab.
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran daya
dari satu tempat ke tempat yang lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga
listrik yang baik salah satunya adalah aman selain andal dan ekonomis. Proteksi tenaga
listrik merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam transmisi tenaga lisrik dapat
dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam transmisi tenaga listrik akan
diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transmisi dari gangguan
bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan daya
listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 58
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga listrik.
Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada sebuah
gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik baik, maka
nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi terjadi gangguan,
maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang lain dikarenakan ada
sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat dipadukan menjadi nilai
andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak membahayakan manusia yang berada
disekitar transmisi tenaga listrik sehingga manusia yang berada disekitar transmisi ini
tidak mengalami gangguan kesehatan maupun gangguan material.
Komponen sistem yang gagal ketika sedang beroperasi, harus dipisahkan
(diisolir) dari sistem. Komponen tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya
disebabkan oleh adanya gangguan (fault). Dari segi sirkuit listrik, gangguan tersebut
umumnya berupa hubung singkat (short circuit) akibat dari kegagalan isolasi. Hubung
singkat menyebabkan arus yang mengalir besarnya berlipat kali arus normal dan
mungkin pula disertai timbulnya busur api listrik (arcing).Keduanya akan merusak
peralatan yang bersangkutan apabila terlambat dihentikan. Arus hubung singkat yang
besar juga membahayakan setiap peralatan yang dilaluinya. Adalah menjadi tugas rele
untuk mengetahui (mendeteksi) adanya gangguan tersebut lalu memerintahkan
peralatan pemutus (circuit breaker) untuk mengisolasi peralatan yang mengalami
gangguan secara cepat.
Selain pada sirkuit listrik, gangguan mungkin terjadi pada bagian-bagian
mekanis peralatan seperti pada penggerak mula generator (mesin turbin, mesin diesel),
pada mekanisme pengubah sadapan (tap-changer) trafo, mekanisme penggerak
pemutus beban, kipas atau pompa pendingin, minyak trafo dan lain-lain. Ciri dan akibat
dari gangguan mekanis tersebut berbeda dengan yang berasal dari hubung singkat.
Karena pada rele proteksi yang ditugaskan mendeteksi gangguan ini dan perintah atau
actuator-nya pada umumnya berbeda dengan rele
yang mendeteksi hubung singkat, misalnya hanya mengaktifkan alarm saja. Hal ini
perlu untuk gangguan yang sifatnya ringan, dimana peralatan tidak perlu diisolir
secepatnya, guna memberi kesempatan kesempatan bagi operator mengambil langkah-
langkah untuk mencegah pemadaman listrik.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 59
Dengan mengetahui adanya gangguan dan jenis gangguan, kemudian
mengaktifkan alarm atau men-trip pemutus beban yang tepat (yaitu untuk mengisolir
bagian yang mengalami gangguan saja) rele proteksi dapat mencegah meluasnya
terjadinya kerusakan akibat gangguan (berupa kerusakan maupun pemadaman listrik).
Rele proteksi tidak dapat mencegah terjadinya gangguan itu. Jika pemilihan peralatan,
desain, dan pembangunan telah memenuhi standar, maka cara pengoperasian dan
pemeliharaanlah yang berperan besar dalam mencegah gangguan.

4.1.2 Penyebab dan Sifat Gangguan
Pada sirkuit listrik yang normal, antara kawat fase dan tanah terdapat isolasi
dengan kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan yang ada, sehingga arus hanya
mengalir dari sumber ke beban lewat kawat fase dan kembali ke sumber, melalui kawat
netral atau lainnya. Kalau kekuatan isolasinya menurun sehingga impedansnya
menurun mendekati impedans beban, maka sebagian arus akan bocor melalui isolasi
tersebut. Pada kegagalan isolasi yang lebih parah, impedans isolasi jauh lebih rendah
dari impedans beban, bahkan mungkin mendekati nul. Ini menyebabkan arus tidak
mengalir ke beban, tetapi melalui isolasi yang gagal tersebut, dan bahkan menjadi jauh
lebih besar dari pada arus beban, dan keadaan ini disebut hubung singkat. Kegagalan
isolasi dapat terjadi pada keadaan tegangan normal yang disebabkan oleh:

1. Pemerosotan mutu, karena polusi oleh debu (dust), jelaga (soot), garam (salt),
dan karena proses penuaan (aging) isolasi yang secara terus-menerus selama
bertahun-tahun mengalami pemuaian dan penyusutan berulang-ulang, yang
membentuk void di dalam isolasi yang padat.
2. Kejadian tak terduga akibat dari benda-benda asing: terkena pohon, burung, ular,
bajing, tanaman merambat, tali layang-layang, angin topan, dan gempa bumi.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 60
Kegagalan isolasi lebih mungkin terjadi karena tegangan lebih (overvoltage),
misalnya:
1. Terkena petir yang tidak cukup teramankan oleh alat-alat pengaman petir.
2. Surja hubung (switching surge) pada saat operasi switching.
3. Hubung singkat satu fase ke tanah, menyebabkan tegangan fase yang sehat
terhadap tanah naik dibandingkan tegangan normalnya.
Hubung singkat yang paling banyak terjadi pada sistem tenaga adalah hubung
singkat satu fase ke tanah, sekitar 85% dari keseluruhan kejadian hubung singkat.
Hubung singkat fase ke fase sekitar 8%, dua fase ke tanah 5%, dan tiga fasa ke tanah
kira-kira 2%. Bagian sistem tenaga yang paling banyak mengalami hubung singkat
adalah saluran udara, kira-kira 50% sedangkan pada kabel hanya 10%. Switchgear dan
transformator berturut-turut sekitar 15% dan 12%. Sisanya 13% terjadi pada bagian
lainnya.

4.1.3 Zona proteksi
Sistem tenaga yang telah lama berkembang mempunyai cakupan wilayah yang
sangat luas. Pembangkit, main substation, saluran transmisi dan distribusinya tersebar
di seluruh wilayah layanannya. Tiap rele proteksi mempunyai kemampuan mendeteksi
gangguan yang terbatas, baik dari segi jenis maupun lokasi gangguan yang harus
ditanganinya. Karena itu, agar seluruh bagian sistem tenaga mendapat proteksi yang
cukup, perlu memperhatikan dan mengikuti dua prinsip:
1) Sistem dibagi atas zone-zone proteksi: yakni zone pembangkit dan trafo step up,
zone busbar, zone saluran transmisi.
2) Dalam pembagian zone proteksi, harus dihindari adanya titik buta (blind spot),
yaitu tempat atau bagian yang tidak terlihat oleh suatu rele proteksi yang ada.
Biasanya titik buta bisa terdapat pada peralatan antara dua zone proteksi.
3) Setiap jenis gangguan, harus terdeteksi minimal oleh satu rele proteksi. Apabila
suatu gangguan terdeteksi oleh lebih dari satu rele, maka rele yang kerjanya lebih
cepat yang men-trip pemutus beban atau CB. Rele yang lebih lambat bertugas
men-trip CB kalau rele yang pertama gagal bekerja. Jika sebuah rele mendeteksi
gangguan, output atau elemen kontrolnya mungkin hanya untuk mengaktifkan


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 61
satu alat saja (men-trip satu CB), tetapi ada pula yang harus mengaktifkan
beberapa alat (men-trip lebih dari satu CB) bersamaan supaya peralatan yang
mengalami gangguan dapat diisolir dari sistem.


Gambar 4.1 Pembagian Zona Proteksi

4.2 Sistem Proteksi Transformator
Proteksi trafo adalah sistem pengaman yang dilakukan pada trafo daya terhadap
gangguan yang terjadi pada daerah pengaman trafo daya.
Tujuan proteksi trafo daya adalah sebagai berikut :
- Mencegah kerusakan transformator daya karena gangguan yang terjadi dalam trafo
daya.
- Untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggara selektivitas pengaman sistem
sehingga hanya melokalisasi gangguan yang terjadi di daerah pengamanan trafo
saja.
- Memberikan pengamanan cadangan (back up protection) untuk seksi berikutnya.
4.2.1 Jenis Gangguan Pada Transformator
Gangguan pada trans daya dapat dikelompokkan menjadi dua :
1. Internal Fault (Gangguan di Dalam)
Merupakan gangguan yang bersumber dari dalam transformator itu sendiri.
Gangguan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 62
a. Gangguan awal
Gangguan ini sering disebut gangguan awal, karena berawal dari gangguan
yang kecil namun kemudian berkembang menjadi gangguan berat. Gangguan
ini disebabkan oleh :
Kendornya baut-baut penjepit inti dan pada terminal konduktor.
Gangguan pada inti besi akibat kerusakan laminasi isolasi.
Gangguan pada sistem pendingin, seperti kerusakan pada pompa sirkulasi
minyak, kipas pendingin akan menyebabkan kenaikan suhu.
Sirkulasi minyak terganggu yang dapat menimbulkan pemanasan lokal
(local hot spot).
Gangguan pada load tap charger.
Gangguan pada terminal bushing akibat adanya, kontaminasi keretakan
dan sebagainya.
Adanya arus sirkulasi yang tidak dikehendaki pada transformator yang
dipararel.
b. Gangguan hubung singkat dalam trafo
Gangguan hubung singkat antar fase.
Gangguan hubung singkat fase ke tanah.
Gangguan pada bushing.
Gangguan antar lilitan pada kumparan yang sama.
2. Through Fault
Gangguan ini terjadi diluar trafo dan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Gangguan diluar (external fault)
Gangguan hubung singkat antar fase atau gangguan fase ke tanah di luar trafo,
misalnya di busbar atau disisi penyulang tenaga menengah. Arus gangguan
cukup besar dan dapat dideteksi.
b. Beban lebih (over load)
Trafo daya dapat beroperasi secara kontinu pada beban nominal. Bila beban
lebih besar dari beban nominal, maka tranfo akan berbeban lebih dan
menimbulkan arus lebih yang mengakibatkan peningkatan suhu. Peningkatan


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 63
suhu menyebabkan penurunan kemampuan isolasi. Keadaan beban lebih
berbeda dengan arus lebih.

4.3 Peralatan Utama Sistem Proteksi Transformator
Proteksi terdiri atas empat komponen utama yakni:
1. Trafo instrumen
2. Rele proteksi
3. Catu daya DC
4. Pengontrol CB
Dalam skema sederhana dapat digambarkan seperti pada gambar 4.2.


Gambar 4.2 Skema dasar rele arus lebih (Overcurrent Relay)
Jenis trafo instrumen yang dibutuhkan tergantung pada rele yang dilayani. Rele
tegangan memerlukan potential transformer (PT), rele daya dan rele jarak
membutuhkan CT dan PT. Catu daya dc yang paling dapat diandalkan adalah station
battery yang selalu diisi menggunakan battery charger, berfungsi mencatu arus kontrol
guna menutup dan membuka CB, dan catu daya kepada rele apabila digunakan rele
statik. Pengontrol CB berfungsi untuk men-trip, menutup dan mungkin diperlukan
untuk menutup balik (reclose) CB.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 64
Aspek-aspek penting ketiga komponen utama proteksi trafo instrument, station
battery dan pengontrol CB akan diuraikan di bawah ini :
4.3.1 Trafo Instrumen
Karena sistem tenaga bekerja pada tegangan tinggi dan arus yang besar, maka
instrumen pengukur dan rele dihubungkan ke sistem tersebut melalui trafo instrument.
Ada dua macam trafo instrumen, yakni trafo arus dan trafo tegangan. Trafo arus untuk
mendapatkan arus yang besarnya sebanding dengan arus di sisi primer, besar arus
minimal sekundernya adalah 5 A atau 1 A.
Trafo tegangan digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang
sebanding dengan tegangan pada sisi primer, dan besar tegangan nominal sisi sekunder
adalah 120 volt.
A. Trafo Arus
Primer trafo arus (current transformer) atau CT dipasang seri dengan saluran
arus beban, sedangkan perlengkapan ukur dan rele yang memerlukan arus dihubungkan
seri pada sekunder CT. Perlengkapan ukur dan rele yang mendapatkan arus dari CT
disebut burden dari CT tersebut.





Gambar 4.3 Rangkaian Pemasangan Trafo Arus
Karena impedans di primer CT terdiri atas impedans beban (load) sistem yang
jauh lebih besar dari pada impedans burden di sekunder CT, maka arus sekunder CT
tidak ditentukan oleh besar burden, tetapi oleh besar beban pada sistem. Tetapi jika
burden yang terpasang (seri) pada CT terlampau besar, inti CT akan jenuh dan
akibatnya tidak akan dapat menghasilkan arus sekunder yang sebanding dengan arus
primernya. Hal ini dapat dijelaskan menggunakan kurve eksitasi sekunder CT tersebut.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 65
Tegangan sekunder CT adalah hasil kali arus sekunder (A) dengan impedans total
di sekunder CT (ohm). Jika jumlah burden besar, maka impedans total akan besar, jika
arus beban naik maka tegangan sekunder akan naik yang mungkin melampaui knee
point. Arus eksitasi akan naik dengan laju yang lebih besar, dan arus sekunder CT naik
dengan laju yang lebih kecil.









Gambar 4.4 Siemens Current Transformer 500/1 A
Agar praktis dalam pemakaiannya, trafo arus dibuat dalam beberapa tipe
konstruksi seperti berikut:
1) Ring type, pasangan indoor, untuk tegangan rendah (TR) dan tegangan menengah
(TM).
2) Bushing type, dipasang pada bushing trafo daya, untuk tegangan tinggi (TT),
3) Bar primary type, pasangan indoor untuk TM,
4) Waund primary type, pasangan indoor untuk TM,
5) Oil-insulated type, pasangan outdoor, untuk TT dan TET (Tegangan Ekstra
Tinggi).


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 66












Gambar 4.5 Karakteristik sisi sekunder CT


Menurut kegunaannya, trafo arus dibedakan menjadi dua jenis yaitu CT untuk
pengukuran (measured CT) dan CT untuk proteksi (protection CT). Kedua jenis
tersebut berbeda dalam karakteristik, batas operasi, dan batas ketelitiannya. CT
pengukuran titik tumitnya (AP = ankle point) tidak tampak (berada di dekat titik 0),
kurvenya linier mulai dari titik 0 hingga ke titik lutut (KP = knee point). Titik lulut
(KP) nya berada pada wilayah pengukuran tertingginya. Titik tumit (AP) CT proteksi
berada di bawah arus nominal CT, dan titik lulutnya berada di wilayah arus hubung
singkat, yang jauh lebih tinggi (berlipat kali) arus nominal CT.

B. Trafo Tegangan
Sisi primer trafo tegangan (potential transformer atau voltage transformer)
dihubungkan melintang pada tegangan fase ke netral, seperti halnya trafo daya.
Konstruksi trafo tegangan berbeda dengan trafo daya, karena dayanya hanya beberapa


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 67
ratus VA maka pendinginannya tidak ada masalah. Karena harus mampu menahan
tegangan tinggi, maka isolasinya menentukanukuran trafo tegangan tersebut. Ada dua
macam trafo tegangan, yaitu:
1) Trafo tegangan elektromagnet, yang prinsip kerjanya sama seperti pada trafo daya.
2) Trafo tegangan kapasitor, yang prinsip kerjanya seperti pada capacitor voltage
devider.

Gambar 4.6 Siemens Voltage Transformer 4MR1
4.3.2 Rele Proteksi
Untuk dapat melakukan fungsi mendeteksi gangguan dan mengaktifkan alarm
atau men-trip CB, rele proteksi pada dasarnya mempunyai tiga komponen utama
sebagai berikut :
1) Elemen pendeteksi gangguan, bagian yang mengamati suatu besaran apakah
keadaannya normal atau abnormal,
2) Elemen pengukur atau pembanding, bagian yang membandingkan besaran yang
dideteksi dengan keadaan ambang kerja rele.
3) Elemen kontrol atau pemberi perintah, bagian yang memberi perintah kepada
pemutus atau CB, atau kepada piranti alarm gangguan.
Pada bahasan kali ini, akan difokuskan tentang sistem proteksi pada trafo CT-01
step down 6 kV / 400 V dengan kapasitas 1 MVA. Terdapat 3 jenis rele yang terpasang
pada trafo ini, yaitu :


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 68
1. Rele Arus Lebih, berfungsi untuk proteksi terhadap beban lebih (overload),
hubung singkat fase ke fase, dan hubung singkat fase ke tanah.
2. Rele Buchholz, berfungsi untuk mengamankan transformator yang didasarkan
pada gangguan transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating
yang umumnya menghasilkan gas.
3. Rele Oil-Temperature, berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak secara langsung
yang akan membunyikan alarm serta mengeluarkan PMT.

4.3.3 Catu Daya
Di gardu induk atau pusat listrik diperlukan adanya catu daya DC yang andal
untuk beroperasinya rele proteksi dan kontrol CB. Catu daya DC terdiri atas batere dan
charger, yang dipasang dan dirawat secara benar. Walaupun alat ini telah lama dikenal
dan banyak dipergunakan, tetapi umumnya masih sedikit pengetahuan yang lengkap
tentang batere yang diketahui. Komponen dasar penyusun batere untuk substation
adalah cell, yang biasanya dari jenis lead acid cell yang terdiri atas :
1. lead peroxide plate, plat PbO2
2. lead plate, plat Pb
3. dikute sulphuric acid, larutan H2SO4 sebagai elektrolit
4. glass or plastic container, wadah yang tahan terhadap asam sulfat










Gambar 4.7 Lead acid cell



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 69
4.3.4 Pengkontrol CB
Pengcontrol CB berfungsi untuk men-trip, menutup, dan mungkin diperlukan
untuk menutup balik (reclose) CB. Rangkaian kontrol PMT sering disebut dengan
skema X-Y, yang harus mempunyai sifat trip free dan anti-pumping.
Trip free : Memungkinkan PMT itu di trip oleh protective relay, walaupun
seandainya closing push button switch sedang ditekan ON.
Anti-pumping : Mencegah CB beroperasi pumping berganti-ganti ON-OFF
apabila close push button switch di-ON terus menerus pada saat ada gangguan.

Gambar 4.8 Pengkontrol Circuit Breaker



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 70
4.4 Mekanisme Kerja Rele Proteksi
4.4.1 Rele Arus Lebih
Pada sistem proteksi transformator daya 1 MVA CT-01, PT. Krakatau Daya
Listrik memakai jenis rele arus lebih tipe statik dengan karakteristik kerja
directional. Rele statik terdiri atas komponen-komponen solid state seperti
transistor, diode, resistor, kapasitor dan lain-lain. Fungsi-fungsi seperti
pengukuran atau pembanding dan kontrol dilakukan pada sirkit statik yang
mengolah sinyal digital (binary signal) tanpa ada bagian yang bergerak.
Selain daripada itu, sistem bus yang dipakai di PT. KDL adalah ring bus,
maka jenis rele arus lebih yang cocok adalah rele arus lebih berarah atau
directional OCR yang dapat mendeteksi besar arus dan arah arus secara
bersamaan. Rele directional mendapat masukan lain di samping masukan arus
utama. Masukan lain itu umumnya berupa masukan tegangan, yang dijadikan
acuan arah arus. Interaksi antara masukan arus dan masukan tegangan dapat
dijelaskan melalui persamaan berikut :
T = |I||V| cos ( )
dengan : T = torsi
|I| = magnitude arus, baik arus Y maupun arus
|V| = magnitude tegangan, baik tegangan Y maupun arus
= sudut fase antar V dan I
= maximum torque angle (MTA) rele
Dari persamaan di atas terlihat bahwa agar nilai torsi (T) tidak nul, maka
nilai I atau V, atau cos ( ) tidak boleh nul. Rele akan bekerja, kalau nilai cos
( ) positif, yaitu jika sudut ( ) nilainya antara -90
o
sampai 90
o
, dan rele
akan restaint jika cos ( ) negatif. Masukan V dan I tidak dapat diambil dari
fase yang sama, karena masukan V akan menjadi nul, pada saat terjadi hubung
singkat, baik tiga fase, fase ke fase, atau fase ke tanah. Karena itu masukan
tegangannya dipilih berasal dari tegangan fase ke fase atau dari tegangan fase
yang lain yang berbeda dengan yang memberikan masukan arus.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 71
Terdapat empat tipe hubungan (connection) arus dan tegangan input pada rele
arus lebih berarah untuk gangguan fase :
1) Hubungan 90 atau quadrature connection
2) Hubungan 60 No. 1
3) Hubungan 60 No. 2
4) Hubungan 30 seperti pada Tabel 4.1

Connections Relay A Relay B Relay C
Voltage Current Voltage Current Voltage Current
90 Vbc Ia Vca Ib Vab Ic
60 No.1 Vac Ia-Ib Vba Ib - Ic Vcb Ic - Ia
60 No.2 -Ven Ia -Van Ib -Vbn Ic
30 Vac Ia Vba Ib Vcb Ic
Tabel 4.1 Empat connections untuk single phase
directional overcurrent relays

Gambar 4.9 Hubungan arus dan tegangan masukan
pada empat connections untuk rele fase a


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 72
Pada Gambar 4.16 sudut fase antara arus dan tegangan dibaca pada keadaan
sebagai berikut :
1) Arus I dengan faktor daya = 1, arus ketiga fase seimbang
2) Arus I mendahului (lead) tegangan V
3) Arah putaran fasor: positif
Supaya lebih efektif mendeteksi berbagai macam gangguan, maka hubungan
90 dirancang dalam dua jenis hubungan, yakni:
a) Hubungan 90 - 30 (Gambar 4.17(a))
b) Hubungan 90 - 45 (Gambar 4.17(b))
Efektivitas pendeteksian gangguan bagi setiap hubungan rele arus lebih berarah
menjadi lebih baik apabila:
1) Torsi kerja yang dihasilkan (sesuai rumus 4.18) makin besar. Dilihat dari pengaruh
sudut fase arus gangguan (), berarti arus gangguan makin mudah mengoperasikan
rele kalau sudut makin mendekati sudut atau arah arus makin mendekati garis
torsi maksimum rele. Misal pada hubungan 60 No. 2 torsi maksimum dicapai
kalau arus Ia, atau Ib, atau Ic lagging 60 di belakang Va. Pada hubungan 90 -
30, torsi maksimum dicapai kalau arus Ia lagging 60 di belakang Va.
2) Banyaknya jenis gangguan yang dapat dideteksi dengan baik makin banyak
(Hubung singkat tiga fase, satu fase, dua fase ke tanah, satu fase ke tanah). Semua
hubungan tersebut di atas akan mendapat masukan tegangan makin rendah untuk
semua jenis gangguan, kalau terjadi di dekat rele. Tetapi keadaan menjadi lebih
baik apabila rele menerima masukan tegangan fase ke fase. Hubung singkat satu
fase ke tanah dapat dideteksi oleh rele arus lebih berarah kalau nilai arus
gangguannya besar (di atas nilai setting rele). Pada hubung singkat ke tanah
melalui impedans atau pada sumber yang ditanahkan melalui resistans, nilai arus
gangguan tanahnya kecil, mungkin lebih rendah dari arus beban, sehingga rele fase
tidak dapat mendeteksinya.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 73

Agar diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh tentang efektivitas kerja rele,
masing-masing arus gangguan digambarkan pada diagram wilayah kerja rele.Wilayah
kerja rele dibuat seperti pada Gambar 4.18. Wilayah kerja rele ideal adalah 180, terdiri
atas 90 di sebelah kiri dan 90 di sebelah kanan MTA atau maximum torque line.
Maximum torque angle (MTA) merupakan sudut fase antara arus input dan tegangan
pada koil tegangan rele yang menghasilkan torsi maksimum. Kalau tegangan input
tidak digeser fasenya sebelum masuk koil tegangan, maka MTA-nya nul (disebut 0
MTA) dan kalau digeser 30 kearah positif, MTA-nya 30 (disebut 30 MTA), dan
kalau digeser 45 disebut 45 MTA. Garis posisi MTA disebut maximum torque line,
dan garis ini tegak lurus terhadap garis batas wilayah operasi rele.

Gambar 4.10 Wilayah kerja rele arus lebih berarah hubungan 90
o
45
o


4.4.2 Rele Buchholz
Rele buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari
OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut
dipasang rele buchholz. Rele ini gunanya untuk mengamankan trafo dari gangguan
internal trafo yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung
singkat di dalam trafo atau akibat busur di dalam trafo.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 74
Cara kerjanya yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa
dan besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan rele dalam 2 tahap yaitu:
Mengerjakan alarm (Buchholz 1st).
Mengerjakan perintah trip ke PMT.

Gambar 4.11 Kontruksi Rele Buchholz

Pada kondisi normal Rele buchholz terisi penuh minyak dan pelampung dalam
keadaan terapung, pada kondisi ini set contact operation dalam kondisi terbuka.
Sedangkan pada kondisi terdapat gangguan di trafo yang menimbulkan gas maka
gas tersebut akan menuju ke atas ke arah conservator, dan gas akan terkumpul di rele
buchholz. Hal ini menyebabkan level permukaan minyak menjadi turun. Pada tahap
pertama pelampung atas untuk alarm warning akan bergerak turun sesuai dengan level
permukaan minyak pada rele buchholz. Ketika pelampung atas turun mencapai
warning response fault, maka set contact operation untuk warning akan bekerja (NC).
Kemudian sinyal warning tersebut dikirim ke ruang kontrol untuk menyalakan kontak
alarm warning. Pada tahap berikutnya jika volume gas terus bertambah maka
pelampung bawah akan bergerak ke bawah. Ketika pelampung bawah turun mencapai
tripping response fault, maka set contact operation untuk tripping akan bekerja (NC).
Kemudian sinyal tripping akan memutus CB dan dikirim ke ruang kontrol untuk
menyalakan kontak alarm warning.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 75
4.4.3 Rele Temperatur
Rele Temperatur mendeteksi kenaikan temperatur belitan sisi primer / sekunder
dan minyak, biasa disebut winding temperature dan oil temperature. Misalnya, bila
suhu telah mencapai 60C akan menggerakkan kipas / fan kemudian pada setting
tertentu, misalnya 70C diset alarm, sehingga bila alarm bekerja masih ada kesempatan
untuk menurunkan beban dan terakhir diseting untuk trip, misalnya 80C tergantung
design trafo, hal ini untuk menghindari kerusakan pada trafo akibat panas yang
berlebihan.

Gambar 4.12 Kontruksi ReleTemperatur

Pada Trafo CT01 di PT. Krakatau daya Listrik, rele temparatur yang dugunakan
adalah rele oil-temperature. Rele ini berfungsi untuk menjaga suhu minyak trafo agar
tidak melebihi batas maksimal standar suhu yang diperbolehkan. Standar suhu yang di
pakai pada rele oil-temperature di PT. Krakatau Daya Listrik adalah 70C untuk
warning dan 80C untuk tripping. Ketika suhu minyak trafo telah melebihi 70C maka
sinyal warning akan dikirim rele menuju ruang kontrol. Jika suhu terus naik lebih dari
80C maka sinyal tripping akan dikirim ke ruang kontrol dan CB akan trip.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 76

Gambar 4.13 Skema Mekanisme Kerja Rele Oil-Temperature
Peningkatan suhu yang terjadi pada minyak trafo akan terdeteksi oleh sensor
suhu yang terpasang di dalam trafo, kemudian sinyal output dari sensor suhu diteruskan
ke signal converter dan transducer. Signal converter mengubah sinyal output sensor
menjadi sinyal analog dan sinyal digital. Sinyal analog akan terbaca pada indikator
suhu, sinyal digital akan diteruskan ke sistem SCADA. Ketika transducer mendapat
input maka transducer akan menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan
suhu dan transducer yang menghasilkan arus tertentu sesuai dengan perubahan suhu,
kemudian di alirkan ke ruang kontrol.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 77
BAB V
PENGUJIAN RELE PROTEKSI PADA TRAFO DAYA 1 MVA DI
UNIT 1 PEMBANGKIT PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

5.1 Rele Arus Lebih
5.1.1 Diagram Koordinasi Rele Arus Lebih

Gambar 5.1 Diagram rangkaian dasar rele arus lebih (overcurrent relay) Siemens 7SJ78
5.1.2 Perhitungan Setting Rele Arus Lebih Penyulang 6 kV
Penyetelan rele proteksi OCR menggunakan arus nominal penyulang sebesar 400
Ampere dan rasio CT penyulang adalah 100/5 A, rincian setting rele arus lebih lengkap
ialah sebagai berikut :




78

Arus nominal pada bus 6 kV :
In (6 kV) =
1.000 kVA
3 .6 kV
= 98 A rating transformator arus (6 kV) = 100/5 A
Arus setting pada rele arus lebih pada bus 6 kV :
IS = 1,2 x 5 A = 7 A (untuk beban non mekanis)
Untuk rele definite time :
Kd = 0,8 ; Kfk = 1,1
IS =
Kfk
Kd
x In (sekunder trafo) A =
1,1
0,8
x 5 A = 6,875 A
dengan K d : faktor arus kembali
Kfk : faktor keamanan, antara 1,1-1,2
5.1.3 Pengujian Rele Arus Lebih
Rele arus lebih medapat masukan tegangan dua fase dari output trafo arus 100/5
A yang didefinisikan sebagai U1 dan U3, dipasang di sisi feeder 6 kV. Selain itu, rele
memerlukan sumber catu daya arus searah (DC) bantu untuk menyuplai tegangan 220
Vdc yang bertujuan untuk pemakaian internal rele, yang masuk melalui kontaktor
nomor 5 dan 6. Arus gangguan {Isc) akan mengalir melewati empat bagian rele antara
lain S1, S2, S3, S4 dan hanya akan mengalir di sekitar empat bagian rele tersebut.
Masing-masing bagian memiliki peran untuk sensing arus sekaligus pengklasifikasian
arus yang akan menentukan karakteristik kerja rele. I > mengindikasikan arus lebih
yang akan mengarahkan rele bekerja secara definite time. Sedangkan I >>
mengindikasikan arus hubung singkat yang akan mengarahkan rele bekerja secara
instantaneous.
Kontaktor S1 & S2 bekerja apabila terjadi overcurrent atau arus lebih yang
mengalir melewati rele sehingga rele bekerja dengan definite time. Dari hasil
pengujian, tripping rele terjadi apabila arus yang melewati rele melebihi arus setting
sebesar 7 A dengan batas waktu minimum untuk trip rele sebesar 0,9 detik. Rele dalam
kondisi ON dan akan kembali ke kondisi normal apabila arus lebih melewati hanya


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 79
bertahan selama kurang dari 0,9 detik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa koordinasi
rele sudah cukup baik karena rele trip sesuai dengan waktu trip yang telah diatur pada
rele, yakni sebesar 0,9 s. Walaupun terdapat selisih waktu trip sebesar 0,089 sekon, hal
tersebut masih dalam batas toleransi kerja rele.
Apabila arus yang melewati rele lebih besar dari nominal arus trip minimum dari
karakteristik kerja definite time, maka rele akan beroperasi secara instantaneous atau
dengan kata lain rele memiliki respon yang sangat cepat untuk melindungi sistem dari
gangguan hubung singkat. Pada kondisi hubung singkat, kontaktor S3 otomatis akan
ON dan arus Isc akan mengalir melewati rele waktu. Arus ini memicu kerja tripping
coil yang kemudian akan mengaktifkan kontaktor pada socket X3 sehingga akan
mengaktifkan pula kontaktor pada socket X1.
Pada socket X1, kontaktor yang bekerja ialah kontaktor nomor 15 dan 16 dimana
dua kontaktor ini akan close, yang nantinya akan berfungsi dalam penyaluran arus
hubung singkat ke circuit breaker. Pada setting kerja rele yang menuntut waktu trip
yang cepat seperti ini, rele dapat menahan besar arus gangguan hingga tiga kali lipat
dari nilai nominalnya saat rele mulai trip.
Prosedur pengetesan kerja rele dilakukan dengan cara injeksi arus melalui probe
5 dengan menggunakan alat SVEKER 750/780, seperti yang ditunjukkan pada gambar
5.2. Tujuan dilakukan injeksi arus yakni sebagai suplai arus nominal pengganti agar
nantinya dapat memicu kerja rele untuk melindungi sistem dari gangguan. Proses
pengetesan kerja maupun tes kelayakan rele arus lebih ini dapat dilakukan pada saat
sistem telah dibebani maupun belum.

Gambar 5.2 Alat Pengujian Rele SVERKER 750/780


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 80
Gambar 5.3 Keterangan Alat Pengujian Rele SVERKER 750/780

Spesifikasi alat penguji rele SVERKER 750/780 :
1. Rangkaian resistor
2. Indikator kondisi start & stop rele
3. LCD display
4. Fungsi freeze / HOLD
5. Probe konektor
6. Probe ammeter dan voltmeter
7. Sumber arus
8. Sumber tegangan auxillary
9. Indikator status
10. Masukan timer
11. Saklar start
12. Port USB
13. Indikator tripping



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 81
Metode yang dilakukan agar proses pengetesan ini aman bagi kelangsungan kerja
sistem ialah dengan cara membuat kontaktor nomor 15 dan 16 pada socket X1 dalam
posisi OFF sehingga CB tidak akan mendeteksi adanya gangguan. Prosedur proses
pengujian rele arus lebih akan dijelaskan lebih lanjut pada beberapa poin berikut ini :
Siapkan peralatan pengujian rele proteksi, dalam hal ini peralatan yang
digunakan ialah 1 unit SVERKER 750/780 beserta peralatan pendukung, antara
lain kabel probe untuk injeksi arus dan kabel tes lead untuk blocking kerja CB.
Probe untuk fungsi injeksi arus masukan dihubungkan dengan terminal dengan
range arus outputnya maksimal sebesar 10 A.
Langkah selanjutnya ialah menghubungkan probe dengan kontaktor nomor 5
yang mengatur arus masukan dari sekunder CT. Besar arus yang digantikan oleh
SVERKER sama dengan yang terdapat pada CT yakni maksimal hingga 5A.
Kabel tes lead dihubungkan pada kontaktor nomor 15 dan 16 dengan tujuan agar
CB tidak mendeteksi gangguan karena rangkaian akan berubah menjadi
rangkaian tertutup setelah kedua kontak tersebut dibuka.
Putar knob pengaturan arus masukan ke nilai arus masukan yang semakin besar
hingga rele mendeteksi adanya arus gangguan, pada tahap ini akan dilakukan
pengamatan terhadap waktu kerja minimum rele. Kemudian turunkan untuk
hingga tercapai keadaan saat rele kembali ke kondisi normal dan catat waktu
yang tertera pada indikator digital di SVERKER 750/780.
Pengujian karakteristik instantaneous dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan reset terhadap rele agar rele berada pada kondisi stand by kembali.
Pindah probe injeksi ke nilai range arus yang lebih tinggi yakni 0 hingga 20 A.
Tidak jauh berbeda dengan percobaan rele sebelumnya, knob arus diputar hingga
rele dapat mendeteksi adanya gangguan dan trip. Catat waktu trip minimum kerja
intataneous rele kemudian turunkan arus secara per lahan hingga tidak ada lagi
arus yang melewati rele.
Input hasil pengujian preventif ke dalam bentuk laporan inspeksi preventif
terhadap rele dengan format laporan terlampir pada bab lampiran.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 82

Gambar 5.4 Pengujian rele arus lebih dengan SVERKER 750/780

Gambar 5.5 Single line diagram simulasi fault di incoming trafo CT 1 MVA



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 83

Gambar 5.6 Kurva koordinasi pengaman penyulang 6 kV




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 84
Dari kurva di atas merupakan kurva koordinasi kerja rele sebagai komponen
proteksi untuk trafo daya 1 MVA CT-01. Pada kurva di atas dijelaskan karakteristik
waktu tunda rele OCR apabila terjadi gangguan pada outgoing sistem bus 6 kV. Waktu
kerja rele OCR tergantung dari nilai setting dan karakteristik waktunya. Elemen tunda
waktu rele terbagi menjadi dua, yakni elemen low set dan elemen high set.
Elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang
lebih kecil, sedangkan elemen high set bekerja ketika terjadi hubungan dengan arus
hubung singkat yang cukup besar. Pemilihan karakteristik tunda waktu dimaksudkan
agar apabila terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar (dalam
kurva di atas ketika terjadi gangguan dengan arus 30A) maka rele akan segera
memerintahkan circuit breaker (CB) untuk segera mungkin trip.
Dari hasil plotting di atas, dapat diketahui adanya beberapa setting dan
koordinasi rele arus lebih tipe 7SJ78-P diantaranya adalah :
1. Setelan pick up dari rele OCR 7SJ78-P sudah tepat karena berada di sebelah
kanan full load ampere (FLA) trafo.
2. Setelan tundaan waktu sudah sesuai dengan setting waktu trip selama 0,9
sekon, serta setelan pick up untuk karakteristik instantaneous sudah bekerja
secara tepat dengan melakukan trip pada Isc 30 A.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 85
5.2 Rele Buchholz
5.2.1 Pengujian Rele Buchholz
Pengujian rele buchholz bertujuan untuk mengamankan lilitan terhadap
gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas, yang disebabkan hubung singkat pada
komponen trafo.

Gambar 5.7 Rele Buchholz
Jika terjadi gangguan ringan didalam tangki trafo, semisal hubung singkat dalam
kumparan, maka hal itu akan menimbulkan gas. Gas yang terbentuk akan terkumpul
didalam rele pada saat perjalanan menuju tangki konservator, sehingga level minyak
dalam rele akan turun dan menyebabkan kontak alarm bekerja. Sinyal alarm akibat
adanya gangguan ringan disebut sinyal warning, kemudian sinyal tersebut di teruskan
ke ruang kontrol.
Bila level minyak trafo turun akibat adanya kebocoran maka pelampung atas
akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak ini terus berlanjut maka
pelampung bawah akan memberikan sinyal trip. Jika terjadi busur api yang besar maka,
kerusakan minyak akan terjadi dengan cepat hal ini meyebabkan meningkatnya


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 86
kecepatan aliran minyak yang bergerak melalui rele buchholz. Pada kecepatan aliran
tertentu pelampung bawah akan menutup kontak untuk memberikan sinyal trip. Sinyal
alarm akibat adanya gangguan berat dan menyebabkan trip disebut sinyal tripping,
kemudian sinyal tersebut di teruskan ke ruang kontrol.
Pengujian Rele Buchholz pada Trafo CT-01 di PT. Krakatau Daya Listrik
dilakukan 1 tahun sekali kecuali jika ada gangguan, pengujian ini bertujuan untuk
menguji kinerja dan fungsi rele ketika ada gangguan ringan maupun gangguan berat.
Pengujian mekanis dengan menggunakan test key dan pengujian pompa gas. Pengujian
menggunakan test key dilakukan dengan cara memberikan sinyal warning dan sinyal
tripping secara manual melalui tombol yang ada di Rele Buchholz. Sedangkan
pengujian menggunakan pompa gas yaitu dengan memasukan udara ke dalam rele
buchholz dan meyebabkan aktifnya sinyal warning dan sinyal tripping. Setelah selesai
pengujian gas akan dipompa keluar.
1. Pengujian manual dengan menggunakan test key.
a. Sinyal warning.
Pengujian sinyal ini bertujuan untuk mensimulasikan adanya gangguan
ringan pada rele buchholz, seperti adanya hubung singkat dalam kumparan.
Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buka tutup test key (Gambar 5.5).
2. Tekan test key (Gambar 5.6) turun sampai berhenti (sesuai anak panah).
3. Kemudian hubungi ruang kontol apakah sinyal tersebut diteruskan
dan terbaca sebagai sinyal warning.
4. Lepaskan test key.
5. Tutup kembali test key seperti semula.
6. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal warning sudah hilang.
7. Apabila sinyal warning belum hilang, maka lakukan pengecekan secara
menyeluruh. Terutama pada bagian terminal.




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 87




















Gambar 5.8 Membuka penutup test key.


Gambar 5.9 Menekan test key untuk memberikan sinyal warning


Test Key
Tuas
pompa


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 88
b. Sinyal tripping.
Pengujian sinyal ini bertujuan untuk mensimulasikan adanya gangguan berat
pada rele buchholz, seperti adanya kebocoran minyak trafo atau adanya
busur api. Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buka tutup test key (Gambar 5.5).
2. Putar test key kearah kiri (Gambar 5.7).
3. Tekan test key (Gambar 5.6) turun ke bawah.
4. Kemudian hubungi ruang kontrol apakah sinyal tersebut diteruskan
dan terbaca sebagai sinyal tripping.
5. Lepaskan test key.
6. Tutup kembali test key seperti semula.
7. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal tripping sudah hilang.
8. Apabila sinyal warning belum hilang, maka lakukan pengecekan secara
menyeluruh. Terutama pada bagian terminal.


Gambar 5.10 Memutar kemudian menekan test key untuk memberikan sinyal
warning


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 89
2. Pengujian menggunakan pompa gas
Pengujian ini bertujuan untuk mensimulasikan gangguan akibat adanya
kandungan gas yang berlebihan pada minyak trafo. Ketika gas terkumpul di rele
buchholz maka hal ini menyebabkan level minyak trafo turun, sehingga
pelampung atas akan turun dan memberikan sinyal warning. Apabila gas yang
terkumpul di rele buchholz semakin banyak dan level minyak trafo di rele
buchholz semakin turun maka pelampung bawah akan turun dan memberikan
sinyal tripping. Langkah-langkah pengujian menggunakan pompa gas adalah
sebagai berikut :
a. Sinyal warning.
Sinyal warning terjadi ketika ada gas yang terkumpul di dalam rele
buchholz, hal ini menyebabkan level minyak menjadi turun. Pelampung
atas yang terendam minyak trafo juga akan turun. Maka sinyal warning
akan muncul.
Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Buka penutup keran lubang angin.
2. Tekan tuas pompa ke bawah.(gambar 5.5)
3. Pompa gas ke dalam rele buchholz melalui keran lubang angin dengan
alat khusus sampai pelampung atas turun.
4. Kemudian hubungi ruang kontrol apakah sinyal tersebut diteruskan
dan terbaca sebagai sinyal warning.
5. Kemudian tekan tuas pompa ke bawah agar gas yang tadi dipompa ke
dalam rele buchholz dapat menyembur keluar, sinyal warning akan hilang
dan pelampung atas kembali naik.
6. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal warning sudah hilang.
7. Apabila sinyal warning belum hilang, maka lakukan pengecekan secara
menyeluruh. Terutama pada bagian terminal.
8. Tutup kembali keran lubang angin.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 90










Gambar 5.11 Terminal warning dan terminal tripping

b. Sinyal tripping.
Ketika alarm warning dibiarkan maka hal ini akan memicu munculnya
sinyal tripping, penumpukan gas di rele buchholz semakin banyak hal ini
menyebabkan level minyak trafo semakin menurun. Pelampung bawah
yang teremdam minyak trafo akan ikut turun. Dan sinyal tripping akan
muncul.
Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Buka penutup keran lubang angin.
2. Tekan tuas pompa ke bawah.(gambar 5.5)
3. Pompa gas ke dalam rele buchholz melalui keran lubang angin dengan
alat khusus sampai pelampung atas tidak teremdam minyak dan
pelampung bawah menjadi turun (gambar 5.9).
4. Kemudian hubungi ruang kontrol apakah sinyal tersebut diteruskan
dan terbaca sebagai sinyal tripping.
5. Kemudian tekan tuas reset ke bawah agar gas yang tadi dipompa ke
dalam rele buchholz dapat menyembur keluar, sinyal tripping akan
hilang dan level minyak kembali naik.
Terminal
tripping
Terminal
warning


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 91
6. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal tripping sudah hilang.
7. Apabila sinyal tripping belum hilang, maka lakukan pengecekan
secara menyeluruh. Terutama pada bagian terminal.
8. Tutup kembali keran lubang angin.



















Gambar 5.12 Pengujian Menggunakan Pompa Gas.

Dari data hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa rele buchholz masih
berfungsi dengan baik, pengujian sinyal warning dan sinyal tripping baik secara
manual dengan test key dan dengan menggunakan pompa gas, berjalan dengan baik
dan terdeteksi di ruang kontrol.

Selang Pompa
Lubang Angin


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 92
5.2.2 Gangguan Non Teknis Pada Rele Buchholz
Munculnya sinyal warning dan tripping biasanya disebabkan karena adanya
gangguan pada rele buchholz yaitu dengan adanya gas yg terkandung pada minyak
trafo akibat hubung singkat atau adanya busur api di dalam trafo. Terkadang sinyal
warning dan tripping juga muncul karena adanya gangguan non teknis pada rele
buchholz, padahal tidak ada gangguan di dalam trafo. Jenis gangguan non teknis yang
bisas muncul pada rele buchholz adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pada terminal elektronis rele buchholz.
Gangguan ini disebabkan karena adanya hubung singkat pada terminal warning
atau hubung singkat pada terminal tripping (gambar 5.6). Biasanya hal ini dapat
terjadi apabila ada kebocoran pada seal kotak terminal sehingga air atau minyak
trafo dapat masuk ke dalamnya.
2. Gangguan karena endapan minyak trafo di rele buchholz.
Gangguan ini disebabkan karena kualitas minyak trafo yang kurang baik
sehingga terdapat banyak kotoran di dalamnya. Kotoran minyak trafo akan
mengendap dan menempel pada pelampung, sehingga pelampung akan menjadi
lebih berat dan tenggelam. Hal ini menyebabkan set contact operation
pelampung akan bekerja atau close.
3. Gangguan karena rusaknya test key.
Gangguan ini disebabkan karena rusaknya test key sehingga test contact
operation bekerja.

5.3 Rele Oil-Temperature
5.3.1 Pengujian Rele Oil-Temperature
Rele ini mempunyai sensor temperatur yang ditempatkan pada ruangan yang
berisi minyak, yang terletak di bagian atas tangki trafo. Sensor tersebut dihubungkan
ke instrumen (termometer dan kontak-kontak) melalui pipa kapiler. Kenaikan suhu
minyak trafo dapat disebabkan karena adanya gangguan di dalam trafo seperti adanya
hubung singkat dan adanya busur api. Kenaikan suhu pada minyak trafo dapat


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 93
menyebabkan kerusakan isolasi yang ada didalam trafo itu sendiri, hal ini dapat
menyebabkan trafo menjadi rusak.
Pengujian rele oil-temperature bertujuan untuk mengetahui fungsi rele dapat
beroperasi ketika ada gangguan yang menyebabkan suhu minyak trafo menjadi
meningkat dan melebihi batas maksimal yang ditentukan.
Pada indikator rele oil-temperature terdapat 2 jarum indikator, yaitu jarum yang
berwarna hitam dan jarum yang berwarna merah. Jarum berwarna hitam menunjukan
suhu aktual minyak trafo saat itu, sedangkan jarum berwarna merah menunjukan suhu
tertinggi yang pernah dicapai oleh minyak trafo. Untuk mengatur suhu warning dan
suhu tripping, menggunakan bendera merah dan hitam yang terletak pada bagian atas
skala pengukuran. Bendera merah untuk warning dan bendera hitam untuk tripping.
Setting nilai suhu warning pada rele oil-temperature yang terpasang pada trafo 1
MVA CT-01 pada PT. Krakatau Daya Listrik adalah sebesar 70C, sedangkan untuk
suhu tripping sebesar 80C. Pengujian fungsi rele oil-temperatur dilakukan 1 tahun
sekali kecuali jika ada gangguan.










Gambar 5.13 Indikator Rele Oil-Temperature
Bendera Tripping
Bendera Warning


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 94
Pada pengujian rele oil-temperature Trafo CT-01 di PT. Krakatau Daya Listrik
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengujian alarm warning.
1. Buka penutup kaca indikator rele.
2. Setelah dibuka, ubah setting alarm warning, dengan cara menggeser bendera
merah hingga mencapai nilai dibawah suhu aktual (gambar 5.11).
3. Kemudian hubungi ruang kontrol apakah sinyal tersebut diteruskan dan
terbaca sebagai sinyal warning.
4. Apabila ingin mengatur nilai suhu warning kembali ke settingan semula,
geser bendera merah kembali ke suhu warning.
5. Reset bendera merah kembali ke suhu aktual (gambar 5.12).
6. Pasang kembali kaca indikator.
7. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal warning sudah hilang.
















Gambar 5.14 Penggeseran bendera merah
Bendera Merah
Suhu Aktual


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 95

Gambar 5.15 Pengaturan ulang jarum merah ke suhu aktual

b. Pengujian alarm tripping.
1. Buka penutup kaca indikator rele.
2. Setelah dibuka, ubah setting alarm tripping, dengan cara menggeser bendera
hitam hingga mencapai nilai dibawah suhu aktual (gambar 5.13).
3. Kemudian hubungi ruang kontrol apakah sinyal tersebut diteruskan dan
terbaca sebagai sinyal tripping.
4. Apabila ingin mengatur nilai suhu tripping kembali ke settingan semula,
geser bendera hitam kembali ke suhu tripping.
5. Reset bendera merah kembali ke suhu aktual (gambar 5.12).
6. Pasang kembali kaca indikator.
7. Hubungi ruang kontrol apakah sinyal warning sudah hilang.



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 96

















Gambar 5.16 Penggeseran bendera hitam

Dari data hasil pengujian pada Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa rele oil-
temperature masih berfungsi dengan baik, pengujian sinyal warning dan sinyal
tripping dengan menggeser bendera setting, berjalan dengan baik dan terdeteksi di
ruang kontrol. Besar nilai suhu pada indikator dan yang tertampil pada display ruang
kontrol memiliki selisih dan masih bisa ditoleransi. Suhu trafo CT-01 pada saat
beroperasi normal berkisar antara 30-36C.



Bendera hitam
Suhu Aktual


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 97
5.3.2 Gangguan Non Teknis Pada Rele Oil-Temperature
Munculnya sinyal warning dan tripping biasanya disebabkan karena adanya
gangguan pada trafoyang terdeteksi oleh rele oil-temperatute yaitu dengan adanya
kenaikan suhu melebihi batas pada minyak trafo akibat hubung singkat atau adanya
busur api di dalam trafo. Terkadang sinyal warning dan tripping juga muncul karena
adanya gangguan non teknis pada rele oil-temperatute, padahal tidak ada gangguan di
dalam trafo. Jenis gangguan non teknis yang bisas muncul pada rele oil-temperatute
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pada terminal elektronis rele oil-temperatute.
Gangguan ini disebabkan karena adanya hubung singkat pada terminal warning
atau hubung singkat pada terminal tripping. Biasanya hal ini dapat terjadi apabila
ada kebocoran pada seal kotak terminal sehingga air dapat masuk ke dalamnya
dan menyebabkan hubung singkat atau disebabkan oleh masuknya serangga dan
jamur yang menempel terminal, sehingga konduktivitasnya turun.
2. Gangguan karena kerusakan indikator.
Gangguan ini disebabkan kerusakan pada indikator. Sehingga terjadi hubung
singkat pada terminal.




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 98
5.4 Laporan Hasil Pengujian
5.4.1 Laporan Hasil Pengujian Rele Arus Lebih
Tabel 5.1 Form laporan hasil pengujian rele arus lebih




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 99
5.4.2 Laporan Hasil Pengujian Rele Buchholz dan Rele Oil-Temperature

Tabel 5.2 Form laporan hasil pengujian rele Buchholz dan rele oil temperature




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 100
BAB VI
ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN OPERASIONAL
RELE PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 1 MVA CT-01


6.1 Analisis Kelayakan Rele Proteksi
6.1.1 Rele Arus Lebih (Overcurrent Relay)


Gambar 6.1 Grafik Pengujian Waktu Respon Rele Arus Lebih

Grafik di atas menujukkan hasil pengujian lama respon kerja rele ketika
gangguan berlangsung. Pengujian operasi rele dilakukan rutin setelah satu tahun
pemakaian rele untuk sistem proteksi trafo daya CT-01. Pada karakteristik kerja
definit waktu, terlihat rele diatur dengan waktu trip minimum sebesar 0,9 sekon.
Analisis hasil pengujian rele memakai basis data dari laporan pengujian empat
tahun terakhir, yakni pada tahun 2011, 2012, 2013 dan yang terkhir pada tahun
2014. Untuk mendapatkan informasi tentang tingkat keandalan rele, dilakukan
dengan perhitungan selisih waktu kerja dan waktu setting yang dinyatakan sebagai
delta t (t). Selain itu selisih arus kerja dengan mengambil basis dari arus fase R
(IR) dan arus setting trip rele (IS) juga turut dipertimbangkan untuk mendukung
informasi mengenai tingkat keandalan rele.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2011 2012 2013 2014
W
a
k
t
u

K
e
r
j
a

(
s
e
k
o
n
)
Tahun
Definite Time Instantaneous Setting Definite Setting Instantaneous


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 101
Variasi nilai delta t (t) dan delta I (I) pada rele arus lebih tersebut dapat
terjadi antara lain oleh faktor-faktor berikut ini :
Kesalahan pembacaan arus oleh operator
Error pada alat untuk injeksi arus ke rele proteksi, dalam pengujian digunakan
SVERKER 750/780.
Error pada rele proteksi dalam membaca arus.
Error pada trafo arus (error transformasi dan error arus)
Besar beban pada sistem.
Dalam perancangan suatu peralatan proteksi, khususnya yang menggunakan
rele arus lebih sebagai komponen proteksi utamanya, tentunya terlebih dahulu
ditentukan spesifikasi untuk komponen pengukuran utama untuk dipadukan
dengan rele. Dari keempat poin yang telah disebutkan di atas, penulis lebih
menitikberatkan penyebab adanya selisih waktu antara waktu setting dan waktu
trip rele saat pengujian disebabkan oleh faktor error dan burden pada
transformator arus 100/5 A untuk proteksi.
Untuk poin kesatu hingga ketiga tidak dipilih karena baik dari sisi sumber
daya manusia, kesiapan alat uji serta kondisi terakhir rele itu sendiri dinilai masih
berada dalam keadaan normal. Kalibrasi alat uji rele juga rutin dilakukan sehingga
alat pengujian rele selalu dalam kondisi baik saat ingin dilakukan pengetesan rele.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 4 bahwa arus sekunder CT tidak
ditentukan oleh besar burden, melainkan oleh besar beban pada sistem. Beban CT
bisa berupa alat ukur maupun rele proteksi dengan besar tegangan yang sebanding
dengan jumlah beban CT tersebut. Misal sebuah CT dengan arus nominal 5A
mempunyai impedans input 2 , maka besar burden CT ialah :
Burden to system load = (5A x 2) x 5A = 50 VA
Kesalahan ataupun error dari transformator arus bersumber dari kesalahan
transformasi (transformation error) dan kesalahan arus (current error). Nilai error
pada trafo arus dapat dihitungan melalui rumusan berikut ini :


102

Kesalahan transformasi (transformation error)
Merupakan perbandingan transformasi trafo yang terdiri atas
perbandingan antara arus primer dan arus sekunder.
Kn = Ip/ Is
Apabila rating trafo arus yang dipilih ialah 100/5 A, maka :
Kn = 100/5 = 20 A
Kesalahan arus (current error)
Merupakan kesalahan pengukuran transformator yang timbul akibat
tidak samanya rasio aktual dengan rasio pengenal.
Fi = 100.
Kn .
sec

prim

prim

Kn : rated perbandingan transformasi
Iprim : arus primer aktual
Isec : arus sekunder aktual
Misal nilai arus aktual yang terukur dari sekunder CT 100/5 A sebesar
498,57 mA, maka nilai aktual arus yang mengalir di penghantar adalah
9,97 A.
Fi = 100.
20.0,49 9,97
9,97
= 1,7%
Kesalahan arus rasio maupun arus CT akan berdampak pada besarnya
kesalahan pembacaan di alat ukur dan juga pada kesalahan operasi sistem proteksi.
Presentasi error reading ini nilainya sangat bervariatif sehingga hasil pengukuran
tidak linear atau tidak berbanding lurus dengan rasio yang tertera. Semakin kecil
arus yang diberikan pada CT, presentase error reading akan semakin besar
melampaui batas spesifikasi CT.


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 103

Gambar 6.2 Grafik kinerja CT saat arus lebih (dibebani oleh rated burden)


Zm : impedans terhadap arus eksitasi Ie
Zl : impedans beban sistem (load)

Zb : impedans burden
Zs : impedans sekunder CT

Gambar 6.3 Rangkaian ekivalen CT (dilihat dari sisi sekunder)


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 104
Bila sumber 6 kV melayani beban 100 A melalui satu saluran dinyatakan
terhadap netral, maka nilai tegangannya menjadi (1/3) x 6 kV = 3529 V dan
impedans sistem dayanya ialah Z = 3529 V/ 100 A = 35,29 . Misal arus normal
100 A, Ip = 5 A, Is = 4,8792 A dan Ie = 0,0725 A. Apabila beban bertambah dua
kali lipat, Ip = 10 A, Is = 9,7584 A dan Ie menjadi 0,145 A.
Hal tersebut membuat arus sekunder CT turut naik dua lipat. Kenaikan
tersebut disebabkan oleh impedans beban Cl berkurang setengahnya. Berbeda
apabila burden yang berubah, misalnya Zb menurun dua kali lipat dari nilai awal,
maka besar arus hampir tidak berubah dengan Ip tetap = 5A, Is = 4,8792 A dan Ie
= 0,0724 A. Artinya arus output CT tidak dipengaruhi oleh perubahan burden,
akan tetapi oleh perubahan beban (load) rangkaian daya, keadaan ini berlaku jika
CT belum mencapai titik jenuh. Hal ini tentunya akan mempengaruhi rated arus
pick up dan drop out dari rele arus lebih yang terkoneksi ke trafo arus.
Ukuran saluran yang relatif pendek membuat tidak adanya perbedaan besar
arus gangguan yang cukup di kedua ujung saluran, maka dari itu karakteristik rele
yang cocok ialah definit waktu. Kaitannya dengan nilai impedans, apabila
impedans ke arah sumber (ZS) jauh lebih besar dibandingkan impedans ke arah
beban (Zl) penggunaan rele inverse akan kurang bermanfaat.
Sebagai acuan, kebermanfaatan rele inverse baru dicapai jika ZS << 2.Zl, atau
arus hubung singkat pada ujung dekat 1,5 kali arus hubung singkat pada ujung
jauh. Karena besar arus gangguan If = V/ (ZS +ZL) dengan Zs = impedansi ke arah
sumber dan ZL impedansi ke arah gangguan, diukur dari lokasi rele, maka:
1. Besar arus gangguan bergantung pada banyaknya unit pembangkit yang
sedang beroperasi (paralel). Apabila terdapat satu atau beberapa pembangkit
sedang tidak bekerja, arus If akan lebih kecil sehingga jika dipasang rele arus
lebih dengan karakteristik inverse, pemutusan gangguan akan lebih lambat.
Jika terjadi busur api pada gangguan, kerusakan tidak dapat dihindarkan (pada
mesin atau trafo).


105


2. Apabila Zs >> Zl maka If tidak berbeda banyak untuk gangguan di ujung jauh
dan di ujung dekat dari saluran yang dilindungi. Oleh karena itu, karakteristik
definit waktu sangat cocok jika dipasang pada saluran yang pendek,
dibandingkan dengan karakteristik inverse.
Perhitungan Zs dan Zl dapat dilakukan apabila diketahui terlebih dahulu nilai
Xs dan Xl yang dapat dilihat pada name plate dari unit pembangkit. Analisa
perhitungan lebih lanjut akan dijelaskan pada perhitungan berikut ini :
Syarat kerja karakteristik definite time rele arus lebih : Zs > Zl
Xd (generator 3 fase 100 MVA) = 12% = 0,12 pu
Xd (trafo step up AT 10,5/150 kV) = 9,8% = 0,098 pu
Xd (trafo step down BT 150/6 kV) = 9,5% = 0,095 pu
Xd (trafo tegangan 6/0,4 kV) = 5% = 0,05 pu
Zs = Xd generator + Xd trafo AT + Xd trafo BT + Xd trafo tegangan
= 0,12 + 0,098 + 0,095 0,313 pu
Zl = Xd trafo tegangan 0,05 pu
Zs
Zl
=
0,313
0,05
Zs = 6,26 Zl
Dari perhitungan di atas didapatkan hasil perhitungan yang menunjukkan nilai
impedans sumber (Zs) yang mencakup nilai impedans dari generator 100 MVA
hingga impedans di saluran outgoing 150 kV, memiliki nilai yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan impedans ke arah beban (Zl). Hal ini mendukung teorema
yang menjelaskan tentang syarat kerja karakteristik definite time dari rele yang
dipasang di feeder 6 kV BA-04.





Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 106
6.1.2 Rele Buchholz dan Rele Oil-Temperature
Tabel 6.5 Tabel hasil pengujian rele buchholz Trafo CT-01 tahun 2011 - 2014
No Tanggal Pengujian Rele Hasil Pengujian
1. 01/02/2011 Buchholz
Warning : baik
Tripping : baik
2. 01/02/2012 Buchholz
Warning : baik
Tripping : baik
3. 04/02/2013 Buchholz
Warning : baik
Tripping : baik
4. 03/02/2014 Buchholz
Warning : baik
Tripping : baik

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rele buchholz Trafo CT-01 masih
bekerja dengan baik hal ini ditunjukan dengan hasil pengujian selama 4 tahun
terakhir. Rele buchholz Trafo CT-01 dapat dikatakan memiliki tingkat
keandalan yang tinggi.
Tabel 6.4 Tabel hasil pengujian rele oil-temperature Trafo CT-01 tahun 2011 2014
No Tanggal Pengujian Rele Suhu Aktual Hasil Pengujian
1. 01/02/2011
Oil -
Temperature
28 C
Warning : baik
Tripping : baik
2. 01/02/2012
Oil -
Temperature
30 C
Warning : baik
Tripping : baik
3. 04/02/2013
Oil -
Temperature
32 C
Warning : baik
Tripping : baik
4. 03/02/2014
Oil -
Temperature
34 C
Warning : baik
Tripping : baik




Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 107
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rele oil-temperature Trafo CT-01
masih bekerja dengan baik hal ini ditunjukan dengan hasil pengujian selama 4
tahun terakhir. Suhu aktual dalam kondisi normal kecuali pada pengujian tahun
2011, karena pengujian tersebut dilakukan saat trafo dalam kondisi tidak
beroperasi. Rele oil-temperature Trafo CT-01 dapat dikatakan memiliki tingkat
keandalan yang tinggi. Salah satu penyebab rele buchholz dan rele oil-
temperature bekerja karena ada kandungan gas berlebih dan kenaikan suhu
pada minyak trafo. Maka perlu dilakukan pengujian minyak trafo. Pengujian
minyak trafo meliputi pengujian :
1. DGA (Dissolved Gas Analysis)
Merupakan suatu metode analisa kualitatif dan kuantitatif gas terlarut
dalam minyak isolasi transformator. Metode ini digunakan untuk
mengetahui dan menganalisa ketidaknormalan maupun prediksi
gangguan yang terjadi pada bagian dalam (internal) transformator. DGA
(Dissolved Gas Analysis) dilakukan dengan menggunakan alat berupa
Gas Chromatograph.
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan jumlah kandungan gas
dalam transformator dan gangguan yang menimbulkan keberadaan gas-
gas tersebut.

Tabel 6.5 Tabel Hasil Ekstraksi Menggunakan Gas Chromatograph
GAS
PERBANDINGAN GAS DENGAN
GAS YANG MUDAH TERBAKAR (%)
GANGGUAN

2
60,0 Lompatan bungan api
diminyak (dan terjadi loncatan
dalam kertas
bila ada kandungan -
CO & CO2)

2
30,0

4
5,0

4
3,3

6
1,6



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 108

2
86,0 Corona dalam minyak (dan
terjadi corona dalam kertas bila
ada kandungan CO & CO2)

4
13,0

6
0,5
0,2

4
0,2

6
0,1

4
63,0 Terjadi panas berlebihan
(bila ada kandungan
2

2

kemungkinan ada gangguan
atau hubung singkat)

6
17,0

4
16,0
trace

2
trace
92,0 Terjadi panas berlebihan
pada kertas isolasi

2
6,7

4
1,2

6
0,01

4
0,01

2
0,01


2. Warna Minyak Isolasi
Warna minyak isolasi transformator akan berubah seiring dengan
penuaan yang terjadi pada minyak. Perubahan warna minyak
transformator dipengaruhi kandungan material-material pengotor, seperti
karbon. Karbon terbentuk karena adanya partial discharge maupun
arcing pada minyak isolaso. Pengujian warna minyak isolasi
transformator pada dasarnya membandingkan warna minyak setelah
terpakai dengan warna minyak yang baru. Warna minyak yang bertambah
gelap menunjukan telah terjadi proses oksidasi. Tujuan dari pengujian ini


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 109
adalah untuk mengetahui laju penurunan kualitas minyak transformator.
Metode pengujian yang biasa digunakan adalah ASTM D-1500.

3. Tegangan Tembus Minyak Isolasi
Tegangan tembus (dielectric strength) minyak isolasi transfomator
adalah kemampuan minyak transformator untuk menahan loncatan listrik
pada saat terjadi gangguan pada operasional transformator. Metode
pengujian yang biasa dipakai adalah IEC 156 dimana cara pengujiannya
adalah dengan menambah tegangan secara perlahan pada elektroda
hingga muncul loncatan api. Saat dimana terjadi loncatan api itulah yang
merupakan nilai tegangan tembus (dielectric strength) minyak isolasi
tersebut.

4. Kadar Air Minyak Isolasi
Kadar air dalam minyak transformator mendapat perhatian serius
untuk terus dipantau dan dijaga agar nilainya dibawah ambang berbahaya.
Hal ini karena jika dalam minyak transformator terdapat kandungan air
dan oksigen yang tinggi akan mengakibatkan timbulnya korosi.
Akibatnya akan dihasilkan asam dan endapan sehingga usia transformator
menjadi turun. Kandungan air juga bisa menurunkan nilai tegangan
tembus (dielectric strength) minyak transformator.Sesuai standar ASTM
D 1533, kandungan air dinyatakan dalam ppm (part per million).
Biasanya kandungan air berasal dari udara saat transformator dibukan
untuk keperluan inspeksi, selain karena kebocoran pada trasnformator itu
sendiri.

5. Kadar Asam
Pengukuran kadar asam dilakukan untuk mengetahui tingkat
keasaman minyak transformator akibat dari proses oksidasi yang terjadi
selama transformator beroperasi. Kadar asam menjadi begitu penting
untuk dipantau karena, keasaman minyak transformator bisa memicu


Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 110
terbentuknya senyawa lain. Semakin tinggi kadar asamnya, semakin
besar peluang terbentuknya senyawa lain pada minyak transformator.

6. Tegangan Antar Muka
Tegangan antar muka (Interfacial Tension - IFT) pada prinsipnya
merupakan besar kekuatan tarikan yang diukur dalam dyne per centimetre
untuk memecahkan lapisan film yang terjadi pada lapisan antara minyak
dan air. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat oksidasi atau
pencemaran yang terjadi pada minyak transformator. Nilai IFT yang
cenderung menurun menunjukan bahwa telah terjadi kenaikan tingkat
keasaman pada minyak transformator. Minyak yang masih baik
kondisinya memiliki nilai IFT sebesat 40-50 dyne/cm.

7. Sedimen
Endapan ataus sedimen pada minyak trasnformator dibentuk karena
adanya oksigen dan air dalam minyak transformator. Kandungan endapan
akan semakin banyak pada bagian bawah transformator. Keberadaan
endapan (sedimen) ini akan mengakibatkan suhu transformator akan naik



Atur Pambudi (10/296776/TK/36208)
Candra Prasetya Aji (10/305378/TK/37490) 111
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktik dan penyusunan laporan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut :
1. Proteksi mekanis yang digunakan pada Trafo CT-01 adalah rele arus lebih
(overcurrent relay), rele buchholz dan rele oil-temperature.
2. Pengujian fungsi rele pada setiap trafo dilakukan secara rutin 1 tahun sekali,
kecuali bila ada gangguan yang bersifat destruktif.
3. Pengujian rele arus lebih menggunakan metode injeksi arus melalui alat
SVERKER 750/780.
4. Metode injeksi arus bertujuan untuk mengetahui apakah rele bekerja sesuai
dengan setting waktu dan arusnya, serta untuk mengetahui performa rele
dengan membandingkan respon kerja rele dengan tes uji rele sebelumnya.
5. Rele arus lebih tipe 7SJ78 dinilai masih cukup responsif dalam menerima
gangguan di feeder 6 kV, terlihat dari selisih waktu kerja yang masih sesuai
dengan setting kerja rele.
6. Pengujian rele buchholz terdiri dari pengujian manual dengan dengan
menggunakan test key dan pengujian dengan pompa gas. Kedua pengujian
bertujuan untuk mensimulasikan sinyal warning dan sinyal tripping ketika
ada gangguan yang terjadi di trafo.
7. Pengujian rele oil-temperature dilakukan dengan cara mengubah setting
suhu warning dan setting suhu tripping di bawah suhu aktual. Kedua
pengujian terebut bertujuan untuk mensimulasikan sinyal warning dan
sinyal tripping ketika suhu minyak trafo melebihi batas normal.Pada saat
beroperasi suhu normal minyak Trafo CT-01 berkisar antara 30C sampai
36C.


112


8. Berdasarkan hasil pengujian rele arus lebih, rele buchholz dan rele oil-
temperature pada Trafo CT-01 yang dilakukan pada tanggal 03 Februari
2014, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga rele tersebut masih berfungsi
dengan baik. Rele buchholz dan rele oil-temperature pada Trafo CT-01
memiliki tingkat keandalan yang cukup tinggi.

7.2 Saran
1. Overcurrent dapat dikurangi dengan cara :
Menggunakan rele yang tidak sensitif terhadap komponen arus DC
misalnya induction cap instantaneous unit.
Menggunakan rele yang dikompensasi dengan DC filter.
Melengkapi operating magnet relay dengan auxiliary winding yang
disertai kapasitor, agar beresonansi 50 Hz.
2. Pada pengujian rele buchholz sebaiknya dilakukan pengujian tidak hanya
menggunakan test key tapi juga menggunakan pompa gas, hal untuk
menyimulasikan keadaan sebenarnya. Dimana gas akan menurunkan level
permukaan minyak trafo dan pelampung akan turun. Sinyal warning dan
sinyal tripping akan muncul.
3. Untuk pengujian rele oil-temperature sebaiknya dilakukan dengan
menggeser bendera setting bukan dengan menggeser jarum indikator suhu
aktual, karena bendera setting di desain agar dapat diubah-ubah secara
manual sedangkan jarum indikator suhu aktual didesain untuk bergerak
secara otomatis sesuai perubahan suhu yang dideteksi oleh sensor suhu.
4. Pengujian minyak trafo sebaiknya dilakukan secara rutin dan tidak hanya
dilakukan saat terjadi gangguan, hal ini dilakukan agar bisa mencegah
kerusakan yang parah pada trafo itu sendiri.

You might also like