You are on page 1of 3

CEDERA YANG MENGENAI ORBITA DAN ISINYA

Fraktur orbita sering terjadi pada trauma wajah. Fraktur maksila diklasifikasikan
berdasarkan system Le Fort: tipe I di bawah dasar orbita; tipe II melewati os nasale dan os
lacrimale selain juga ke maxilla yang membentuk dasar orbita medial; dan tipe III yang
mengenai dinding medial dan lateral dan dasar orbita, disertai dengan pemisahan rangka wajah
dari cranium. Fraktur atap orbita jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh trauma tembus.
Neuropati optic dapat terjadi akibat cedera langsung oleh suatu fragmen tulang-biasanya pada
fraktur sinus ethmoid dengan atau tanpa keterlibatan kanalis optikus, atau akibat cedera tidak
langsung oleh transmisi gaya-gaya ke kanalis optikus. Bila terjadi perburukan penurunan
penglihatan, mungkin diperlukan tindakan dekompresi kanalis optikus dan pemberian steroid,
tetapi hanya terdapat sedikit bukti mengenai manfaatnya. Bila penurunan penglihatan bersifat
mendadak atau total, kemungkinan terjadinya pemulihan kecil. Namun, terdapat beberapa
laporan kasus dengan visus persepsi cahaya yang penglihatannya pulih. Fistula sinus kavernosa-
arteri karotis berkaitan dengan fraktur apeks orbita sehingga harus dilakukan auskultasi orbita
untuk mendengar adanya bruit.
Fraktur Tripoid pada zigoma mengenai dasar orbita tetapi bila tidak ada dislokasi,
mungkin tidak memerlukan perbaikan secara bedah. Fraktur arkus zigomatikus tidak mengenai
orbita. Fraktur teleskopik pada processus frontalis maxilla serta os lacrimale dan ethmoidale
menimbulkan deformitas hidung pelana kuda ( saddle nose ) dengan telekantus dan obstruksi
system lakrimalis,
Bila pintu masuk orbita menerima suatu pukulan, gaya gaya penekan dapat
menyebabkan fraktur dinding dinding inferior dan medial yang tipis. Disertai prolapse dan
kemungkinan terperangkapnya jaringan lunak. Mungkin terdapat cidera intraokuler terkait.
Seperti hifema, penyemputan sudut, dan ablation retinae. Jika terjadi blowout hebat. Dapat
timbul enoftalmus dengan segera. Enoftalmus dapat terjadi belakangan setelah pembengkakan
mereda dapat terjadi atrofi atau pembentukan parut jaringan lunak.
Diplopia dapat disebabkan oleh kerusakan neuromoskular langsung atau pembengkakan
isi orbita. Hal ini harus dilakukan dari penjepitan otot rektus inferior dan obliquus atau jaringan
disekitarnya dalam lokasi fraktur. Jika terjadi penjepitan, gerakan mata secara pasif oleh pinset
(forceps duction test) menjadi terbatas. Diperlukan cukup banyak waktu untuk perbaikan spontan
gerakan mata seiring dengan resolusi pembengkakan. Sensasi diperiksa sesuai distribusi nervus
infraorbitalis. Pada fraktur dasar orbita, terjadi hipestesia. CT scan dengan pandangan aksial dan
koronal paling baik dalam memberikan penilaian trauma orbita. Foto polos sinar-X mungkin
bermanfaat untuk identifikasi awal adanya cedera pada tulang.
Indikasi tindakan perbaikan secara bedah pada fraktur blowout adalah diplopia persisten
pada posisi 30 derajat dari posisi primer peradangan disertai bukti adanya penjepitan jaringan
lunak atau suatu fraktur yang besar (separuh dari dasar orbita), yang nantinya cenderung
menimbulkan enoftalmus. Penundaan tindakan bedah selama 1 2 minggu membantu dokter
bedah menilai apakah diplopianya akan menghilang tanpa intervensi. Penundaan yang lebih
lama menurunkan kemungkinan keberhasilan perbaikan enoftalmos karena timbulnya jaringan
parut yang progresif., tetapi keberhasilan operasi strabismus tidak terpengaruh. Sesekali
diperlukan tindakan koreksi bedah dengan segera, yakni pada kondisi-kondisi refleks
okulokardiak persisten, fraktur tipe trapdoor pada anak-anak, dan enoftalmus atau hipoglobus
(pergeseran bola mata ke bawah) dini.
Perbaikan secara bedah biasaanya dilakukan melalui rute infrasiliaris atau
transkonjungtival walaupun dapat pula melalui pendekatan transantral dan infraorbital. Periorbita
diinsisi dan diangkat untuk memperlihatkan tempat fraktur di dinding medial dan dasar orbita.
Jaringan yang mengalami herniasi dimasukkan kembali ke dalam orbita, dan defek ditutup oleh
suatu implant aloplastik secara berhati-hati agar tidak merusak berkas neurovascular infraorbita.
Komplikasi meliputi kebutaan, diplopia, ekstrusi implan, atau migrasi implan yang menekan
saccus lakrimalis serta menyebabkan sumbatan dan dakriosititis. Kompllikasi lainnya adalah
perdarahan, infeksi, retraksi palpebral inferior, dan anesthesia infraorbita. Mungkin diperlukan
tindakan tindakan selanjutnya untuk strabismus dan ptosis.
Trauma Tembus Pada Orbita
Trauma tembus pada jaringan orbita dapat disebabkan oleh proyektil berkecepatan tinggi atau
benda tajam. Benda asing radioopak dapat ditentukan letaknya dengan metode-metode yang
sama dengan yang digunakan untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler di dalam mata,
tetapi benda asing di jaringan orbita jarang yang memerlukan pengeluaran.
Kontusio Orbita
Cedera kontusio terhadap isi orbita dapat menyebabkan perdarahan atau atrofi jaringan yang
terjadi kemudian, disertai enoftalmos. Kadang-kadang terjadi kelumpuhan otot ekstraokular,
tetapi biasanya hanya sementara.
Eksoftalmos Berdenyut Setelah Cedera Kepala
Eksoftalmos berdenyut kadang-kadang timbul setelah cedera kepala berat, akibat pembentukan
fistula sinus kavernosa-arteri karotis yang berasal dari robekan arteri karotis intrakavernosa.
Kelainan ini jarang pulih secara spontan, dan biasanya pirau tersebut perlu ditutup (umumnya
dengan embolisasi balon).

PENCEGAHAN TRAUMA PADA MATA
Pengguna lens abaca dari kaca atau plastic yang bekerja dalam industri atau melakukan aktivitas
atletik memiliki risiko terkena pecahan fragmen lensa. Kacamata yang paling efektif untuk
mencegah cedera terdiri atas lensa polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi penahan di
posterior. Sebaiknya digunakan bingkai padat wraparound (bukan bingkai berengsel) karena
lebih dapat menahan trauma dari samping. Pada atletik atau aktivitas rekreasi berisiko tinggi
(mis., perang-perangan dengan senapan angin atau senapan berpeluru-cat), pelindung mata
tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara adekuat. Perlindungan mata yang sesuai
terutama diindikasikan bagi mereka yang bermain racquetball (permainan yang menggunakan
raket), bola tangan, dan squash. Banyak kebutaan yang terjadi akibat olahraga ini, terutama
akibat cedera kontusio pada mata yang tidak terlindung dengan baik.

You might also like