You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah heat exchanger (HE),
adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai
pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap
lewat panas (superheated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung
secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri
gas alam, refrigerasi, dan pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar
panas adalah radiator mobil dimana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara.
Penukar panas merupakan alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem
yang lain tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun
tujuan perpindahan panas antara lain:
a .Memanaskan :
- Menaikkan suhu
- Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)
-Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan- endhoterm)
b. Mendinginkan :
- Menurunkan suhu
- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)
-Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan panas
eksotherm)
Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Maksudnya ialah :
a. Alat penukar panas kontak langsung
Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
(tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator
dan lain-lain.
Contoh:
Fluidized-Bed Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini menggunakan sebuah komponen solid yang berfungsi sebagai
penyimpan panas yang berasal dari fluida panas yang melewatinya. Fluida panas yang
melewati bagian ini akan sedikit terhalang alirannya sehingga kecepatan aliran fluida panas
ini akan menurun, dan panas yang terkandung di dalamnya dapat lebih efisien diserap oleh
padatan tersebut. Selanjutnya fluida dingin mengalir melalui saluran pipa-pipa yang
dialirkan melewati padatan penyimpan panas tersebut, dan secara bertahap panas yang
terkandung di dalamnya ditransfer ke fluida dingin.

Gambar 1.1 Fluidized-Bed Heat Exchanger

b. Alat penukar panas kontak tak langsung
Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida
dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti
pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater
dan lain-lain.
Contoh:
Immiscible Fluid Exchangers
Heat exchanger tipe ini melibatkan dua fluida dari jenis berbeda untuk dicampurkan
sehingga terjadi perpindahan panas yang diinginkan. Proses yang terjadi kadang tidak akan
mempengaruhi fase dari fluida, namun bisa juga diikuti dengan proses kondensasi maupun
evaporasi. Salah satu penggunaan heat exchanger ini adalah pada sebuah alat pembangkit
listrik tenaga surya berikut.

Gambar 1.2 Immiscible Fluid Exchangers
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur
dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan
kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida bersuhu rendah.
Di dalam dunia industri peran dari heat exchanger sangat penting. Misal dalam
industri pembangkit tenaga listrik, heat exchanger berperan dalam peningkatan efisiensi
sistem. Contohnya adalah ekonomizer, yaitu alat penukar kalor yang berfungsi memanaskan
feed water sebelum masuk ke boiler menggunakan panas dari exhaust gas (gas buang). Selain
itu heat exchanger juga merupakan komponen utama dalam sistem mesin pendingin, yaitu
berupa evaporator dan condenser.
Faktor yang mempengaruhi perpindahan panas adalah:
1) Perbedaan temperature: Semakin besar selisih temperatur akan semakin cepat
perpindahan panasnya.
2) Thermal Conductivity: Setiap benda mempunyai thermal conductivity sendiri-sendiri,
yaitu angka yang menunjukan kemampuan perambatan
panas. Misalnya: logam mempunyai thermal conductivity yang
lebih baik dari pada kayu.
3) Luas permukaan kontak: Luas permukaan mempengaruhi jumlah panas yang dapat
dipindahkan oleh suatu bend, semakin luas permukaan akan
semakin banyak terjadi perpindahan panas.
4) Kecepatan aliran suatu fluida: Semakin tinggi kecepatan aliran fluida akan semakin
menaikan perpindahan panasnya terhadap fluida yang
lain.
5) Arah aliran: Dua fluida yang mempunyai temperatur berbeda dan hendak dipertukarkan
panasnya, maka fluida tersebut bisa alirannya searah (paralel flow). Tetapi
boleh juga berlawanan arah alirannya (counter flow), dalam kenyataan
aliran yang berlawanan perpindahan panasnya lebih efektif.



2.2 Klasifikasi Alat Penukar Panas
1. Condenser
Condenser merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan
fluida sampai terjadi perubahan fase dari fase uap menjadi fase cair. Media pendingin
yang dipakai biasanya air sungai atau air laut dengan suhu udara luar.
2. Chiller
Chiller merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan
(menurunkan suhu) cairan atau gas pada temperatur yang sangat rendah. Temperatur
pendingin di dalam chiller jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendinginan yang
dilakukan oleh pendingin air. Media pendingin yang digunakan antara lain Freon.
3. Reboiler
Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan kembali
serta meenguapkan sebagian cairan yang diproses. Media pemanas yang digunakan
antara lain uap (steam) dan minyak (oil). Alat penukar panas ini digunakan pada
peralatan distilasi.
4. Cooler
Cooler adalah alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan (menurunkan
suhu) cairan atau gas dengan menggunakan air sebagai media pendingin. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, media pendingin coolermenggunakan udara dengan
bantuan kipas (fan).
5. Heat Exchanger
Heat Exchanger (HE) adalah alat penukar panas yang bertujuan memanfaatkan
panas suatu aliran fluida untuk pemanasan aliran fluida yang lain. Dalam hal ini terjadi
2 fungsi sekaligus yaitu :
Memanaskan fluida yang dingin
Mendinginkan fluida yang panas
6. Heater
Heater merupakan alat penukar kalor yang bertujuan memanaskan (menaikkan suhu)
suatu fluida proses dengan menggunakan media pemanas. Media pemanas yang biasa
digunakan antara lain uap atau fluida panas lain.

7. Evaporator
Evaporator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk menguapkan cairan
yang ada pada larutan sehingga diperoleh larutan yang lebih pekat (mother liquor).
8. Vaporizer
Alat penukar panas ini digunakan untuk menguapkan suatu cairan sehingga fasenya
berubah dari cair menjadi gas.
9. Ekonomizer
Ekonomizer (disebut juga pemanas air pengisi ketel uap) digunakan untuk
menaikkan suhu air sebelum air masuk ke dalam ketel uap. Tujuannya untuk
meringankan beban ketel.

2.3 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)
2. Paralel flow/ co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

2.4 Prinsip Kerja Heat Exchanger
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses,
panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung
tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah. Pada umumnya perpindahan panas dapat
berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar
yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut
secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-
molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih
cepat maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya, tanpa
molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.
Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi
disebut penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas (isolator
panas ).
Q = k * A * (T1-T2) / X
A : luas bidang perpindahan panas
X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)
q ; panas yang dipindahkan
b. Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau
zat tersebut secara fisik.
Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena
adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan penting.
Konveksi hanya terjadi pada fluida
Q = h * A * (T2 T1)
h = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.
Q = panas yang dipindahkan
A = luas perpindahan panas
Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu diperhitungkan:
jumlah panas yang dipindahkan (q)
perbedaan suhu (T)
tahanan terhadap perpindahan panas (R).
Persamaan utama yg menghubungkan besaran besaran diatas adalah::
q = A * (T2 T1) / R = U * A * (T2 T1)
q = jumlah panas yang dipindahkan
R = tahanan terhadap perpindahan panas
U = 1/R = Koefisien perpindahan panas keseluruhan, gabungan antara konduksi dan
konveksi (k.W / m2. C ).

Harga U atau R tergantung pada :
Jenis zat (daya hantar)
Kecepatan aliran
Ada tidaknya kerak
c. Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan seperti ini
tidak memerlukan zat antara/media.
Q = . T4
Q = jumlah panas yang dipancarkan
T = suhu mutlak
= tetapan Stefan Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )

2.5 Jenis-Jenis Heat Exchanger
2.5.1 SHELL DAN TUBE BUNDLE HEAT EXCHANGER (API 660).
Type Shell & Tube Heat Exchanger dideskripsikan oleh symbol pada stationary
head, shell dan rear head.
Tipe shell and tube sering digunakan dalam industri karena memiliki kelebihan
bila dibandingkan dengan tipe lainnya, antara lain :
Konfigurasi yang dibuat dapat memberikan luas permukaan yang besar (> 200
ft2) dengan volume yang kecil.
Mempunyai lay-out mekanik yang baik dan bentuknya cukup baik untuk
operasi bertekanan.
Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan.
Dapat dibuat dari berbagai material.
Mudah dibersihkan dan konstruksinya sederhana

pada alat penukar panas tipe shell and tube terdapat 2 jenis lintasan yaitu :
Shell pass (lintasan shell)
Merupakan lintasan yang dilakukan oleh fluida sejak masuk mulai saluran masuk
(inlet nozzle) melewati bagian dalam shell dan mengelilingi tube, keluar dari saluran
buang (outlet nozzle) sehingga lintasan ini disebut 1 lintasan shell atau 1 pass shell.
Tube pass (lintasan tube)
Merupakan lintasan yang dilakukan oleh fluida masuk ke dalam penukar kalor
melalui salah satu ujung (front head) lalu mengalir ke dalam tube dan langsung ke luar
dari ujung yang lain sehingga disebut 1 pass tube. Apabila fluida tersebut membelok lagi
masuk ke dalam tube sehingga terjadi 2 kali lintasan dalam tube maka disebut 2 pass
tube. Di bawah ini contoh lintasan dalam alat penukar panas tipe shell and tube yaitu:

Gambar 1 Lintasan Pada Alat Penukar Panas Tipe shell and tube : (a) 1-2 pass; (b) 2-4 pass;
(c) 3-6 pass; (d) 4-8 pass

1. KELAYAKAN ALAT PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE
Suatu alat penukar panas yang telah dirancang perlu diuji kelayakannya untuk
mengetahui kinerja alat tersebut dalam melakukan proses perpindahan panas. Menurut Kern
(1965), untuk menentukan kelayakan suatu alat penukar panas (heat axchanger) dapat
dilakukan melalui 2 macam besaran yang perlu ditentukan yaitu :
Faktor kekotoran (Rd)
Semakin besar harga Rd hasil kalkulasi dari harga Rd yang dibutuhkan maka alat
penukar panas dapat dikatakan layak digunakan apabila telah
dilakukan service sehingga alat penukar panas perlu dibersihkan dan diservis. Apabila
harga Rd hasil kalkulasi lebih kecil dari harga Rd yang dibutuhkan maka alat penukar
panas dapat dikatakan tidak layak digunakan.
Pressure drop (P)
Kelayakan alat penukar panas baik apabila memiliki harga P untuk gas sebesar <
2 psia dan untuk cair sebesar < 10 psia.

2. Bagian bagian Shell and Tube Heat Exchanger
Secara keseluruhan komponen utama penyusun shell and tube heat exchanger adalah:
1. Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligus sebagai wadah
mengalirnya zat.

2. Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada
bagian ini terdapat saluran masuk fluida yang mengalir ke dalam tube.
3. Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
4. Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida dalam alat
penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan teknis dan
operasional.
Macam-macam baffle yaitu:
a) Horizontal cut baffle
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell.
Baik ada dissolves gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat
exchanger maka perlu diberi notches dalam baffle.
b) Vertical cut baffle
Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy
fouling fluida.
c) Disc and doughtnut baffle
Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan
doughtnut
Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bisa dilepaskan
melalui top dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak dapat di drain
tanpa large ports pada doughtnut.
d) Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan
lubang-lubang untuk semua tube.
e) Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua
atau beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk
perpindahan panas yang lebih baik.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus sesuai
dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu tube polos (bare tube) dan tube bersirip (finned tube)
6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell
7. Channel and pass partition
Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan pass
partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
8. Shell cover and channel cover
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat
pembersihan.

Pada heat exchanger diameter tabung tidak sama sepanjang penukar kalor. Pebesaran
diameter dimaksudkan untuk menampung perubahan fasa dari fluida yang berada di luar pipa
dan di dalam tabung. Alat ini diaplikasikan untuk proses penguapan atau pendidihan fluida di
luar pipa. Jenis ini sering disebut dengan jenis ketel (kettle).

3. Penentuan fluida dalam shell atau tube :
1. Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup kuat
menahan tekanan yang tinggi.
2. Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
3. Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
4. Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya
dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
5. Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena
pengaliran fluida dengan viscositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil
membutuhkan energi yang lebih besar.
6. Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan
baffle untuk menambah laju perpindahan.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
8. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya
cukup ruangan.
4. Keuntungan shell & tube exchanger :
1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar.
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk
operasi bertekanan.
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
4. Prosedur pengopersian lebih mudah
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah

5. Cara kerja Shell and Tube Heat Exchanger
Untuk 1-1 counterflow exchanger (gambar 1), atau 1 shell pass dan 1 tube pass, fluida
dingin masuk dan mengalir di dalam tube-tube. Fluida dingin masuk pada ujung yang lain
dan mengalir secara counterflow di bagian luar tube tetapi masih di dalam shell. Baffle-baffle
digunakan agar fluida dapat mengalir secara bertahap melewati tube dan tidak mengalir
secara paralel dengan tube.







Gambar 1. Shell & tube heat exchanger
1 shell pass and 1 tube pass (1-1 exchanger)
Dalam suatu shell and tube heat exchanger terdapat tiga tahap perpindahan panas,
yaitu konveksi sisi shell, konduksi pada dinding tube dan konveksi sisi tube.
Jika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang sama dan mengalir dengan
arah yang sama, alirannya disebut parallel atau cocurrent flow. Untuk aliran parallel, T
2
=
T
1
t
1
dan T
1
= T
2
t
2.




T1
T2
t2
t1






Gambar 2. Kurva temperatur pada aliran cocurrent

Ketika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang berbeda dan melewati
exchanger unit dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini biasa disebut counterflow atau
countercurrent flow. Untuk aliran countercurrent, T
2
= T
1
t
2
dan T
1
= T
2
t
1
.








Gambar 3. Kurva temperature pada aliran countercurrent

6. Terdapat beberapa type dari shell dan tube bundle exchanger antara lain:
a. Fixed tubesheet dan floating tubesheet serta floating head cover.
Terdiri dari shell yang berbentuk silinder dengan flange pada setiap ujungnya,
channel dan channel cover, floating head cover serta shell cover.
Diameter salah satu tube sheetnya lebih kecil sehingga dapat masuk kedalam shell
dan diameter tube sheet lainnya lebih besar dari pada diameter shell sehingga tidak
dapat masuk (tertahan) kedalam shell.
Setelah tube bundle dimasukan kedalam shell maka tubesheet yang diameternya
lebih besar akan tertahan pada flange shell.
Channel diikatkan dengan menggunakan baut ke arah lubang baut flange shell
sehingga tube sheet akan terjepit diantara keduanya dengan kuat, floating head cover
lalu diikatkan dengan menggunakan baut ke tubesheet yang diameternya lebih kecil.
Channel dan floating head cover dapat juga terdiri dari atas beberapa ruangan yang
terpisah oleh pass partition plate, sehingga fluida dapat mengalir masuk melalui
sebagian dari tube dan keluar melalui sebagian tube lainnya kearah channel. Jumlah
jalan yang selanjutnya sering disebut sebagai pass dari arah fluida tergantung dari
designnya. Arah arus aliran fluida didalam shell diatur dengan menggunakan baffle
plate. Dengan adanya perubahan suhu (panas) maka akan terjadi kontraksi dan ekspansi
pada tube bundle.
Tube bundle dengan floating tubesheet akan bebas bergerak didalam shell sehingga
proses ekspansi dan kontraksi didalam shell tidak tertahankan.




b. Dua fixed tube sheet.
Konstruksi untuk heat exchanger dengan dua fixed tubesheet pada dasarnya sama
dengan type floating tubesheet perbedaan terletak pada kedua tube sheetnya yang fixed
(tetap).
Pada heat exchanger dengan type ini kelemahannya tidak dapat membersihkan
bagian dalam shell, sehingga pemakaian heat excahnger dengan type ini lebih ditujukan
kepada kondisi proses yang bersih atau proses pembersihan dengan metode chemical
cleaning.
Dikarenakan kedua tubesheet dalam kondisi tetap (fixed) maka ekspansi dan
kontraksinya tube bundle menjadi sangat terbatas kecuali pada shell dilengkapi dengan
expansion bellows.

c. Satu fixed tube sheet dengan U tube.
Konstruksinya terdiri dari tube yang dibengkokan sehingga menyerupai huruf U
dan dengan satu buah tubesheet yang tetap.



d. Double tubesheet.
Konstruksi tube bundle dengan menggunakan double tube sheet yang dipasang
sejajar dan berdekatan kemudian tube yang berupa U dipasang dengan system roll
kedalam kedua tube sheet, pada konstruksi ini tidak menggunakan floating tubesheet.

e. Reboiler dan evaporator.
Konstruksinya sama seperti untuk satu fixed tube-sheet, tetapi terdapat ruang yang
besar diatas tube bundle horizontal reboiler. Ruang ini untuk tempat vapor yang
dihasilkan dari liquid dengan melewatkan steam melalui tube bundle.


2.5.2 AIR COOLED HEAT EXCHANGER (API 661)
Exchanger dengan pendinginan udara prinsipnya sama dengan type tube bundle
yang terbuka, tanpa shell, tube bundles didesign sebagai assembly lengkap. Disini
udara digunakan sebagai fluida pendingin. Pada tube dipasang fins untuk memperluas
bidang pendinginan. Tube bundle diletakkan dalam suatu rangka konstruksi,
terhadapnya dialirkan udara dengan memakai fans. Fansnya dapat diletakkan dibawah
(Forced Draft) atau diatas (Induced Draft) tube bundle. Tube harus disupport pada
barisan tubes yang terbawah untuk mencegah sagging dan meshing atau terjadi
deformation of fins pada design temperature. Tube support harus mempunyai jarak
tidak lebih dari 1,83 meter (6 feet) dari center ke center.
Air cooler ini digunakan untuk mengkondensasikan atau mendinginkan vapor dan
liquid. Biaya design dan perawatan yang relatip lebih murah dari type shell dan tube
bundle exchanger juga merupakan pertimbangan mengapa konstruksi ini dipilih.
Air cooled exchanger memerlukan lebih sedikit perlengkapan utilities bila
dibandingkan dengan shell dan tube bundle exchanger karena tidak memerlukan rumah
pompa air dan sistim perpipaan untuk air. Kerusakan karena korosi juga berkurang
karena tidak menggunakan air sebagai media pendinginan.Air cooler hanya dapat
dipakai untuk heat exchanger dengan kapasitas kecil.






Figure 3. Figure a and b is typical construction of tube bundles with removable cover
plate and removable bonnet header


2.5.3 BOX COOLER
Pada alat penukar panas dengan jenis box cooler, tube bundle yang berbentuk
rangkaian (coil) pipa direndam kedalam air yang berada dialam bak besar. Bundle atau
coil tersebut dapat diletakan dalam posisi vertikal maupun horisontal. Fluida panas
yang akan didinginkan dimasukan kedalam cooler melalui top header pada posisi
vertikal atau bagian atas bila posisinya horisontal, selanjutnya fluida tersebut keluar
melalui bagian bawah cooler. Air yang dingin masuk dari bagian bawah box dan air
yang sudah panas mengalir keluar melalui bagian atas. Pengaturan seperti ini
merupakan arus yang berlawanan arah dan memberikan pendinginan yang maximum
dengan pemakaian air yang minimum.

You might also like