You are on page 1of 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan oleh efektif tidaknya
strategi belajar mengajar yang digunakan guru dalam membelajarkan siswanya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu didukung oleh metode
pembelajaran yang pada hakikatnya merupakan penyalur pesan-pesan
pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan.
Metode pembelajaran dapat, berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar dan dapat mengurangi kejenuhan para siswa, sehingga melalui metode
pembelajaran guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Selain itu keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh rencana
yang dibuat oleh guru. Oleh karena itu komponen-komponen dalam perencanaan
pembelajaran harus dikembangkan dan disusun secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga semua komponen saling berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang utuh.
Untuk dapat menguasai suatu pelajaran, seorang siswa harus memiliki
motivasi yang tinggi untuk mempelajarinya. Dalam hubungannya dengan hal
tersebut, guru sangat berperan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam
mempelajari semua mata pelajaran. Seorang guru hendaknya mampu menguasai
beberapa metode pembelajaran untuk dikembangkan pada materi yang berbeda.
Dengan menguasai beberapa metode, guru akan lebih kreatif dalam mengajar,
karena guru akan menggunakan alat peraga dalam penerapan metode demonstrasi
dan akan menjadi moderator pada saat menggunakan metode tanya jawab.
Hasil pembelajaran yang optimal diperoleh dari proses pembelajaran yang
memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki siswa yang dapat
terindikasi dari hasil perolehan nilai. Nilai yang baik menunjukan bahwa materi
pembelajaran telah dikuasai oleh siswa. Selain nilai yang dijadikan patokan,
keaktifan dan keterlibatan siswa dalam belajarpun dapat dikategorikan sebagai
2

salah satu keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa khususnya
pembelajaran IPA di SDN 3 Kawunglarang kecamatan Rancah, masih
menekankan pada aspek kognitifnya saja, sedangkan sikap dan keterampilan
siswa sebagai hasil belajar belum nampak pada siswa, sehingga kemampuan siswa
dalam belajarpun kurang. Dari hasil analisis dan observasi terhadap kelas I SDN 3
Kawunglarang diperoleh fakta bahwa pada pembelajaran IPA rata-rata
kemampuan siswa masih di bawah KKM. Hal ini disebabkan karena selama ini
masih banyak guru yang mengajarkan pelajaran menggunakan paradigma lama
yang dibatasi oleh dinding kelas yaitu memindahkan atau mentransfer
pengetahuan kepada siswa berupa informasi dan siswa diharapkan untuk mencatat
dan menghapal konsep yang telah diberikan tanpa memperhatikan proses kerja
ilmiahnya maupun penerapannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Akibatnya pengetahuan menjadi tidak bermakna bagi siswa dan lingkungan di
sekitarnya. Gambaran kenyataan tersebut terjadi pula di sekolah tempat praktisi
bertugas dimana siswa kurang memiliki sikap dan keterampilan dalam
berdemonstrasi dan mengkomunikasikan hasilnya.
Setelah melakukan observasi awal serta melihat data nilai hasil test formatif
di kelas I SDN 3 Kawunglarang kecamatan Rancah kabupaten Ciamis pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang penyebab benda-benda bergerak maka
dapat disimpulkan bahwa dari 15 orang siswa hanya terdapat 10 orang siswa yang
mencapai tingkat penguasaan materi di atas KKM. Selama proses belajar
mengajar berlangsung, siswa cenderung fasif dimana siswa terlihat kurang tertarik
terhadap materi yang sedang dipelajari, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan
atau pertanyaan yang diajukan guru tidak mendapat tanggapan secara aktif dan
proporsional.
Berdasarkan data-data di atas, praktisi mengadakn refleksi, berdiskusi
dengan mahasiswa dalam kelompok, berdiskusi dengan teman sejawat dan minta
bimbingan supervisor untuk mengidentifikasi kelemahan dari proses pembelajaran
3

yang selama ini dilakukan. Dari hasil diskusi tersebut terungkap beberapa masalah
dalam pembelajaran yang perlu diperbaiki, yaitu :
1. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran rendah.
2. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena
proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
3. Kurangnya motivasi dari dalam diri siswa untuk bertanya terhadap materi
yang sedang dipelajari.
4. Penjelasan yang disampaikan guru sulit dimengerti oleh siswa.
5. Metode yang dipakai cenderung monoton tidak ada variasi dengan
menerapkan metode yang lain.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas diketahui bahwa faktor
penyebab kurangnya siswa dalam menguasai materi yang dipelajari pada proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah :
1. Pembelajaran kurang memperhatikan tingkat perkembangan kognitif siswa.
2. Tidak memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa secara
bergiliran.
3. Guru kurang memotivasi siswa
4. Penjelasan yang disampaikan guru kurang terfokus.
5. Kurangnya penguasaan guru dalam menerapkan metode yang bervariasi.

B. Rumusan masalah
Dari hasil identifikasi dan analisis masalah tersebut di atas, maka dibuatlah
pertanyaan yang menjadi masalah pokok dalam perbaikan pembelajaran apabila
pada mata pelajaran IPA dengan materi penyebab benda-benda bergerak sebagai
berikut :
Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda
bergerak melalui penerapan metode demonstrasi ?

C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran ini bertujuan untuk :
4

1. Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga
guru menjadi lebih profesional.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA dengan
materi Penyebab Benda-benda Bergerak Melalui Penerapan Metode
Demonstrasi, di kelas I SDN 3 Kawunglarang.

D. Manfaat perbaikan pembelajaran
Manfaat yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran ini diantaranya :
1. Manfaat Bagi Siswa :
Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA diharapkan lebih
meningkatkan pemahaman siswa terhadap penyebab benda-benda bergerak.
Memberikan pengalaman dalam memecahkan masalah dengan terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
Melatih keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan
pendapat.
Melatih siswa agar lebih berinisiatif, bertanggungjawab, mandiri dan dapat
meningkatkan motivasi belajar.
Mendapat kesan bahwa pembelajaran IPA itu menyenangkan.
Dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

2. Manfaat Bagi Guru
Menambah pengalaman dan keterampilan merancang proses PTK sehingga
dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan pada mata pelajaran
lain.
Sebagai masukan bagi guru tentang pentingnya memilih metode yang tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Memperoleh pengalaman langsung bagi guru dalam penerapan metode
demonstrasi dan penggunaan media/alat peraga untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.
Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang aktif,
kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan.
5

Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
Dapat memecahkan permasalah yang dihadapi dalam tugas sehari-hari.

3. Manfaat Bagi Sekolah
Memberi sumbang saran pembelajaran yang dapat diaflikasikan guna
pengelolaan pembelajaran yang inovatif berkualitas di SD.
Menambah relevansi dan rujukan bagi penyelesaian masalah yang lain yang
terjadi di sekolah.
Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, agar dapat menerapkan metode
yang tepat yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran dan keadaan siswa.
Untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran di Sekolah Dasar serta
dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
di kelas lainnya.















6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Metode Pembelajaran
1. Prinsip Dan Fungsi Metode Mengajar Dalam Pembelajaran
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam
kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau
teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
Ada beberapa prinsif yang perlu Anda perhatikan dalam penggunaan
metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor
perkembangan kemampuan siswa, diantaranya :
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat mengakibatkan rasa ingin tahu
siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curiosity).
b. Metode mengajar harus harus memungkinkan dapat memberikan peluang
untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan
masalah.
d. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji
kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan
(berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan.
f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri
(independent study).
h. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja
sama (cooperative learning).
i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri untuk
lebih termotivasi dalam belajarnya.
7

Prinsip-prinsip tersebut dalam prosesnya merupakan esensi dan karakteristik
dari masing-masing metode-metode mengajar.
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi
prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap pembelajaran harus
bertujuan, sehingga dalam proses pembelajarannya akan memerlukan suatu
cara dan teknik yang efektif yang memungkinkan dapat mencapai tujuan
tersebut.
b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar pada
dasarnya adalah proses atau prosedur penggunaan metode-metode dengan
yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
Karaktetristik metode mengajar dapat dijadikan pertimbangan untuk
penilaian, misalnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah, tanya jawab akan berbeda penilaiannya dengan metode demonstrasi
atau latihan/praktek.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan
pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan
bimbingan secara individu atau kelompok.
Memperhatikan beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas,
betapa metode mengajar ini sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran
harus secara analisis dan fleksibel menentukan metode apa yang harus digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Jenis-Jenis Metode Mengajar
a. Metode Ceramah (lecture)
Metode ceramah masih banyak digunakan dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam pembelajaran secara klasikal. Metode ceramah merupakan suatu
cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru.
8

Dalam metode ini, pengalaman belajar (learning experience) yang dapat diperoleh
siswa, seperti di bawah ini :
Karakteristik Metode Ceramah
1) Lebih bersifat pemberian informasi, berupa fakta dan ingatan.
2) Sistem pembelajaran klasikal.
3) Jumlah siswa relatif banyak.
4) Lebih banyak satu arah.
5) Lebih diutamakan gaya guru dalam berbicara, intonasi, impropisasi,
semangat dan sitematika pesan.
Keunggulan Metode Ceramah
1) Ekonomis waktu dan biaya.
2) Sasaran siswa relatif banyak.
3) Bahan pelajaran sudah dipilih/dipersiapkan.
4) Guru dapat mengulangi secara mudah.
Kelemahan Metode Ceramah
1) Sulit untuk siswa yang tidak terbiasa mendengarkan dan mencatat
2) Kemungkinan menimbulkan verbalisme.
3) Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa.
4) Guru sebagai buku pelajaran.
5) Cenderung belajar ingatan.
6) Ada dalam otoritas guru.
Untuk menunjang efektifitas penggunaan metode ceramah perlu
dipersiapkan kemampuan guru dan kondisi siswa yang optima. Kemampuan guru
tersebut diantaranya :
1. Teknik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi
siswa.
2. Memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran.
3. Menguasai materi pelajaran.
4. Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistemik.
5. Menguasai keseluruhan siswa dalam kelas.
9

Untuk kondisi siswa, yang perlu diperhatikan dalam metode ini diantaranya
adalah :
1. Kemampuan mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran.
2. Kemampuan awal yang behubungan dengan materi yang akan dipelajari.
3. Kondisi yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi dalam belajar.

b. Metode Diskusi
Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok, umpamanya
kalau menggunakan pendekatan CBSA dan keterampilan proses dalam
pembelajaran metode ini cenderung akan digunakan. Metode mengajar diskusi
merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui
suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat
atau keputusan secara bersama. Metode ini memiliki karakteristik pengalaman
belajar (learning experience) sebagai berikut.
Karakteristik Metode Diskusi
1) Bahan pelajaran dengan topik permasalahan/persoalan.
2) Adanya pembentukan kelompok.
3) Ada yang mengatur pembicaraan.
4) Aktifitas siswa berpendapat.
5) Mengarah pada suatu kesimpulan/pendapat bersama.
6) Guru lebih berperan sebagai pembimbing/motivator.
7) Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran.
8) Melatih sitematika logika berfikir.
9) Melatih bahasa lisan.
Keunggulan Metode Diskusi
1) Siswa bertukar fikiran.
2) Siswa dapat menghayati permasalahan.
3) Merangsang siswa untuk berpendapat.
4) Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab/solidaritas.
10

5) Membina kemampuan berbicara.
6) Siswa belajar memahami pikiran orang lain.
7) Memberikan kesempatan belajar.
Kelemahan Metode Diskusi
1) Memerlukan waktu yang banyak.
2) Apabila siswa tidak memahami konsep dasar, diskusi tidak efektif.
3) Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan bahasa.
4) Apabila guru tidak dapat membimbing diskusi tidak akan efektif.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan
diskusi diantaranya adalah:
1. Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi
permasalahan serta menarik kesimpulan.
3. Mampu mengelompokan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan
perkembangan kemampuan siswa.
4. Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi
5. Menguasai permasalahan yang didiskusikan.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
pelaksanaan diskusi diantaranya:
1. Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi.
2. Mampu melaksanakan diskusi
3. Mampu belajar secara bersama
4. Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide
5. Mampu memahami pendapat orang lain

c. Metode Simulasi (simulation)
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau
11

kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Simulasi dapat dilakukan oleh siwa Sekolah Dasar pada kelas IV ke atas, karena
kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam berinteraksi
dalam kelompok.
Ada beberapa jenis model simulasi diantaranya adalah bermain peran,
sosiodrama, permainan simulasi dan sebagainya. Bermain peran (role playing)
merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi, sekelompok siswa
melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Simulasi ini lebih
menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali
gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang
atau peristiwa tersebut bermakna bagi kehidupan sekarang.
Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar memecahkan masalah yang
berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya
hubungan antara anak terhadap orang tua, antar siswa dengan teman
kelompoknya, dan sebagainya.
Permainan simulasi (simulation games) siswa bermain peran sesuai dengan
peran yang ditugaskan sebagai pembuat keputusan.
Metode simulasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode-
metode yang lainnya, karakteristik tersebut antara lain:
Karakteristik Metode Simulasi
1) Kegiatan pembelajaran bukan pada objek sebenarnya.
2) Kegiatan secara kelompok.
3) Aktivitas komunitas.
4) Alternatif untuk pembelajaran sikap.
5) Peran guru sebagai pembimbing.
6) Ada topik permasalahan.
7) Ada peran yang perlu dimainkan siswa.
Keunggulan Metode Simulasi
1) Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan.
12

2) Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.
3) Siswa dapat memahami permasalahan sosial.
4) Membina hubungan personal yang positif.
5) Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru.
Kelemahan Metode Simulasi
1) Relatif memerlukan waktu yang banyak.
2) Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi tidak akan efektif.
3) Sangat bergantung pada aktifitas siswa.
4) Pemanfaatan/bantuan sumber belajar sulit.
5) Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi
kurang berhasil.
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan topik simulasi diarahkan oleh guru.
b. Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas.
c. Melaksanakan simulasi dengan diawali petunjuk dari guru tentang prosedur,
teknik dan peran yang dimainkan.
d. Proses pengamatan terhadap proses, peran, teknik dan prosedur, dapat
dilakukan dengan diskusi.
e. Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode
simulasi diantaranya:
1. Kemampuan dalam membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur
dan peran dalam simulasi.
2. Memberikan ilustrasi.
3. Menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut.
4. Dapat mengamati secara proses, simulasi yang dilakukan olleh siswa dengan
baik.
13

Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam
penerapan metode simulasi adalah:
1. Kondisi minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
2. Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan.
3. Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajarannya dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau caranya
melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses tertentu. Demonstrasi dapat
digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru
harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati)
terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasi guru
sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstarsi tersebut.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasikan kelas
jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa
secara menyeluruh. Ada beberapa karakteristik metode mengajar demonstrasi dan
bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa.
Karakteristik Metode Demonstrasi
1) Mempertunjukan objek yang sebenarnya.
2) Ada proses peniruan.
3) Ada alat bantu yang digunakan.
4) Memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif.
5) Dapat guru atau siswa yang melakukannya.
Keunggulan Metode Demonstrasi
1) Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya.
2) Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
3) Siswa dibiasakan untuk kerja secara sistematis.
4) Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses.
14

5) Siswa dapat mengetahui hubungan struktural atau urutan objek.
6) Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.
Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Dapat menimbulkan berfikir konkret saja.
2) Bila jumlah siswa banyak efektifitas demonstrasi sulit dicapai.
3) Bergantung pada alat bantu.
4) Bila demonstrasi guru tidak sistematis, demonstrasi tidak berhasil.
5) Banyak siswa yang kurang berani.
Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran
adalah:
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembalajaran.
2. Memberikan penjelaskan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
3. Pelaksanaan demonstrasi bersama-sama dengan perhatian dan peniruan dari
siswa.
4. Penguatan (diskusi, tanya jawab dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
5. Kesimpulan.
Kemampuan yang perlu diperhatiakan dalam menunjang keberhasilan
demonstarsi diantaranya:
b. Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekan.
c. Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
d. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
e. Mampu melaksanaka penilaian proses.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
demonstrasi, diantaranya adalah :
1. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan
didemonstrasikan.
2. Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
15

3. Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
4. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi.

b. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau
pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta
mengamati secara proses. Eksperimen sulit dipisahkan dengan demonstrasi karena
keduanya kemungkinan dapat digunakan secara bersamaan.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba
mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaanya. Setelah
eksperimen selesai siswa ditugaskan untuk membanding-bandingkan dengan hasil
eksperimen yang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan dan kekeliruan
(Winarno : 1980 : 90).
Karakteristik Metode Eksperimen
1) Ada alat bantu yang digunakan.
2) Siswa aktif mencoba.
3) Guru membimbing.
4) Tempat dikondisiskan.
5) Ada pedoman untuk siswa.
6) Ada topik yang dieksperimenkan.
7) Ada temuan temuan.
Keunggulan Metode Eksperimen.
1) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
2) Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu.
3) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik.
4) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual.
5) Siswa mampu membuktikan sesuatu.
6) Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.
7) Belajar membuktikan sesuatu.
16

Kelemahan Metode Eksperimen
1) Memerlukan alat pembelajaran dan biaya.
2) Memerlukan waktu yang relatif banyak.
3) Bila siswa kurang motivasi, maka eksperimen tidak akan berhasil.
4) Sedikit sekolah yang memiliki sarana eksperimen.
5) Siswa belum terbiasa dengan eksperimen.
Prosedur pelaksanaan eksperimen dapat dilakukan sebagi berikut:
a. Persiapan alat bantu (alat eksperimen).
b. Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
eksperimen.
c. Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja/pedoman
eksperimen yang disusun secara sitematis, sehingga siswa dalam
pelaksanaanya tidak banyak mendapat kesulitan dan dan membuat laporan.
d. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi,
tanya jawab dan atau tugas
e. Kesimpulan.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar eksperimen berhasil dengan
baik diantaranya adalah:
1. Mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada
pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimenkan.
2. Menguasai konsep yang dieksperimenkan.
3. Mampu mengelola kelas.
4. Mamupu memberikan penilaian secara proses.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
eksperimen adalah:
a. Memiliki motivasi, perhatian dan minat belajar melalui eksperimen
b. Memiliki kemampuan melaksanakan eksperimen
c. Memiliki sikap yang tekun, teliti dan kerja keras

17

B. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA
1. Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
a. Belajar Sebagai Perubahan Konsepsi
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan
hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal
siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka
lakukan, lihat, dan dengar (West & Pines,1985). Pembentukan makna merupakan
suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir
atas belajar mereka sendiri, seperti dikemukakan oleh Fensham (1994:5) sebagai
berikut.
....... A constructivist view of learning with its fundamental prociple that
people construc their own meaning for experienced and for anything told
them. Then constructed meaning depends on the persons exixting
knowledge. And since it is inevitable that people had different experienced
and have heard or read different thing.

b. Perubahan Konsepsi dalam Pembelajaran IPA
Implikasi dari pandangan konstruktivisme di sekolah ialah pengetahuan itu
tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secar aktif
dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan
ini peneliti pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan
proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa (Piaget dalam
Dahar, 1966), sehingga di sini peran guru berubah, dari sumber dan pemberi
informasi menjadi pendiagnosis dan pasilitator belajar siswa. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa pembelajaran dan perspektif konstruktivisme mengandung
empat kegiatan inti, yaitu : (1) berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan
awal (prior knowledge) siswa; (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata
(experience); (3) melibatkan interaksi sosial (social interaction); dan (4)
terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sence making).
Dari uraian di atas, artikel dan beberapa buku yang ditulis Driver et al.
(1985) dan Osborne & Freyberg (1985), yang dirangkum oleh Tytler (1996)
18

tentang implikasi pandangan konstruktivisme untuk pembelajaran dapat disarikan
beberapa kebaikan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme adalah sebagai
berikut.
Pertama, pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan
temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
Kedua, pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal
siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang
fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk marangkai
fenomena sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memudahkan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Ketiga, pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan siswa untuk
berfikir tentang pengalamannya agar siswa berfikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model,
mengenalkan gagasan-gagasan sains pada saat yang tepat.
Keempat, pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang
telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Kelima, pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Keenam, pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang
benar.
19

Jadi dalam perspektif konstruktivisme belajar itu merupakan proses
perubahan konsepsi. Oleh karena belajar dipandang sebagai perubahan konsepsi,
maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. Belajar
hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau berkeinginan mengubah
pikirannya (West & Pines, 1985:2001-214). Dalam perubahan konsepsi siswa
dipandang sebagai pemroses pengalaman dan informasi, bukan hanya sebagai
tempat penampung pengalaman dan informasi. Dengan demikian sebagai kegiatan
yang rasional, maka belajar itu dimaksudkan apa yang dilakukan oleh seseorang
terhadap ide atau gagasan yang telah dimilikinya.
Pandangan perubahan konsepsi menyatakan bahwa kemampuan siswa untuk
belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada konsepsi yang terdapat
dalam pengalaman tersebut. Gagasan yang baru tidak begitu saja ditambahkan
pada gagasan yang telah ada, tetapi mereka saling berinteraksi yang kadang-
kadang memerlukan perubahan. Perubahan ini menurut Dykstra (dalam Dagher,
1994) dikelompokan menjadi tiga kategori. Pertama, pembedaan atau
differentiation, artinya konsep baru muncul dari konsep lebih umum yang sudah
ada. Kedua, perluasan konsepsi atau class extention, yaitu konsep lama yang
mengalami pengembangan menjadi konsep baru. Ketiga, konseptualisasi ulang
atau reconceptualization, yaitu terjadi perubahan signipikan dalam bentuk dan
hubungan antar konsep. Konseptualisasi ulang disebut juga restrukturisasi
(Carey, 1985; Dagher, 1994).

c. Pentingnya Konteks
Gagasan siswa yang diperoleh dari persepsinya terhadap alam sekitar, yang
dibawa dari rumah sering kali berbeda dengan gagasan ilmiah. Hal ini dibiarkan
berlanjut dan menghambat siswa dalam belajar sains selanjutnya (Dakar, 1996).
Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dengan
sadar mengubah apa yang diyakininya yang ternyata tidak konsisten dengan
konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi dan pengalaman yang dirancang guru-
guru untuk siswa seharusnya koheren dengan konsep yang dibawa anak atau
20

disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa. Untuk mengungkapkan pengetahuan
awal siswa merupakan hal yang urgen untuk dilakukan oleh seorang guru.
Pemilihan terhadap konsepsi yang baru pada diri seseorang dipengaruhi oleh
struktur kognitif yang telah ada dan ekologi konsepsi yang dimiliki oleh orang
tersebut (Ponser et al. dalam West & Pines, 1985). Dengan kata lain perubahan
konsepsi akan terjadi apabila kondisi yang memungkinkan terjadinya perubahan
konsepsi terpenuhi dan tersedia konteks ekologi konsepsi untuk berlangsungnya
perubahan itu (Ponser et al., dalam West & Pines, 1985; Dahar, 1996). Ekologi
konsepsi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya.
b. Gagasan baru harus dapat dimengerti (inteligible).
c. Konsepsi yang baru harus masuk akal (plausible).
d. Konsepsi yang baru harus dapat memberikan suatu kegunaan (fruitful)

2. Keefektifan Metode Demonstrasi
Pengertian metode demonstrasi dapat dijelaskan dari berbagai sudut
pandang. Salah satu batasan metode demonstrasi menurut N. Sudirman, dkk.
(1990 : 132) adalah :
1. Pengertian
Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering desertai dengan
penjelasan lisan.
Metode ini baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu proses
membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
2. Kelebihannya
a. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongret.
Dengan demikian dapat menghindari verbalisme.
21

b. Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pembelajaran akan lebih menarik.
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.
e. Melalui metode ini dapat disajikan materi pelajaran yang tidak mungkin
atau kurang sesuai dengan menggunakan metode lain.
3. Kekurangannya
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
b. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik.
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

4. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
a. Persiapan
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan memakai metode demonstrasi,
terlebih dahulu guru harus mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan.
Gurupun harus memilih tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa
terlibat aktif.
b. Pelaksanaan
Setelah alat bantu disiapkan, guru meminta siswa untuk memperhatikan
penjelasan guru tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan
pembelajaran. Kemudian guru memberi contoh cara mendemonstrasikan materi
pelajaran dengan menggunakan alat bantu. Siswa mendemonstrasikan sendiri
dengan bimbingan guru. Siswa bekerja secara sistematis, apabila materi masih
belum dipahami, guru dapat meminta siswa untuk mengulang kembali cara
kerjanya.

22

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam laporan ini mencakup lokasi, waktu pelaksanaan
penelitian, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa yang diteliti.
1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Kawunglarang, UPTD Pendidikan
Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, yang beralamat di Dusun Bungbulang RT
003 RW 012 Desa Kawunglarang, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis 46387.
Sekolah tersebut terletak cukup jauh dari kota Kecamatan atau sekitar 30 menit
perjalanan dengan sepeda motor. Peneliti mengajar di SD tersebut sejak April
2006 sampai sekarang. Dengan demikian, peneliti sudah kenal betul dengan lokasi
penelitian ini, termasuk latar belakang siswa, budaya dan kehidupan
masyarakatnya. Kehidupan masyarakat di sekitar sekolah pada umumnya adalah
bertani. Beberapa diantaranya ada yang menjadi pedagang dan buruh bangunan di
Jakarta bahkan ada juga yang merantau ke Sumatra menjadi petani kopi di sana.

2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu berturut-turut untuk satu
mata pelajaran dalam dua siklus pengajaran.

a. Siklus I
Hari Kamis, tanggal 10 Maret 2011, pukul 07.35-08.10

b. Siklus 2
Hari Sabtu, tanggal 19 Maret 2011, pukul 08.10-08.45

23

3. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran yang menjadi objek perbaikan pada penelitian ini adalah
bidang eksak, yakni Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dengan materi
tentang penyebab benda-benda benda bergerak (KD 4.2).

4. Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di kelas I semester 2, dengan jumlah siswa
sebanyak 15 orang, dengan komposisi 7 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa
perempuan.

5. Karakteristik
Secara umum, para siswa yang menjadi subjek penelitian ini memiliki
tingkat kecerdasan (IQ) normal. Hasil itu terlihat dari hasil ulangan mereka yang
rata-rata berkisar antara 60-90. Walaupun demikian, masih ada 3 orang siswa
yang memiliki keterlambatan dalam belajar. Siswa tersebut masih sulit dalam
membaca dan berhitung. Itupun penyebabnya bukan oleh IQ mereka yang rendah,
tetapi karena faktor kemalasan serta latar belakang keluarga yang memang orang
tuanya kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Komposisi siswa laki-laki dan perempuan adalah 7 orang siswa dan 8 orang
siswa perempuan. Tidak ada perbedaan yang menonjol dari kedua kelompok
siswa tersebut. Namun dalam pelajaran-pelajaran tertentu, misalnya dalam
pelajaran kesenian dan bahasa Indonesia, siswa perempuan tampak lebih aktif dan
kreatif. Sementara itu, siswa laki-laki cenderung aktif dalam pelajaran matematika
dan olahraga.

B. Deskripsi Per Siklus
Berikut ini penulis deskripsikan proses pelaksanaan penelitian untuk per
siklusnya. Seperti yang penulis kemukakan di atas bahwa penelitian ini
dilaksanakan dua siklus, yakni sebagai berikut.


24

3. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dengan empat tahap kegiatan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan atau proses pengumpulan data dan tahap refleksi.
Paparan dari keempat tahapan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Perencanaan
Peneliti merencanakan untuk mempergunakan metode demonstrasi untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda bergerak.
Metode tersebut akan peneliti gunakan selama proses pembelajaran berlangsung,
yakni selama satu jam pelajaran.
Demonstrasi yang dimaksud berupa benda-benda yang ada di lingkungan
anak untuk diteliti apa yang menyebabkan benda-benda tersebut dapat bergerak.
Dalam kegiatan tersebut peneliti menyiapkan beberapa benda, misalnya mainan
anak-anak, diantaranya, kelereng, bola dan mobil-mobilan yang menggunakan
batu baterai.
b. Pelaksanaan
Pendemonstrasian penyebab benda-benda bergerak itu dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang penyebab benda-benda bisa
bergerak.
b) Guru memberi contoh bagaimana caranya agar benda-benda bisa
bergerak.
c) Guru mengajukan pertanyaan.
d) Siswa bersama guru menggerakan benda-benda yang tersedia.
e) Siswa mencoba sendiri menjentik, melempar, mendorong, mengangkat
benda-benda yang tersedia.
c. Pengamatan
Yang menjadi objek pengamatan di dalam siklus I, mata pelajaran ini adalah
tindakan guru dalam menerapkan metode demonstrasi ketika menyampaikan
materi tentang penyebab benda-benda bisa bergerak. Berikut aspek-aspek yang
diamati selama proses pembelajaran tersebut:
1. Penyampaian tujuan pembelajaran.
25

2. Kesesuaian metode demonstrasi dengan materi pelajaran.
3. Penentuan banyaknya alat peraga dengan jumlah siswa.
4. Pemilihan jenis alat peraga dengan minat siswa.
5. Kesesuaian metode dengan potensi lingkungan siswa.
6. Penguasaan metode dengan materi pelajaran.
7. Teknik penerapan metode dalam proses pembelajaran.
8. Sistematika penerapan metode dalam proses pembelajaran.
9. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
10. Keterlibatan siswa di dalam penerapan metode dalam pembelajaran.
Dampak atau manfaat dari penerapan metode tersebut kemudian peneliti
lihat dari hasil ulangan mereka pada akhir pelajaran serta tanggapan suparvisor 2
yang beliau tuangkan di dalam lembar observasi.
Lembar Observasi Siklus I
No Aspek yang Di Observasi Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Penyampaian tujuan dan strategi
pembelajaran



2 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan materi pelajaran



3 Penentuan langkah-langkah
demonstrasi



4 Pemilihan alat peraga yang
digunakan dalam penerapan
metode demonstrasi



5 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan minat siswa



6 Penguasaan metode demonstrasi
dalam kaitanya dengan materi
pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
penguasaan
metode
26

7 Teknik penerapan metode
demonstrasi dalam proses
pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
teknik
penerapan
8 Sistematisasi penerapan metode
demonstrasi dalam proses
perbaikan pembelajaran



9 Pelibatan siswa dalam penerapan
metode demonstrasi



10 Penanaman atas pemahaman
siswa tentang makna metode
demonstrasi berkaiatan dengan
materi pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
peningkatan
pemahaman

Keterangan :
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik

d. Refleksi
Refelksi yang peneliti lakukan adalah berdasarkan perolehan nilai siswa
pada akhir pelajaran serta komentar observer. Nilai serta komentar tersebut akan
peneliti jadikan sebagai dasar perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Refleksi
tersebut peneliti fokuskan pada masalah utama penelitian ini yakni:
a) Cara penerapan metode demonstrasi.
b) Pencapaian hasil belajar siswa setelah guru menerapkan metode.
Apabila nilai siswa masih ada yang di bawah standar yang ditentukan
(KKM), hal itu berarti pembelajarannya harus diulang dengan perbaikan-
perbaikan pada aspek tertentu. Aspek-aspek tersebut berdasarkan penelaahan
27

kembali penelitian atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan serta
komentar-komentar supervisor 2 selaku observer.

2. Siklus II
Perbaikan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan empat tahap
kegiatan juga, yakni:
a. Perencanaan
Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran dengan tetap menggunakan
metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab
benda-benda bergerak. Metode tersebut akan peneliti gunakan selama proses
pembelajaran berlangsung, yakni selama satu jam pelajaran, dengan menggunakan
dua macam mobil-mobilan sebagai alat peraga, termasuk bola dan benda-benda
yang ada di lingkungan sekitar siswa.

b. Pelaksanaan
Pendemonstrasian penyebab benda-benda bergerak dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan kembali materi secara rinci.
b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya.
c) Seluruh siswa diberi kesempatan untuk menggerakan benda-benda yang
tersedia.
d) Siswa diberi tugas untuk mengamati gerak benda yang berbeda.
e) Siswa membedakan gerak mobil-mobilan yang memakai batu baterai dan
mobil-mobilan tanpa batu baterai.
c. Pengamatan
Yang menjadi objek pengamatan di dalam siklus II, mata pelajaran ini
masih sama, yakni tindakan guru dalam menerapkan metode demonstrasi ketika
menyampaikan materi tentang penyebab benda-benda bisa bergerak.
Berikut aspek-aspek yang diamati selama peroses perbaikan tersebut :
1. Penyampaian tujuan perbaikan.
28

2. Kesesuaian metode dengan materi.
3. Penentuan jumlah alat peraga.
4. Pemilihan jenis alat peraga.
5. Kesesuaian metode dengan potensi siswa.
6. Penguasaan metode dengan materi pembelajaran.
7. Teknik penerapan metode dalam proses pembelajaran.
8. Sistematika penerapan metode.
9. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
10. Keterlibatan siswa di dalam penerapan metode dalam pembelajaran.
Berikut lembar observasi yang digunakan supervisor 2 dalam kegiatan
tersebut.

Lembar Observasi Siklus II

No Aspek yang Di Observasi Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Penyampaian tujuan dan strategi
pembelajaran



2 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan materi pelajaran



3 Penentuan langkah-langkah
demonstrasi



4 Pemilihan alat peraga yang
digunakan dalam penerapan
metode demonstrasi



5 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan minat siswa



6 Penguasaan metode demonstrasi
dalam kaitanya dengan materi
pembelajaran





29

7 Teknik penerapan metode
demonstrasi dalam proses
pembelajaran





8 Sistematisasi penerapan metode
demonstrasi dalam proses
perbaikan pembelajaran



9 Pelibatan siswa dalam penerapan
metode demonstrasi



10 Penanaman atas pemahaman
siswa tentang makna metode
demonstrasi berkaiatan dengan
materi pembelajaran






Keterangan :
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik

d. Refleksi
Refleksi yang peneliti lakukan adalah berdasarkan perolehan nilai siswa
pada akhir pelajaran serta komentar observer. Nilai serta komentar tersebut akan
peneliti jadikan sebagai bukti keberhasilan perbaikan pembelajaran setelah
dilaksanakan pada siklus 2. Refleksi tersebut peneliti fokuskan pada masalah
utama penelitian ini yakni : Pencapaian hasil belajar siswa setelah guru
menerapkan metode.
Apabila nilai siswa sudah di atas standar yang ditentukan (KKM) hal itu
berarti perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda bergerak sudah
berhasil.

30

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus
1. Siklus I
Hasil penelitian dan komentar supervisor 2 terhadap pelaksanaan perbaikan
atas siklus I atas penerapan metode perbaikan pembelajaran adalah sebagai
berikut.

Tabel 4.1
Lembar Observasi Perbaikan Pembelajaran
Dengan Metode Demonstrasi
Siklus I


No Aspek yang Di Observasi Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Penyampaian tujuan dan strategi
pembelajaran



2 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan materi pelajaran



3 Penentuan langkah-langkah
demonstrasi



4 Pemilihan alat peraga yang
digunakan dalam penerapan
metode demonstrasi



5 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan minat siswa



6 Penguasaan metode demonstrasi
dalam kaitanya dengan materi
pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
penguasaan
metode
31

7 Teknik penerapan metode
demonstrasi dalam proses
pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
teknik
penerapan
8 Sistematisasi penerapan metode
demonstrasi dalam proses
perbaikan pembelajaran



9 Pelibatan siswa dalam penerapan
metode demonstrasi



10 Penanaman atas pemahaman
siswa tentang makna metode
demonstrasi berkaiatan dengan
materi pembelajaran


Masih perlu
perbaikan dalam
peningkatan
pemahaman

Keterangan :
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik

Dari sepuluh aspek yang di observasi oleh supervisor 2 masih ada tiga aspek
yang masih perlu diperbaiki.
Aspek tersebut antara lain :
1. Penguasaan metode demonstrasi dalam kaitannya dengan materi
pembelajaran.
2. Teknik penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran.
3. Penanaman atas pemahaman siswa tentang makna metode demonstrasi
berkaitan dengan materi pembelajaran.
Berikut dideskripsikan hasil ulangan siswa pada siklus I tentang penyebab
benda-benda bergerak.
32

Tabel 4.2
Hasil Ulangan Per Siswa
Siklus I
No Nama Siswa Nilai
1 Ade Iif Nasroh Latifah 100
2 Ade Wahyudi 70
3 Didin Wahyudi 40
4 Hendry Hernanda 40
5 Iis Siti Nurholisah 70
6 Ika Kartika 70
7 Lisnawati 80
8 Maelani Putri 80
9 Nadi Heryadi 70
10 Ninda 80
11 Reihan Alfiansyah 80
12 Rifki Nurhidayat 40
13 Rizky Fadilah 70
14 Sumyati 80
15 Tina Tristina 60
Jumlah 1030
Rata-rata 68
KKM 70

Dari tabel di atas dapat diketahi bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan
skor tertinggi adalah Ade Iif Nasroh Latifah, Maelani Putri dan Reihan
Alfiansyah. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan skor terendah adalah
Didin Wahyudin, Hendri dan Rifki Nurhidayat.



33

Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Siswa
Siklus I

No Nilai Jumlah Siswa
1 100 1
2 90 -
3 80 5
4 70 5
5 60 1
6 50 -
7 40 3
8 30 -
9 20 -
10 10 -
Jumlah 15

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai KKM
adalah 11 orang, dan siswa yang belum mencapai KKM ada 4 orang.


Grafik 4.1
Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa
Siklus I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tuntas Belum Tuntas
%
Tuntas
Belum Tuntas
34

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa siswa yang telah tuntas ada 73%,
dan siswa yang belum tutas ada 27%.
2. Siklus II
Hasil penelitian dan komentar supervisor 2 terhadap pelaksanaan perbaikan
siklus II atas penerapan metode perbaikan pembelajaran, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4
Lembar Observasi Perbaikan Pembelajaran
Dengan Metode Demonstrasi
Siklus II

No Aspek yang Di Observasi Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Panyampaian tujuan dan strategi
pembelajaran



2 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan materi pelajaran



3 Penentuan langkah-langkah
demonstrasi



4 Pemilihan alat peraga yang
digunakan dalam penerapan
metode demonstrasi



5 Kesesuaian metode demonstrasi
dengan minat siswa



6 Penguasaan metode demonstrasi
dalam kaitanya dengan materi
pembelajaran





7 Teknik penerapan metode
demonstrasi dalam proses
pembelajaran





35

8 Sistematisasi penerapan metode
demonstrasi dalam proses
perbaikan pembelajaran



9 Pelibatan siswa dalam penerapan
metode demonstrasi



10 Penanaman atas pemahaman
siswa tentang makna metode
demonstrasi berkaiatan dengan
materi pembelajaran






Keterangan :
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik

Dari sepuluh aspek yang diobservasi oleh supervisor 2 ternyata sudah ada
perubahan yang menunjukan keberhasilan. Dari tiga aspek dalam siklus I yang
dinyatakan masih perlu perbaikan, pada siklus II sudah ada perubahan menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Di bawah ini penulis deskripsikan hasil ulangan siswa siklus ke 2

Tabel 4.5
Hasil Ulangan Per Siswa
Siklus II

No Nama Siswa Nilai
1 Ade Iif Nasroh Latifah 100
2 Ade Wahyudi 80
3 Didin Wahyudi 60
4 Hendry Hernanda 70
5 Iis Siti Nurholisah 80
36

6 Ika Kartika 90
7 Lisnawati 100
8 Maelani Putri 100
9 Nadi Heryadi 80
10 Ninda 100
11 Reihan Alfiansyah 100
12 Rifki Nurhidayat 60
13 Rizky Fadilah 80
14 Sumyati 90
15 Tina Tristina 70
Jumlah 1260
Rata-rata 84
KKM 70

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan
skor tertinggi adalah Ade Iif, Lisna, Putri, Ninda dan Reihan. Sedangkan siswa
yang memperoleh nilai dengan skor terendah adalah Rifki Nurhidayat dan Didin
Wahyudi.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Nilai Siswa
Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa
1 100 5
2 90 2
3 80 4
4 70 2
5 60 2
6 50 -
7 40 -
8 30 -
37

9 20 -
10 10 -
Jumlah 15

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa telah mencapai KKM ada
peningkatan, dari 11 orang pada siklus I menjadi 13 orang pada siklus II dan
siswa yang belum mencapai KKM ada 2 orang, hal itu disebabkan karena kedua
anak tersebut belum lancar membaca dan menulis.


Grafik 4.2
Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa
Siklus II

Dari grapik di atas dapat diketahui bahwa siswa yang talah tuntas ada
peningkatan menjadi 87%. Sedangkan siswa yang belum tuntas ada penurunan
menjadi 13%, itupun disebabkan karena kedua anak tersebut belum lancar
membaca dan menulis.


0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tuntas Belum Tuntas
%
Tuntas
Belum Tuntas
38

B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Siklus I
Dari data temuan hasil refleksi proses perbaikan pembelajaran IPA mengenai
penyebab benda-benda bergerak pada siklus satu masih ada tiga aspek yang harus
diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Komentar atau hasil pengamatan supervisor dua selaku observer dapat
memberi gambaran bahwa pada pelaksanaan praktek perbaikan pembelajaran
pada mata pelajaran IPA di kelas satu sudah cukup menunjukan keberhasilan tapi
belum seluruhnya, karena masih ada hal-hal yang perlu diadakan perbaikan lagi.
Menurut hasil pengamatan observer, hal-hal yang masih perlu diadakan perbaikan
pada siklus berikutnya adalah penguasaan metode, teknik penerapan metode dan
peneneman atas pemahaman siswa tentang makna metode demonstrasi.
Karena hal-hal tersebut sangat besar sekali dampaknya terhadap pencapaian
hasil evaluasi siswa yang sebagian kecil masih di bawah KKM.
Selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung, peneliti menemukan
hal-hal yang menarik berkaitan dengan penerapan metode demonstrasi pada mata
pelajaran IPA di kelas satu tentang penyebab benda-benda bergerak.
Siswa kelas satu sangat antusias dalam mengikuti proses perbaikan
pembelajaran, hal itu disebabkan karena mereka terlibat langsung dalam langkah-
langkah kegiatan dalam penerapan metode demonstrasi. Mereka saling berebut
alat peraga terutama siswa laki-laki karena alat peraga yang digunakan adalah
mainan anak-anak dan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar anak.
Pelajaran IPA di kelas satu sangat menarik minat dan perhatian siswa
terutama bila guru sudah mengajak siswanya untuk belajar di luar kelas.
Lingkungan sekitar siswa sangat mendukung keberhasilan siswa, tapi masih ada
kendala yang peneliti rasakan dalam proses perbaikan pembelajaran IPA
diantaranya alat peraga yang masih sangat terbatas dan pengelolaan kelas yang
masih kurang dapat dikendalikan siswa kelas satu masih memiliki ego yang
sangat tinggi sehingga perlu perhatian dan pendekatan secara individual selama
proses perbaikan pembelajaran berlangsung.
39

Uapaya yang dilakukan peneliti untuk perbaikan pembelajaran pada siklus
berikutnya adalah meningkatkan penguasaan metode dan memperbaiki teknik
penerapan metode demonstrasi. Serta memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang makna metode demonstrasi sehingga siswa dapat lebih
mengerti. Rencana Perbaikan Pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan harus
disusun secara sistematis sesuai dengan minat dan lingkungan belajar siswa. Alat
peraga yang digunakan harus seimbang dengan jumlah siswa agar tidak saling
berebut.

2. Siklus II
Dari lembar observasi yang diisi oleh Supervisor dua selaku observer selama
proses perbaikan pembelajaran IPA mengenai penyebab benda-benda bergerak di
kelas satu pada siklus kedua, menunjukan bahwa proses perbaikan pembelajaran
sudah mencapai tingkat keberhasilan yang lebih baik dari siklus sebelumnya.
Aspek-aspek yang diobservasi pada umumnya sudah menunjukan perubahan
menjadi lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal itu terbukti dari hasil evaluasi
siswa yang cukup memuaskan. Dari lima belas orang siswa yang mengikuti
evaluasi hanya dua orang yang mendapat nilai di bawah KKM, itupun bukan
berarti mereka tidak memahami materi pelajaran akan tetapi penyebabnya karena
mereka belum lancar membaca dan menulis.
Siswa belajar lebih semangat karena alat peraga yang digunakan lebih banyak
dan menarik perhatian siswa. Temuan yang menarik berkaitan dengan penerapan
metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA tentang penyebab benda-benda
bergerak adalah siswa terlalu asyik dengan kegiatan yang dilakukan masing-
masing sehingga lupa bahwa sebenarnya mereka sedang melaksanakan kegiatan
dalam proses pembelajaran.
Setelah menelaah hasil observasi dari Supervisor dua, maka dapat diketahui
tingkat keberhasilan tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran pada siklus dua
dalam perbandingannya dengan siklus satu dan KKM. Kegiatan pelaksanaan
perbaikan yang dilakukan peneliti pada siklus dua sudah cukup berhasil bila
40

dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal itu terbukti dari hasil evaluasi pada
akhir kegiatan perbaikan. Nilai ulangan siswa sebagian besar sudah di atas KKM.

Garfik 4.3
Peningkatan Ketuntasan Belajar
Pada Siklus I dengan Siklus II

Dari grafik 4.3 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I,
mengalami peningkatan pada perbaikan siklus II dan yang belum tuntas pada
siklus I, mengalami penurunan setelah perbaikan pada siklus II.


Grafik 4.4
Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar
Pada siklus I dan II dengan KKM
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Rata-rata nilai
Siklus I
KKM Rata-rata nilai
siklus II
Rata-rata nilai Siklus I
KKM
Rata-rata nilai siklus II
41

Dari grafik 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan siswa pada
siklus I masih di bawah KKM, sedangkan rata-rata nilai siswa pada siklus II sudah
di atas KKM. Hal itu menunjukan adanya perubahan dalam perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.



























42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas I SD
Negeri 3 Kawunglarang yang rendah terhadap materi penyebab benda-benda
bergerak. Dalam hal ini penulis bependapat bahwa metode demonstrasi efektif
dalam meningkan permasalahan tersebut. Penulis memilih metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk melakukan proses perbaikan tersebut.
Dengan empat tahap penelitian yang dilalui penulis, yakni perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, maka didapatkan dua buah sumber data
utama yakni, (1) hasil observasi terhadap kinerja guru selama mengajar dan (2)
hasil ulangan siswa atas materi yang telah dipelajarinya. Data tersebut terkumpul
dari dua siklus pengajaran dengan rentang waktu pelaksanaan selama dua minggu.
Setelah melakukan dua siklus perbaikan pengajaran, maka pemahaman siswa
terhadap materi tentang penyebab benda-benda bergerak mengalami peningkatan.
Dengan kata lain, metode demonstrasi cukup efektif di dalam meningkatkan
pemahaman siswa kelas I SDN 3 Kawunglarang tentang materi penyebab benda-
benda bergerak.

2. Saran
Dengan keberhasilan penggunaan metode demonstrasi di dalam
meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda bergerak, maka
penulis menyarankan kepada para guru untuk terbiasa menggunakan metode
tersebut di dalam pembelajarannya. Metode demonstrasi ternyata cukup efektif di
dalam meningkatkan gairah siswa. Disamping itu, siswa lebih berani dan
meningkatkan daya kritis mereka.
Hanya saja di dalam pelaksanaanya, keterlibatan dan perhatian guru terhadap
jalannya pelaksanaanya perbaikan pembelajaran masih sangat diperlukan. Peranan
guru di dalam hal ini adalah sebagai motivator. Dorongan guru masih diperlukan
ketika pelaksanaan penerapan metode demonstrasi.
43

Pelajaran IPA yang selama ini dianggap sulit oleh para siswa bisa menjadi
suatu yang diminati apabila guru menyampaikannya dengan metode yang
bervariasi.
Siswa harus dilibatkan secara aktif melalui proses pembelajaran yang banyak
memberikan kesempatan bertanya. Siswa-siswa yang sudah menguasai materi
tersebut dihargai dengan memberikan kesempatan membimbing teman-temannya
yang belum bisa. Cara-cara ini harus selalu diupayakan guru sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif, namaun tetap menyenangkan bagi para
siswa.






















44

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk, 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas
Terbuka.
BNSP. 2008. Model Silabus Tematik Kelas I. Jakarta : Depdiknas.
Nasution. Noeh, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Prestasi. Tim. 2010. Prestasi Buku Pendamping Materi IPA. Klaten : Prestasi
Agung Pratama
Purwati, Sri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam I. Jakarta : Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Sosiawan. Andi. 2009. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Sulistiyanto, Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam I. Jakarta : Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Sutisna. Asep. 2006. Asyiknya Belajar Secara Tematik. Bandung : Sarana Panca
Karya Nusa.
Wardhani. Igak. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Winataputra. Udin S. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas
Terbuka.












45

Lampiran 1
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : I/ 2
Alokasi Waktu : 1 X 35 menit

A. Standar Kompetensi
4. Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
B. Kompetensi Dasar
4.2. Mengidentifikasi penyebab benda-benda bergerak
C. Indikator
Menjelaskan sumber energi penyebab benda-benda bergerak
Mendemonstrasikan cara benda bergerak atau berpindah tempat
D. Tujuan Perbaikan
Meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda bergerak
melalui metode demonstrasi
E. Materi Pokok
Sumber Energi Gerak
Bergerak artinya berpindah tempat. Banyak cara agar benda dapat bergerak.
Berbagai sumber energi dapat menggerakan benda. Kertas dapat bergerak
karena ditiup, kelereng dapat bergerak karena dijentik, bola dapat bergerak jika
dilempar atau ditendang, grobak dapat bergerak karena dorongan atau ditarik,
balok kayu dapat bergerak karena diangkat. Ada pula benda yang bergerak
karena batu baterai,per dan magnet seperti mainan anak-anak.
F. Metode
Demonstrasi

46

G. Langkah-Langkah Perbaikan
1. Kegiatan Awal ( 5 menit )
- Guru meminta siswa untuk mengatur posisi duduk masing-masing
- Guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, yakni berupa kertas, kelereng, bola dan mainan anak-
anak (mobil-mobilan)
- Melakukan tanya jawab tentang benda yang ada di lingkungan siswa
sebagai apersepsi.
Pertanyaan yang diajukan adalah :
1. Siapa yang punya mobil-mobilan?
2. Ada berapa rodanya?
3. Bagaimana agar mobil-mobilan bisa bergerak?
- Memotivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti ( 20 menit )
- Siswa memperhatiakan dan menyimak penjelasan guru tentang
langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh.
- Guru memperlihatkan dan memperkenalkan benda-benda yang ada di
meja alat peraga dan yang ada di lingkungan kelas.
- Siswa menghitung benda-benda yang diperlihatkan guru.
- Guru memberi contoh bagaimana benda-banda tersebut dapat bergerak.
- Guru memberi contoh bagaimana cara menggerakan benda-benda yang
tersedia
- Guru meminta siswa untuk maju ke depan kelas dan memperagakan
cara menggerakan benda-benda yang tersedia.
- Siswa melakukan peragaan sendiri dengan benda-benda yang ada di
dalam kelas.
- Guru memberi penguatan dengan cara mengajak tepuk tangan bersama-
sama.
3. Kegiatan Akhir
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas yakni
tenteng penyebab benda-benda bergerak.
47

- Mengadakan evaluasi akhir
- Menilai hasil evaluasi
- Memberikan tindak lanjut dengan cara memberikan tugas berupa PR.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat
- Kelereng
- Bola
- Batu baterai
- Mainan anak-anak (mobil-mobilan)
2. Sumber
- KTSP SD 2006
- Model Silabus Tematik I
- Buku IPA I untuk SD / MI kelas I, Sri Purwati, hal 78-83
- Buku pendamping materi, Prestasi Agung Pratama.
I. Evaluasi
1. Prosedur tes : Tes Akhir
2. Jenis tes : Tes Tertulis
3. Alat tes : Butir-butir soal

Soal evaluasi :
Jawablah pertanyaan di bawah ini, dengan jawaban yang tepat !
1. Sebutkan penyebab benda bergerak !
2. Mobil mogok dapat bergerak bila di ..........
3. Sebutkan 3 contoh benda yang bergerak karena ditiup !
4. Sebutkan 2 macam benda yang bergerak bila menggunakan batu
baterai !
5. Daun bergerak jika ..........



48

Kunci jawaban :
1. Dijentik, dilempar, ditiup
2. Didorong
3. Kertas, balon, bulu ayam
4. Mobil-mobilan, robot-robotan
5. Ditiup angin

Skala Penilaian :
Dari 5 nomor soal, terdapat 10 poin jawaban
Setiap jawaban benar, bobot nilainya 10
Skor maksimal 100



Mengetahui
Kepala SDN 3 Kawunglarang


Sukilah Sri Suhaelah
NIP. 19590505 198204 2 001
Ciamis, 10 Maret 2011
Mahasiswa


Kursih
NIM 820138486













49

Lampiran 2
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : I/ 2
Alokasi Waktu : 1 X 35 menit

A. Standar Kompetensi
4. Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
B. Kompetensi Dasar
4.2. Mengidentifikasi penyebab benda-benda bergerak
C. Indikator
Menjelaskan penyebab benda-benda bergerak
Mendemonstrasikan cara benda-benda bergerak atau berpindah tempat
D. Tujuan Perbaikan
Meningkatkan pemahaman siswa tentang penyebab benda-benda bergerak
melalui metode demonstrasi
E. Materi Pokok
Sumber Energi Gerak
Bergerak artinya berpindah tempat. Banyak cara agar benda dapat bergerak.
Berbagai sumber energi dapat menggerakan benda. Kertas dapat bergerak
karena ditiup, kelereng dapat bergerak karena dijentik, bola dapat bergerak jika
dilempar atau ditendang, meja dapat bergerak jika didorong atau diangkat,
bendera dapat bergerak naik karena talinya di tarik. Ada pula benda yang
bergerak karena batu baterai, contohnyamainan anak-anak.
F. Metode
Ceramah
50

Tanya jawab
Demonstrasi

G. Langkah-Langkah Perbaikan
1. Kegiatan Awal ( 5 menit )
- Guru mengecek kehadiran siswa.
- Guru mengkondisikan siswa pada situasi yang kondusif.
- Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
- Melakukan tanya jawab tentang benda yang ada di lingkungan siswa
sebagai apersepsi.Pertanyaan yang diajukan adalah :
1. Siapa yang suka main bola?
2. Bagaimana bentuk bola itu?
3. Mengapa bola bisa masuk ke gawang?
- Guru memotivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2. Kegiatan Inti ( 20 menit )
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi,penyebab benda-benda
bergerak.
- Guru memperlihatkan dan memperkenalkan benda-benda yang ada di
meja alat peraga,untuk memusatkan perhatian siswa.
- Guru membantu siswa untuk aktif dengan cara meminta siswa untuk
menghitung benda-benda yang ada di meja alat peraga sambil
menyebutkan bentuk dan warnanya.
- Guru memberi contoh bagaimana cara menggerakan benda-benda yang
tersedia
- Guru memberikan pendekatan kepada siswa secara individual untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran.
- Guru meminta beberapa orang siswa untuk maju ke depan kelas.
- Guru bersama siswa mendemonstrasikan penyebab benda-benda bisa
bergerak atau berpindah tempat.
51

- Guru mengamati keaktifan siswa dan memberikan pertanyaan secara
individual.
- Guru memberi penguatan dengan cara mengajak tepuk tangan bersama-
sama.
3. Kegiatan Akhir
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas
- Mengadakan evaluasi akhir
- Menilai hasil evaluasi
- Memberikan tindak lanjut dengan cara memberikan tugas berupa PR.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat
- Kelereng
- Bola
- Batu baterai
- Mobil-mobilan
- Benda-benda di sekitar anak
2. Sumber
- KTSP SD 2006
- Model Silabus Tematik I
- Buku IPA I untuk SD / MI kelas I, Sri Purwati, hal 78-83
- Buku pendamping materi, Prestasi Agung Pratama.
I. Evaluasi
1. Prosedur tes :
- Tes awal : -
- Tes proses : Mengamati keaktipan siswa dalam menjawab pertanyaan
lisan
- Tes akhir : Melaksanakan evaluasi
2. Jenis tes : Tes Tertulis
3. Bentuk tes : Isian
4. Alat tes : Butir-butir soal

52

Soal evaluasi :
Isilah titik-titik di bawah ini, dengan jawaban yang tepat !
1. Aku dapat bergerak jika dijentik, aku adalah .........
2. Aku dapat bergerak karena memakai batu baterai, aku adalah ..........
3. Bola dapat bergerak bila ..........
4. Layang-layang dapat bergerak bila ...........
5. Mobil mogok dapat bergerak bila ..........


Kunci jawaban :
1. Kelereng
2. Mobil-mobilan
3. Ditendang
4. Ditiup angin
5. Didorong
Skala Penilaian :
Setiap jawaban benar bobot nilainya 20
Skor maksimal 100.




Mengetahui
Kepala SDN 3 Kawunglarang


Sukilah Sri Suhaelah
NIP. 19590505 198204 2 001
Ciamis, 19 Maret 2011
Mahasiswa


Kursih
NIM 820138486

You might also like