You are on page 1of 10

  

NUTRISI – BAHAN PAKAN –TEKNIS PENYAJIAN PAKAN


- Aspek Pengelolaan Pakan pada Ternak Ruminansia -

I. Pendahuluan
Untuk dapat melakukan aktivitas pokok dan produksi, ternak memerlukan pakan. Bahan-
bahan yang dapat dipergunakan sebagai pakan terdapat bermacam-macam, bersumber dari
nabati ataupun hewani. Bagaimana cara pemberian dan berapa jumlah yang diberikan tergantung
antara lain pada : species, umur, status fisiologi, tujuan dan tingkat produksi, dan kondisi
lingkungan.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan pada pemberian pakan adalah species atau
jenis ternak. Setiap species mempunyai karakteristik pada anatomi dan fisiologi, terutama fisiologi
pencernaan. Pemahaman masalah fisiologi pencernaan akan membantu menyesuaikan antara
pakan yang dapat diberikan dan pemenuhan zat nutrisi yang dibutuhkan ternak. Untuk ternak sapi,
tentunya akan dibutuhkan pakan dimana jenis dan komposisinya yang sesuai dengan anatomi dan
fisiologi pencernaan yang dimiliki.
Pengetahuan tentang bahan-bahan pakan dan pakan yang siap diberikan kepada ternak
dianggap belum cukup sebelum mengetahui kandungan nutrisi didalamnya. Seperti ternak pada
umumnya, pada ternak sapi juga membutuhkan bahan pakan yang memiliki komposisi zat nutrisi
yang berguna untuk menunjang kehidupan dan berproduksi.
Tuntutan yang semakin tinggi terhadap peningkatan, stabilitas serta kontinyuitas dalam
berproduksi; mengarah pada perkembangan teknologi pakan yang tidak hanya memerlukan
ketepatan komposisi bahan baku tetapi diperlukan juga ketelitian dalam komposisi dan
keseimbangan zat nutrisi. Sehingga untuk menyusun suatu komposisi pakan yang tepat diperlukan
juga pengetahuan dalam mengevaluasi suatu bahan pakan, tidak hanya dalam hal kondisi fisik
tetapi juga kondisi zat nutrisi yang terkandung. Dengan evaluasi yang tepat terhadap bahan pakan
maka akan dapat tercapai tujuan untuk membuat pakan/ransum yang sesuai dengan kebutuhan
ternak dan memberikan keuntungan yang maksimal melalui konversi pakan yang serendah-
rendahnya.
Oleh karena itu perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu pembagian/fraksi pakan
(Zat Makanan / Zat Nutrisi) dan bahan pakan, dengan tujuan untuk memberikan dasar pemahaman
dalam melakukan evaluasi sehingga dapat disajikan ransum yang ideal bagi ternak.

II. NUTRISI
Zat makanan atau zat nutrisi adalah penyusun bahan pakan yang umumnya mempunyai
komposisi kimia yang serupa untuk keperluan hidup. Sesuai dengan komposisi kimia utama tubuh
ternak, maka suatu bahan yang akan digunakan sebagai bahan pakan memiliki salah satu atau
seluruh fraksi seperti dibawah ini.
Protein
Air Lemak
Pakan Organik Karbohidrat
Vitamin

Bahan Kering
An-Organik - Mineral

Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya
terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Zat nutrisi
yang perlu diperhatikan pada ternak ruminansia adalah : bahan kering (BK), energi, protein,
mineral, dan vitamin. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap
bahan pakan yang dilakukan di laboratorium.

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -1–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

2.1. Analisis Proksimat


Analisis proksimat terhadap bahan pakan akan menghasilkan data-data tentang nutrisi
yang terkandung dalam bahan pakan tersebut dan berapa besar konsentrasinya. Data-data ini
akan membantu kita mempersiapkan dan mengelola pakan ternak, terutama dalam meramu
bahan pakan yang dibutuhkan oleh ternak sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

2.2. Pertukaran Nutrisi


Ketika pakan memasuki rumen ternak ruminansia, pada keadaan normal semua unsur
nutrisi yang terkandung didalam ransum ternak akan mengalami pertukaran yang
menghasilkan beberapa produk fermentasi yang siap dicerna. Ransum adalah pakan yang
diberikan kepada ternak selama 24 jam, dengan jumlah pemberian satu atau beberapa kali.
Pertukaran nutrisi dapat menghasilkan produk pencernaan yang optimal bila ransum yang
diberikan dalam keadaan seimbang. Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan
selama 24 jam, yang mengandung semua zat makanan dalam kuantitas, kualitas serta
perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak sesuai dengan tujuan
pemeliharaan. Oleh karena itu bahan pakan yang digunakan merupakan bahan pakan yang
sesuai dengan karakter sistem pencernaan ternak. Bahan pakan adalah segala bahan yang
dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, bermanfaat serta tidak
berbahaya atau mengganggu kesehatan ternak.

2.3. Fungsi, Sumber dan Distribusi


a. Bahan Kering (BK)
Bahan kering merupakan unsur nutrisi yang sangat penting dalam pemberian pakan
pada ternak ruminansia. Peternak perlu mengetahui perkiraan jumlah pakan yang layak
diberikan, karena pemberian yang tidak tepat akan merugikan. Kandungan BK suatu pakan
harus diketahui secara tepat, karena diharapkan ternak dapat kenyang oleh BK dan bukan
oleh air. Apabila menyusun ransum dari beberapa bahan maka hasus dihitung terlebih dahulu
dalam dasar BK (Dry Matter Basis), kemudian dikonversikan ke bahan segar (As Fed).
Konsumsi BK untuk ternak ruminansia adalah sekitar 2-3 % dari bobot badan dan dipengaruhi
oleh faktor : bobot badan, macam bahan pakan, umur dan kondisi ternak, kadar energi bahan
pakan, stress, jenis kelamin.
b. Energi
Energi merupakan sumber tenaga bagi semua proses hidup dan produksi. Energi
diperoleh dari proses oksidasi karbohidrat, lemak, protein. Energi pada ternak ruminansia
diperoleh dari proses fermentasi bahan pakan oleh mikroba rumen menjadi asam-asam lemak
(VFA = Volatyl Fatty Acids) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam valerat.
Perbandingan antara asam-asam lemak tersebut penting dalam penentuan produksi ternak
ruminansia. Dalam hal ini perbandingan pemberian hijauan dan konsentrat merupakan salah
satu faktor yang menentukan. Untuk penggemukan lebih disukai ransum dengan kandungan
konsentrat yang lebih tinggi karena akan lebih mengarah pada pembentukan asam propionat
sehingga lebih mengarah dalam pembentukan daging.
c. Air
Air merupakan unsur nutrisi terpenting dan mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Unsur air mengisi sel-sel tubuh dengan konsentrasi antara 70% hingga 90%. Oleh karena itu,
pembatasan konsumsi unsur air akan memperpendek ketahanan hidupnya. Peran penting
unsur nutrisi air adalah : sebagai bahan pelarut, sebagai media transportasi masuknya unsur-
unsur lain kedalam tubuh dan pengeluarannya dari sel-sel tubuh, sebagai media transportasi
sisa-sisa metabolisme, sebagai pengatur temperatur.
Berdasarkan sumbernya, air dapat diperoleh ternak melalui pakan yang
dikonsumsinya dan dalam bentuk air minum. Jumlah air yang dibutuhkan ternak sangat
bervariasi tergantung dari jenis ternak, temperatur lingkungan, jumlah konsumsi pakan, jenis
dan macam pakan, kelembaban nisbi udara, dan tingkat produksi ternak. Rata-rata kebutuhan
air sekitar 3 - 8,5 liter per kg BK yang dikonsumsi.

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -2–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

d. Mineral
Unsur-unsur yang termasuk dalam nutrisi ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok mineral makro (Ca, Cl, Mg, P, K, Na, S) dan kelompok mineral mikro (Co, Cu, Fe,
I, Mn, Mo, Se, Zn). Ternak yang kekurangan unsur mineral dapat diketahui dari tanda-tanda
abnormal, terutama pada tempat-tempat mineral didistribusikan. Sebagai contoh, ternak yang
kekurangan unsur Ca dan P akan mengalami kelumpuhan dan kerapuhan tulang. Demikian
juga, ternak yang kekurangan unsur Co akan mengalami kekurangan vitamin B-12 pada
tubuhnya yang dapat diketahui dengan mudah karena terjadi pemudaran warna kulit dan
matanya berair.
e. Protein
Protein merupakan unsur nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah
relatif lebih besar, terutama ternak yang sedang dalam masa pertumbuhan, bunting dan
menyusui.
Berdasarkan sumbernya, protein dibedakan menjaid dua golongan, yaitu golongan
protein yang berasal dari tanaman (dikenal dengan istilah protein nabati) dan golongan
protein yang berasal dari tanaman (dikenal dengan istilah protein hewani). Kedua golongan
protein tersebut didalam alat pencernaan ternak ruminansia (rumen) dihidrolisis oleh bakteri
rumen menjadi asam amino yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi asam organik,
amonia, dan CO2. Amonia akan digunakan bakteri dalam mensintesis protein mikrobia yang
kemudian dicerna oleh ternak ruminansia didalam perut yang sebenarnya, yaitu abomasum.
Jadi, berbeda dengan ternak lain, ternak ruminansia kebutuhan asam amino bukanlah
merupakan hal yang utama. Kebutuhan unsur nitrogenlah yang merupakan hal utama.
Kekurangan unsur nutrisi protein cenderung mengalami hal-hal sebagai berikut : pertumbuhan
terhambat, konversi pakan tinggi, pengurasan nitrogen tubuh, berat lahir rendah, produktivitas
turun, fertilitas rendah
f. Lemak
Lemak dalam tubuh ternak berfungsi sebagai penghasil asam-asam lemak dan energi.
Unsur nutrisi ini dicerna menjadi asam-asam lemak dan gliserol yang kemudian sebagian akan
dirubah menjadi energi, sedangkan sebagian lainnya disimpan sebagai lemak tubuh yang
akhirnya akan menghasilkan asam amino non esensial. Pencernaan dan penyerapan lemak
pada saluran pencernaan ternak ruminansia berlangsung didalam usus halus dengan bantuan
enzim-enzim dari pankreas dan empedu yang berstruktur basa sehingga dapat menetralkan
suasana asam.
g. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan unsur nutrisi yang sebagian besar (50 - 80%) mengisi
konsentrasi bahan kering tanaman makanan ternak. Strukturnya terdiri dari selulose,
hemiselulose, dan lignin.
Didalam tubuh ternak ruminansia, karbohidrat dicerna dengan bantuan enzim yang
diproduksi oleh bakteri. Kemudian, hasil fermentasinya yang berupa asam-asam lemak
langsung diserap tubuh ternak melalui dinding rumen. Asam-asam lemak tersebut dikenal
dengan sebutan asam piruvat, formiat, asetat, laktat, butirat, dan propionat.
h. Vitamin
Beberapa unsur vitamin dapat diproduksi oleh tubuh ruminansia melalui bakteri di
dalam rumen, tetapi karena jumlah produksinya yang sangat terbatas maka tidak dapat
mencukupi kebutuhan ternak. Oleh karena itu, keberadaannya didalam pakan tetap diharapkan
karena jika kurang akan menyebabkan fungsi tubuh ternak terganggu.
Unsur vitamin dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok vitamin yang larut
didalam air (vitamin Bkompleks dan C) dan kelompok vitamin yang larut didalam lemak (vitamin
A, D, E, dan K). Ternak ruminansia membutuhkan vitamin A lebih banyak dibanding ternak non
ruminansia, karena adanya mikroba rumen dapat merusak vitamin A.
Kebutuhan vitamin ternak ruminansia sangat bervariasi, tergantung pada umurnya dan
sesuai dengan fungsi tubuhnya. Misalnya, ternak ruminansia muda lebih banyak membutuhkan
vitamin Bkompleks daripada ternak dewasa karena rumen pada ternak ruminansia muda belum
dapat mensintesisnya sendiri. Berdasarkan fungsinya secara umum, vitamin berperan dalam :
absorbsi unsur mineral, penimbunan zat kapur (Ca) didalam tulang, penimbunan karbohidrat
didalam hati dan sel – sel tubuh, pemisahan protein melalui ginjal, oksidasi lemak dan
karbohidrat dalam mensuplai energi.

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -3–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

III. BAHAN PAKAN


Ternak sapi merupakan hewan ruminansia dengan alat pencernaan lambung yang terbagi
atas empat bagian, yakni rumen retikulum, omasum, danm abomasum. Dengan alat ini, sapi
mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan
yang kandungan serat kasarnya tinggi. sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau
rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Bahan pakan ternak sapi pada pokoknya bisa
digolongkan menjadi tiga, yakni : pakan hijauan, pakan penguat, dan pakan tambahan.

3.1. Pakan Hijauan (bahan pakan kasar)


Bahan ini merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia. Pakan hijauan ialah semua
bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang
termasuk batang, ranting, dan bunga. Yang termasuk kelompok pakan hijauan ialah bangsa
rumput (gramineae), kacang-kacangan (legume), daun-daunan, dan limbah pertanian.
Semuanya bisa diberikan dalam dua bentuk, yakni hijauan segar atau kering. Yang termasuk
hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar, ataupun berupa
silase. Sedangkan hijauan kering bisa berupa hay (hijauan yang sengaja dikeringkan) ataupun
jerami kering (sisa hasil ikutan pertanian yang dikeringkan). Hijauan sebagai bahan pakan
ternak sapi di Indonesia memegang peranan yang amat penting karena hijauan mengandung
hampir semua zat yang diperlukan hewan. Bahan ini diberikan dalam jumlah yang besar.yang
diperlukan hewan. Bahan pakan kasar berfungsi sebagai sumber energi, stimulus fisik bagi
perkembangan kapasitas rumen, dan stimulus kimia bagi perkembangan papilla rumen.

3.2. Pakan Penguat (pakan konsentrat)


Pakan penguat adalah pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar yang
relatif rendah dan mudah dicerna. Fungsinya adalah meningkatkan dan memperkaya
(pelengkap) nilai gizi pada bahan pakan lain (hijauan) yang nilai gizinya rendah. Bahan pakan
penguat ini meliputi konsentrat sumber energi (bekatul, dedak, pollard, gaplek, tapioka,
onggok, empok, molases, jagung, sorghum, dll.) dan konsentrat sumber protein (bungkil
kedele, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil kacang, tepung ikan, dll.)
Ternak sapi yang sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam periode penggemukan
harus diberikan pakan penguat yang cukup, oleh karena itu pada sistem dry lot fattening
diberikan justru sebagian besar pakan berupa pakan penguat atau konsentrat.
3.3. Pakan tambahan (pakan additive)
Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa : vitamin, mineral, dan urea (Nutrient
additive); antibiotika, hormon, enzim, dan probiotik (Non Nutrient additive). Pakan tambahan
ini seringkali digunakan pada sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di
dalam kandang terus menerus.
Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A (karotina) dan vitamin D. Sedangkan
mineral sebagai bahan pakan tambahan dibutuhkan untuk berproduksi, terutama Ca dan P.
Tepung tulang (sumber Ca dan P), kapur biasa atau kapur tembok (CaCO3) (sumber Ca),
dicalcium phosphat / kapur makan (sumber Ca dan P) bisa diberikan kepada sapi. Pada
umumnya pakan tambahan vitamin dan mineral berupa feed–supplement / vit-min mix.
Urea sebagai bahan pakan tambahan hanya bisa diberikan kepada sapi dalam jumlah
yang sangat terbatas, yakni 1-2 % (maksimal) dari BK ransum. Jika terlalu banyak, sapi bisa
keracunan. Urea mengandung 45% N. Penggunaannya harus diimbangi ketersediaan bahan
pakan yang kaya karbohidrat (bekatul, tetes, gaplek).
Penggunaan antibiotika (mis : chlortetracyclin, oxytetracyclin, penicilin) dalam usaha
peternakan sudah cukup meluas. Antibiotika pada dasarnya bukanlah makanan dan efek
terhadap makanan adalah sekunder. Mekanisme kerja antibiotika cukup menguntungkan bila
diberikan/ditambahkan dalam makanan sapi. Dalam upaya untuk mempercepat produksi

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -4–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

daging sapi, juga banyak digunakan hormon pertumbuhan dalam penggemukan sapi. Hormon
sintetis stilbestrol dalam aplikasinya memberikan efisiensi pakan yang lebih baik. Pada saat ini
juga telah berkembang pemanfaatan probiotik pada ternak ruminansia. Probiotik merupakan
alternatif dalam metode manipulasi fungsi saluran pencernaan. Aplikasi dilapang
membutuhkan pertimbangan ekonomis mengingat nilai manfaat yang belum teruji secara luas.

IV. TEKNIS PENYAJIAN PAKAN


4.1. Evaluasi Pakan
Pengetahuan terhadap bahan pakan dan fraksi nutrisi yang terkandung merupakan
modal dasar bagi peternak dalam menyusun ransum yang baik dan tepat bagi tujuan
pemeliharaan. Namun untuk melengkapinya, peternak diharapkan dapat melakukan tahapan
evaluasi terhadap bahan pakan yang akan digunakan. Beberapa aspek yang dilakukan dalam
mengevaluasi pakan adalah evaluasi terhadap : bahan pakan, proses pembuatan
pakan/ransum, respon ternak terhadap formulasi ransum, dan validitas hasil evaluasi. Aspek
evaluasi yang penting diperhatikan peternak adalah :
a. Sifat dan karakteristik bahan
# Komposisi kimia
Untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan dapat dilakukan beberapa cara, antara
lain : studi literature (dengan melihat pada tabel komposisi bahan makanan yang telah
tersedia luas) dan analisis laboratorium. Tujuan dilakukan 2 hal tersebut adalah :
o Mengetahui kandungan zat nutrisi dengan lebih tepat setelah mengalami
prosesing, penyimpanan, dan transportasi.
o Mengetahui kemurnian bahan (menghindari pemalsuan).
o Quality and Price Control (Kontrol kualitas dan Harga).
o Mengetahui keseimbangan zat nutrisi.
Khususnya pada pengadaan bahan pakan asal lokal, karena sifat pengadaan yang
fluktuatif (seasonal) dan sebagian besar menggunakan teknologi sederhana maka
analisa terhadap komposisi kimia menjadi sangat penting dan frekuensinya diupayakan
lebih tinggi.
# Teknologi produksi bahan baku
Asal bahan baku perlu mendapat perhatian, dalam hal ini dapat membantu dalam
menentukan kelas bahan terkait dengan kandungan zat nutrisi tertentu. Sebagai contoh
adalah :
- bungkil kelapa yang dihasilkan dari proses ekstruder (mekanis) akan mengandung
lemak yang lebih tinggi daripada bungkil kelapa dengan proses solvent.
- dedak padi, bekatul dari proses mesin Huller model tertentu lebih banyak mengandung
sekam, dengan komposisi sekam yang tinggi akan mengurangi kualitas.
# Toksisitas / sifat racun
Suatu bahan pakan dapat terkontaminasi oleh racun akibat proses yang tidak benar dalam
bahan baku. Kandungan zat yang bersifat racun dapat secara alami terkandung pada
beberapa bahan, oleh karena dibutuhkan perlakuan terlebih dahulu.
# Anti nutrisi
Beberapa bahan baku terutama asal nabati biasanya mengandung zat anti nutrisi.
Penurunan zat anti nutrisi dapat dilakukan dengan prosesing, namun seringkali proses
yang tidak sempurna terjadi dan hal ini akan dapat menurunkan kualitas pakan/ransum
secara keseluruhan.

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -5–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

# Batasan penggunaan
Kondisi-kondisi specifik pada beberapa bahan menuntut perhatian, terutama dalam
kontribusi penggunaan dalam ransum. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, dapat
digunakan beberapa ketentuan terkait dengan batasan penggunaan dalam pakan.

b. Suplai dan ketersediaan


Salah satu persyaratan atau pertimbangan penggunaan bahan baku pakan adalah
kontinyuitas dan stabilitas suplai serta ketersediaannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai dan ketersediaan bahan
adalah :
o Kuantitas : terkait dengan kontinyuitas produksi pakan.
o Kualitas : terkait dengan stabilitas formulasi pakan.
o Musim : faktor ini sangat terkait dengan kuantitas dan kualitas bahan.

c. Harga
Harga suatu bahan baku dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada, seperti :
- suplai, terkait musim dan proses pengadaan
- kualitas bahan, terkait dengan kandungan zat nutrisi, dll.
Penentuan tinggi atau rendah harga suatu bahan, selain dalam bentuk nilai persatuan
berat (Harga Absolut) juga dapat ditentukan berdasarkan kandungan zat nutrisi (Harga
Relatif). Dengan cara penentuan harga tersebut, dimungkinkan untuk membandingkan
harga bahan dengan lebih tepat.

4.2. Formulasi Ransum


Beberapa metode/teknik pencampuran telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Pada
prinsipnya pembuatan pakan merupakan salah satu upaya menekan biaya pakan yang merupakan
70 % dari total biaya produksi. Beberapa petunjuk umum dalam menyusun ransum untuk sapi yang
digemukkan yaitu ;
(a) Konsumsi BK : 2, 5 – 3 % bobot badan.
(b) Pakan konsentrat diberikan 2 % bobot badan, sisanya adalah pakan hijauan.
(c) Konsentrat sebagai pakan penguat mengandung protein kasar (PK) minimal 17 %, 2500
Kcal energi, dan 12 % serat kasar.
(d) Penggunaan pakan lengkap mengandung PK : 10 – 13 %, TDN : 71 – 78 %,
ME : 2,61 – 2,82 Mcal/kg, NEg : 1,0 – 1,2 Mcal/kg, Ca : 0,22 – 0,6 %, P : 0,22 – 0,4 %,
Vit A : 2,2 IU/mg.
(e) Karena kebutuhan protein yang relatif rendah, sebaiknya sapi yang digemukkan mulai
umur 2 tahun.
(f) Mineral dapat diberikan sampai dengan 1,0 % dalam ransum.
(g) Level penambahan garam dalam ransum adalah 0,45 % BK ransum.
(h) Penggunaan urea dapat dilakukan dengan memperhatikan aturan pemberian.

4.3. Langkah-langkah Formulasi Ransum


a. Tabel Komposisi Kebutuhan Zat Makanan dan Bahan Pakan
Peternak sapi yang melakukan penggemukan sebaiknya mempertimbangkan zat nutrisi
yang dibutuhkan, pertambahan bobot badan (PBB) yang diinginkan, dan jumlah yang
dibutuhkan untuk mencapai target bobot badan.

b. Metode Perhitungan
Sebagai metode yang dapat dianggap praktis, untuk peternak rakyat dapat menggunakan
metode yang cukup mudah diaplikasikan, yaitu : Metode Segi Empat (Pearson’s Square
Method). Metode ini sangat praktis dan sederhana, terutama untuk peternak yang

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -6–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

mencampur beberapa bahan baku pakan atau campuran yang terdiri maksimal 4 bahan.
Dengan metode ini akan diketahui jumlah bahan pakan yang dibutuhkan sekaligus
mengetahui kandungan/kualitas nutrisi pakan campuran, tetapi harus didasari dengan
pengetahuan tentang bahan yang baik.

c. Target Formulasi Ransum Individu dan Massal


Jumlah sapi yang dipelihara memerlukan konsentrasi tertentu pada peternak dalam
menyusun ransum.
 Formulasi secara Individu
Bila jumlah tidak terlalu banyak (5 – 10 ekor), maka peternak dapat menentukan
terlebih dahulu kemampuan masing-masing sapi (per ekor) dalam mengkonsumsi BK.
Kemudian dilanjutkan dengan :
a. Penentuan komposisi konsentrat dan hijauan dalam ransum.
b. Menghitung kemampuan masing-masing bahan pakan untuk menyediakan zat
nutrisi yang diperlukan, misalnya : PK dan Energi.
c. Membandingkan kemampuan ransum hasil formulasi dengan tingkat kebutuhan
zat nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan target pemeliharaan.
d. Bila terjadi kekurangan (misalnya : pada kebutuhan PK) maka diperlukan bahan
tambahan untuk melengkapinya.
 Formulasi secara massal
Bila jumlah yang dipelihara bersifat massal, peternak dapat menyusun konsentrat yang
disesuaikan dengan umur sapi yang digemukkan seperti tabel sebagai berikut :
Umur sapi PK (%) (dasar BK) TDN (%) (dasar BK)
< 1 tahun 15 – 16 65 – 70
1 – 2 tahun 13 – 14 70 – 75
> 2 tahun 10 – 12 75 – 85

Dapat juga ditentukan ransum setelah dilakukan pengelompokkan sapi berdasarkan


umur dan bobot badan awal pemeliharaan, sehingga dapat juga dilakukan
penghitungan seperti pada formulasi secara individu.

4.4. Evaluasi Formulasi


Seringkali peternak merasa puas dengan formulasi ransum yang dibuat dan
memperkirakan target produksi yang akan dicapai selama pemeliharaan. Dalam hal ini peternak
seharusnya tetap melakukan evaluasi terhadap ransum yang diberikan pada ternak. Evaluasi
dapat dilakukan dengan :
(a) Kontrol secara berkala kualitas bahan pakan dan ransum yang diformulasikan.
(b) Menghitung potensi formulasi ransum terhadap PBB yang dihasilkan.
(c) Mengukur respon ternak terhadap ransum, dengan melakukan sampling pengukuran BB
berkala setiap bulan.

4.5. Teknis Penyajian Pakan


Sapi yang digemukkan harus memperoleh ransum yang terdiri dari bahan konsentrat dan
hijauan. Pemberian konsentrat dan hijauan harus diatur sedemikian rupa sehingga memberikan
manfaat ransum yang maksimal. Pemberian pakan merupakan bagian aspek manajemen, namun
manajemen pemberian pakan sangat terkait dengan aspek nutritif pakan yang berhubungan erat
dengan mekanisme kerja alat pencernaan sapi sebagai ternak ruminansia. Ditinjau dari aspek
nutritif dan efisiensi maka penyajian pakan dibedakan menjadi :

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -7–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

1. Sistem penyajian pakan selama pemeliharaan


Sistem penyajian pakan selama pemeliharaan menitik beratkan pada permasalahan
adaptasi dan respon sapi terhadap jenis dan kualitas pakan yang diberikan, serta
membedakan fase penggemukan awal (starting) dan akhir (finishing). Penerapan sistem
ini memungkinkan dilakukan seleksi sapi secara berkala terutama pada pemeliharan
massal. Prinsip yang digunakan adalah pemberian secara bertahap penggunaan pakan
konsentrat yang konsentrasinya semakin tinggi terhadap pakan hijauan. Contoh sistem
penyajian pakan selama pemeliharaan :
Rasio Konsentrat : Hijauan Lama pemberian (hari)
Alternatif 1 Alternatif 2
Konsentra Hijauan Konsentra Hijauan Alternatif 1 Alternatif 2
t t
0 100 0 100 4 4
50 50 25 75- 4 2
60 40 50 50 5 2
70 30 60 40 5 5
80 20 70 30 5 5
85 15 80 20 s/d akhir penggemukkan 5
- - 80 15 - s/d akhir penggemukan

2. Sistem penyajian pakan harian


Penyajian pakan harian dapat dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu pemberian konsentrat dan
hijauan secara terpisah atau dalam bentuk pakan lengkap (complete feed). Pemberian
dengan sistem terpisah telah banyak dilakukan peternak sapi potong secara tradisional
dan penerapannya sangat bervariasi. Sebagian hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan kedua sistem tersebut tidak menunjukkan perbedaan. Namun dalam praktek
di lapang, menunjukkan trend pemberian pakan dengan menggunakan bentuk pakan
lengkap. Beberapa segi positif penggunaan pakan komplit adalah :
- meningkatkan efisiensi pemberian pakan
- mengurangi sisa pakan
- peningkatan pemanfaatan sumber serat yang kurang disukai sapi
- sapi lebih mudah kenyang dan membatasi konsumsi konsentrat.
Aspek penyajian pakan juga terkait dengan teknis yang dilakukan peternak sebelum pakan
diletakkan dalam palungan pakan. Langkah teknis tersebut merupakan bagian dari teknologi yang
digunakan pada pakan. Teknologi pakan meliputi kegiatan prosesing/pengolahan pakan yang
bertujuan : meningkatkan kesukaan ternak, meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya
cerna, memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai guna limbah pertanian.
Pengolahan bahan pakan dapat dilakukan secara : fisik (mis. : pelayuan dan pemotongan
hijauan) dan kimia (mis. : penambahan bahan kimia). Penggunaan teknologi pakan terutama
ditingkat peternak sebaiknya mempertimbangkan nilai ekonomis dan tingkat kesulitan dalam
aplikasi. Beberapa bentuk teknologi pakan yang mudah dilakukan dilapangan adalah :
1. Pelayuan pada hijauan sebelum diberikan kepada sapi, tujuan : untuk mencegah kemungkinan
karacunan pada ternak, mengurangi kemungkinan ternak kenyang oleh air.
2. Pemotongan hijauan, tujuan : meningkatkan konsumsi, mengurangi seleksi pakan,
memudahkan dalam penggunaan pakan lengkap.
3. Pembuatan hay, tujuan : meningkatkan kualtas BK, meningkatkan daya simpan.
4. Peningkatan kualitas jerami padi dengan : perlakuan amoniasi, penambahan tetes tebu.
5. Pembuatan pakan pemacu, tujuan : merangsang peningkatan konsumsi serat kasar,
meningkatkan populasi mikroba, pemacu pertumbuhan; contoh : Urea Molases Block (UMB)

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -8–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

Tabel 1. Komposisi kimia beberapa bahan pakan konsentrat


Bahan Pakan BK (%) % dari BK
PK SK LK BETN TDN NEm Neg
Dedak padi kasar 87,5 13,8 8,4 9,4 54,3 55 1,3 0,7
Pollard 88,4 17 8,8 5,1 45,0 70 1,56 0,99
Jagung kuning 89,1 10,8 3,1 4,7 78,9 90 2,11 1,39
Dedak jagung 84,8 8,5 1,5 9,0 63,8 82 2,12 1,4
Gaplek 85,2 2,3 2,8 0,2 78,7 78 1,31 0,7
Ampas bir 85,8 33,7 19,2 6,1 37,1 74 - -
Bungkil kelapa 87,9 21,2 13,1 17,3 41,1 81 1,74 1,13
Bungkil biji kapuk 86,0 30,9 - - - 63,3 1,37 0,77
Bungkil kedele 88,6 41,3 8,6 15,0 21,9 83,2 1,84 1,23
Onggok 88,7 1,8 11,0 0,2 74,1 85 - -
Kulit buah kakao 88,9 14,6 33,0 11,8 34,9 47 - -
Tetes 87,5 1,8 11,0 0,2 74,1 85 2,57 1,57

Tabel 2. Komposisi kimia beberapa hijauan pakan ternak


Bahan Pakan BK (%) % dari BK
PK SK LK BETN TDN NEm NEg
Rumput lapangan 21,8 6,7 34,2 1,8 44,2 56,2 1,46 0,88
Rumput gajah 21,0 9,6 32,7 1,9 45,2 52,4 0,98 0,15
Rumput raja 22,4 13,5 34,1 3,5 30,3 57,0 1,1 0,8
Daun jagung 21,0 9,9 27,4 111,8 50,7 - 1,28 0,64
Daun kac. kedele 22,6 16,7 27,7 3,7 41,8 - 2,1 0,63
Daun lamtoro 24,8 24,2 21,5 3,7 43,1 - 1,71 1,1
Pucuk tebu 25,5 5,2 2,0 34,4 50,2 - - -
Daun singkong 21,6 24,1 4,7 22,1 37,0 61,8 1,62 1,05
Jerami padi 87,5 4,2 32,5 1,5 45,0 43,2 1,55 0,97

Tabel 3. Contoh formulasi konsentrat untuk penggemukkan sapi


Bahan pakan Umur awal pemeliharaan -------- Jumlah bahan baku (%)

< 1 tahun 1 - 2 tahun > 2 tahun


Pollard 65.5 68.0 35.0
Dedak padi 25.5 - -
Onggok - 25.0 23.0
Tepung jagung - - 24.0
Bungkil kelapa 7.0 - 16.0
Bungkil biji kapuk - 5.0 -
Garam 1.0 1.0 1.0
Tepung tulang 0.5 0.5 0.5
Kapur 0.5 0.5 0.5
Jumlah 100 100 100
Bahan Kering 88.5 86.8 86.8
Protein Kasar 15.9 13.8 12.4
TDN 68.7 74.1 80.2

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc -9–
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.
  

Contoh perhitungan :
Seoang peternak ingin menggemukkan seekor sapi jantan dengan BB awal 300 kg dan target PBB
yang diharapkan adalah 1,0 kg/hari. Bahan pakan yang tersedia adalah :
- Rumput gajah segar
- Dedak padi
- Pollard
- Garam dapur 100 gr, kapur 50 gr.

Konsumsi BK adalah 3 % BB, yang disediakan oleh hijauan sebesar 1 % dan 2 % dari konsentrat.
Konsumsi BK : 3 % x 300 kg = 9 kg
Konsumsi BK hiijauan : 1 % x 300 kg = 3 kg
Konsumsi BK konsentrat : 2 % x 300 kg = 6 kg

Konsumsi 3 kg BK hijauan menyediakan TDN : 52,4/100 x 3 kg BK = 1,57 kg


Kebutuhan TDN : 5 kg, terdapat kekurangan TDN aebesar : 5 – 1,57 = 3,43, kg
Maka kekurangan 3,43 kg TDN tersebut harus dapat disediakan dari 6 kg BK konsentrat.

Persentase kekurangan TDN : 3,43/6 x 100 % = 57,17 %

Person Square

TDN Dedak padi 55 12,83  12,83/15 x 100 % = 85,5 %


57,17
TDN Pollard 70 2,17  2,17/15 x 100 % = 14,5 %
----------- +
15,0

BK Dedak padi : 85,5/100 x 6 kg = 5,13 kg


BK Pollard : 14,5/100 x 6 kg = 0,87 kg
Jadi jumlah pemberian segar (As Fed) per ekor./hari :
Rumput Gajah : 3 kg BK x 100/21 = 14, 28 kg
Dedak padi : 5,13 kg BK x 100/87,5 = 2,77 kg
Pollard : 0,87 kg BK x 100/88,4 = 0,98 kg

Untuk penggemukan sapi jantan BB 300 kg dan PBB 1,0 kg/hr dibutuhkan PK ransum sebesar
819 gram. Ransum hasil formulasi menyediakan PK sebesar :
Rumput gajah : 3 kg BK x 9/100 = 0,27 kg
Dedak padi : 5,13 kg BK x 10/100 = 0,513 kg
Pollard : 0,87 kg BK x 16/100 = 0,1392 kg
Total PK tersedia = 0,9222 kg = 922,2 gram (berarti tersedia PK dalam jumlah mencukupi)

Sebelum diberikan kepada ternak, dedak padi + pollard + mineral dicampur (mixing) terlebih
dahulu sampai homogen.

C:\MyDocu\Akademik\Workshop\Feed&Feeding.FeedLotFattening.doc - 10 –
Copyright, 2002. By : AnHusb, Kdr.

You might also like