You are on page 1of 16

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar untuk menjalani
hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat di tangkap oleh SSP,
maka dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang disebut indra. Kilima alat indra (panca indra) antara
lain terdiri dari mata,hidung, telinga, lidah, dan kulit. Jadi, panca indra adalah organ-organ akhir
yang di khususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa (sensory impression) dari organ indra menuju
otak. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman,
dan suara. Lainnya timbul dari dalam seperti lapar, haus, dan rasa sakit.
Indra berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan.
Mata : rangsangan cahaya (fotoreseptor)
Telinga : rangsangan getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya indra
keseimbangan (statoreseptor)
Hidung : rangsang bau berupa gas (kemoreseptor)
Lidah : rangsang zat yang terlarut ( kemoreseptor)
Kulit : rangsang sentuhan (tangoreseptor)
Tiap indra akan berfungsi dengan sempurna apabila :
Indra tersebut secara anatomi tidak ada kelainan
Bagian untuk penerima rangsangan bekerja dengan baik
Saraf-saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja dengan baik.
Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja dengan baik.
1.2 Learning Objective
1. Penglihatan
a. Bagian
- Anatomi dan Fisiologi
- Saraf
- Reseptor
b. Mekanisme
c. Gangguan : Buta Warna dan Pandangan Kabur
2. Pendengaran dan Penghidu
a. Bagian
- Anatomi dan Fisiologi
- Saraf
- Reseptor
b. Mekanisme
c. Gangguan : Flu
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penglihatan
A. Bagian - Bagian Mata
a) Anatomi dan Fisiologi
Mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Lapisan Luar, fibrus (Sklera)
Adalah pembukus yang kuat,
menyebabkan bagian depan mata
menonjol.
Membentuk putih mata dan
bersambung pada bagian depan
dengan sebuah jendela membran yang
bening, yaitu kornea.
Fungsi : - Melindungi struktur mata
yang sangat halus.
- Membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2. Lapisan Tengah, vaskuler (Koroid)
Berisi pembuluh darah.
Merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna.
Membentuk iris yang berlubang di tengahnya atau yang disebut pupil mata.
Selaput berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya, dia
menentukan warna sebuah mata.
Karoid bersambung pada bagian depannya dengan iris, tepat di belakang iris.
Kemudian selaput ini menebal dan membentuk korpus siliare, sehingga dia
terletak di antara koroid dan iris. Korpus siliare mengandung serabut-serabut
otot sirkular dan serabut-serabut otot longitudinal yang melekat ke dekat taut
korneosklera.
Semuanya bersama-sama membentuk traktus uvea, yang terdiri atas iris, korpus
siliare, dan selaput koroid.
3. Lapisan Dalam, lapisan saraf (Retina)
Terdiri atas sepuluh lapisan serabut, di antaranya ada sel batang (rods); sel
kerucut (cones); dan empat jenis neuron : sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal,
dan sel amakrin.
Rods dan cones merupakan lapisan reseptor penglihatan.
Sel batang dan kerucut terletak di samping koroid, bersinaps dengan sel bipolar,
dan sel bipolar bersinaps dengan sel ganglion. Akson sel ganglion berkumpul
dan meninggalkan mata sebagai saraf optikus.
3
Sel horizontal menghubungkan sel reseptor ke sel reseptor yang lain di lapisan
pleksiform luar.
Sel amakrin menghubungkan sel ganglion satu sama lain di lapisan pleksiform
dalam.
Karena lapisan reseptor retina terletak di epitel pigmen di sebelah koroid,
berkas cahaya harus melewati lapisan sel ganglion dan sel bipolar untuk
mencapai sel batang dan kerucut.
Fungsi epitel pigmen : - Menyerap berkas cahaya.
- Mencegah pemantulan cahaya kembali ke retina.
Semuanya termasuk dalam kontruksi mata, yang merupakan jaringan saraf
halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus (tidak
terdapat reseptor pada tempat ini, yang disebut bintik buta).
Dekat kutub posterior mata terdapat bercak berpigmen kekuningan, yaitu
macula lutea. Struktur ini menandakan lokasi fovea sentralis, yang merupakan
titik tempat ketajaman penglihatan yang paling tinggi.
Bagian - Bagian Pelindung Bola Mata
Alis : Menahan keringat dari dahi yang akan mengalir ke rongga
mata.
Bulu Mata : Melindungi mata dari debu dan benda-benda asing serta sinar
matahari.
Kelopak Mata : Melindungi mata dari debu, sinar matahari dan menjaga mata
agar tetap basah.
Kelenjar Lakrimal : - Menjaga bola mata agar tetap kering.
(kelenjar air mata) - Membersihkan permukaan bola mata dari debu.
- Membunuh kuman yang masuk ke dalam rongga mata.
Konjungtiva : Melindung kornea mata.
Bagian - Bagian Bola Mata Dari Yang Terluar
Kornea
Bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sclera yang putih dan
tidak tembus cahaya.
Terdiri dari beberapa lapisan, salah satunya adalah lapisan tepi yaitu epitelium
berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
Fungsi : - Sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada
di belakangnya.
- Membantu memfokuskan bayangan pada retina.
Bilik Anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
4
Iris
Tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid.
Berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos, yaitu :
Serabut otot sirkular : Mengecilkan pupil.
Serabut otot radial : Melebarkan Pupil.
Fungsi : - Mengecilkan dan memperbesar ukuran pupil.
- Mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.
Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris.
Fungsi : - Tempat cahaya masuk guna mencapai retina.
Bilik Posterior (kamera okuli posterior)
Terletak antar iris dan lensa.
Bilik Posterior dan Bilik Anterior diisi oleh cairan.
Aqueous Humor
Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah
pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus, yaitu saluran Schlemm.
Fungsi : - Memberi nutrisi ke kornea dan lensa yang berupa cairan.
Lensa
Terletak persis di belakang iris.
Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium, yang berfungsi
mengaitkan lensa pada korpus siliare.
Ligamentum mengendur, lensa akan mengerut dan menebal.
Ligamentum menegang, lensa akan menjadi gepeng.
Fungsi : - Merupakan organ focus utama, yang membiaskan berkas-berkas
cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi
bayangan yang jelas pada retina.
Vitreous Humor
Darah di sebelah biji mata, mulai dari lensa hingga retina diisi cairan penuh
albumen berwarna keputih-putihan.
Fungsi : - Memberi bentuk dan kekokohan pada mata.
- Mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan
sklerotik.
Otot Pada Mata
Mata memiliki enam otot penggerak mata.
Otot-otot ini dipersarafi oleh :
- N. Okulomotoris
- N. Troklearis
- N. Abducens
Empat otot di antaranya berbentuk lurus, sementara dua yang lain agak berbentuk
serong.
5
Otot-otot yang berbentuk lurus terdiri dari otot rektus superior (atas), inferior
(bawah), medial (sisi dalam), dan lateral (sisi luar).
Sedangkan dua otot-otot oblik terdiri dari otot oblikus superior (bawah dan sisi
luar), dan oblikus interior (atas dan sisi luar).
b) Persarafan Pada Mata
Saraf optikus atau saraf cranial kedua adalah saraf
sensorik untuk penglihatan.
Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan
melintasi kanalis optikus memasuki rongga
cranium, kemudian menuju kiasma optikum.
Pada saat serabut-serabut itu mencapai kiasma
optikum, separuh serabut-serabut (separuh dari
bagian nasal (medial) retina, dan bagian temporal
(lateral) retina) itu akan menuju ke traktus optikus
sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi
menuju traktus optikus sisi yang sama.
Dengan perantara serabut-serabut ini, setiap
serabut nervus optikus dihubungkan kedua sisi otak.
Serabut-serabut tersebut menuju korpus
genikulatum lateralis yang merupakan bagian dari
thalamus.
Kemudian serabut-serabut tersebut bersinaps di sel yang aksonnya membentuk traktus
genikulokalkarina.
Traktus ini berjalan ke lobus oksipitalis korteks, yang merupakan pusat visual.
c) Reseptor Pada Mata
Reseptor penglihatan terdiri dari sel batang dan sel kerucut, yaitu sel-sel yang tersusun
rapat di bawah permukaan retina.
1. Sel Batang
Berfungsi untuk penglihatan dalam cahaya suram, tetapi tidak mqmpu
membedakan warna.
Terdapat pigmen yang disebut Rodophsin.
Terdapat 120 juta sel batang pada setiap mata manusia.
2. Sel Kerucut
Sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan
pada siang hari dan dapat membedakan warna.
Satu sel kerucut hanya menyerap satu macam warna.
Pada mata manusia terdapat tiga sistem sel kerucut yang masing-masing menyerap
warna merah, hijau, dan biru.
Terdapat sekitar 6 juta sel kerucut pada setiap mata manusia.
6
B. Mekanisme Penglihatan
1. Cahaya menembus kornea melalui aqueous humor yang diatur oleh pupil untuk masuk ke
lensa melalui vitreous humor.
2. Kemudian menuju retina yang terdapat tiga lapisan, yaitu lapisan bipolar, lapisan ganglion,
dan lapisan sel batang dan kerucut. Cahaya bisa sampai fotoreseptor bila melalui lapisan
bipolar dan ganglion.
3. Merangsang ujung-ujung saraf dalam retina.
4. Bergerak melalui traktus optikus.
5. Menuju Lobus Occipitalis.
6. Berita dari mata diterima oleh korteks.
7. Menimbulkan Lukisan dan bentuk, sehingga kita dapat melihat.
C. Gangguan
Buta Warna
Merupakan suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga
warna objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya.
Dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Buta Warna Parsial
Buta warna yang tidak dapat mengenal warna tertentu saja, seperti buta warna
untuk warna merah, buta warna hijau, dsb.
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trikomasi, perubahan sensitifitas warna dari satu jenis/lebih sel kerucut.
- Protomali : Terjadinya kelainan terhadap Long-Wavelength (red)
pigmen. Menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap
cahaya merah, tapi mampu membedakan warna dan melihat
campuran warna serta penglihatan yang buram terhadap
spectrum warna merah.
- Deuteromali : Kelemahan melihat warna hijau yang disebabkan oleh
kelainan pada bentuk pigmen midlle-wavelength (green).
- Tritanomoli : Kelemahan melihat warna biru yang disebabkan oleh
kelainan pada bentuk pigmen biru.
Dikromasi, merupakan tidak adanya fungsi dari tiga jenis sel kerucut.
- Protonopia : Tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan
perpaduan warna merah berkurang/tidak ada.
- Deuteranopia : Tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.
- Tritanopia : Akan kesulitan membedakan warna biru dan kuning.
2. Buta Warna Total
Buta warna yang tidak dapat membedakan semua jenis warna cahaya. Sel
kerucutnya terjadi kerusakan total, jadi hanya sel batang yang berfungsi. Oleh
sebab itu, hanya dapat melihat warna hitam-putih saja.
7
Pandangan Kabur
Apabila seseorang berdiam cukup lama di lingkungan yang intensitas cahayanya lebih
terang lalu berpindah ke lingkungan temaram, retina secara bertahap menjadi lebih
peka terhadap cahaya sewaktu orang tersebut menjadi terbiasa dalam gelap.
Penurunan ambang penglihatan ini dikenal sebagai adaptasi gelap.
Adaptasi ini hampir maksimum sekitar 20 menit.
Respon adaptasi gelap sebenarnya memiliki dua komponen, yaitu :
1. Cepat tetapi kecil, disebabkan oleh adaptasi gelap sel kerucut, karena apabila hanya
bagian fovea retina (tidak mengandung sel batang) yang diuji, maka tidak terjadi
penurunan lebih lanjut.
2. Lama, disebabkan oleh adaptasi gelap sel batang, tepatnya di bagian tepi retina
akan terjadi penurunan lebih lanjut.
2.2 Pendengaran
A. Bagian - Bagian Telinga
a) Anatomi dan Fisiologi
Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Telinga Luar
Aurikula (Pinna)
Lipatan tulang rawan berlapis kulit
yang terletak di kedua sisi. Fungsinya
yaitu untuk mengumpulkan elombang
suara dan menyalurkannya ke saluran
telinga dan berperan menentukan
lokasi suara.
Meatus Auditorius Eksternus (MAE)
Sebuah liang agak gepeng yang
terbentang dari permukaan luar sampai kedalam tulang temporal. Fungsinya
mengarahklan gelombang suara ke membran timpani, mengandung rambut
penyaring dan mengeluarkan serumen untuk menangkap partikel asing.
Membaran Timpani
Membaran tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Fungsinya yaitu
bergetar secara singkron dengan gelombang suara yang mengenainya dan
menyebabkan rongga telinga tengah bergetar.
2. Telinga Tengah
Maleus, Inkus, Stapes
Lokasinya ada di rangkaian tulang yang dapat bergerak yang terbentang di rongga
tengah. Maleus menempel di membran timpani sedangkan stapes melekat di
jendela oval. Fungsinya itu bergetar secara singkron dengan getaran membran
8
timpani dan memicu gerakan membentuk gelombang di perilempe koklea dengan
frekuensi yang sama.
Tuba Eustachius
Fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani
dan menghubungkan telinga tengah dengan faring. Tuba yang biasanya tertutup
dapat terbuka saat menguap, menelan dan mengunnyah.
3. Telinga Dalam : Koklea
Jendela Oval
Bentuknya membran tipis dipintu masuk koklea yang memisahkan telinga dari skala
vestibuli. Fungsinya bergetar bersama dengan gerakan stapes, tempatnya ini
melekat, gerakan jendela oval menyebabkan perilemfe bergerak.
Skala vestibuli
Lokasinya kompartemen atas koklea, sistem tubulus mirip keong yang terletak jauh
didalam tulang temporal, mengandung perilimfe yang digerakkan oleh gerakan
jendela oval yagn ditimbulkan oleh getaran tulang-tulang telinga tengah.
Skala timpani
Letaknya di kompartemen dibawah koklea.
Fungsinya, mengandung perilimfe yang berhubungan dengan skala vestibuli.
Skala media
Letaknya di kompartemen tengah koklea. Tubulus buntu yang berjalan melalui
bagian tengah koklea. Mengandung endolimfe yang berisi membran basilaris.
Membran Basilaris
Tempatnya itu membentuk lantai duktus koklearis, bergetar bersama dengan
gerakan perilimfe. Mengandung organ korti, organ indra untuk mendengar.
Organ Corti
Terletak di membran basilaris diseluruh panjangnya. Fungsinya itu mengandung sel
rambut reseptor untuk suara, sel rambut dalam mengalami potensial reseptor
ketika rambutnya menekuk akibat gerakan cairan dikoklea.
Membran Tektorium
Lokasinya di membran stasioner yang terletak di atas organ corti dan berkontak
dengan rambut permukaan reseptor sel rambut. Fungsinya sebagai bagian stasioner
sehingga rambut sel reseptor dibengkokkan dan mengalami potensial aksi sewaktu
membran basilaris bergerak relaktif terhadap membran yang menggantung ini.
Jendela Bundar (round window)
Terletak di membran tipis yang memisahkan skla timpani dari telinga tengah.
Fungsinya untuk bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe untuk
meredakan tekanan di koklea, tidak berperan dalam penerimaan suara
Telinga Dalam : Aparatus Vestibularis
Kanalis Semisirkularis
9
Tiga saluran setengah lingkaran yang tersusun daslam bidang tiga dimensi bersudut
tegak lurus satu sama lain dekat koklea. Fungsinya untuk mendeteksi percepatan
dan perlambatan rotasional/ anggular.
Utrikulus
Strukur mirip kantung dalam rongga tulang antara koklea dan kanalis semisirkularis.
Fungsinya untuk mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi vertikal dan
mendeteksi akselerasi dan deselerasi linier arah dalam horizontal.
Struktur Sarkulus
Lokasinya terletak disamping utrikulus. Fungisnya untuk mendeteksi perubahan
posisi kepala menjauhi horizontal dan mendeteksi akselerasi dan deselerasi linier
dalam arah vertikal.
b) Saraf Yang Telibat Dalam Pendengaran
Saraf vestibulacoklearis (VIII) merupakan saraf pendengaran yang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Cabang vestibula
Pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam, yang mempunyai
hubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan pons dan medulla oblongata, kemudian
bergerak terus menuju cerebellum.
2. Cabang koklea
Merupakan saraf pendengaran yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula
dipancarkan pada sebuah nucleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus,
kemudian dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak
yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.
c) Reseptor
Reseptor yang telibat dalam proses pendengaran adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor
ini peka terhadap energi mekanis.contohnya adalah reseptor otot rangka yang peka
terhadap peregangan, reseptor ditelinga yang mengandung rambut halus yang melengkung
akibat gelombang suara dan baroreseptor yang memantau tekanan darah.
B. Mekanisme pendengaran
Ditimbulkan oleh suara akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara
dan bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar
selanjutnya gelombang suara menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terikat pada
membran timpani, lalu dilanjutkan ke osikel tersebut yang fungsinya untuk memperbesar
getaran, selanjutnya disalurkan melalui venestra vestibular menuju perilimfe. Getaran perilimfe
dialihkan melalui membran menusaluran ju endolimfe dalam saluran koklea, selanjutnya
rangsangan mencapai ujung-ujung saraf dalam organ corti yang dihantarkan menuju otak
10
melalui nervus auditorius. Akibatnya perasaan pendengaran ditafsirkan di otak sebagai suara
yang beranekaragam.
C. Gangguan
Flu
Pengaruhnya pada sistem pendengaran sering sekali pada saat flu terjadi penyumbatan
pada saluran eustachius akibat pembengkakan selaput lendir( lapisan mukosa) atau sekitar
lubang tulang keluar di rongga hidung atau tenggorokan. Sehingga pada saat kita flu terjadi
kekurangan kejelasan pada pendengaran karena ada gangguan pada tuba eustachius
dimana pada saat flu saluran ini tidak bisa menyesuaikan keseimbangan antara tekanan
didalam telinga tengah dengan tekanan udara diluar.
2.3 Penghidu
Reseptor penghidu adalah kemoreseptor yang dirancang oleh molekul yang larut dalam mucus di
hidung dan di dalam saliva di mulut. Reseptor penghidu merupakan reseptor jauh ( teleseptor). Jaras
penghidu tidak memiliki pemancar di thalamus. (dikutip dari : Cambridge Communication. Anatomi
Fisiologi.2008)
Penghidu adalah indra primitive. Hubungan utama penghidu adalah dengan bagian bagian otak
yang paling awal berkembang. Dalam hal menghidu, fungsinya tidak terlalu penting untuk manusia.
Organ penghidu juga dapat mengontrol suhu dan kelembapan udara serta membantu resonansi
bicara.
A. Bagian - Bagian Hidung
a) Anatomi dan Fisiologi
Hidung terdiri dari Bagian Eksterna (luar) yaitu Hidung.
Suatu struktur yang berbentuk pyramid yang
terletak di sepertiga tengah wajah. Terdiri dari
tulang Nasal, Jaringan fibrosa, tulang rawan dan
kulit. Kerangka hidung dibentuk oleh Tulang
Etmoidalis, sfenoidalis, maksilaris dan frontalis.
Bagian internal hidung, terletak antara atap mulut
dan dasar cranium dan terletak sebelah anterior
terhadap nasofaring.
Lubang hidung (Nares) udara masuk ke dalam
rongga hidung kanan dan kiri
Septum Nasalis membagi rongga hidung menjadi
2. Terletak di garis tengah wajah. Septum memiliki
kerangkan tulang dan tulang rawan
Tulang rawan membentuk bagian anterior (Kolumela)
11
Vomer dan Lempeng perpendikularis tlang etmoidalis membentuk bagian atas,
bawah dan posterior.
Vestibula Tepat di pintu masuk lubang hidung dan dilapisi rambut kaku dan kulit.yang
berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecil agar tidak masuk ke dalam paru-paru
Membran Mukosa lapisan dalam dari bagian anterior hidung sampai ke paru
Tulang turbinatus (konka) dijumpai di dinding lateral masing-masing rongga. Fungsi
dari tulang turbinatus ini adalah melembabkan dan mengatur suhu udara. Tulang ini
memiliki ketebalan dan vaskularisasi terbesar di hidung.
Sinus Parasinalis Tulang wajah yang mengelilingi rongga hidung, dilapisi oleh
membrane mukosa, berhubungan dengan rongga hidung melalui lubang-lubang di alur
antar konka
Duktus Nasolakrimalis ke dalam masing-masing rongga hidungvdi bawah turbinatus
inferior di kedua sisi. Air mata mengalir kedalam hidung dan berfungsi menambah
kelembapan.
Aliran darah untuk hidung eksternal berasal dari arteri fasialis, koronarius superior,
olfaktomikus, dan infraorbitalis.
b) Persarafan Pada Penghidung
Persyarafan untuk otot berasal dari saraf
Facialis, dan untuk kulit berasal dari saraf
oftalmikus dan infraoklearis.
Mukosa Olfaktorius mengandung 3 jenis sel:
Sel reseptor olfaktorius neuron
aferen yang terletak di mukosa
olfaktorius
Sel penunjang mengeluarkan
mukus yang melapisi saluran hidung
Sel Basal precursor untuk sel
reseptor olfaktorius baru.
Akson sel reseptor olfaktorius secara
kolektif membentuk Saraf Olfaktorius.
Bagian reseptor mengandung beberapa silia panjang dan berjalan seperti jumbai ke
bagian mukosa. Silia ini mengandung tempat untuk melekatnya Odoran, suatu molekul
yang dapat mencium bau.
Agar dapat dibaui suatu bahan harus :
a) Cukup mudah menguap sehingga sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung
melalui udara inspirasi.
b) Cukup larut air sehingga dapat masuk ke lapisan mukus yang menutupi mukosa
olfaktorius. (dikutip dari : J.Gruendeman. Buku ajar keperawatan perioperatif.2006)
12
B. Mekanisme Penghidu
Adanya bau terjadinya pengikatan sinyal bau oleh Odoran dideteksi oleh ribuan
reseptor berbeda mengaktifkan protein G terjadinya depolarisasi resptor Potensial
aksi di serat aferen.
Serat aferen yang berasal dari ujung reseptor bersinaps di Bulbas Olfaktorius sinyal
dtierima hanya dari reseptor yang mendeteksi komponen bau tertentu disortir ke dalam
glomerolus yang berbeda sel Mitral menempurnakan baud an memancarkan ke otak
untuk pemprosesan. (dikutip dari : Sherwood. Fisiologi manusia. 2012)
C. Gangguan
Flu
Merupakan salah satu bentuk gangguan dalam indra penghidu.
Gangguan pada indra penghidu ini disebabkan oleh keadaan yang mengganggu
pencapaian odoran pada neuroepitelium olfaktorius (gangguan transportasi) yang
menimbulkan cedera region reseptor (gangguan sensorik) atau yang merusak lintasan
olfaktorius sentral (gangguan neuron).
Pada saat flu terjadi pembengkakan membrane mukosa karena infeksi virus yang
menyebabkan sekresi mucus menjadi abnormal.
Sekresi mucus yang berlebih (lendir) menyebabkan penutupan rambut-rambut halus
(silia) pada sel saraf olfaktorius.
Akibat odoran tidak dapat terhirup ke dalam hidung mencapai saraf olfaktorius di
bawah membrane mukosa, maka otak tidak dapat mengolah impuls, sehingga bau tidak
tercium.
13
2.4 Ayat Ayat Tentang Alat Indra
Alat penghidu (hidung)
surah / surat : Yusuf Ayat : 94
94. Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka: "Sesungguhnya aku
mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan
aku)".
Alat pendengaran (telinga)
surah / surat : An-Nahl Ayat : 78
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
surah / surat : Al-Mu'minuun Ayat : 76
76. Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka [1016], maka
mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan
merendahkan diri. [1016]. Yang dimaksud dengan azab tersebut antara lain kekalahan
mereka pada peperangan Badar, yang dalam peperangan itu orang-orang yang terkemuka
dari mereka banyak terbunuh atau ditawan, dan musim kering yang menimpa mereka,
hingga mereka menderita kelaparan. (lihat not ayat 75 surat ini).
14
Alat penglihatan (mata)
surah / surat : As-Sajdah Ayat : 9
9. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.
surah / surat : Al-Mulk Ayat : 23
23. Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penglihatan
pada proses penglitan yang terjadi pada objek pemicu dapat disimpulkan bahwa terjadi
gangguan pada mata si objek yaitu butawarna parsial yang mana butawarna parsial itu adalah
buta warna yang tidak dapat menentukan dan mengenal warna tertentu.
Pendengaran
Pada proses pendengaran yang terjadi pada kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
gangguan pada telinga si objek yand disebabkan oleh flu di hidung. Flu bisa membuat infeksi
pada tenggorokan, infeksi tenggorokan ini kadang menyebar melalui tuba eustacius ke telinga
tengah. Penimbunan cairan yang terjadi di telinga tengah tidak saja menimbulkan nyeri tetapi
juga mengganggu hantaran suara melintasi telinga tengah.
Penghidu
Pada proses penghidu yang terjadi pada objek pemicu dapat disimpulkan bahwa tejadi
gangguan pada hidung si objek yaitu tersumbatnya saluran penghidu akibat dari penyakit flu
sehinggga menyebabkan si objek tidak dapat menghidu dengan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cambridge Communication.2008. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cameron, John dkk. 2006. Fisika tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
J.Corwin, Elizabeth.2009. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
J.Gruendemann, Barbara dkk. Buku ajar keperawatn perioperatif. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Pearce, Evelyn. C. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis Cetekan ke-37. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
P.Gartner, dkk. 2012. Biologi sel dan Histologi. Pamulang : Bina rupa Aksara
Sherwood, lauradee. 2012. Fisiologi Manusia ed 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like