You are on page 1of 9

WABAH MERS MENGHANTUI JEMAAH HAJI

Disusun Sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Umum Bahasa I ndonesia














Disusun Oleh :
Muhammad Syahid
04111001107
PDU Reguler 2011 Grup 2


Dosen : Dra. Hj. Nurbaya, M.Pd




PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
Topik : Wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome)

Kerangka Topik:
1. Definisi penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
2. Penyebab penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
3. Gejala penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
4. Angka kejadian penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
5. Reaksi Internasional terhadap wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
6. Peran pemerintah Indonesia dalam pencegahan penularan penyakit MERS (Middle East
Respiratory Syndrome)
7. Pengaruh wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome) terhadap pelaksanaan
ibadah haji
8. Pencegahan penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)

Kerangka Kalimat:
1. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan kumpulan gejala gangguan
pernapasan yang dikarenakan turunan/mutasi baru dari virus Coronaviridae yang
menyerang sistem pernafasan.
2. Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh Novel Corona
Virus.
3. Gejala penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga pneumonia berat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
syok septik, dan kegagalan kerja organ yang berujung pada kematian.
4. Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) telah menyebar ke beberapa negara
di dunia.
5. Sebagian negara di dunia telah menganggap penyakit Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) sebagai masalah yang serius.
6. Beberapa hal telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan instansi terkait untuk
mengatasi penyebaran penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) ke
Indonesia.
7. Wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang menyerang negara Timur
Tengah terutama Arab Saudi yang merupakan tempat tujuan ibadah haji membuat para
calon jemaah haji resah.
8. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit Middle East
Respiratory Syndrome (MERS).
Fakta pendukung kerangka kalimat:
1. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan kumpulan gejala gangguan
pernapasan yang dikarenakan turunan/mutasi baru dari virus Coronaviridae yang
menyerang sistem pernafasan.
Menurut WHO, kasus MERS diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kasus dalam
penyelidikan, kasus probabel, dan kasus konfirmasi.
2. Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh Novel Corona
Virus.
MERS-CoV dikelompokkan dalam coronavirus grup beta dengan garis keturunan C.
Penelitian terbaru WHO menyebutkan bahwa MERS-CoV berasal dari unta di Arab
Saudi. Ini dibuktikan pemeriksaan gen yang menyatakan ada 99,9% kemiripan gen
MERS-CoV kelas B.
3. Gejala penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga pneumonia berat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
syok septik, dan kegagalan kerja organ yang berujung pada kematian.
Menurut WHO, sepertiga dari pasien MERS juga mengalami gejala gastrointestinal,
seperti muntah dan diare.
4. Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) telah menyebar ke beberapa negara
di dunia.
Menurut WHO, sejak April 2012 hingga Oktober 2013 telah terjadi 144 kasus
konfirmasi MERS.
Kasus tersebut menyebar di sembilan negara: Prancis, Jerman, Italia, Yordania, Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Tunisia, Qatar, dan Inggris.
Rata-rata pasien MERS berusia 50 tahun dengan variasi dari 14 bulan hingga 94
tahun dan 64,5% pasien adalah laki-laki.
Dari 144 kasus, 65 pasien telah dikonfirmasi meninggal.
80 % dari kasus konfirmasi MERS yang dilaporkan itu berasal dari Arab Saudi.
Di Arab Saudi kasus MERS telah dilaporkan terjadi pada 13 provinsi termasuk
Mekah dan Madinah yang merupakan tujuan ibadah haji.
5. Sebagian negara di dunia telah menganggap penyakit Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) sebagai masalah yang serius.
Pada tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee concerning
MERS-CoV menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu
perhatian besar tetapi belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
internasional.
6. Beberapa hal telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan instansi terkait untuk
mengatasi penyebaran penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) ke
Indonesia.
Melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Dinas Kesehatan RI telah menghimbau seluruh Kepala kantor Kesehatan Pelabuhan
Embarkasi/Debarkasi Haji untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan
MERS pada jemaah yang baru pulang haji tahun 2013.
7. Wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang menyerang negara Timur
Tengah terutama Arab Saudi yang merupakan tempat tujuan ibadah haji membuat para
calon jemaah haji resah.
Direktur Utama Biro Umrah dan Haji Thayiba Tora, Artha Hanif, menyatakan
sekitar 20% pembatalan dan 20% menunda keberangkatan umrah ke tanah suci.
8. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit Middle East
Respiratory Syndrome (MERS).













WABAH MERS MENGHANTUI JEMAAH HAJI DUNIA
Muhammad Syahid

I. Pendahuluan
Penyakit menular hingga saat ini masih menjadi masalah yang menghantui
beberapa negara di dunia. Selain karena pencegahan penularannya yang sulit dilakukan,
pengobatan penyakit menular pun relatif lama. Terdapat banyak penyakit menular mulai
dari yang ringan sampai yang berat bisa menyerang manusia. Bakteri dan virus
merupakan biang utama masalah penyakit menular ini.
Saat ini dunia sedang digemparkan dengan penyebaran penyakit Middle East
Respiratory Syndrome (MERS). MERS merupakan kumpulan gejala gangguan
pernapasan yang dikarenakan turunan/mutasi baru dari virus Coronaviridae yang
menyerang sistem pernafasan. Penyakit MERS pertama kali dijumpai pada manusia pada
bulan Maret 2012 di Arab Saudi. Gejala MERS beragam mulai dari yang ringan hingga
ke berat yang bisa mengakibatkan kematian. Hingga saat ini belum ditemukan
pengobatan yang tepat dan efektif terhadap penyakit MERS.
Arab Saudi yang menjadi sumber penyakit Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) merupakan tempat berkumpulnya jemaah umrah dan haji dari seluruh dunia.
Berkumpulnya massa di wilayah yang sedang berlangsung infeksi MERS ini beresiko
besar terjadinya penularan. Jika tidak ditangani dengan serius, para jemaah haji yang
tertular penyakit MERS akan membawa penyakit ini ke negara asalnya dan selanjutnya
bisa menularkan ke orang-orang di sekitarnya. Karena itu, perlu dilakukan penyebaran
informasi tentang penularan dan pencegahan penyakit Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) terutama bagi para calon jemaah haji.

II. Isi
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan kumpulan gejala gangguan
pernapasan yang dikarenakan turunan/mutasi baru dari virus Coronaviridae yang
menyerang sistem pernafasan. Penyakit MERS pertama kali dilaporkan pada bulan Maret
2012 di Arab Saudi. Menurut WHO, kasus MERS diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
kasus dalam penyelidikan, kasus probabel, dan kasus konfirmasi. Kriteria kasus dalam
penyelidikan adalah seseorang dengan gejala demam, batuk, dan pneumonia ditambah
salah satu kriteria tambahan. Kriteria tambahan tersebut meliputi riwayat perjalanan ke
Timur Tengah dalam 14 hari sebelum sakit, kontak dengan orang yang memiliki gejala
yang sama, dan terjadi perburukan keadaan klinis secara mendadak meskipun telah
mendapat pengobatan yang tepat. Kriteria kasus probabel adalah seseorang dengan
pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis, radiologis atau histopatologis dan kontak
langsung dengan kasus konfirmasi MERS. Kasus konfirmasi adalah seseorang yang
terinfeksi MERS dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif.
Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh Novel
Corona Virus. Hal ini didapatkan dari pemeriksaan gen pada sampel sputum orang yang
pertama kali terjangkit MERS. Virus penyebab MERS ini lebih sering disebut dengan
MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus). MERS-CoV
dikelompokkan dalam coronavirus grup beta dengan garis keturunan C. MERS-CoV
merupakan keluarga dari virus penyebab flu dan hampir menyerupai virus penyebab
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Meskipun terjadi pada manusia, penyakit
MERS tidak berasal dari manusia. Penelitian terbaru WHO menyebutkan bahwa MERS-
CoV berasal dari unta di Arab Saudi. Ini dibuktikan pemeriksaan gen yang menyatakan
ada 99,9% kemiripan gen MERS-CoV kelas B.
Gejala penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) bervariasi mulai dari
tanpa gejala hingga pneumonia berat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), syok septik, dan kegagalan kerja organ yang berujung pada kematian.
Biasanya, MERS diawali dengan demam dan batuk, menggigil, radang tenggorokan,
myalgia dan atralgia, diikuti dengan sesak napas, dan pneumonia dengan perkembangan
yang cepat. Hampir semua pasien MERS memiliki gangguan pernapasan. Menurut
WHO, sepertiga dari pasien MERS juga mengalami gejala gastrointestinal, seperti
muntah dan diare. Pada pemeriksaan radiografi, didapati gambaran pneumonitis dan
ARDS, yakni infiltrasi pada kedua hilus, gambaran ground glass, dan sedikit efusi
pleura. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan tanda leukopenia dan RNA virus di
darah, urin, dan feses.
Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) telah menyebar ke beberapa
negara di dunia. Menurut WHO, sejak April 2012 hingga Oktober 2013 telah terjadi 144
kasus konfirmasi MERS. Kasus tersebut menyebar di sembilan negara: Prancis, Jerman,
Italia, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Tunisia, Qatar, dan Inggris. Semua kasus
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan Timur Tengah. Rata-rata
pasien MERS berusia 50 tahun dengan variasi dari 14 bulan hingga 94 tahun dan 64,5%
pasien adalah laki-laki. Dari 144 kasus, 65 pasien telah dikonfirmasi meninggal. 80 %
dari kasus konfirmasi MERS yang dilaporkan itu berasal dari Arab Saudi. Di Arab Saudi
kasus MERS telah dilaporkan terjadi pada 13 provinsi termasuk Mekah dan Madinah
yang merupakan tujuan ibadah haji.
Sebagian negara di dunia telah menganggap penyakit Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) sebagai masalah yang serius. Hingga saat ini, telah sembilan negara
yang terdapat kasus MERS dan tidak menutup kemungkinan akan menyebar ke negara-
negara di sekitarnya. Pada tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee concerning MERS-CoV menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi
serius dan perlu perhatian besar tetapi belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan
masyarakat internasional. Indonesia pun sebagai salah satu pengirim jemaah haji terbesar
ke Arab Saudi telah mengantisipasi penyebaran MERS agar tidak masuk ke Indonesia.
Beberapa hal telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan instansi terkait untuk
mengatasi penyebaran penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) ke
Indonesia. Melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Dinas Kesehatan RI telah menghimbau seluruh Kepala kantor Kesehatan
Pelabuhan Embarkasi/Debarkasi Haji untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
kemungkinan MERS pada jemaah yang baru pulang haji tahun 2013. Himbauan tersebut
diantaranya mendata jemaah haji dengan gejala pneumonia sebelum masuk ke Indonesia,
memasang Thermal Scanner di semua debarkasi haji, dan pemberian masker dan
pencatatan jemaah haji yang pulang dengan demam dan batuk. Himbauan juga diberikan
kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia untuk menyosialisasikan
penyakit MERS dan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat terutama calon
jemaah haji.
Wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang menyerang negara Timur
Tengah terutama Arab Saudi yang merupakan tempat tujuan ibadah haji membuat para
calon jemaah haji resah. Keresahan ini tak lain disebabkan karena dilema antara
melaksanakan kewajiban dengan kemungkinan terkena penyakit yang bisa mematikan.
Hal ini tergambar secara tidak langsung dari jumlah peminat umrah yang menurun.
Direktur Utama Biro Umrah dan Haji Thayiba Tora, Artha Hanif, menyatakan sekitar
20% pembatalan dan 20% menunda keberangkatan umrah ke tanah suci. Namun, secara
keseluruhan, belum terlihat perubahan yang signifikan dari jumlah jemaah haji sendiri.
Hal ini bisa jadi karena suksesnya sosialisasi penyakit MERS dan sikap pemerintah yang
cepat tanggap dalam penyebaran penyakit MERS.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit Middle East
Respiratory Syndrome (MERS). Mulai dari menjaga diri sendiri seperti dengan selalu
mencuci tangan dengan sabun setelah beraktifitas, mandi yang teratur, menghindari
kontak langsung dengan orang yang sedang demam dan batuk, menggunakan masker,
serta segera memeriksakan diri ke dokter jika ada gejala yang menyerupai MERS. Hal ini
terutama harus dilakukan oleh para calon jemaah haji yang akan ke Arab Saudi. Selain
itu juga dengan melakukan vaksinasi terhadap penyakit sebelum berangkat dan
memeriksakan diri ke dokter setelah pulang. Kemudian untuk di lingkungan rumah, bisa
dilakukan dengan mencuci pakaian dan alat makan dengan bersih dan menggunakan alat
makan dan mandi secara pribadi.

III. Penutup
Wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang saat ini menjadi
perhatian serius dunia merupakan penyakit yang mematikan dan hingga saat ini belum
ditemukan pengobatan yang tepat. Hingga Oktober 2013 MERS telah menyerang 9
negara dan membunuh 65 orang. Hal ini tak pelak menimbulkan keresahan para jemaah
haji yang akan mendatangi negara dengan kasus terbanyak MERS, yakni Arab Saudi.
Namun, pada dasarnya MERS seperti penyakit menular lainnya bisa dicegah dengan
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi para calon jemaah haji bisa melakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah haji. Para jemaah haji juga sebaiknya tidak
resah lagi karena telah banyak hal yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencegah
penyebaran penyakit ini.










DAFTAR PUSTAKA

Albani, Abu. 2013. Mengenal Virus Corona (NCoV) dari Timur Tengah dan Potensi
Penyebaran ke Tanah Air, (Online),
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/07/30/mengenal-virus-corona-ncov-di-timur-tengah-
dan-potensi-penyebaran-ke-tanah-air-580560.html, diakses tanggal 17 Mei 2014).
De Groot, RJ., dkk. 2013. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV):
Announcement of the Coronavirus Study Group. Journal of Virology, 87 (14):7790-
7792.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2013. Pedoman
Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome-Corona
Virus (MERS-CoV). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sudoyo, Aru W, dkk. (Eds.). 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
WHO MERS-CoV Research Group. 2013. State of Knowledge and Data Gaps of Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) in Humans, (Online),
(http://currents.plos.org/outbreaks/article/state-of-knowledge-and-data-gaps-of-middle-east-
respiratory-syndrome-coronavirus-mers-cov-in-humans-2/, diakses 17 Mei 2014).
Yudhanto, Andy. 2014. Wabah MERS, Biro Perjalanan Haji dan Umrah Merugi, (Online),
(http://www.beritaheadline.com/wabah-mers-biro-perjalanan-haji-dan-umrah-merugi/, diakses
tanggal 18 Mei 2014).

You might also like